Anda di halaman 1dari 32

KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM

DAN MANAJEMEN PERAWATAN


LABORATORIUM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III

NANDA REZKY JANNAH (AK.21038)

NOVITA (AK.21039)

SERLIANI (AK.21047)

SRI HIKMA INAYATI (AK.21052)

WD. RUHUL KHAIRUNNISA NUR.M (AK.210555)

PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat–Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah “Manajemen Laboratorium”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Darmayanti Wenti S.Si., M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Laboratorium yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk
perbaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaaat
bagi pembaca.

Kendari, 22 September 2023


Penulis,

Kelompok III
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Keselamatan Kerja Di Laboratorium.....................................................3

2.2 Langkah-Langkah Menghindari Kecelakaan.........................................3

2.2.1 Bahaya Listrik...............................................................................5

2.2.2 Bahaya Radiasi.............................................................................6

2.2.3 Kunjungan Lapangan...................................................................8

2.2.4 Bahaya Mekanik...........................................................................8

2.4.5 Membuang Limbah......................................................................8

2.2.6 Kebakaran.....................................................................................9

2.3 Pengertian Perawatan.............................................................................15

2.3.1 Jenis Perawatan............................................................................15

2.3.2 Tujuan Perawatan Laboratorium..................................................16

2.3.3 Sistem Perawatan Laboratorium..................................................16

2.3.4 Pengelolaan Laboratorium...........................................................17

2.3.4.1 Pengertian Pengelolaan....................................................18

2.3.4.2 Objek Perawatan Laboratorium.......................................18

2.3.4.3 Sumber Daya Sistem Perawatan Laboratorium..............19


2.3.4.4 Mengelola Pekerjaan Perawatan Laboratorium..............21

2.3.4.5 Pemeliharaan Peralatan Laboratorium............................22


Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sistem pendidikan sekarang, peserta didik dipacu dan dilatih untuk
mengembangkan ketrampilan ilmiah seperti mencari, mengumpulkan,
mengamati, eksperimen, dan menyimpulkan data yang telah ada.Salah satu
sumber belajar yang dapat dimanfaatkan adalah laboratorium.
Laboratorium merupakan salah satu infrastruktur di sekolah dan Perguruan
Tinggi yang mendukung kegiatan belajar mengajar dan perkuliahan, seperti
bidang ilmu bahasa dan ilmu pengetahuan alam (fisika, biologi, dan kimia) di
sekolah dan dalam bidang sains di Perguruan Tinggi. Dengan adanya
laboratorium kita bisa melakukan pembuktian antara teori yang didapatkan
dengan realita yang sebenarnya.
Banyak fungsi dan manfaat yang dapat diambil dari penggunaan
laboratorium. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium
perlu dikelola secara baik untuk kelancaran proses belajar mengajar dan
perkuliahan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana keselamatan kerja di laboratorium ?
2. Apa saja langkah-langkah untuk menghindari kecelakaan kerja di
laboratorium ?
3. Bahaya apa saja yang dapat disebabkan dari laboratorium ?
4. Apakah Pengertian dari Perawatan laboratorium?
5. Apasajakah Jenis-jenis Perawatan laboratorium?
6. Apakah Tujuan dari Perawatan Laboratorium?
7. Bagaimanakah Sistem Perawatan Laboratorium?
8. Bagaimanakah Pengelolaan Laboratorium?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami keselamatan kerja di laboratorium
2. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam menghindari kecelakaan keja di
laboratorium
3. Untuk mengetahui bahaya apa saja yang dapat disebabkan dari
laboratorium
4. Untuk mengetahui Pengertian dari Perawatan laboratorium
5. Untuk mengetahui Jenis-jenis Perawatan laboratorium
6. Untuk mengetahui Tujuan dari Perawatan Laboratorium
7. Untuk mengetahui Sistem Perawatan Laboratorium
8. Untuk mengetahui Pengelolaan Laboratorium

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keselamatan Kerja di Laboratorium


Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, dan peneliti
melakukan percobaan. Laboratorium sebagai tempat kegiatan dapat
menimbulkan kecelakaan. Usaha mencegah terjadinya kecelakaan perlu
diadakan, untuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan diperlukan
pengetahuan tentang kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium antara
lain:
a. Luka oleh benda tajam, pecahan kaca dan kena bakar
b. Terkena/percikan oleh cairan zat kimia (karosif/asam/basa pekat)
c. Tertelan zat-zat beracun
d. Pingsan disebabkan bau gas yang memusingkan
e. Terkena kejutan listrik
f. Kebakaran yang disebabkan peletusan yang dari hasil percobaan.
Untuk bentuk kecelakaan diatas maka perlu diambil tindakan
pertama pada waktu memberi pertolongan pada sipenderita yaitu :
1. membawa sipenderita ke tempat yang baik dan tenang
2. bila pendarahan terjadi pada sipenderita usahakanlah darah yang
keluar itu dihentikan dengan jalan mengangkat bagian tubuh yang
luka, sehingga yang luka itu berada diatas jantung.
3. Usahakan sipenderita terbaring seleluasa mungkin, pakaian
dilonggarkan
4. Jangan memberi makanan pada penderita yang sedang pingsan
5. Segeralah minta pertolonagn dokter

2.2 Langkah-langkah Menghindari Kecelakaan


Kecelakaan di laboratorium dapat dihindari dengan bekerja secara disiplin,
memperhatikan dan mewaspadai hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya atau
kecelakaan, dan mempelajari serta mentaati aturan-aturan yang dibuat untuk

