Revisi Skripsi - 190513387 - Bima Romero
Revisi Skripsi - 190513387 - Bima Romero
Diajukan oleh :
NPM : 190513387
FAKULTAS HUKUM
2023
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN
WARALABA ANTARA PEMBERI DAN PENERIMA WARALABA
(Studi Kasus Di Perusahaan PT. Mister Burger Pelita Harapan Indonesia
yang Berkedudukan Di Wilayah Kabupaten Sleman)
Diajukan oleh :
NPM : 190513387
31 Juli 2023
Dosen Pembimbing :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN
WARALABA ANTARA PEMBERI DAN PENERIMA WARALABA
(Studi Kasus Di Perusahaan PT. Mister Burger Pelita Harapan Indonesia
yang Berkedudukan Di Wilayah Kabupaten Sleman)
Hari: Rabu
iii
Prof. Dr. Th. Anita Christiani, S.H, M.Hum.
MOTTO
Janganlah pergi mengikuti kemana jalan itu akan berujung tetapi buat jalanmu
sendiri dan tinggalkanlah jejak dari keberadaan dirimu. Maka keberhasilan akan
menjadi milikmu.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmatnya dan kebaikannya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini dengan baik dan lancar penulis percaya bahwa semua yang terjadi itu karena
kebaikan dan kemurahan Tuhan Yang Maha Esa terutama penulis dapat diberikan
kemampuan dan kekuatan dalam mengerjakan penulisan skripsi ini dalam rangka
pemenuhan untuk memperoleh gelar sarjana (S1) di Fakultas Hukum Universitas
Atmajaya Yogyakarta “Perlindungan Hukum Dalam Pelaksanaan Perjanjian
Waralaba Antara Pemberi Dan Penerima Waralaba (Studi Kasus Di Perusahaan
PT Mister Burger Pelita Harapan Indonesia Yang Berkedudukan Di Kabupaten
Sleman)”.
1. Bapak Dr. G. Sri Nurhartanto, S.H., LL.M Selaku Rektor Fakultas Hukum
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
2. Ibu Prof. Dr. Th. Anita Christiani, S.H, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
3. Bapak Dr.Triyana Yohanes,S.H.,M.Hum Selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
4. Bapak N. Budi Arianto Wijaya,SH.,M.Hum. Selaku Wakil Dekan II Fakultas
v
Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yang sekaligus menjadi Dosen
Pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan petunjuk serta
mencurahkan segala waktu yang sangat berguna dalam penyelesaian penulisan
hukum ini.
5. Bapak B. Hengky Widhi Antoro, S.H.,M.H Selaku Wakil Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
6. Semua staf dari Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang saya
hormati dan tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.
7. Ibu Juni Suprihatin S.H. selaku Direktur dari Mister Burger yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian di PT Mister Burger Pelita Harapan
Indonesia di Kabupaten Sleman.
8. Teman-teman terbaik yang penulis temukan selama masa-masa perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta Angkatan 2019 dan
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
9. Untuk Roh Kudus, sumber segala ilham selama penulisan ini, sumber
pengetahuan utama, sumber inspirasi, sumber kekuatan, sumber sukacita,
kepada Dia, Yesus, dan Allah Bapa di Surga, satu-satunya Tuhan yang
Bijaksana, kemuliaan selama-lamanya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya selalu.
Penulis,
vi
Romero Bima Mahardika Yanuarto
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
BAB II...................................................................................................................46
PEMBAHASAN...................................................................................................46
A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian...........................................................46
1. Pengertian Perjanjian...............................................................................46
2. Asas-Asas dan Unsur - unsur dalam Perjanjian.....................................49
3. Jenis-Jenis Perjanjian..............................................................................54
4. Syarat - Syarat Sahnya Perjanjian...........................................................57
5. Pihak-Pihak dalam Perjanjian dan Subyek dan Obyek Perjanjian, Hak
dan Kewajiban serta Akibat Hukum Perjanjian Yang Sah..............................62
6. Wanprestasi dan Hapusnya Perjanjian...................................................66
viii
B. Tinjauan Umum Tentang Waralaba............................................................76
1. Waralaba pada umumnya dan dasar hukumnya......................................76
2. Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Waralaba......................83
3. Jenis-Jenis Waralaba...............................................................................84
4. Karakteristik Waralaba............................................................................88
5. Hak dan Kewajiban penerima dan pemberi waralaba.............................90
6. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Penerima Waralaba...........................91
7. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pemberi Waralaba............................96
8. Keuntungan dan Kerugian Waralaba......................................................98
C. Sekilas Tentang PT Mister Burger Pelita Harapan Indonesia..................102
1. Sejarah Waralaba PT Mister Burger Pelita Harapan Indonesia............102
2. Fasilitas Paket Waralaba Mister Burger................................................104
3. Daya tarik Waralaba Mister Burger......................................................106
D. Hasil dan Analisa Penelitian.....................................................................108
1. Perlindungan Hukum dalam Pelaksanaan Perjanjian antara Pemberi dan
Penerima Waralaba..................................................................................108
2. Pemberi Waralaba Dari Pt Mister Burger Pelita Harapan Indonesia
Wilayah Kabupaten Sleman Dapatkah Memutuskan Perjanjian Secara
Sepihak Dengan Penerima Waralaba.......................................................114
BAB III................................................................................................................126
PENUTUP...........................................................................................................126
A. Kesimpulan...............................................................................................126
B. Saran.........................................................................................................129
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................130
ix
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya asli
penulis, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain.
Jika skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya
penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi
Penulis,
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
teknis dan pengetahuan atau penemuan khusus, pengusaha yang lebih maju dan
khusus dari produk yang diproduksi atau dijual untuk mencapai tujuan
sekarang.
waralaba terbesar di dunia. Sebuah terobosan usaha baru yaitu waralaba yang
menjanjikan bentuk usaha mandiri dengan pembelian merek dagang yang sudah
dikenal untuk dijalankan sendiri kesempatan memiliki usaha dengan modal yang
kecil masih tetap terbuka bagi pelaku usaha baru yang ingin mencoba untuk
terbatas, usaha mandiri menjadi salah satu jalan keluar untuk belajar menjalankan
usaha mandiri.
1
2
Indonesia, baik waralaba asing seperti KFC, McDonalds, maupun waralaba lokal
seperti Indomaret, Klenger Burger dan merek waralaba lainnya. Perkembangan ini
dapat menghasilkan devisa bagi negara. Bisnis sinergi seperti ini memang
berkembang lebih cepat sehingga dapat memperoleh kepercayaan yang luas dari
sendiri. Pewaralaba juga akan mendapat keuntungan berupa management fee dan
royalty fee.
berkecimpung dalam usaha ini yang menawarkan produk usaha dengan modal
penawaran yang begitu menarik banyak pelaku bisnis yang baru mencoba
berkembang adalah karena ada pengusaha yang sukses dalam bisnis tetapi
kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana
menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.
