Arina Muniroh FST
Arina Muniroh FST
ARINA MUNIROH
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program
Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ARINA MUNIROH
11160950000079
iv
8. Balai Bioteknologi BRIN dan seluruh Staff Laboratorium yang telah
memberikan arahan secara teknis, dan membantu penulis selama pelaksanaan
penelitian.
9. Keluarga dan pihak lain yang turut membantu dan mendukung penulis selama
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga penelitian dan skripsi ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi pembacanya.
Penulis
v
ABSTRAK
Bahan pakan menghabiskan 60-70% dari total biaya budi daya ikan. Adanya
pengganti bahan pakan alternatif yang berasal dari tumbuhan, tetapi
penggunaannya kurang optimal dikarenakan memiliki asam fitat yang tinggi dan
asam amino esensial yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
bahan pakan ikan dengan asam fitat yang rendah dan asam amino esensial yang
tinggi. Bahan pakan yang digunakan ampas kelapa, bungkil kedelai, bungkil sawit,
Corn Gluten Feed (CGF), dedak gandum, dedak padi, jagung, kopra, kulit kopi, dan
onggok. Metode penelitian bersifat eksperimental dengan 3 kali pengulangan.
Bahan tersebut difermentasi menggunakan ragi tempe selama 48 jam, 30ºC.
Pertumbuhan miselium padat merata di area atas, bawah, irisan melintang terdapat
pada bungkil sawit, dedak padi, jagung, dan kopra. Data dianalisis dengan sidik
ragam (ANOVA) taraf kepercayaan 95% dilanjut uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
untuk mengetahui pertumbuhan biomassa terhadap bahan pakan ikan. Bahan pakan
kopra memiliki pertumbuhan biomassa sebesar 4.44 × 10−2, akan tetapi data
menunjukkan bahwa tidak terdapat pertumbuhan biomassa yang signifikan akibat
perbedaan bahan pakan dan data tersebut adalah homogen. Hal ini menunjukkan
semua ragi tempe memberikan pengaruh yang sama terhadap bahan pakan. Analisa
asam fitat dan asam amino esensial dilakukan secara kualitatif dalam bentuk tabel
lalu dibahas secara deskriptif. Terjadi penurunan asam fitat terbesar pada jagung
75,77% dan peningkatkan asam amino esensial sebesar 39,16% pada bungkil sawit.
Kata kunci: Asam amino esensial; Asam fitat; Fermentasi padat; Ragi tempe
vi
ABSTRACT
Arina Muniroh. The use of Tempe Yeast in Solid Fermentation of Phytate Acid
and Essential Amino Acids in Fish Feed Ingredients. Undergraduate Thesis.
Program Study of Biology. Faculty of Science and Tecnology. State Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2022. Advised by Catur Sriherwanto
and Etyn Yunita.
Feed ingredients spend 60-70% of the total cost of fish farming. There are
alternative feed substitutes derived from plants, but their use is not optimal because
they have high phytic acid and low essential amino acids. This aims of this study to
obtain fish feed ingredients with low phytic acid and high essential amino acids.
The feed ingredients used are coconut dregs, soybean meal, palm oil meal, Corn
Gluten Feed (CGF), wheat bran, rice bran, corn, copra, coffee husks, and cassava.
The research method is experimental with 3 repetitions. Furthermore, fermented
using tempeh yeast Rhizopus sp. for 48 hours, 30OC. The dense mycelium growth
is evenly distributed on the top, bottom, cross section in palm oil cake, rice bran,
corn, and copra. Data analyzed using variance (ANOVA) at 95% confidence level
followed by the Least Significant Difference (LSD) to determine the growth of
biomass in fish feed ingredients. Copra feed ingredients have biomass growth of
4.44 × 10−2, but the data shows that there is no significant biomass growth due to
differences in feed ingredients and the data is homogeneous. The showed all tempeh
yeast have the same effect on feed ingredients. Analysis of phytic acid and essential
amino acids was carried out qualitatively in tabular form and then discussed
descriptively. The highest decrease in phytic acid occurred in corn by 75.77% and
an increase in essential amino acids by 39.16% in palm oil cake.