3
menghindari atau mengurangi terjadinya kecelakaan. Aturan yang dianggap
penting perlu dicetak dengan huruf yang memadai dan ditempelkan di tempat-
tempat yang strategis, terutama di dalam dan diluar ruang laboratorium.
Aturan yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
a. Mengetahui letak keran air, saklar utama listrik
b. Mengetahui letak alat-alat pemadam kebakaran, seperti tabung pemadam
kebakaran,selimut tahan api, pancuran hujan, dan pasir untuk
memadamkan kebakaran.
c. Jika tidak ada yang bertanggung jawab pada penggunaan laboratorium
dalam hal ini guru atau petugas maka laboratoriumharus berada dalam
keadaan terkunci.
d. Bekerja dengan alat-alat yang beracun harus dilakukan di dalam lemari
asap
e. Gunakan tirai pengaman, pakaian pelindung dan pelindung muka jika
bekerja dengan zat yang berbahaya
f. Usahakan mengenakan pakaian pelindung jika bekerja di dalam
laboratorium. Jika mengenakan pakaian laboratorium jangan terlalu
longgar dan berlengan panjang. Sebab tanpa disadari bagian jas yang
menjurai dapat menyentuh alat yang sedang berputar.
g. Jangan mencoba menghentikan putaran pemusing (centrifuge) dengan
menahan ujung-ujungnya. Pemusing yang panjang lengannya 10 cm dan
diputar dengan kecepatan putaran 5000 putaran permenit memiliki
kecepatan linier 180 km/jam pada ujung-ujungnya. Ini sangat berbahaya
bila mengenai jari atau bagian tubuh lainnya.
h. Jangan mengisi (mencharge) baterai didekat nyala api, pengisian baterai
menghasilkan hidrogen yang bila bercampur dengan oksigen diudara akan
meledak jika terkena api.
i. Dilarang makan dan minum di laboratorium. Jangan menggunakan wadah
laboratorium untuk makan atau minum.
j. Jangan berlari diruang laboratorium dan dikoridor laboratorium.

4
k. Jangan bekerja sendirian di laboratorium, sekurang-kurangnya harus ada
seorang petugas laboratorium menyertai.
l. Jangan menggunakan perhiasan ketika bekerja di laboratorium.
m. Jangan menggunakan sandal atau sepatu terbuka atau sepatu hak tinggi
selama bekerja di laboratorium.
n. Jangan mengambil zat cair menggunakan pipet atau dengan jalan
menghisap menggunakan mulut.
Butir-butir aturan yang ada perlu disosialisasikan kepada semua
yang bertugas di dalam laboratorium lebih-lebih kepada siswa sebelum siswa
menggunakan ruang laboratorium. Agar lebih efektif aturan-aturan ini atau
sebagian dari butir-butir yang tersebut diatas yang dianggap penting perlu
dicetak dengan huruf-huruf berukuran relative besar 12-15 pt yang
ditempelkan pada berbagai tempat yang strategis.

2.2.1 Bahaya Listrik


Yang menentukan tingkat bahaya listrik adalah besar buat arus
yang mengalir melalui badan atau sebagian badan bukan semata-mata
tegangannya. Meskipun tegangan sumber sangat-sangat tinggi tetapi arus
yang dapat dialirkan hanya pada tingkat micrometer tegangan ini tidak
membahayakan, hal ini yang terjadi pada generator van de Graff kecil
yang biasa digunakan disekolah. Karena jari-jari bola tempat menyimpan
muatan relative kecil yang biasa digunakan sekitar 25 cm pada tegangan
beberapa puluh ribu volt muatan yang dapat disimpan hanya pada tingkat
dibawah mikro coulomb sehingga tidak mampu mengalirkan arus pada
tingkat mA, apalagi ampere kecuali jika hambatan pengantarnya yang
-8
dilalui sangat kecil misalnya pada tingkat orde 10 ohm sekalipun
demikian arus yang mengalir sangatlah singkat sehingga tidak dapat
menimbulkan akibat fatal.
Arus terendah yang masih dapat dirasakan oleh tubuh adalah arus
yang besarnya di sekitar 1 Ma arus bolak-balik pada frekunsi 50 Hz, atau
sekitar 5 mA pada tegangan searah. Arus yang lebih daripada 20 mA arus

5
bolak-balik pada frekuensi 50 Hz, atau 80 mA arus searah yang dapat
mengakibatkan kematian atau luka bakar yang parah jika melalui tubuh.
Arus listrik berakibat mematikan jika melewati organ-organ tubuh penting
jantung dan otak. Jika arus hanya melewati sebagian tubuh misalnya
lengan atau jari yang berakibat luka bakar listrik pada bagian tubuh yang
dialiri. Untuk menghindari bahaya listrik ada beberapa saran yang perlu
untuk diperhatikan :
a. Semua peralatan listrik sebelum dipergunakan diperiksa untuk
memastikan bahwa badan alat tidak hidup (tidak memiki tegangan
terhadap tanah). Untuk memeriksanya, colokkan steker ke alat sumber
tegangan yang sesuai, lalu sentuh bagian badan alat tersebut denagn
test pen sementara bagian kaki lainnya menyentuh tanah. Jika test pen
menyala, bagian alat itu hidup. Jika demikian keadaannya maka jangan
menyentuh. Alat jangan dipergunakan sebelum diperbaiki. Keadaan
alat seperti ini bisa terjadi karena kesalahan ketika pembuatannya,
karena selama digunakan ada bahan isolasi yang sudah rusak atau
sistem pertanahan jaringan listrik di tempat itu tidak baik.
b. Pemeriksaan listrik secara periodik perlu dilakukan untuk mengetahui
hidup atau mati badan alat. Jika hidup, upayakan mencari
penyebabnya. Sistem pertanahan pada jala-jala yang tidak baik
merupakan salah satu penyebab keadaan seperti ini. Penyebab lian
adalah adanya kabel hidup yang bersentuhan dengan casis, misal
cincin karet penyekat kabel yang sudah rusak.
c. Kapasitor (kondensator) yang kapasitasnya besar, si atas 10.000 mikro
Farad, dapat menyimpan energi listrik yang cukup besar, meski sudah
pernah dikosongkan. Kapasirtor dapat memperoleh kembali 10 %
muatannya setelah dikosongkan, sehingga dapat menimbulkan cedera
listrik. Karenanya setiap kapasitor yang berukuran besar harus
disimpan dalam keadaan elektroda-elektrodanya dihubung singkat
menggunakan kabel penghubung.