Permasalahan hukum akan timbul jika sebelum perjanjian tersebut sah dan
mengikat para pihak yaitu dalam proses perundingan, salah satu pihak telah
memutus kontrak secara sepihak, padahal belum tercapai kesepakatan final antara
Hal ini dapat terjadi karena salah satu pihak begitu percaya dan menaruh
penghargaan dan harapan akan janji yang diberikan oleh pemberi waralaba jika
pada akhirnya perundingan mengalami jalan buntu dan tidak tercapai kesepakatan,
misalnya tidak tercapai kesepakatan mengenai fees, royalty atau jangka waktu
lisensi, maka tidak dapat dituntut ganti rugi atas segala biaya, investasi yang telah
dikeluarkan kepada penerima waralaba karena menuntut teori kontrak yang klasik
belum terjadi kontrak, mengingat besarnya fees, royalty dan jangka waktu
perjanjian merupakan hal yang esensial dalam suatu perjanjian lisensi dan
Franchising.
Kehendak itu dapat dinyatakan dengan berbagai cara baik lisan maupun tertulis
dan mengikat para pihak dengan segala akibat hukumnya. Pasal 1338 ayat 1 KUH
Perdata menyebutkan bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah mengikat
4
sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Akan tetapi pasal
kepentingan debitur dalam situasi tertentu. Jika kreditur menuntut haknya pada
saat yang paling sulit bagi debitur mungkin kreditur dapat dianggap melaksanakan
dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 10, dikenai sanksi sebagaimana diatur
dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14 ayat (1), Pasal 24 ayat (1), Pasal 27 ayat
(1) dan ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis oleh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali
3. Pasal 31 Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah diberikan
Pasal 13, Pasal 14 ayat (1), Pasal 24 ayat (1), Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2),
5
peraturan perundang-undangan.
dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 10, dan/atau Pasal 11. (2) Sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. peringatan tertulis; b. denda; dan/atau
dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 10, dan Pasal 11. (2) Peringatan tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan paling banyak 3 (tiga)
kali dalam tenggang waktu 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal surat
Pasal 16 ayat (2) huruf b, dikenakan kepada Pemberi Waralaba yang tidak
untuk mencampuri isi perjanjian, sehingga tampaknya itikad baik bukan saja
harus ada pada pelaksanaan perjanjian, tetapi juga pada saat dibuatnya atau
bawah nama dan identitas pemberi waralaba dalam wilayah tertentu. Usaha
tersebut harus dijalankan sesuai dengan prosedur dan cara yang ditetapkan oleh
7
wilayah penerima waralaba. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab
perlindungan hukum yang jelas sehingga pola kemitraan antara usaha kecil
kepada para pihak yaitu pemberi waralaba dan penerima waralaba dari perbuatan
yang merugikan para pihak lain hal tersebut dikarenakan perjanjian tersebut dapat
menjadi dasar hukum yang kuat untuk menegakan perlindungan hukum bagi para
pihak yang terlibat dalam perjanjian waralaba tersebut, jika salah satu pihak
melanggar isi perjanjian , maka pihak lain dapat menuntut pihak yang melanggar
8
B. Rumusan Masalah
ini adalah:
Sleman?
C. Tujuan Penelitian
ini adalah:
waralabanya yang melanggar isi perjanjian yang telah dibuat dan disetujui.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis: Secara teoritis manfaat teoritik yang ingin dicapai dalam
waralaba tetapi melanggar isi terhadap perjanjian yang telah dibuat dan
E. Keaslian Penelitian
1. Skripsi Pembanding 1
NPM : 14110260
laporan lokasi yang baru. Dalam hal kekurangan pelunasan biaya pokok
perjanjian sepihak jika setelah lewat waktu 1 bulan itu tetap tidak dipenuhi
sehingga boleh ada penerima waralaba baru di lokasi tersebut. dan terakhir
mengenai tidak dilaporkan terlebih dahulu lokasi usaha yang baru oleh
yang baru. Pemberi waralaba pada dasarnya telah menunjukkan itikad baik
yang pertama adalah dari rumusan masalahnya kewajiban apa saja yang
12
2. Skripsi Pembanding 2
NPM : 14110156
sebagai berikut:
tertulis oleh pemberi waralaba, dan jika tiga kali peringatan secara
penerima waralaba.
3. Skripsi Pembanding 3
NPM : 13113119
oleh para pihak. Pada Pasal 5 UU No.42 Tahun 2007, perjanjian waralaba
memuat klausula paling sedikit: a) Nama dan alamat para pihak, b) Jenis
hukumnya dibolehkan.
klausula paling sedikit: a) Nama dan alamat para pihak, b) Jenis hak
adalah hak intelektual dalam bentuk nama perusahaan, logo, sistem, dan
F. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Perjanjian
yang sudah sewajarnya bahwa tidak dipenuhinya suatu perutangan tidak dapat
dalam pasal 1244 dan 1245, sedangkan pasal 1444 juga penting artinya, dalam
1
Subekti, 1989, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.1.
18
tepat, karena tidak hanya gugat untuk pengganti kerugian dapat dielakkan
Maksud dari pasal 1244 dan pasal 1245 kira-kira sama saja, maka itu
sebagai satu kesatuan pada waktu pembentukan B.W. Tetapi ps. 1244 isinya
agak lebih banyak, sekedar disitu jelas dikemukakan bahwa dalam hal
perjanjian menurut teori klasik yang dimaksud dengan perjanjian itu adalah
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih".
janji. Meskipun janji itu didasarkan atas kata sepakat, namun kata sepakat itu
tidak untuk menimbulkan akibat hukum, yang berarti bahwa apabila janji itu
dikenakan sanksi.4
a. Dari kata mengikatkan sifatnya hanya datang dari satu pihak saja,tidak
bersangkutan.
karena mencakup juga janji kawin yang diatur dalam lapangan hukum
untuk apa.5
dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melakukan
perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain
4
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, 2010, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (edisi
Revisi), Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, hal. 153.
5
Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, Pt. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.
78.
6
Ibid.
