Anda di halaman 1dari 7

BELAJAR DEMOKRASI DALAM MUKTAMAR MUHAMMADIYAH

Gilbran Jota Prasojo Wibowo1

Bayuady53@gmail.com

PENDAHULUAN

Muhammadiyah merupakan organisasi islam yang besar di Indonesia bahkan menjadi


organisasi islam terbesar kedua dengan jumlah anggota mencapai 60 juta. Pada awalnya
Muhammadiyah didirikan pada tahun 1912 di Yogyakarta oleh Ahmad Dahlan yang
mengambil nama Nabi Muammad SAW sebagai panutan ummat seluruh dunia dangan hal
tersebut organisasi Muhammadiyah dikenal pengikut nabi Muhammad SAW.

Muhammadiyah memiliki tujuan dan juga sebagai pedoman bagi anggota organisasi
Muhammadiyah di seluruh dunia bahwa dengan mengembalikanseluruh penyimpangan
sebagai proses dakwah. Dapat dilihat dalam surah al-imran ayat 104 yang berbunyi “ dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan umat menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
ma’ruh dan mencegah yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung “. Maka dalam
muqadimah anggaran dasar Muhammadiyah butir ke-6 dinyatakan bahwa “
melancarkanamal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi”.

Dalam tubuh Organisasi Muhammadiyah system pemilihan ketua dengan system


organisasi telah ada sejakOrganisasi Muhammadiyah terbentuk di Yogyakarta pada tahun
1912. Mukatamr Muhamadiyah adalah permusyawaratan tertinggi di Muhammadiyah.
Muktamar sebagai momen dimana re-organisasi dilaksanakan dan sebagai bersilaturahmi
para anggota Muhammadiyah di seluruh dunia. Setiap 5 tahun sekali muktamar
Muhammadiyah akan dilaksanakn dan diselenggarakan pada kota-kota yang telah ditentukan
oleh pengurus Muhammadiyah. Sejak pada tahun 1912 sampai tahun 2022 telah
terselenggaran 48 kali muktamar dan yang terakhir diselenggaran di Kota Surakarta.

Muktamar Muhammadiyah merupakan bukti bahwa Organisasi ini telah


melaksanakan system demokrasi sebelum negara Indonesia merdeka. Dalam perkemangan
sejarahnya muktamar pada awalnya diselenggaran setiap 1 tahun sekali pada tahun 1912
sampai pada tahun 1941 dimana pada rentang waktu 1912 – 1925 diselenggaran di Kota

1
penulis
Yogyakarta. Pendiri dari Organisasi Muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan memimpin
Organisasi Muhammadiyah pada rentang waktu 1912 – 1922.

Demokrasi dalam hal ini diartikan bahwa semua keputusan yang berkaitan dengan
kebijakan dan berkaitan dengan kepentingan Muhammadiyah diputuskan dengan kesepakatan
bersama dengan memajukan musyawarah dari berbagai pihak. Dalam Organisasi
Muhammadiyah sendiri menggunakan demokrasi islam yang dimana dalam setiap
mengambil keputusan haruslah disertai dengan prinsip – prinsip islam. Ada 3 dasar sebagai
ciri-ciri demokrasi islam yakni pemimpin haruslah dipilih oleh rakyat, tunduk pada Syariah
islam, dan berkomitmen untuk mempraktekkan “syura” atau yag diering disebut dengan
musyawarah.

Berdasarkan penjelasan yang ada diatas tentang demokasi dalam Organisasi


Muhammadiyah dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana ummat islam memandang demokrasi sebagai jalan untuk membuat


keputusan bersama?
2. Apa system yang digunakan oleh Organisasi Muhammadiyah dalam menentukan
suatu kebijakan Organisasi?
3. Bagaimana pandangan islam dengan system tersebut?

PEMBAHASAN

demokrasi adalah suatu bentuk dimana semua masyarakat memiliki hak yang sama
untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Sedangkan demokrasi
Islam adalah kepatuhan kepada hukum Tuhan, dan melaksanakan wewenangnya sesuai
dengan
perintah-perintah Tuhan dan dalam batas-batas yang telah digariskan oleh-Nya. Didalam
sejarah Indonesia dan pada awal mula beridiri demokrasi telah menjadi bagian dari ummat
muslim dan muncul partai politik Masyumi yang membela demokrasi dan konstitusi yang
telah dipermainkan oleh penguasa. Sebelum adanya Masyumi dan jauh dari tahun
kemerdekaan Indonesia, demokrasi telah dipraktekan oleh Organisasi dari Yogyakarta
dengan pendirinya K.H Ahmad Dahlan yakni Muhammadiyah.

Mayoritas ummat Islam di Indonesia merupakan pendukung dari system demokrasi.