6
2.2.2 Bahaya Radiasi
Radiasi adalah pemancaran sesuatu oleh sumber radiasi. Radiasi
ada berupa gelombang elektromagnetik, ada yang partikel. Radiasi
gelombang elektromagnetik memiliki rentang spektrum yang amat luas
mulai dari gelombang radio yang panjang gelombangnya beberapa ratus
meter, sampai sinar Ϫ yang panjang gelombangnya ada pada 10−10 m. Sinar
X memiliki panjang gelombang sampai pada nano meter 10−9 m. Mulai
dari sinar X sampai sinar Ϫ memiliki sifat menembus berbagai benda dan
mengionkan partikel-partikel benda yang terkena.
Radiasi sinar Ϫ dan radiasi partikel dipancarkan oleh zat – zat radio
aktif. Radiasi partikel zat radio aktif ada berupa elektron yang disebut
dengan sinar β, ada yang disebabkan oleh inti He yang disebut sinar α.
Semua sinar mengionkan tidak terindra oleh mata. Bahaya yang
ditimbulkan oleh sinar mengionkan adalah :
a. merusak fungsi sel yang terkena radiasi
b. merusak jaringan tubuh jika terkena dosis yang tinggi
c. jika terkena tulang maka dapat merusak sumsum tulang
radiasi tidak mengionkan adalah radiasi gelombang elektromagnetik
yang panjang gelombangnya sama atau lebih besar daripada panjang
gelombang ultraviolet, yang panjang gelombangnya berkisar 5 nm – 380
nm. Sinar yang dapat diindra oleh mata termasuk sinar yang tidak
mengionkan, demikian juga sinar inframerah atau gelombang mikro.
Sinar laser dan ultraviolet merupakan sinar yang tidak mengionkan.
Sinar laser digunakan disekolah untuk percobaan optik. Laser dapat dibeli
di toko serba ada denagn harga terjangkau. Alat ini diberi nama pointer
(penunjuk), karena sering digunakan sebagai penunjuk pada penayangan
gamabr dilayar. Keistimewaan kaser adalah intensitasnya sangat tinggi dan
sedikit mengalami perubahan selama perambatannya. Laser yang
digunakan disekolah berdaya rendah kurang dari 10−2 W /cm2. Laser yang
dayanya diatas itu dapat membahayakan retina mata walau jarak sumber

7
laser jauh dari kobaran. Oleh karena siswa perlu diketahui bahayanya dan
hati-hati dalam penggunaannya.
Sinar ultraviolet biasanya terdapat pada lampu yang dipasang pada
sterilisasi atau fotocopy. Sinar ultraviolet dapat mencederai mata, karena
sinar ini diserap retina dan oleh suatu selaput yang disebut dengan
konjungtival. Akibatnya setelah beberapa hari (4-8 hari) terjadi
pembengkakan disertai nyeri. Gunakan filter untuk menghindari cedera.

2.2.3 Kunjungan Lapangan (Fild Trip)


Kunjungan lapangan merupakan suatu bagian yang penting dalam
pembelajaran. Kunjungan lapangan dapat berupa kelaboratorium sains
sesungguhnya, kepabrik, ke museum sains, PLTU dan lain-lain. Pada
kunjungan lapangan siswa dapat melihat dan menyadari relevasi
pendidikan sains dalam kehidupan sehari-hari. Perencanaan dan
pengorganisasian yang diperlukan adalah:
a. peninjauan lapangan dan lokasi.
b. Pengelompokan siswa dan setiap kelompok memiliki ketua yang
bertanggung jawab dan wewenang yang berkaitan denagn keamanan
kelompoknya.
c. Membuat perencanaan atau jadwal
d. Membuat daftar nama dan nomor telp yang dapat dihubungi jika
terjadi sesuatu misalnya humas, manager/pengelola, RT atau RW
setempat, Puskesmas, Polisi.
e. P3K

2.2.4 Bahaya Mekanik


Bahaya mekanik adalah bahaya yang ditimbulkan oleh benda yang
bergerak. Benda yang ada disekolah misalnya pemusing, (centrifugar),
generator van de Graff, kipas, bor listrik dan lain-lain. Bahaya yang bisa
diantisipasi adalah:
a. Terluka karena tersentuh benda yang berputar

8
b. Pakaian yang longgar

2.2.5 Membuang Limbah


Limbah disini adalah sisa bahan atau bekas alat yang sudah tidak
terpakai. Yang sering menjadi masalah adalah bahan-bahan sintesis seperti
plastic tidak mudah hancur secara alamiah. Jangan membuang sampah
secara sembarangan atau menghanyutkannya melalui pipa-pipa saluran
limbah.
Sampah laboratorium ada banyak jenisnya sebaiknya setiap jenis di
wadahi dengan wadah yang berbeda. Jenis limbah yang ada dilaboratorium
adalah:
a. Pecahan kaca
b. Sampah berupa zat padat
c. Plastik

2.2.6 Kebakaran
Kebakaran adalah hal yang paling berbahaya, karena itu
penanganannya memerlukan sejumlah pengetahuan diantaranya;
a. Pengertian api
Api adalah proses oksidasi gas berlangsung hebat sambil melepas
energi yang cukup banyak sehingga gas yang bereaksi memancarkan
cahaya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya api yaitu :
1. Bahan bakar
Bahan bakar adalah bahan yang dapat beraksi dengan oksigen yang
menyebabkan timbulnya api.
2. Oksigen
Oksigen berasal dari udara, oksigen beraksi dengan bahan bakar,
jika suhu nya mencapai titik tertentu maka kebakaran dapat timbul.
3. Kalor
Kalor yang cukup menyebabkan kenaikansuhu sehingga pada titik
tertentu kalor sebagai penyulut.