20
atau dua orang yang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal"7
oleh para sarjana hukum tersebut, maka jika dirinci mempunyai unsur-unsur
Para pihak yang disebutkan itu adalah subjek pada perjanjian yang
dari penerimaan tanpa syarat atas suatu tawaran yang berarti apa yang
a. Asas Kepribadian/Personalia
diadakan perjanjian untuk itu.Hal ini dapat dinyatakan dari bunyi Pasal
Perdata terdapat dalam Pasal 1317 Kitab Undang undang Hukum Perdata
yang menyatakan:
b. Asas Konsensualitas
tertulis dan tidak tertulis dari kesepakatan ini, maka di dalam praktek
penting atau vital dituntut suatu bentuk tertentu yaitu tertulis. misalnya
1338 ayat(1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Hal ini jelasnya dapat
diberikan suatu penekanan dari perkataan semua yang berarti adanya suatu
didasarkan atas kata sepakat, namun kata sepakat itu tidak untuk
menimbulkan akibat hukum, yang berarti bahwa apabila janji itu dilanggar
sanksi.9
Asas ini dapat ditafsirkan dari ketentuan-ketentuan Pasal 1338 ayat (1) dan
ketentuan yang telah disepakati oleh para pihak akan mempunyai kekuatan
mengikat yang sama besarnya bagi kedua belah pihak. Bagi para
salah satu pihak di dalam perjanjian akan berakibat pihak lawan dapat
Pengertian asas itikad baik di dalam hukum perjanjian dan hukum benda
adalah tidak sama. Pengertian asas itikad baik di dalam hukum benda
bersifat subjektif, yaitu kejujuran atau bersih. Hal ini diketahui dari adanya
terhadap tindak tanduk suatu pihak dalam hal melaksanakan apa yang
(dua),yaitu itikad baik subjektif dan itikad baik objektif. Itikad baik
sebagai berikut:
Di dalam asas itikad baik subyektif yang menjadi ukuran atau tolok
dalam perhubungan hukum, dimana yang menjadi titik berat dari itikad
baik disini adalah terletak pada tindakan yang akan dilakukan oleh kedua
10
Subekti, 1989, Aspek-aspek Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.
27.
11
Wirjono Prodjodikoro, 1987, Asas-asas Hukum Perdata, Sumur Bandung, Bandung,
hal. 42.
26
a. Unsur Essensialia
b. Unsur Naturalia
Unsur yang tidak secara tegas disebut dalam suatu perjanjian walaupun
undang dalam suatu hukum yang sifatnya pelengkap, jadi unsur ini
diperjanjikan.14
c. Unsur Accidentalia
Unsur yang ditambah sendiri oleh para pihak dan harus disebutkan
12
Ibid, hal. 46.
13
Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya
Bakti, Bandung, hal. 74.
14
Ibid.
27
yang harus dipenuhi oleh para pihak apabila ingin perjanjian tersebut sah.
Tidak dipenuhinya keempat syarat tersebut akan berakibat perjanjian itu batal
atau dapat dibatalkan. Hal ini tergantung pada syarat mana dari keempat syarat
itu sendiri. Apabila syarat ini tidak dipenuhi maka akibat hukum dari
adalah syarat suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.
ada tetap terus berjalan selama belum ada atau tidak diadakan pembatalan
15
Ibid, hal. 75.
28
yang dilakukan oleh hakim pengadilan atas permintaan yang berhak meminta
batal demi hukum maka maksudnya perjanjian itu sejak semula dianggap tidak
pernah ada, dengan demikian perjanjian itu menjadi batal tanpa campur tangan
dari hakim.
Adanya perbedaan dapat dibatalkan dan batal demi hukum ini menurut
karena tidak dipenuhinya syarat subyektif tidak dapat dilihat oleh hakim dan
mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang diadakan itu, apa yang
dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang
kedua belah pihak yang merupakan sepakat itu harus diberikan secara
Hal ini secara tegas diatur di dalam ketentuan Pasal 1321 Kitab
16
Prof. Subekti, 1979, Hukum Perjanjian Cetakan ke XII, PT Intermasa Indonesia, hal.
26.
29
berikut:
pokok perjanjian.
suatu kerugian yang terang dan nyata". Paksaan yang dimaksud pada
paksaan yang berupa paksaan rohani dan paksaan jiwa, bukannya paksaan
misalnya; akan digugat dimuka hakim, dalam hal ini tidak dapat dikatakan
adanya paksaan.17
rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak yang lain tidak telah
17
Yahya Harahap, 1986, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hal. 47.
18
lbid, hal.17.
31
perjanjian, yaitu:
diluar perdagangan menjadi tidak sah dan batal menurut hukum.Selain itu
Perdata dimaksudkan sebab yang halal adalah dalam arti isi perjanjian
membuat perjanjian. Jadi yang dimaksud sebab itu bukanlah sesuatu yang
umum dan kesusilaan, sehingga suatu perjanjian yang dibuat dengan sebab
4. Jenis-jenis Perjanjian
bawah ini :
hadiah.
belah pihak atau satu pihak. Prestasi biasanya berupa benda bergerak
20
Ibid, hal.34.
34
perjanjian hibah.
dalam mana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat
A.21
Perdata).
tertentu, seperti harus dibuat dengan akta notaris, jadi perjanjian ini
Perjanjian
perjanjian khusus.
bahwa ada perjanjian yang mempunyai nama sendiri dan perjanjian yang
dikenal tanpa nama khusus. Maksud pembedaan pada Pasal 1319 Kitab
yang tidak hanya dikuasai ajaran umum sebagaimana terdapat dalam titel
liberatoir.
tempat yang berbeda,satu orang menjadi kreditur yang berhak atas prestasi
dan orang lainnya sebagai debitur yang wajib memenuhi prestasi. “Pihak-
hukum seperti yang ditetapkan oleh undang-undang. Sesuai dengan teori dan
praktek hukum,yang dapat menjadi kreditur atau debitur adalah terdiri dari:
25
Ibid., hal. 41.
26
Suryodiningrat, op.cit., hal. 90.
27
Subekti, op.cit., hal. 27.
38
Hak dan kewajiban para pihak adalah merupakan isi dari perjanjian itu
kepada para pihak untuk menentukannya, apa yang menjadi hak dari satu
pihak dan apa yang menjadi kewajiban dari pihak yang lain. Orang yang
lain, dengan kata lain prestasi yang merupakan hak dari kreditur adalah
prestasi.”28
perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena
yaitu:
manusia.
dalam keadaan bagaimana debitur itu dikatakan sengaja atau lalai tidak
suatu perjanjian;
diperjanjikan;
perintah atau akta sejenis itu, jika tidak dipenuhi ia telah dinyatakan lalai atau
29
Abdulkadir Muhammad, op.cit., hal. 97.
40
tertulis dapat juga cukup dengan surat tercatat/surat kawat, asal saja jangan
menganggap sah suatu peringatan lisan. Ada kalanya dalam kontrak itu sendiri
sudah ditetapkan kapan debitur dapat dianggap lalai, di sini tidak diperlukan
suatu peringatan. Sejak perikatan itu berlaku atau selama perikatan itu berlaku,
30
Subekti, op.cit., hal. 147.
31
Abdulkadir Muhammad, op.cit., hal. 24.