Secara teoritik melalui demokrasi cita-cita kemasyarakatan dan kenegaraan Islam akan lebih
mudah diperjuangkan. Secara praktik, demokrasi di muka bumi selalu menuntut
tiga atau empat syarat yang saling melengkapi yaitu, rasa tanggung jawab,
lapang dada, rela menerima kekalahan secarasportif, dan tidak membiarkan
kesadaran nembeku.

Demokrasi di Indonesia merupakan produk dari negara barat yang masuk dari negara
barat juga, ada yang beranggapan bahwa demokrasi merupakan hal yang tidak harus
diterapkan namun di lain sisi ada juga yang beranggapan bahwa demokrasi ialah hal yang
baik untuk kemashlahatan bersama. Dalam masalah ini ada 3 pandangan dari para kaum
ulama dan intelektual islam yakni :

a. Pandangan konservatif
Berpandangan bahwa islam dan demokrasi/negara tetap berpegang teguh pada
integritas bersama. Islam telah memuat system kemasyarakatan. Pihak -pihak
yang menganut pandangan konservatif ialah tradisionalis yang tetap
mempertahankan tradisi praktik dan pemikiran politik islam klasik atau
pertengahan
b. Pandangan fundamenalis
Yakni kelompok yang ingin melakukan reformasi system sosial dengan kembali
pada ajaran islam secara totala dan menolak system yang dibuat oleh manusia
c. Kelompok sekuler
Kelompok ini ialah yang ingin memisahkan antara islam dengan negara. Menuruk
kelompok ini yang beranggapan bahwa islam tidak mengatur masalah
keduniawan.

Selain 3 pandangan diatas ada beberapa pandangan dari kaum ulama tentang paham
demokrasi yang ada beberapa menolak dan ada beberapa yang setuju :

a. Al-Maududi
Al-Maududi merupakan salah satu ulama yang menolak demokrasi.
Menurutnya Islam tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan
kekuasan besar kepada rakyat. Demokrasi merupakan buatan manusia sekaligus
produk dari pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung sekuler. Ia
menganggap demokrasi merupakan suatu hal yang syirik, Islam menganut
paham teokrasi (berdasarkan hukum Tuhan).
b. Yusuf al-Qardhawi
Memandang demokrasi telah sesuai demhan islam. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa hal yang diantaranya ialah :
 Dalam pemelihan kandidat pemimpin yang melibatkan banyak orang
 Pemantapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak
bertentangan dengan prinsip islam
 Kebebasan pers dan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan
merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan islam
c. Muhammad Imara
Beliau tidak menolak dan tidak menerima secara mutlak demokrasi yang
ada, dalam demokrasi kekuasaan legilatif secara mutlak berada di tangan
rakyat. Sementara, dalam sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan
wewenang Allah. Allahlah pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang
manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip
yang digariskan Tuhan secara berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh
ketentuan Allah.

Dalam Organisasi Muhammadiyah khususnya menggunakan system demokrasi


dimana dalam pencalonan nya akan di saring dan dijadikan beberapa saja dan akan
dimusyawarahkan oleh orang orang yang terpilih tadi.

Dalam Mukatamar Muhammadiyah ke-48 di Solo ada 39 pengurus PP


Muhammadiyah dan akan disaring kembali pada sidang pleno. Pada hasilnya hanya ada 13
pejabat yang akan menjabat menjadi pimpinan pusat Muhammadiyah selama lima tahun
kedepan. Dan berikut daftar 13 pipmpinan pusat Muhammadiyah periode 2022 – 2027

a. Haedar Nashir
b. Abdul Mu’ti
c. Anwar Abbas
d. Busyro Muqoddas
e. Hilman Latief
f. Muhadjir Effendy
g. Syamsul Anwar
h. Agung Danarto
i. Saad Ibrahim
j. Syafiq A. Mughini
k. Dadang Kahmad
l. Ahmad Dahlan Rais
m. Irwan Akib

Pemilihan Pimpinan Pusat Muhammadiyah diselenggarakan dengan voting dan


musyawarah. Adapun dalam hal votingnya dapat dilihat dalam pleno III sidang anwir di
Auditorium Djazman Al Kindi UMS dengan agendanya pemilihan calon anggota Pimpinan
Pusat Muhammadiyah masa jabatan 2022 – 2027. Pada sidang tersebut terpilih lah 39 nama
dan akan dibawa pada forum muktamar dan akan dipilih secara voting yang akan
menghasilkan 13 nama calon Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Dalam bagian musyawarah dapat dilihat ketika 13 nama calon Pimpinan Pusat
Muhammadiyah menentukan ketua dan serketaris umumnya. Dalam bagian ini para 13 nama
tersebut bermusyawarah untuk menentukan pemimpin nya dan tidak menggunakan system
voting yang berciri khas demokrasi namun hal ini tidak dilakukan untuk menjaga Syariah
islam dalam menentukan seorang pemimpin.