9
Ketiga faktor diatas digambarkan denagn segitiga api seperti dibawah
ini

Oksigen Kalor

Bahan Bakar
b. Memadamkan kebakaran
Memadamkan kebakaran dapat didasarkan atas konsep segitiga api,
yaitu dengan cara menghilangkan salah satu komponen ketiga tersebut.
Adapun kemungkinan yang dapat diatasi adalah :
1. Menghentikan pasokan oksigen
2. Menurunkan suhu sampai dibawah suhu penyulutan
3. Menghentikan pasokan bahan bakar
4. Kebakaran dapat diklasifikasikan berdasarkan kelas, untuk sekolah
dibagi atas 4 kelas yaitu :
1. Kelas A, kebakaran yang melibatkan bahan-bahan biasa yang
mudah terbakar seperti kayu, karet, plastik
2. Kelas B, kebakaran yang melibatkan cairan yang mudah
terbakar seperti cat minyak, oli, pelarut.
3. Kelas C, kebakaran yang disebabkan oleh arus listrik
4. Kelas D, Kebakaran yang berasal dari logam yang mudah
terbakar misal, magnesium, fosfor, natrium
Untuk mengatasi kebakaran dilaboratorium disediakan alat pemadam
kebakaran yang portabel, alat ini berbentuk tabung dan dapat dibawa
kemana-mana, pengimpanannya dapat digantung di dinding atau
tembok laboratorium. Ada beberapa jenis a;lat untuk memadamkan
kebakaran secara umum yaitu :
1. Menggunakan air

10
Air digunakan untuk memadamkan api karena air dapat
mendinginkan bahan terbakar sampai pada suhu dibawah
penyulutan. Jumlah air yang diperlukan tergantung pada besarnya
kebakaran. Untuk jenis bahan cairan seperti minyak; alat pemadam
kebakaran berupa air tidak sesuai karena air akan menyebarkan api
bersama menyebarnya air, hla ini disebabkan oleh minyak terapung
diatas air.
Alat pemadam kebakaran yang portabel, yang
menggunakan air sebagai pemadam disebut pemadam kebakaran
asam soda (soda acid extinguisher). Tabung ini berisi kurang lebih
10 liter larutan natrium bikarbonat di dalam air. Pada waktu
diggunakan asam sulfat yang diwadahi di dalam tabung bercampur
dengan natrium bikarbonat, menghasilkan karbondioksida yang
mendesak air (larutan natrium bikarbonat) menyemprot keluar dari
tabung melalui pipa penyemprot. Alat ini untuk sekali pakai.
Jenis pemadam kebakaran yang lain adalah CO 2 mendesak
air (CO2expelled water). Air kira-kira 10 liter di wadahi di dalam
tabung. Di dalam tabung yang berisi air ini ada tabung yang lebih
kecil, yang berisi air ini ada tabung yang lebih kecil, yang berisi
gas CO2bertekanan tinggi. jika tabung berisi CO 2 ditusuk
menggunakan penusuk yang ada pada alat, CO2 akan
menyemprotair keluar. alat ini juga sekali pakai.
2. Menggunakan busa
Alat ini berisi larutan-larutan zat penghasil busa. Alat
pemadam kebakaran ini beklerja dengan memisahkan udara
(oksigen) dari benda yang sedang terbakar. Pemisah dilakukan
sehingga pasokan oksigen dari udara dihentikan.
3. Menggunalakan Karbondioksida
Alat ini bekerja menggunakan azas yang sama seperti
pemadan kebakaran yang menggunakan busa, tetapi yang
menyekat oksigen adalah karbon dioksida. Jika penutup tabung

11
dibuka dengan menekan suatu pelatuk, gas karbondioksida akan
keluar melalui tabung penyemprot berbentuk corong. Karena
tekanan tiba-tiba nberubah dari tinggi menjadi rendah maka gas
mendingin sangat kuat sehingga suhunya turun sampai jauh
dibawah titik lebur es. Uap air yang ada diudara menjadi es dalam
bentuk salju. Ketika digunakan jangan menyentuh corong dengan
tangan karena suhunya sangat rendah. Karbondioksida lebih rapat
daripada udara karenanya bila disemprotkan pada benda yang
terbakar maka benda akan diselimuti oleh karbondioksida dan
menghalangi oksigen mencapai benda. Karbondioksida di dalam
tabung dalam waktu singkat akan habis tersemprot.
4. Jenis cairan menguap
Jenis cairan menguap (vaporizing liquid extinguisher)
bekerja dengan azas kerjanya sama dengan jenis pemadam
karbondioksida tetapi lebih efektif karena kerapatannya lebih
besar. Jenis lain pemadam ini adalah bromo kloradida fluorometan
(BCF). Zat yang digunakan ditempatkan dalam tabung bertekanan.
Jika zat dilepaskan dari dalam tabung dan tekanan berkurang, zat
ini menguap dengan cepat. Uapnya jauh lebih rapat daripada udara
sehingga dapat menyelimuti benda yang terbakar.
5. Jenis serbuk
Dengan menutupi bend yang terbakar dengan serbuk yang
tidak mudah terbakar, oksigen dihalangi masuk. bentuk paling
sederhana pemadam kebakaran adalah pasir yang disiram kan ke
benda yang sedang terbakar sampai seluruhnya tertimbun, sehingga
udara tidak masuk ke benda yang terbakar.
6. Jenis selimut
Selimut tebal yang terbuat dari bahan tahan api, atau karung
yang tebal dan dibasahi air, dapat digunakan untuk mencegah
masuknya udara ke benda yang sedang terbakar.