41
(overmacht, force majeur). Dalam keadaan memaksa ini debitur tidak dapat
peristiwa mana tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada
memaksa yaitu :
c. Peristiwa tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu
membuat perikatan baik oleh debitur maupun oleh kreditur. Jadi bukan
7. Hapusnya Perjanjian
perjanjian itu telah tercapai. Dengan demikian isi perjanjian yang telah mereka
buat bersama itu telah dilaksanakan dengan baik oleh mereka.Selain itu
perjanjian akan berakhir dengan sendirinya jika telah melewati batas waktu
32
Ibid, hal. 27.
33
Ibid, hal. 28.
42
Dengan hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi
kewajibannya, jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu
yaitu apabila:
sepakat mengakhirinya;
berakhir.34
G. Batasan Konsep
ini. Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997 tentang waralaba,
franchise diartikan sebagai : Peringatan dimana salah satu pihak diberikan hak
untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan dan penjualan barang dan atau jasa. Perjanjian Waralaba
adalah perjanjian yang timbul dari suatu perjanjian yang diatur dalam Jilid 3
Definisi wanprestasi berarti bahwa salah satu pihak dalam kontrak setuju
untuk berkinerja buruk sebagai akibat dari kelalaian. Seseorang yang dianggap
H. Metode Penelitian
1. Penelitian Kepustakaan
2. Penelitian Lapangan
b. Responden.
4. Analisis Data
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
hasil penelitian berdasar analisis data (harus konsisten dan sesuai dengan
1. Pengertian Perjanjian
perjanjian menurut teori klasik yang dimaksud dengan perjanjian itu adalah
yang didasarkan atas kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. 35 Dua
belah pihak itu sepakat untuk menentukan peraturan atau kaidah atau hak dan
Meskipun janji itu didasarkan atas kata sepakat, namun kata sepakat itu tidak
untuk menimbulkan akibat hukum, yang berarti bahwa apabila janji itu
dikenakan sanksi.36
perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain
atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.”37
35
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, 2010, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (edisi
Revisi), Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, hal. 153.
36
Ibid.
37
Prof. Subekti, 1979, Hukum Perjanjian Cetakan ke XII, PT Intermasa Indonesia, hal. 1.
46
47
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Definisi yang diberikan Pasal 1313
a. Dari kata mengikatkan sifatnya hanya datang dari satu pihak saja,tidak
bersangkutan.
karena mencakup juga janji kawin yang diatur dalam lapangan hukum
untuk apa.38
oleh para sarjana hukum tersebut, maka jika dirinci mempunyai unsur-unsur
38
Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
hal.77-78.
48
ditawarkan oleh pihak yang satu diterima oleh pihak yang lainnya.
perjanjian.
akta. Perjanjian ini dapat dibuat secara lisan artinya dengan kata-kata
yang jelas maksud dan tujuannya yang dipahami oleh pihak-pihak, itu
syarat itulah dapat diketahui hak dan kewajiban pihak-pihak. Syarat ini
biasanya terdiri dari syarat pokok yang akan menimbulkan hak dan
kewajiban pokok.39
39
Ibid, hal. 79-81.
50
perjanjian apa saja walaupun belum atau tidak diatur dalam undang-
isi perjanjian, baik itu mengenai bentuk maupun objek dari perjanjian
tersebut.
Asas bersifat konsensual artinya perjanjian itu terjadi ada sejak saat
disimpulkan bahwa perjanjian yang dibuat dapat secara lisan dan dapat
sebagai alat bukti perjanjian yang dibuat secara lisan saja didasarkan
pada asas bahwa “manusia itu dapat dipegang mulutnya” artinya dapat
kebendaan.40
e. Asas personalitas
atau perjanjian untuk pihak ketiga. Dalam hal ini seseorang membuat
bagi orang lain, tanpa kuasa dari orang yang diperjanjikan itu. Hal ini
40
Ibid, hal. 84-85.
52
yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum
demikianlah isi pasal 1338 ayat 3 B.W. Itikad baik mempunyai dua arti
kesusilaan.
2) Arti yang subjektif yaitu itikad baik yang terletak dalam sikap batin
seseorang.
Asas ini tercantum di dalam pasal 1338 ayat 1 B.W. yang isinya semua
undang bagi yang membuatnya. Asas ini sangat erat kaitannya dengan
semua perjanjian yang dibuat oleh para pihak asal saja memenuhi
dalam buku III B.W. tetap mengikat sebagai undang-undang bagi yang
Pasal 1338 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata
41
Djohari Santoso dan Achmad Ali, 1989, Hukum Perjanjian Indonesia,
Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, hal 47-48.
53
Berdasar ketentuan Pasal 1338 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-
ketentuan yang telah disepakati oleh para pihak akan mempunyai kekuatan
ditentukan oleh para pihak tersebut merupakan suatu yang harus ditaati
Unsur-unsur Perjanjian :
perjanjian, unsur ini mutlak harus ada agar perjanjian itu sah,
kehendak, kecakapan para pihak, obyek tertentu dan kuasa atau dasar
54
yang halal.
c. Unsur Accidentalia. Unsur yang harus dimuat atau disebut secara tegas
3. Jenis-Jenis Perjanjian
bawah ini:
terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi
dari pihak lain dan antara kedua prestasi itu ada hubungan menurut
hukum.
suatu benda kepada pihak lain menurut KUHPer, perjanjian jual beli
saja belum mengakibatkan beralihnya hak milik atas suatu benda dari
kebendaan).
perjanjian kebendaan. Dalam hal perjanjian jual beli benda tetap maka
bersamaan.
Perbedaaan antara perjanjian konsensual dan riil ini adalah sisa dari
KUH Per.
atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak
ikatan dinas.
menentukan.43
43
Prof. Dr. Mariam Darus Badrul Zaman, Dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 66-69.
58
yang harus dipenuhi oleh para pihak apabila ingin perjanjian tersebut sah.
Tidak dipenuhinya keempat syarat tersebut akan berakibat perjanjian itu batal
atau dapat dibatalkan. Dua syarat yang pertama, sepakat mereka yang
yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir, adanya hal
tertentu dan suatu sebab yang halal dinamakan syarat objektif karena
dilakukan itu.
Dalam hal ini harus dibedakan antara syarat subjektif dengan syarat
objektif dalam hal syarat objektif kalau syarat itu tidak terpenuhi perjanjian ini
batal demi hukum. Artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu
44
Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.
88-89.
59
perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak yang
adalah gagal. Dengan demikian maka tiada dasar untuk saling menuntut di
depan hakim. Dalam hal suatu syarat subyektif jika syarat ini tidak terpenuhi
perjanjiannya bukan batal demi hukum, tetapi salah satu pihak mempunyai
hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat
meminta pembatalan itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang
yang telah dibuat itu mengikat juga selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas
nasib suatu perjanjian seperti itu tidaklah pasti dan tergantung pada kesediaan
yang dibuat itu. Titik pokok perjanjian itu berupa objek perjanjian dan
45
Prof. Subekti, 1979, Hukum Perjanjian Cetakan ke XII, PT Intermasa Indonesia, hal.