Keywords: Essential amino acids; Phytic acid; Solid fermentation; Yeast tempeh
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 3
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.6. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 4
LAMPIRAN .......................................................................................................... 43
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha budi daya ikan perlu memerhatikan beberapa aspek seperti pakan. Pakan
terdapat kandungan mineral, vitamin, dan nutrisi berguna untuk pertumbuhan dan
kesehatan (Kanti, 2017). Pakan berperan sebagai komponen dalam budi daya,
karena berfungsi sebagai penentu pertumbuhan ikan dan besarnya biaya produksi
pakan. Mahalnya harga pakan merupakan masalah utama yang dialami oleh
pembudi daya, biaya produksi yang cukup tinggi membuat harga pakan menjadi
semakin mahal (Dersjant-Li et al., 2015). Penggunaan biaya pakan bisa mencapai
60-70 % (Kristiawan et al., 2019).
Hasil budi daya yang terus meningkat, penggunaan pakan buatan akan
mengalami peningkatkan. Harga pakan yang terlalu tinggi sejalan dengan hukum
ekonomi, semakin meningkatnya permintaan sedangkan penawaran terbatas maka
adanya peningkatan harga barang yang ditawarkan. Kendala tersebut bisa teratasi
dengan beralih ke alternatif bahan pakan. Pemilihan bahan baku sebaiknya memilih
bahan baku yang berasal dari dalam negeri untuk mengurangi biaya impor dengan
mengembangkan produk dalam negeri sendiri sehingga penggunaan bahan baku
lokal saat ini dapat menjadi pilihan alternatif karena berkualitas, murah, melimpah
dan tersedia sepanjang waktu (Kanti, 2017; Suhenda et al., 2010).
Ada beberapa alternatif bahan pakan ikan yang bisa dimanfaatkan penyusun
bahan pakan diantara bahan pakan yang berasal tumbuhan seperti ampas kelapa,
bungkil kedelai, bungkil sawit, CGF (Corn Gluten Feed), dedak gandum, dedak
padi, jagung, kopra, kulit kopi, dan onggok. Permasalahannya adalah bahan pakan
yang bersumber dari tumbuhan tersebut mengandung antinutrisi dan kekurangan
nutrisi tertentu sehingga pertumbuhan ikan kurang optimal. Antinutrisi bisa
mengganggu produktivitas pertumbuhan ikan dan terdapat pada asam fitat
(Yanuartono et al., 2016). Antinutrisi asam fitat berupa senyawa fosfat yang
berikatan dengan protein maupun mineral. Tingginya asam fitat menyebabkan daya
penyerapan mineral dan protein didalam tubuh rendah. Asam fitat juga berdampak
mengurangi kecernaan nutrien dikarenakan asam fitat sulit diserap oleh usus
(Setiarto & Widhyastuti, 2016).
1
2
1) Apakah fermentasi padat menggunakan ragi tempe dalam bahan pakan ikan
dapat menurunkan kandungan anti nutrisi asam fitat?
2) Apakah fermentasi padat menggunkan ragi tempe dalam bahan pakan ikan
dapat menaikkan kandungan asam amino esensial?
3
Kandungan asam fitat yang tinggi dan asam amino esensial yang
rendah pada bahan pakan menyebabkan pertumbuhan ikan kurang
optimal.
Analisis kandungan fitat dan asam amino esensial pada bahan pakan
ikan sebelum dan sesudah fermentasi menggunakan ragi tempe.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Pakan Ikan
Kompenen utama dalam budi daya ikan adalah pakan. Kualitas dan
kuantitas pakan harus baik dan sesuai dengan kebutuhan. Pakan berfungsi sebagai
sumber energi dan nutrisi bagi pertumbuhan ikan. Jenis pakan ikan terbagi menjadi
pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah makanan yang tumbuh alami.
sedangkan pakan buatan adalah pakan yang diproduksi oleh pabrik yang dikenal
dengan sebutan pelet dengan ukuran bervariasi, tidak mudah rusak dalam waktu
yang lama, tidak hancur serta larut dalam air (Halver & Hardy, 2002).