12
Jenis pemadam kebakaran sesuai dengan jenis kebakaran yang
terjadi adalah :
a. Kebakaran kelas A
Air adalah pemadam kebakaran yang baik untuk jenis kebakaran kelas
A yaitu dengan cara menyemprot maupun menggunakan tabung
pemadam kebakaran asam soda atau pemadam, kebakaran CO 2
mendesak air.
b. Kebakaran Kelas B
Alat pemadam kebakaran yang digunakan bergantung besarnya
kebakaran dan letaknya kebakaran. Jenis pemadam kebakaran yang
dapat digunakan adalah selimut api, jenis karbondioksida, kombinasi
selimut api dan jenis karbondioksida, jenis busa, dan jenis serbuk.
Sebagai peringatan jangan sekali-kali menggunakan air (apapun
jenisnya) untuk menangani kebakaran kelas B.
c. Kebakaran Kelas C
Kebakaran kelas C adalah karena arus listrik terjadi karena ada
hubungan singkat di suatu tempat pada jaringan listrik atau rangkaian
listrik alat yang bekerja menggunakan arus listrik. Hubungan singkat
menyebabkan arus yang mengalir menjadi sangat besar, melebihi kuat
arus yang diperkenankan. Jika instalasi menggunakan pengaman
(sekring) maka arus terputus oleh putusnya kawat sekring. Tidak sama
halnya bila kawat sekring yang kemampuannya mengalirkan arus jauh
lebih besar dari pada yang diperbolehkan. Sebagai peringatan jangan
sekali-kali mengganti kawat sekering dengan kawat biasa. Gantilah
dengan kawat sekring yang benar.
Arus yang mengalir dengan sangat besar menyebabkan kabel yang
dilaluinya menjadi panas dan pijar. Hal yang harus diperhatikan adalah
memadamkan arus yang mengalir melalui saklar utama jaring-jaring.
Jika kebakaran masih berlanjut maka padamkan kebakaran dengan
pemadam karbondioksida atau pemadam zat zat cair menguap. Jangan
sekali- kali menggunakan air sebab air adalah penghantar sehingga

13
dapat membahayakan orang yang memadamkan api. Disarankan juga
untuk tidak menggunakan pemadam jenis serbuk terutama untuk
kebakaran listrik. Angat sukar membersihkan sisa serbuk pemadam
kebakaran.
d. Kebakaran kelas D
api logam yang terbakar memiliki sifat yang sangat berbeda dengan
jenis kebakaran lain. Api logam yang mudah terbakar merupakan
reaksi eksotrem yang sangat kuat, biasanya dengan oksigen. Kalor
yang timbul menyebabkan logam memijar. Semakin kecil logam itu
terpotong-potong maka makin reaktif logam itu. Bila logam berbentuk
serbuk maka dapat menimbulkan ledakan.
Penanggulangan kebakarn logam ada dua jenis :
1. Perlakuan logam yang terbakar sebagai pembenam kalor (heat
sink), lalu kendalikan kebakaran selanjutnya yang disebabkan oleh
zat yang mudah terbakar dan membiarkan reaksi logam yang
terbakar sampai habis.
2. Cegah reaksi yang terjadi pada permukaan logam dengan
menghentikan pasokan reaktan yang menyokong reaksi.
Perlu jadi perhatian jangan menggunakan pemadam konvensional
untuk memadamkan kebakaran logam.
Langkah-langkah yang harus diambil saat mengetahui adanya kebakaran
adalah dengan melakukan pertolongan pertama terhadap kebakaran yaitu
menggunakan alat yang tersedia dan sesuai. Jiak api membesar segera hubungi
Dinas Pemadam Kebakaran. Yang harus disediakan dalam keselamatan kerja
adalah P3K atau pertolongan pertama pada kecelakaan bertujuan untuk
memberi rasa aman dan nyaman serta untuk menghindari memburuknya
keadaan pasien sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Beberapa jenis
kecelakaan dan penanggulangannya adalah sebagai berikut :
1. Luka kecil

14
Luka kecil jarus dibersihkan dengan menggunakan air, atau alkohol dan
dibalut diberi antiseptik (betadine) dan bila perlu dengan menutupinya
dengan perban yang steril.
2. Pendarahan hebat
Pendarahan berarti keluarnya darah menyembur dari luka dan dapat
dikurangi dengan menekan nadi ke arah tulang yang ada dibawah nadi
diantara luka dan jantung.
3. Luka Pada Mata
Bila zat korosif telah menciprai mata, mata hatus dibuka dan disiram
banyak-banyak dengan air bersih.
4. Luka bakar
Luka bakar karena panas selalu disertai hilangnya cairan dari darah karena
pindah ke jaringan tubuh dan menimbulkan penggelembungan pada kulit.
Luka terbakar kecil harus segera didinginkan dengan menggunakan air.
Bila pakaian terbakar penting segera penderita dibaringkan di tempat yang
datar. Ini akan mengurangi menjalarnya api keseluruh tubuh. Api harus
dipadamkan dengan cara menyirami api dengan air atau dengan selimut
api.

2.3 Pengertian perawatan


Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan,
mempertahankan, dan mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik dan
siap pakai. Dalam kaitannya dengan perawatan peralatan laboratorium,
perawatan dimaksudkan sebagai usaha preventif atau pencegahan agar
peralatan tidak rusak atau tetap terjaga dalam kondisi baik, siap beroperasi.
Disamping itu perawatan juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menyetel
atau memperbaiki kembali peralatan laboratorium yang sudah terlanjur rusak
atau kurang layak sehingga siap digunakan untuk kegiatan praktikum para
siswa.

2.3.1 Jenis perawatan

15
Perawatan dapat dibedakan antara perawatan terencana dan
perawatan tidak terencana. Secara jelas dapat dilihat pada skema dibawah
ini.
a. Perawatan terencana
Perawatan terencana adalah jenis perawatan yang diprogramkan,
diorganisir, dijadwal, dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan
rencana, serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana
dibedakan menjadi dua, yakni: perawatan terencana yang bersifat
pencegahan atau perawatan preventif, dan perawatan terencana yang
bersifat korektif.
1.) Perawatan preventif
Perawatan preventif merupakan perawatan yang bersifat
pencegahan, adalah sistem perawatan peralatan laboratorium yang
secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan
peralatan laboratorium.
2.) Perawatan korektif
Perawatan korektif merupakan perawatan yang bersifat koreksi,
yakni sistem perawatan peralatan laboratorium yang secara sadar
dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mengembalikan
peralatan laboratorium pada kondisi standar, sehingga dapat
berfungsi normal.
b. Perawatan tidak terencana
Perawatan tidak terencana adalah jenis perawatan yang bersifat
perbaikan terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Pekerjaan perawatan ini tidak direncanakan, dan tidak dijadwalkan.
Umumnya tingkat kerusakan yang terjadi adalah pada tingkat
kerusakan berat. Karena tidak direncanakan sebelumnya, maka juga
disebut perawatan darurat.