20.
60
pihak manapun dan tidak ada kekhilafan dan tidak ada penipuan (Pasal
1321, 1322 dan 1328 KUHPer). Persetujuan itu harus bebas tidak ada
tidak ada kekhilafan atau kekeliruan atau kesesatan. Apabila salah satu
pihak tidak khilaf tentang hal yang pokok yang diperjanjikan atau
hal baru, ada penipuan kalau di situ ada tipu muslihat yang
Dalam hal paksaan dihitung sejak hari paksaan itu berhenti; dalam hal
61
diwakili oleh Wali mereka dan bagi istri harus ada izin dari suaminya
dihitung atau ditetapkan syarat, bahwa prestasi itu harus tertentu atau
maka dianggap tidak ada objek perjanjian, akibat tidak dipenuhi syarat
d. Suatu sebab yang halal (causa). Kata causa berasal dari bahasa latin
dimaksud dengan causa yang halal dalam Pasal 1320 KUHP itu
itu sendiri, yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-
causa yang tidak halal adalah bahwa perjanjian itu batal demi hukum.
bagi anak dibawah umur, wali bagi yang berada di bawah perwalian,
yang telah dibuat itu, dan dapat pula secara diam-diam artinya
46
Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.
89-96.
63
yaitu, Pasal 1315, Pasal 1340, Pasal 1317, Pasal 1318. Mengingat bahwa
hukum harus dipelajari sebagai 1 (satu) sistem, maka adalah penting untuk
b. Para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak dari padanya
c. Pihak ketiga
hak daripadanya (Pasal 1318 KUHPer). Beralihnya hak kepada ahli waris
tersebut adalah akibat peralihan dengan alas hak umum yang terjadi pada ahli
pembeli, mendapatkan haknya sebagai pemilik. Hak yang terikat kepada suatu
melalui putusan pengadilan dapat menentukan jenis-jenis ganti rugi bagi para
pihak.
tidak dapat membawa rugi kepada pihak ketiga, tidak dapat pihak ketiga,
mendapat manfaat karenanya, selain dari yang diatur dalam Pasal 1317
KUHPer. Dengan demikian asas seseorang tidak dapat mengikat diri selain
atas nama sendiri mempunyai suatu kekecualian, yaitu dalam bentuk yang
apabila suatu penerapan janji yang dibuat oleh untuk dirinya sendiri atau,
65
suatu pemberian yang dilakukan kepada lain membuat suatu janji yang seperti
itu. Siapa yang telah memperjanjikan seperti itu tidak boleh menariknya
kembali, apabila pihak ketiga itu merupakan suatu penawaran yang dilakukan
oleh pihak yang meminta diperjanjikan hak kepada mitranya agar melakukan
prestasi kepada pihak ketiga. Pihak yang meminta diperjanjikan hak tadi tidak
dapat menarik kembali perjanjian itu apabila pihak ketiga telah menyatakan
kreditur yang berhak atas prestasi dan pihak debitur yang wajib melaksanakan
prestasi, maka intisari atau objek dari perjanjian adalah prestasi itu sendiri 48.
Itulah sebabnya pasal 1320 (3) B.W. menentukan bahwa objek atau prestasi
dirumuskan dalam pasal 1333 B.W.49 Suatu perjanjian hanya meletakkan hak-
paut dengan perjanjian tersebut. Suatu perikatan hukum dilahirkan oleh suatu
sudut pasif.
47
Prof. Dr. Mariam Darus Badrul Zaman, Dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 69-72.
48
M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hal. 15.
49
Ibid, hal. 10.
66
b. Sudut hak-hak atau manfaat, yang diperoleh oleh lain pihak yaitu hak
itu. Perkataan minta ditetapkan suatu janji ditujukan pada sudut hak yang
diperoleh dari perjanjian itu, sudut penuntutan ini dinamakan sudut aktif.50
Menurut Pasal 1338 KUHPer, perjanjian yang dibuat secara sah yaitu
bagi mereka yang membuatnya tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan
kedua belah pihak atau karena alasan - alasan yang cukup menurut undang-
undang dan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Pelaksanaan dengan itikad
baik dalam pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata adalah ukuran objektif untuk
50
Subekti, 1979, Hukum Perjanjian Cetakan ke XII, PT Intermasa, Indonesia, hal. 29.
51
Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.
96-99.
67
Perihal wanprestasi itu dari pihak debitur itu harus dinyatakan terlebih
yaitu:
dalam keadaan bagaimana debitur itu dikatakan sengaja atau lalai tidak
suatu perjanjian.
52
Djohari Santoso, Achmad Ali, 1989, Hukum Perjanjian Indonesia, Perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, hal. 57.
68
perintah atau akta sejenis itu, jika tidak dipenuhi ia telah dinyatakan lalai atau
wanprestasi.
Perdata adalah surat peringatan resmi dari pengadilan. Biasanya peringatan itu
dilakukan oleh juru sita dari pengadilan. Peringatan tertulis dapat juga cukup
dengan surat tercatat/surat kawat, asal saja jangan sampai mudah dipungkiri
oleh si berhutang.
menganggap sah suatu peringatan lisan. Ada kalanya dalam kontrak itu sendiri
sudah ditetapkan kapan debitur dapat dianggap lalai, di sini tidak diperlukan
suatu peringatan.
sesuatu yang telah ditetapkan oleh perjanjian itu. Dalam hal ini tidak
perikatan itu berlaku atau selama perikatan itu berlaku, kemudian debitur
69
(overmacht, force majeur). Dalam keadaan memaksa ini debitur tidak dapat
peristiwa mana tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada
memaksa yaitu :
c. Peristiwa tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu
membuat perikatan baik oleh debitur maupun oleh kreditur. Jadi bukan
dipenuhi debitur.
1381 B.W. Cara-cara hapusnya suatu perikatan pasal 1381 Kitab undang-
a. Pembayaran;
penitipan;
c. Pembaharuan utang;
53
Abdulkadir Muhammad,1992, Hukum Perikatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.
20-28.