A B C D E
F G H I J
5
6
Limbah dari industri pembuatan sirup atau pati jagung disebut sebagai Corn
Gluten Feed (CGF), terdiri dari kulit biji jagung yang didapat setelah sebagian besar
pati, gluten, dan lembaga dipisahkan (Umiyasih & Wina, 2008). Kandungan gizi
yang dimiliki cukup tinggi, antara lain protein 66,2 %, lemak 2,1 %, metabolisme
energi 5.400 kkal/kg, dan serat kasar 1,8%. Selain itu, memiliki harga yang relatif
murah karena berasal dari sumber protein nabati (Yigit et al., 2011).
Ketersediaannya terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi tapioka.
CGF diharapkan dapat menggantikan tepung ikan karena memiliki nilai protein
tinggi dan serat kasar sesuai dengan kebutuhan ikan yang diperlukan (Umiyasih &
Wina, 2008).
Protein dedak berkisar antara 12-14 %, lemak sekitar 7-9 %, serat kasar sekitar 8-
13 %, dan abu sekitar 9-12 % (Murni et al., 2008).
2.1.7 Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) adalah salah satu tanaman biji-bijian dari
yang sudah popular diseluruh dunia. Tanaman jagung menghasilkan limbah dengan
proporsi terbesar adalah batang jagung diikuti dengan daun, tongkol, dan kulit buah
jagung (Umiyasih & Wina, 2008). Kandungan protein jagung sebesar 11,38 %,
lemak 5,39 %, dan serat 21,09 %. Pemanfaatan limbah tanaman jagung belum
maksimal, dikarenakan limbah tersebut cepat rusak setelah dipanen. Limbah jagung
terkadang langsung diberikan kepada hewan ternak. Hal ini mengakibatkan
terlarutnya zat-zat gizi atau hilang karena menguap sehingga menurunkan
kandungan gizi dari limbah tanaman jagung tersebut (Yulfiperius et al., 2018).
2.1.8 Kopra
Kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra merupakan salah
satu produk turunan kelapa yang sangat penting karena sebagai bahan baku
pembuatan minyak kelapa (Wohon et al., 2007). Indonesia memproduksi kelapa 3,2
juta ton setara kopra. Menurut Direktorat Jenderal Industri Agro Kementrian
Perindustrian (2015) produktivitas lahan kelapa Indonesia masih rendah
dibandingkan dengan India dan Srilanka. Indonesia belum mampu membangun
9
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya. Kulit kopi
merupakan produk samping dari pengolahan buah kopi yang jika tidak ditangani
lebih lanjut akan menimbulkan pencemaran. Dampak lingkungan berupa polusi
organik limbah kopi bersifat lamban terlarut dalam air sehingga menyebabkan
kondisi anaerobik (Juwita et al., 2017).
Dampak yang ditimbulkan bau busuk yang cepat timbul karena kulit kopi
masih memiliki kandungan air 75-80 % (Simanihuruk, 2010) dan mengandung
protein sebesar 11,18 % (K. Usman et al., 2014). Upaya memanfaatkan pengolahan
kopi menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi perlu dilakukan. Salah satu
solusinya berupa memproduksi produk alternatif kulit kopi sebagai bahan pakan
ikan (Suloi, 2019).
2.1.10 Onggok
Artinya: “Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan
seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur)”.