16
2.3.2 Tujuan perawatan laboratorium
Perawatan peralatan laboratorium memiliki beberapa tujuan yang
mencakup:
a. Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal
b. Memperpanjang umur pemakaian
c. Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran
d. Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai
e. Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan
f. Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak
g. Menghindari terjadinya kerusakan fatal
2.3.3 Sistem Perawatan Laboratorium
Dalam perawatan Laboratorium,sebelum penyusunan jadwal dan
rencana kebutuhan biaya perawatan perlu dilihat unsur-unsur berikut ini:
a. Obyek laboratorium yang akan dirawat.
b. Sumber daya manusia sebagai tenaga perawatan.
c. Sumber daya lain: alat, bahan, suku cadang, cara, waktu, dan biaya
perawatan.

2.3.4 Pengelola Perawatan Laboratorium


2.3.4.1 Pengertian pengelolaan
Pengelolaan atau sering disebut manajemen adalah proses
mengelola sumber daya untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan
efisien. Sumber daya yang dikelola meliputi 6 M, yakni: man, money,
materials, machines, methods, dan minute (manusia, uang, bahan, mesin
atau peralatan, metode atau cara, dan waktu). Sedangkan fungsi
manajemen meliputi empat kegiatan, yakni: planning, organizing,
actuating, dan controlling (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengontrolan). Dengan demikian manajemen dapat diartikan sebagai

17
proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan
sumber daya manusia, biaya, bahan, mesin atau peralatan, metode atau
cara, dan waktu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan
efisien.
Efektifitas merupakan landasan untuk mencapai sukses. Jadi
efektifitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan baik secara
eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan
dan seberapa jauh tujuan tercapai.Sedangkan efisiensi merupakan sumber
daya minimal yang digunakan untuk mencapai kesuksesan itu. Jadi efisien
berarti optimasi penggunaan sumber daya, yaitu yang termudah cara
mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan
bebannya, terpendek langkahnya.

2.3.4.2 Obyek Perawatan Laboratorium


Sebagai obyek laboratorium yang perlu dilakukan perawatan
diantaranya adalah:
a. Ruang laboratorium, termasuk kebersihan lantai, kelembaban,
ventilasi, penerangan.
b. Perabot atau meubeler laboratorium, seperti almari, meja percobaan,
meja kerja, rak, kursi.
c. Peralatan administrasi dan dokumentasi laboratorium, seperti
komputer, dan filenya, buku-buku manual.
d. Sumber jaringan listrik, stop kontak, sekring, lampu.
e. Training obyek dan perlatan dan mesin-mesin pelatihan.
f. Aparatur dan perlengkapan percobaan.
g. Instrumen dan alat-alat ukur
h. Spesimen dan bahan-bahan untuk praktikum

2.3.4.3 Sumber Daya Sistem Perawatan Laboratorium


a. Tenaga perawat
Tenaga laboran/teknisi mempunyai tanggung jawab dalam
merawat laboratorium yang dikelolanya. Salah satu tugas seorang

18
laboran/teknisi adalah melaksanakan perawatan laboratorium yang
meliputi pekerjaan menjaga, menyimpan, membersihkan, memelihara,
memeriksa, menyetel kembali, bahkan bila perlu dan dibutuhkan dapat
melakukan penggantian dan perbaikan komponen peralatan
laboratorium yang rusak.
Untuk peralatan khusus dengan tingkat kerusakan yang sudah
parah, dan perbaikannya juga memerlukan kemampuan profesional
yang khusus, maka dapat memanfatkan tenaga teknisi ahli dari luar.
Misalnya untuk perbaikan peralatan ukur optik, peralatan ukur
elektronik, yang konstruksinya sangat rumit.
Untuk pekerjaan perawatan yang ringan dan rutin dapat melibatkan
siswa praktikan. Misalnya dalam menjaga kebersihan ruang dan
tempat praktik, menjaga kebersihan peralatan, membantu dalam
penyimpanan peralatan. Untuk keperluan pencegahan terhadap
kemungkinan kerusakan akibat kesalahan pemakaian sekaligus sebagai
upaya pembinaan tanggungjawab mahasiswa, dapat peraturan dan tata
tertip penggunaan peralatan di laboratorium.
b. Biaya perawatan
Perawatan membutuhkan biaya, bahkan kadang-kadang biaya yang
dibutuhkan untuk pekerjaan perawatan sangat mahal. Biaya perawatan
dibutuhkan untuk berbagai hal, antara lain:
(1) Biaya pembelian bahan-bahan untuk perawatan, seperti sabun,
carbol, kain lap, perekat, cat, bahan pengawet, pencegah jamur, dan
sebagainya.
(2) Biaya pembelian suku cadang, seperti: kran air, kabel, mur baut,
lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya.
(3) Biaya pembelian peralatan perawatan, seperti: sapu, sikat, sulak,
kuas, solder, tang, obeng, gunting, dan sebagainya.
(4) Upah tenaga perawatan jika perlu, khususnya apabila pekerjaan
perawatan terpaksa harus mengundang pihak luar, misalnya ahli
komputer.

19
Biaya perawatan di atas perlu dihitung dan dimasukkan dalam
usulan anggaran, sehingga tersedia dana untuk perawatan
laboratorium secara rutin.
c. Bahan perawatan
Yang dimaksud dengan bahan perawatan adalah seluruh jenis
bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan perawatan
peralatan laboratorium. Bahkan untuk pekerjaan perawatan ini harus
tersedia dengan jumlah yang memadai, karena bahan ini merupakan
salah satu sumber daya yang sangat urgen untuk merawat semua
peralatan laboratorium. Bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan
perawatan peralatan laboratorium, antara lain:
(1) Bahan untuk pekerjaan kebersihan, seperti:sabun, carbol, kain lap,
thinner, bahan pembersih alat-alat laboratorium, tempat sampah,
kantong plastik, dan bahan pembersih lainnya.
(2) Bahan untuk pemelihara, seperti: bahan pengawet, minyak
pelumas, bahan pelapis, bahan pelindung, pembungkus, pupuk
tanaman dan makanan hewan pada laboratorium Biologi,
pembasmi serangga, dan sebagainya.
(3) Suku cadang, seperti: seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik,
mouse komputer, dan sebagainya.
d. Peralatan perawatan
Tersedianya alat-alat perawatan merupakan sumber daya yang
sangat dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan
laboratorium. Apabila laboratorium memiliki peralatan perawatan
lengkap akan sangat mendukung terlaksananya program perawatan
peralatan laboratorium. Peralatan untuk pekerjaan perawatan,
tergantung dari jenis sarana atau fasilitas yang dirawat serta jenis
kegiatan perawatannya.
Peralatan perawatan laboratorium antara lain meliputi: peralatan
untuk:
1) Peralatan penyimpanan, misalnya almari, rak