71
e. Percampuran utang;
f. Pembebasan utang;
j. Lewatnya waktu.
hutang bukan saja debitur, melainkan juga orang yang turut berhutang
konsinyasi itu diatur dalam Pasal 1405 KUHPer sampai dengan 1407
jalan mengganti hutang lama dengan hutang baru, debitur lama dengan
debitur baru dan kreditur lama dan kreditur baru. Dalam hal hutang
subjektif aktif.
hutang apabila hutang piutang debitur dan kreditur secara timbal balik
dipinjamkan;
terjadi apabila kedudukan kreditur dan debitur itu menjadi satu artinya
dan hutang tetap ada, hanya saja sekarang penjamin berubah menjadi
kreditur.
piutang asli oleh kreditur kepada debitur secara sukarela dalam (Pasal
subjektif tidak dipenuhi maka perikatan itu tidak batal melainkan dapat
mengajukan gugatan;
ketentuan isi perjanjian yang disetujui oleh kedua belah pihak, syarat
berikatan itu menjadi lenyap, syarat yang demikian ini disebut syarat
batal, syarat batal ini dapat dibaca dalam perikatan bersyarat yang
telah dibicarakan lebih dahulu, syarat batal itu pada asasnya selalu
berlaku surut yaitu sejak perikatan itu dilahirkan, perikatan yang batal
adanya perikatan.
adanya daluwarsa itu tidak usah menunjukkan alas hak, dan tidak
lebih dari satu tahun, diambil kembali dari tangan orang yang
menguasai benda itu, baik oleh pemiliknya maupun oleh pihak ketiga
itu tidak tercegah jika peringatan atau gugatan itu ditarik kembali atau
dinyatakan batal atau digugurkan atau ditolak oleh hakim (pasal 1981
54
Subekti, 1979, Hukum Perjanjian catatan ke XII, PT Intermasa, hal. 64-78.
77
istimewa yang terjalin dan diberikan oleh pemberi waralaba kepada penerima
waralaba adalah Hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau
badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba Untuk memanfaatkan
didasarkan pada Perjanjian Waralaba yang dibuat antara para pihak yang
55
Adrian Sutedi, 2008, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, hal. 6.
78
oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri
khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti
usaha adalah suatu usaha yang memiliki keunggulan atau perbedaan yang
tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain sejenisnya dan membuat
cara penjualan dan pelayanan atau penataan atau cara distribusi yang
jasa, dan izin untuk menerapkan sistem bisnis yang dilindungi sebagai rahasia
hingga saat ini masih jarang yang mengajukan permohonan pencatatan dan
bidang waralaba yang kabur. Persoalan hukum yang kabur berupa aturan
79
hukum yang kabur sangat nampak pada ketentuan Pasal 2 angka 2 Permendag
c. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan
Tahun 2019 diatur: Yang dimaksud dengan “Hak kekayaan Intelektual yang
telah terdaftar” adalah Hak Kekayaan Intelektual yang terkait dengan usaha
seperti merek dan/atau hak cipta dan/atau paten dan/atau lisensi dan/atau
rahasia dagang sudah didaftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam
2019 dan penjelasannya tersebut, semua jenis HKI yang merupakan salah satu
kriteria dari waralaba harus sudah didaftarkan dan mempunyai sertifikat atau
sedang dalam proses pendaftaran di instansi yang berwenang. Hal ini tidak
karena lahirnya semua jenis HAKI kecuali Hak Cipta dan Rahasia Dagang
Begitu pula dengan kontrak lisensi yang tidak mengenal proses pendaftaran
melainkan pencatatan.56
waralabanya.57
yang dibuat antara para pihak yang mempunyai kedudukan hukum yang setara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat berdasarkan hukum Indonesia dan
ini. (3) Perjanjian Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
Waralaba. (4) Perjanjian Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
brosur atau pameran; dan d. penelitian dan pengembangan pasar dan produk
yang dipasarkan, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan dapat diterima pasar
dengan baik.
dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14 ayat (1), Pasal 24 ayat (1), Pasal 27 ayat
(1) dan ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis oleh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali
Pasal 13, Pasal 14 ayat (1), Pasal 24 ayat (1), Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2),
undangan.58
bidang waralaba yang pada gilirannya juga dapat merugikan para pihak di
dalam kontrak waralaba itu sendiri pada khususnya Penerima Waralaba dan
juga masyarakat. Penerima Waralaba juga cenderung pasrah dan takut untuk
58
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Waralaba
83
yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, diteruskan oleh kaum
Pada akhir abad ke-19, akibat desakan paham etis dan sosialis, paham
banyak perlindungan. Oleh karena itu kehendak bebas tidak lagi diberi arti
mutlak, akan tetapi lebih diberi arti relatif dikaitkan selalu dengan
kepentingan umum.60
sentral di dalam hukum kontrak, meskipun asas ini tidak dituangkan menjadi
aturan hukum namun mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan
atau tidak dan bebas memilih undang-undang mana yang akan dipakainya
untuk perjanjian itu. Asas Ini dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1338
KUHPer yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
3. Jenis-Jenis Waralaba
berikut:
60
Prof. Dr. Mariam Darus Badrul Zaman, Dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 84-85.
61
Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas Dalam
Kontrak Komersial, Kencana Prenada Media Group, hal. 108.
85
tertentu.
dan lain-lain.
Indonesia yang umumnya dapat ditemui pada usaha restoran cepat saji,
Indonesia saat ini adalah waralaba produk dan merek dagang serta waralaba
sistem format bisnis. Waralaba produk dan merek dagang merupakan bentuk
waralaba yang paling sederhana. Dalam waralaba produk dan merek dagang,
merek dagang sering kali mengambil bentuk keagenan, distributor atau lisensi
Penerima Waralaba untuk memilih lokasi yang tepat serta menyediakan jasa
adalah dealer mobil auto auto 2000 dari Toyota dan stasiun pompa bensin atau
87
Pertamina.
hanya menawarkan merek dagang dan logo, tetapi juga menawarkan sistem
dengan menggunakan merek dagang atau nama dagang Pemberi Waralaba dan
yang diperlukan untuk mengelola bisnis sesuai dengan cetak biru yang
meliputi :
pengalaman;
8) Penerbitan newsletter;
4. Karakteristik Waralaba
dagang dan identitas suatu perusahaan atau Usahawan oleh perusahaan atau
atau Fee oleh pihak Penerima Waralaba yang disertai dengan ketaatan
a. Unsur dasar. Dalam setiap waralaba terdapat tiga unsur dasar yang
b. Keunikan produk.
62
Adrian Sutedi, 2008, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, hal. 14-17
90
dari Penerima Waralaba berhak atas laba dari usaha yang telah dijalankannya
misalnya pajak dan gaji pegawai. Di luar itu pihak dari Penerima Waralaba
terikat pada aturan dan perjanjian dengan pihak Pemberi Waralaba sesuai
Lanjutan dan Penerima Waralaba atau Penerima Waralaba Lanjutan, yaitu hak
Waralaba Lanjutan.
namun calon dari Penerima Waralaba harus secara cermat meneliti industri
a. Berapa lama usaha tersebut telah berjalan dan berapa lama usaha
b. Kesehatan keuangan track record yang baik oleh karena itu calon
64
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Waralaba.