Dalam pandangan islam dan merujuk pada al-qur’an pada prinsipnya demokrasi
merupakan kandungan dari ajaran-ajaran islam. Disini islam memandang sebuah demokrasi
islam ialah saling melengkapi dimana islam mengisi preferensi nilai, sedangkan demokrasi
memberikan konsep atau bentuk system politik. Dengan demikian, islam mampu memberikan
sumbangan berupa proses demokritisasi selama yang dianut ialah islam yang berusaha untuk
membebaskannya.

Dalam ajaran islam ditemukan sebuah demokrasi yang memilii kandungan etik yang
sama. Dalam hal berkehidupan berbangsa, berkehidupan bermasyarakat, dan bernegara antara
keduanya yakni islam dan demokrasi ialah sejalan. Berikut ini ada ajaran – ajaran islam yang
selaras maupun sejalan dengan prinsip – prinsip demokrasi yakni :

a. Musyawarah
Musyawarah ialah berasal dari Bahasa arab yang berarti berunding dan berarti
bahwa suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan
persoalan atau mencari sebuah jalan keluar guna mengambil keputusan bersama
dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan
keduniawian. Dalam al-qur’an telah disampaikan. Berikut salah satu surah yang
menjelaskan tentang musyawarah yakni surah al-imran ayat 159 yang berbunyi
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.”
b. Keadilan
Bersikap pada tengah – tengah pada dua persoalan itulah istilah yang di muat
dalam hukum syara’. Dalam menjamin tegaknya keadilan di masyarakat yang
demokratis, keadilan merupakan cita-cita bersama yang dapat menjangkau seluruh
anggota masyarakat. Seperti halnya pada firman Allah SWT di surah Al-Maidah
ayat 8 yang berbunyi “wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai
penegak keadilan karena Allah, ( ketika ) menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk beraku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat dengan takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah maha teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.”
c. Prinsip Persamaan
Prinsip yang dimana semua makhluk sama dihapan Allah dan hanya
membedakannya ialah hanya sebuah ketaqwaan kepada Allah SWT
d. Prinsip Amanah
Dalam prinsip ini amanah sebagai hal yang harus dapat dipertanggung
jawabkan dan telah termuat dalam surah An – Nisa ayat 58 yang berbunyi “
sungguh Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkan dengan adil. Sungguh, Allah sebaik – baik yang memberikan
pengajaran kepadamu. Sungguh Allah adalah maha pendengar , maha melihat.”
e. Prinsip Pengakuan dan Perlindungan terhadap HAM
Dalam ayat-ayat al-qur’an tidak ada satupun ayat yang menyampaikan
kontadiktif dengan HAM dan islam merupakan hal yang sejalan dengan
demokrasi.

KESIMPULAN
Dalam pandangan islam dengan mengutip dari surah-surah yang ada dalam al-qur’an
bahwa system demokrasi sejalan dengan ajran – ajaran yang terkandung dalam islam. Dalam
islam mengedepankan sebuah musyawarah denganberkebebasan berpendapat dan demokrasi
pun demikian juga. Umat islam berpandangan bahwa demokrasi sesuai dengan ajran islam
hal itu dibuktikan dengan adanya surah – surah yang mengaturnya yakni surah Al-imran ayat
159 dan Al-syura ayat 38. Dengan hal tersebut dalam mengambil suatu keputusan bersama
dengan suatu system demokrasi maka menjadi sah-sah saja asal hal yang dibahas tidak
bertentangan dengan apa yang telah diatur dalam Al-qur’an dan hadist. Dalam Pemilihan
Pengurus Pusat Muhammadiyah menggunakan system blending yang mana dalam menyaring
calon anggota dengan system demokrasi yang berciri khas dengan voting atau polling yakni
diambil dari suara yang terbanyak dan selanjutnya untuk memilih calon bakal ketua akan di
musyawarahkan bersama dengan orang – orang terpilih dari suara terbanyak tersebut.

Dalam pandangan islam apa yang telah di lakukan oleh PP Muhammadiyah ialah
suatu hal yang dapat dipelajari karena dalam pemelihannya menggunakan system yang unik
dan tidak bertentangan dengan Syariah islam. Hal tersebu dapat dicontoh bagi organisasi lain
untuk mencampurkan antara demokrasi yang berciri khas voting dengan system musyawarah.

DAFTAR PUSTAKA

2
https://uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/islam-dan-demokrasi.html

3
https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/19/085000065/mengenal-apa-itu-muktamar-
muhammadiyah-dan-sejarahnya-?page=all

4
https://akurat.co/ayat-ayat-al-quran-tentang-demokrasi

5
https://id.wikipedia.org/wiki/Musyawarah

1
1. Al- DD, Demokrasi I, Indonesia DI, et al. Demokrasi, Al-. 2020;10(Februari):6-32.

Anda mungkin juga menyukai