20
2) Peralatan pemeliharaan, misalnya alat pelumas, alat pelapis
3) Peralatan pemeriksaan, misalnya instrumen pengukuran
4) Peralatan penyetelan kembali
5) Peralatan perbaikan
Peralatan perawatan yang sifatnya umum, sederhana, dan
secara rutin sering dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan
peralatan sebaiknya dimiliki oleh setiap laboratorium.
e. Cara perawatan
Cara atau metode untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan
laboratorium yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:
(1) Melakukan pencegahan, misalnya dengan memberi peringatan
melalui gambar atau tulisan, peraturan, tata tertib bagi pengguna
laboratorium/bengkel, memberi bahan pengawet.
(2) Menyimpan, misalnya menyimpan peralatan laboratorium agar
terhindar dari kerusakan.
(3) Membersihkan, agar peralatan laboratorium selalu bersih dari
kotoran yang dapat merusak, misalnya debu dan uap air yang dapat
menyebabkan terjadinya korosi.
(4) Memelihara, misalnya dengan meminyaki peralatan mekanis,
memberi makan hewan percobaan.
(5) Memeriksa atau mengecek kondisi peralatan laboratorium untuk
mengetahui adanya gejala kerusakan.
(6) Menyetel kembali atau tune-up, kalibrasi alat agar fasilitas atau
peralatan dalam kondisi normal atau standar.
(7) Memperbaiki kerusakan ringan yang terjadi pada peralatan
peralatan laboratorium pada batas tingakat kerusakan tertentu yang
masih mungkin dapat diperbaiki sendiri.
(8) Mengganti komponen-komponen peralatan peralatan laboratorium
yang sudah rusak.

f. Waktu perawatan

21
Waktu untuk perawatan peralatan laboratorium dapat dilihat dari
tersedianya kesempatan atau waktu bagi pihak yang dilibatkan dalam
kegiatan perawatan dan pemanfaatan kesempatan tersebut secara
efektif dan efisien untuk melaksanakan kegiatan perawatan. Dari sisi
obyek yang dirawat, jadwal pelaksanakan pekerjaan perawatan
laboratorium dapat ditetapkan berdasarkan pada:
1) Berdasarkan pengalaman lalu dalam suatu jenis pekerjaan
perawatan alat yang sama peroleh pengalaman mengenai selang
waktu atau frekuensi untuk melakukan perawatan seminimal
mungkin dan seekonomis mungkin tanpa menimbulkan resiko
kerusakan alat tersebut. Bagi laboran/teknisi yang telah
berpengalaman dalam melakulan tugas perawatan peralatan
laboratorium akan banyak memiliki informasi untuk membantu
dalam menyusun jadwal perawatan.
2) Berdasarkan sifat operasi atau beban pemakaian atau penggunaan
peralatan laboratorium. Untuk obyek atau alat yang sering
digunakan untuk kegiatan praktikum dan pemakainya banyak
orang, maka obyek atau alat tersebut akan cepat kotor atau rusak.
Untuk menjaga agar tetap bersih dan menghindari kerusakan,
mestinya jadwal perawatannya harus dibuat tinggi frekuensinya.
Artinya obyek atau alat tersebut harus sering dilakukan perawatan.
3) Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan yang
dimiliki laboratorium. Biasanya peralatan laboratorium yang baru
dibeli dari pabrik dilengkapi dengan buku manual yang memuat
petunjuk operasi dan cara serta jadwal perawatan alat tersebut.
Informasi tersebut dapat dipakai sebagai rujukan dalam menyusun
jadwal perawatan.

2.3.4.4 Mengelola pekerjaan perawatan laboratorium


Dengan mengacu pada pengertian pengelolaan dan gambaran
tentang sumber daya yang dibutuhkan dalam sistem perawatan

22
laboratorium, maka untuk mengelola pekerjaan perawatan laboratorium
mencakup kegiatan:
a. Merencanakan program perawatan dengan menetapkan obyek apa
yang dirawat, jenis pekerjaan perawatan yang dikerjakan, kapan jadwal
pelaksanannya, siapa pelaksana, apa bahan dan alat yang digunakan
untuk merawat, dan jika perlu berapa biaya yang dibutuhkan.
b. Mengorganisir sistem perawatan, menentukan deskripsi pekerjaan
perawatan dan mekanisme kerjanya.
c. Melaksanakan ( actuating ) program perawatan
d. Mengevaluasi dan melaporkan kinerja perawatan

2.3.4.5 Pemeliharaan peralatan laboratorium


Pemeliharaan alat-alat di laboratorium sebenarnya mempunyai
andil besar dalam menanggulangi banyaknya kecelakaan kerja di dalam
laboratorium. Pemeliharaan alat-alat laboratorium secara berkala dapat
mengantisipasi kecelakaan yang timbul secara lebih dini.
Begitu juga dengan kebersihan laboratorium. Biasanya,
laboratorium merupakan tempat bertemunya cairan-cairan tubuh manusia
yang mengandung beberapa jenis penyakit dari spesimen tersebut, dan
tujuan menjaga kebersihan laboratorium ini adalah untuk mencegah bibit-
bibit penyakit yang terdapat pada jenis spesimen yang di teliti tertular
kepada para pekerja.
Berikut cara-cara yang di lakukan untuk pemeliharaan peralatan
laboratorium:
1. Sebelum meninggalkan laboratorium biasakan dalam keadaan bersih
terlebih dahulu. Jangan sekali-kali meninggalkan laboratorium dalam
keadaan kotor karena dapat menimbulkan bibit-bibit penyakit.
2. Kembalikan alat-alat laboratorium pada tempatnya, seperti bahan-
bahan kimia kembalikan pada lemari yang telah tersedia.
3. Bersihkan meja dan lantai laboratorium menggunakan antiseptik agar
meja tersebut tetap steril dan bebas dari kuman penyakit.