92
sedang ditelaah.
layanan produk.
frekuensinya.
93
waralaba tersebut.
mendatang.
pihak lain.
waralaba.
detail.
Waralaba.
merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dapat membantu calon Penerima
Waralaba tidak salah dalam memilih bisnis waralaba yang sesuai dengan
tujuan bisnisnya. Selain itu hal ini juga bisa dijadikan pedoman untuk
cukup tindakan untuk memilih suatu usaha yang memang benar-benar layak
disebut sebagai waralaba bukan hanya sekedar peluang bisnis. Selain itu
overload sehingga distribusi stop ditempat atau berhenti kasus lain yang juga
manajemen mutu, oleh pihak Pemberi Waralaba sehingga produk yang dibeli
tidak sama antara satu tempat dan tempat lainnya, Penerima Waralaba yang
sukses umumnya ialah mereka benar-benar menaruh minat pada jenis usaha
yang dibeli, Jadi bukan hanyalah sekedar investasi belakang, tetapi juga
tertentu tergantung pada jenis waralaba yang akan dibeli, biaya pembelian
atau penyewaan tempat usaha secara otomatis bukan menjadi tanggung jawab
pihak Pemberi waralaba. Terkait dengan biaya-biaya yang timbul akibat bisnis
untuk satu kali yaitu pada saat bisnis waralaba akan dimulai atau pada
fee nilai royalty fee ini sangat bervariatif, tergantung pada jenis
waralabanya.
kewajiban non finansial yang sangat esensial, yaitu menjaga image produk
dan pengoperasian yang jelas yang dituangkan di dalam SOP. Dari segi
paling minimum.65
pada bagian awal akan diuraikan tahap-tahap yang harus diperhatikan oleh
Waralaba:
a. Tahap audit internal yaitu tahap di mana pihak dari Pemberi Waralaba
khususnya dua tahun terakhir. Pihak dari Pemberi Waralaba juga harus
(break event point) dan ROI (return on investment). Pada tahap ini
65
Adrian Sutedi, 2008, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, hal. 56-74.
98
dan strategi pemasaran. pada tahap ini ada beberapa hal yang harus
dan evaluasi.
harus melakukan beberapa hal antara lain sebagai berikut: pemilihan lokasi
usaha waralaba, rancangan outlet dan layout lokasi usaha waralaba, mencari
meningkatkan penjualan.66
66
Ibid, hal.75-76.
99
dalam rangka memperluas jaringan usaha dengan cepat. Dengan kata lain
waralaba yang memberikan jaminan usaha. Bagi para pemula, bisnis waralaba
paling kecil. Risiko bisnis kegagalan waralaba jauh lebih kecil dibandingkan
dengan konsep bisnis yang lainnya, dari uraian ini secara umum bisnis
waralaba merupakan alternatif jalan keluar yang relatif lebih aman bagi:
sebuah cabang;
Indonesia saat ini ialah waralaba produk dan merek dagang serta waralaba
pengetahuan khusus.
berikut:
a) Penyelesaian tempat.
b) Mempersiapkan rencana untuk memperbaiki model outlet
termasuk rencana tata kota yang harus diperlukan atau
persyaratan-persyaratan hukum yang diperlukan.
c) Mendapatkan dana untuk sebagian biaya akuisisi dari bisnis
yang diwaralabakan.
d) Pelatihan staf Penerima Waralaba.
Pemberi Waralaba.
dan kompetitif.
Waralaba.
yang diwaralabakan.
memperhatikan hal-hal berikut ini, seperti yang diingatkan oleh ketua Asosiasi
lainnya.
f. Dengan standar operasional yang ada, ilmu bisa diajarkan dan mudah
i. Perjanjian bisnis yang jelas setara antara pihak yang terlibat saling
67
Ibid, hal. 127-134.
103
menjual produk asing, namun mampu bersaing dengan merek waralaba burger
dari luar negeri, Mister Burger didirikan oleh Dr. Drs. FX. Y. KIATANTO
JI. Jendral Sudirman No. 48c Yogyakarta, dan Mister Burger mengalami
sambutan yang luar biasa pada tahun 2000an, sehingga Mister Burger
ekspansi ke luar kota ini dilakukan dengan sistem kerjasama. Pihak Mister
sementara pihak mitra cukup menyediakan modal, sumber daya manusia dan
tempat berusaha saja. Harga jual Mister Burger dibandrol dengan harga yang
sangat terjangkau, mulai dari Rp. 16.000,- sampai dengan Rp. 20.000,-,
menjadi unggulan Mister Burger yaitu: Mister Beef, Mister Cheese, Mister
Rings On Cheese, Hot Sosis Cheese Jumbo, dan masih banyak lagi pilihannya.
Sandwich Chicken Olala merupakan salah satu produk unik yang memiliki
jenis roti berukuran panjang (menyerupai hot sosis) dengan isian fillet
104
isian telur. Big Bang merupakan produk terbaru yang diproduksi oleh Mister
Burger, yang memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari burger reguler,
sendiri yang turun tangan langsung oleh karena pemilik mempunyai hobi dan
burger digoreng tidak boleh lebih dari 1 menit supaya daging betul-betul
matang dan tidak gosong dan tetap juicy, tetapi sistem dan prosedur ini tidak
dan prosedur dari pemberi waralaba tidak praktis dan pihak pemberi waralaba
merek usaha Mister Burger, dapat memberikan peluang usaha dan keuntungan
burger, yaitu menawarkan paket waralaba Outlet Small Rp. 5.000.000,00 dan
68
Hasil Wawancara Dengan Ibu Eunike Juni Suprihatin selaku direktur dari PT Mister
Burger Pelita Harapan Indonesia pada tanggal 1-10 maret 2023
105
c. Gastronorm Pans 1/2 x 100 dan Flat Cover GP 1/2x 100 masing-
d. Gastronorm Pans 1/4 x 100 dan Flat Cover GP 1/4 x 100 masing-
masing tiga;
f. Teflon satu, penjepit roti satu, penjepit daging, botol saus tiga;
5. Gastronorm Pans 1/2 x 100 dan Flat Cover GP 1/2 x 100 masing-
masing satu;
digoreng;
7. Gastronorm Pans 1/2 x 100 dan Flat Cover GP 1/2x 100 masing-
b. Gastronorm Pans 1/4 x 100 dan Flat Cover GP 1/4 x 100 masing-
c. Gastronorm Pans 1/4 x 100 dan Flat Cover GP 1/4 x 100 masing-
e. Daftar menu burger dua, daftar menu sosis panggang dua, daftar
f. Teflon burger satu, penjepit roti satu, penjepit daging, botol saus
tiga, penjepit sosis satu, teflon kebab satu, penjepit kebab satu, serok
g. Talenan tanggung dua buat burger dan sosis panggang, pisau roti satu;
kebab
Sampai saat ini telah tercatat sebanyak 50 stand Mister Burger yang
tersebar di Daerah Istimewa Yogyakarta Dan Jawa Tengah. Produk yang telah
dihasilkan oleh Mister Burger antara lain roti burger, daging burger, keju,
onion ring, telur atau sunny, nanas, daging olala, daging angry,sosis jumbo,
mayonaise, saus sambal, saus tomat, tortilla, daging kebab, mustard, pasta
barbeque, pasta black pepper, pasta bolognaise, saus keju, bumbu bakaran
karena brand telah dikenal banyak orang. Dengan modal tidak terlalu
usaha;
suka untuk memberikan modal pada bisnis yang telah kokoh dari
cepatnya cepat;
baru;
69
Hasil Wawancara Dengan Ibu Eunike Juni Suprihatin selaku direktur dari PT Mister
Burger Pelita Harapan Indonesia pada tanggal 1-10 maret 2023
109
yang sudah disetujui dan apabila ada permasalahan dan tuntutan sehubungan
penunjukan dan pemberian hak dimaksud adalah menjadi beban dan tanggung
dan melakukan kegiatan atau usaha yang sejenis yang bukan berasal dari PT
akar dari permasalahan yang ada yaitu terdapat beberapa kewajiban penerima
usahanya sesuai dengan prosedur dan sistem yang ditetapkan pihak pemberi
umumnya berupa tiga hal, yakni memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan
untuk tidak berbuat sesuatu. Seperti yang sudah disebutkan, kegagalan dalam
lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan
110
kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur
pasal-pasal yang telah disebutkan diatas kejadian yang terjadi ini merupakan
Indonesia.