Berdasarkan surat Ar-Rum ayat 19 yaitu semua makhluk hidup tumbuh dan
berkembang berasal dari yang mati. Ketika ragi yang digunakan dalam proses
fermentasi maka mikroba yang terdapat pada ragi akan tumbuh dan berkembang
menghasilkan sel dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan selama
proses fermentasi, mikroba pada ragi akan mengonsumsi substrat dan nutrisi
sebagai sumber energi. Pertumbuhan ragi dipengaruhi oleh ketersediaan air yang
digunakan mikroorganisme untuk membentuk sel dan memperoleh energi.
Sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30 berbunyi:
ِض َكانَت َا َرتْقًا فَفَت َ ْقنَا ُه َما َو َج َع ْلنَا منَِ ْال َماء
َِ األر
ْ ات َو
ِ ِاو
َ س َم
َّ ن الَِّ َ أ َ َولَ ِْم يَ َِر الَّذينَِ َكفَ ُروا أ
ََِيءِ َحيِ أَفَال يُؤْ منُون ْ لش َِّ ُك
Artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi,
keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa
mereka tidak beriman?”
Berdasarkan surat Al-Anbiya’a ayat 30 menjelaskan bahwa air memiliki
peran yang sangat penting dalam kehidupan. Semua mahkluk hidup ciptaan Allah
baik manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan bahkan mikroba sangat bergantung pada
air, karena dengan adanya air mampu menjalankan roda kehidupan.
Protein adalah bahan organik yang terdapat pada jaringan ikan sekitar 65 –
75 % dari total beratnya. Protein tersebut dihidrolisis lalu diserap saluran usus dan
didistribusikan oleh darah ke organ dan jaringan tubuh. Asam amino adalah
senyawa organik yang mengandung gugus amino (NH2) dan gugus asam
karboksilat (COOH), memiliki rumus dasar NH2CHRCOOH (Suprayitno &
Sulistiyati, 2017).
Lipoprotein). Kekurangan asam lemak tak jenuh akan menyebabkan gangguan pada
kesehatan ikan termasuk berkurangnya fekunditas, yaitu berkurangnya kemampuan
untuk membentuk embrio sehingga pertumbuhannya menjadi abnorman. Lisin
tidak hanya diperlukan dalam pembuatan sel, akan tetapi untuk menjaga kesehatan
jaringan otot yang berpengaruh terhadap kekuatan otot untuk menjalankan
fungsinya (Aristasari et al., 2018; Kemendikbud, 2013).
Leusin merupakan asam amino yang bekerja untuk memacu fungsi otak,
berfungsi menjaga sistem kekebalan tubuh dan menambah tingkat energi pada otot
(Edison, 2009). Treonin mempunyai rantai cabang gugus alifatik hidroksil yang
merupakan bagian dari asam amino, bekerja untuk mempertahankan keseimbangan
protein dan mampu meningkatkan kemampuan usus dalam proses pencernaan
(Winarno, 2008). Kadungan asam amino esensial histidin diperlukan untuk
menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh berfungsi bagi pertumbuhan larva
serta juvenil ikan (Kemendikbud, 2013) dan berfungsi untuk mendorong
pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak (Rosa & Nunes, 2004).
Metionin merupakan asam amino esensial yang mengandung sulfur.
Kandungan metionin terdapat protein sistein. Sistein mampu mereduksi sejumlah
metionin yang diperlukan bagi pertumbuhan optimal. Kebutuhan metionin pada
ikan berkaitan dengan kandungan metionin dalam serum dan kandungan makanan
yang dicerna. Metionin dan triptofan merupakan asam amino pembatas dalam
beberapa bahan makanan sumber protein nabati. Defisiensi metionin dan triptofan
dapat mengakibatkan penyakit katarak pada mata, terjadinya nekrosis pada sirip
ekor, kerusakan pada operculum insang. Selain itu, defisiensi triptofan juga akan
meningkatkan kalsium, magnesium, sodium dan potasium dalam ginjal serta hati
ikan (Gusrina, 2008; Kemendikbud, 2013).
Triptofan merupakan asam amino heterosiklik yang diperoleh dari hasil
pencernaan kasein yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan tubuh.