23
4. Cucilah dengan bersih semua alat-alat yang telah dipakai seperti
tabung reaksi, pipet, kaca preparat, dll agar tetap steril dan siap untuk
digunakan kembali.
5. Cepat laporkan pada guru atau pengawas laboratorium jika ada alat
yang memerlukan perbaikan.
6. Jangan sekali-kali menggunakan alat laboratorium jika alat tersebut
dalam kondisi buruk.
7. Gunakan alat-alat laboratorium tersebut sesuai dengan keperluan agar
menjaga kestabilan alat tersebut.
8. Matikan semua alat laboratorium yang terhubung dengan arus listrik
jika alat tersebut tidak di gunakan kembali.
Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan
alat‐alat praktikum:
 Sebelum menggunakan alat‐alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan
alat itu.
 Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan
alat
 Pahami fungsi atau peruntukan alat‐alat praktikum dan gunakanlah alat ‐
alat tersebut hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya.
Menggunakan alat praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat
menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan:
 Pahami rating dan jangkauan kerja alat‐alat praktikum dan gunakanlah
alat‐alat tersebut sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat
praktikum di luar rating dan jangkauan kerjanya dapat menimbulkan
kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan
 Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/
logam tajam, api/ panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada alat tersebut
 Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan,
goresan atau sejenisnya pada badan alat‐alat praktikum yang digunakan

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpula
1. Usaha mencegah terjadinya kecelakaan perlu diadakan, untuk dapat
mencegah terjadinya kecelakaan diperlukan pengetahuan tentang
kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium antara lain : luka, terkena
cairan zat kimia, tertelan zat zat beracun, pingsan, terkena kejutan listrik.
2. Kecelakaan di laboratorium dapat dihindari dengan bekerja secara disiplin,
memperhatikan dan mewaspadai hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya
atau kecelakaan, dan mempelajari serta mentaati aturan-aturan yang dibuat
untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kecelakaan. Aturan yang
dianggap penting perlu dicetak dengan huruf yang memadai dan
ditempelkan di tempat-tempat yang strategis, terutama di dalam dan diluar
ruang laboratorium.
3. Bahaya yang dapat terjadi dilaboratorium adalah:
a. Bahaya Listrik
b. Bahaya Radiasi
c. Kunjungan Lapangan
d. Bahaya Mekanik
e. Membuang Limbah
f. Kebakaran
4. Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan,
mempertahankan, dan mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik
dan siap pakai untuk mencegah agar peralatan tidak rusak atau tetap
terjaga dalam kondisi baik dan siap beroperasi.
5. Jenis-jenis perawatan yaitu:
a. Jenis perawatan terencana
Yaitu jenis perawatan yang diprogramkan, diorganisir, dijadwal,
dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta dilakukan
monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana dibedakan menjadi dua,

25
yakni: perawatan terencana yang bersifat pencegahan atau perawatan
preventif, dan perawatan terencana yang bersifat korektif.
b. Perawatan tidak terencana
Yaitu jenis perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang
tidak diperkirakan sebelumnya. Pekerjaan perawatan ini tidak
direncanakan, dan tidak dijadwalkan. Umumnya tingkat kerusakan
yang terjadi adalah pada tingkat kerusakan berat. Karena tidak
direncanakan sebelumnya, maka juga disebut perawatan darurat.
6. Perawatan peralatan laboratorium memiliki beberapa tujuan yang
mencakup:
a. Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal
b. Memperpanjang umur pemakaian
c. Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran
d. Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai
e. Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan
f. Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak
g. Menghindari terjadinya kerusakan fatal
7. Dalam perawatan Laboratorium,sebelum penyusunan jadwal dan rencana
kebutuhan biaya perawatan perlu dilihat unsur-unsur berikut ini:
a. Obyek laboratorium yang akan dirawat.
b. Sumber daya manusia sebagai tenaga perawatan.
c. Sumber daya lain: alat, bahan, suku cadang, cara, waktu, dan biaya
perawatan.
8. Pengelolaan atau sering disebut manajemen adalah proses mengelola
sumber daya untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien.
Sumber daya yang dikelola meliputi 6 M, yakni: man, money, materials,
machines, methods, dan minute (manusia, uang, bahan, mesin atau
peralatan, metode atau cara, dan waktu). Sedangkan fungsi manajemen
meliputi empat kegiatan, yakni: planning, organizing, actuating, dan
controlling (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengontrolan). Dengan demikian manajemen dapat diartikan sebagai

26
proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan
sumber daya manusia, biaya, bahan, mesin atau peralatan, metode atau
cara, dan waktu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan
efisien. Efektifitas merupakan landasan untuk mencapai sukses. Jadi
efektifitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan baik secara
eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan
dan seberapa jauh tujuan tercapai.Sedangkan efisiensi merupakan sumber
daya minimal yang digunakan untuk mencapai kesuksesan itu. Jadi efisien
berarti optimasi penggunaan sumber daya, yaitu yang termudah cara
mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan
bebannya, terpendek langkahnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Chairlan, Lestari Estu, 2011, Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium


Kesehatan Ed.2, Jakarta: EGC

Ibrahim, Sanusi. 2010. Teknik Laboratorium . Yogyakarta: Graha Ilmu.

Momo, Rusbiono 2004. Modul Pengadministrasian Alat dan Bahan Sains,


Jakarta: Dikmenjur

Sitorus, Marham, Sutiani. 2013. Pengelolaan dan Manajemen. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Sutrisno. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan Kerja.


Sukabumi: Yudhistira.

Sujono. 2013. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Graha Media

Winarti.2002. Modul Laboratorium Fisika. Jakarta Erlangga

28

Anda mungkin juga menyukai