sanksi kepada para pihak seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang
para pihak juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
42 Tahun 2007 tentang Waralaba dan diatur lebih spesifik oleh Peraturan
70
Hasil Wawancara Dengan Ibu Eunike Juni Suprihatin selaku direktur dari PT Mister
Burger Pelita Harapan Indonesia pada tanggal 1-10 maret 2023
111
menandatangani perjanjian;
71
Hasil Wawancara Dengan Ibu Eunike Juni Suprihatin selaku direktur dari PT Mister
Burger Pelita Harapan Indonesia pada tanggal 1-10 maret 2023
112
sudah ada;
waralaba;
investasinya;
berminat menjadi penerima waralaba Mister burger, hal pertama yang harus
persen) dari total nilai investasi waralaba sesuai dengan paket waralaba yang
dipilih. Setelah melakukan survei lokasi dan mendapat persetujuan oleh pihak
waralaba. Setelah mendapatkan lokasi yang dianggap cocok untuk usaha dan
disetujui oleh Mister Burger, maka lokasi yang dituju segera direnovasi sesuai
dengan design khas dan ciri khusus dari Mister Burger. Selain persyaratan
diatas, Mister Burger juga memiliki Visi dan Misi guna mengembangkan
bisnis kuliner dan waralabanya. Visi dari Mister burger antara lain :
menu burger;
kepuasan dari para pelanggan setia dari Mister Burger dan penerima
waralaba.
memaksimalkan tingkat kepuasan dari para pelanggan setia dari Mister Burger
perjanjian waralaba yang sudah disepakati oleh para pihak. Dalam perjanjian
115
akan diberikan peringatan secara tertulis sebanyak tiga kali dan musyawarah
mufakat, setelah tiga kali peringatan tertulis dan musyawarah mufakat masih
melakukan kesalahan yang sama maka pemberi waralaba baru dapat memutus
waralaba merupakan perjanjian timbal balik, oleh karena itu hak dan
72
Hasil Wawancara Dengan Ibu Eunike Juni Suprihatin selaku direktur dari PT Mister
Burger Pelita Harapan Indonesia pada tanggal 1-10 maret 2023
116
dijual);
melayani konsumen).
operasional.
bahan baku;
pemberi waralaba;
120
daging angry, daging olala, sosis reguler, keju, onion ring, telur,
penerima waralaba;
atau semua yang berbau dengan merek Mister Burger yang sudah
10) Penerima waralaba wajib mematuhi tata tertib, aturan hukum dan
14) Penerima waralaba wajib mematuhi tata tertib, aturan hukum dan
Cara Penyelesaiannya.
dan sistem yang ditetapkan pihak pemberi waralaba. Selain itu penerima
atau training yang diadakan pemberi waralaba setiap ada karyawan baru
dan tidak membeli produk atau bahan dagangan di pabrik Mister Burger.
yaitu membeli bahan baku dari pihak lain, ada karyawan baru yang
Burger dan menggoreng atau meracik produk tidak sesuai prosedur atau
larangan untuk membuka stand atau kedainya selama satu minggu, tanpa
73
Hasil Wawancara Dengan Ibu Eunike Juni Suprihatin selaku direktur dari PT Mister
Burger Pelita Harapan Indonesia pada tanggal 1-10 maret 2023
125
belum berakhir.
stand atau kedainya karena tidak ada bahan baku yang akan dijual.
burger.74
74
Hasil Wawancara Dengan Ibu Eunike Juni Suprihatin selaku direktur dari PT Mister
Burger Pelita Harapan Indonesia pada tanggal 1-10 maret 2023
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
minimal yang harus dicantumkan dan diatur di dalam perjanjian waralaba. Fungsi
dari adanya pengaturan tersebut tidak lain adalah agar perjanjian tersebut jelas dan
para pihak mengerti apa saja yang diatur dan diperjanjikan bagi para pihak, dan
apa saja yang menjadi hak dan tanggung jawab para pihak. Selain itu untuk
yang telah dijabarkan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari hasil penelitian penulis karena tidak ada klausul yang mencantumkan
terlebih dahulu sebanyak 3 (tiga) kali baik lisan maupun tertulis tetapi
127
128
dari pihak Mister Burger dan cara penyelesaian yang dilakukan pemberi
waralaba tersebut mengacu pada Pasal 1338 ayat (1) dan (2) KUHPer
yang berbunyi semua persetujuan yang dibuat secara sah oleh para pihak
adalah bahwa setiap orang berhak mengadakan kontrak apa saja baik yang
telah diatur maupun yang belum diatur dalam Undang Undang asalkan
perjanjian waralaba yang sudah disepakati oleh para pihak. Dalam kasus
terlebih dahulu sebanyak 3 (tiga) kali baik lisan maupun tertulis tetapi
B. Saran
sepihak.
pengadilan dan hakim. Karena dalam Pasal 1338 ayat (1) dan (2) KUHPer
berbunyi semua persetujuan yang dibuat secara sah oleh para pihak
ketentuan Pasal 1338 ayat (1) dan (2) KUHPer tersebut dapat diketahui
131