Triptofan memproduksi vitamin niasin, yaitu vitamin B yang penting untuk
pencernaan, kulit, dan saraf (Almatsier, 2006). Berperan sebagai bahan pembentuk
serotonin serta berfungsi sebagai proses pembekuan darah dan pembentukan cairan
(Winarno, 2008).
BAB III
METODE PENELITIAN
16
17
Tahapan kerja dalam penelitian ini meliputi pembuatan bahan pakan ikan
dengan penambahan ragi tempe, kemudian dilakukan proses fermentasi padat.
Setelah itu, dilakukan pemilihan bahan pakan ikan dengan melihat pertumbuhan
miselium pada area permukaan dan melintang secara makrokopis. Bahan pakan
ikan yang terpilih kemudian dianalisis untuk menghitung konsentrasi biomassa dan
mengukur kandungan asam fitat serta asam amino esensial. Analisis kualitatif
kandungan asam fitat dan asam amino esensial dengan membuat tabel
perbandingan antara hasil fermentasi dan tanpa fermentasi secara deskriptif.
Bahan pakan ikan yang terpilih dalam fermentasi padat, seperti bungkil
sawit, dedak padi, jagung, dan kopra dilakukan pengujian tanpa fermentasi yang
berfungsi sebagai pembanding antara pengujian bahan pakan ikan fermentasi dan
tanpa fermentasi. Hasil pengukuran ini akan dilanjutkan analisis asam fitat dan
asam amino esensial.
Tabel 3. Perhitungan berat, ragi, dan volume persample tanpa fermentasi padat
0,5 M. Larutan ini diaduk menggunakan pengaduk magnet selama 2 jam pada suhu
ruang kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh digunakan untuk menetapkan
kandungan asam fitat. Penentuan asam fitat dilakukan dengan cara tabung reaksi
yang berisi 0,5 ml filtrat, ditambahkan 0,9 ml HNO3 0,9 M dam 1 mL FeCI3 0,3
mM kemudian tabung reaksi ditutup, direndam dalam air mendidih selama 20
menit. Setelah didinginkan, ditambahkan 5mL C₅H₁₂O dan 1 mL larutan NH₄SCN
0,1mM. Larutan selanjutnya disentrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 10
menit. Setelah terbentuk dua lapisan, lapisan C₅H₁₂O diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 465 nm dengan blanko
C₅H₁₂O, 15 menit setelah itu penambahan NH₄SCN.
Selanjutnya, hasil yang didapatkan dari pengujian asam fitat baik berupa
bahan pakan yang telah dilakukan fermentasi padat maupun tanpa fermentasi
dibandingkan dan dihitung persentase penurunannya. Hasil persentase penurunan
menggunakan rumus berikut;
tanpa fermentasi − fermentasi
% Penurunan =
tanpa fermentasi X 100 %
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Bahan Pakan Ikan
A B C
D F E
G H I
Gambar 5. Pertumbuhan miselium setelah 48 jam pada permukaan atas dan irisan
melintang. A. Ampas kelapa; B. Bungkil kedelai; C. Bungkil sawit; D. CGF; E.
Dedak gandum; F. Dedak padi; G. Jagung; H. Kopra; I. Kulit kopi; J. Onggok (Garis
skala kuning= 1 cm)
21
22
kualitas bahan pakan ikan. Perhitungan konsentrasi biomassa yang diperoleh pada
bahan pakan menghasilkan konsentrasi yang bervariasi (Lampiran 2).
Terjadinya peningkatan jumlah massa sel mikroba selama fermentasi
berlangsung disebabkan adanya protein yang terdapat pada substrat tersebut.
Menurut Prasetya et al. (2019) kandungan protein setelah dilakukan fermentasi
mengalami peningkatan dikarenakan mikroba mempunyai pertumbuhan dan
perkembangbiakan yang baik, sehingga dapat mengubah komponen penyusunnya
dan akan meningkatkan kandungan protein dari substrat.
0,05 0,0444a±0,0340
0,0432a±0,0083
Konsentrasi Biomassa (mg/g)
0,04
0,0281a±0,0038
0,03 0,0249a±0,0853
0,02
0,01
0
Bungkil sawit Dedak Padi Jagung Kopra
Bahan Pakan
menghasilkan pertumbuhan miselium yang padat dan lebat (Suningsih et al., 2019).
Bungkil sawit memiliki kandungan karbohidrat sebesar 45% - 50 %, dedak padi 70-
80%, jagung 70-80 %, dan kopra 40-50 % (Suharti, 2015). Kandungan karbohidrat
dedak padi dan jagung diatas 70 % ini membuat karbohidrat melebihi kebutuhan
pertumbuhan miselium. Kandungan karbohidrat yang bagus untuk pertumbuhan
miselium adalah karbohidrat bahan pakan yang sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhannya. Pertumbuhan tersebut akan memanfatkan energi dengan cara
mengubah karbohidrat menjadi glukosa. Glukosa akan masuk ke dalam sel dan
digunakan sebagai media pertumbuhan. Miselium akan terus tumbuh selama
sumber karbohidrat masih tersedia. Kandungan karbohidrat yang terlalu tinggi atau
berlebih dalam substrat akan mengambat pertumbuhan Selain itu, terlalu banyak
karbohidrat juga memengaruhi kemampuan ragi tempe untuk menyerap nutrisi dan
oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan sehingga menyebabkan penurunan
kualitas dan nutrisi yang dihasilkan untuk pertumbuhan miselium (Suharti, 2015).
Oleh karena itu, penting memperhatikan kandungan yang tepat dalam proses
pertumbuhan miselium agar menghasilkan produk akhir yang berkualitas.
4.3 Asam Fitat
senyawa lainnya dalam bahan pakan ikan. Enzim yang berasal dari ragi tempe
kemudian mengkatalis reaksi hidrolisis dan menghasilkan senyawa yang lebih
mudah diserap. Huang et al., (2019) menyatakan bahwa ragi tempe terdapat
mikroorganisme Rhizopus sp. dapat mendegradasi asam fitat dari enzim fitase yang
dihasilkan oleh mikroorganisme.
Pertumbuhan miselium ragi tempe pada bahan pakan diawali dengan
memperpanjang hifanya, semakin kecil ukuran substrat maka akan semakin mudah
hifa menembus substrat dan asam fitat yang dihasilkan akan semakin banyak.
Pengaruh waktu dan ketebalan pertumbuhan miselium ragi tempe dalam proses
fermentasi memengaruhi penurunan fitat, karena semakin tebal miselium
menjadikan produksi enzim fitase semakin meningkat sehingga membuat
kandungan asam fitat menurun.
Bahan metode pada tahap pengukuran asam fitat mempunyai fungsi masing
– masing. Bahan HNO3 pada penentuan asam fitat berfungsi untuk mengekstrasi
asam fitat pada sampel, lalu filtrat yang diperoleh setelah diekstraksi kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan direaksikan dengan FeCl3 yang berfungsi
untuk mengendapkan senyawa fitat yang telah diekstraksi dari sampel.
Asam fitat tersebut akan berikatan dengan Fe dan membentuk Fe-fitat,
semakin tinggi asam fitat maka semakin banyak reaksi FeCl membentuk Fe-fitat.
Senyawa C₅H₁₂O berfungsi untuk memberikan intensitas warna merah yang akan
diuji dengan spektrofotometer sedangkan ammonium thiosianat sebagai penentu
kandungan fitat yang akan membentuk warna merah pada larutan sampel.
Perubahan warna ini menunjukkan adanya ion feri fitat yang tidak terikat dengan
asam fitat sehingga akan bereaksi dengan ammonium sulfat sehingga membentuk
warna merah muda.
27
Salah satu variabel penting dalam menilai kualitas bahan baku pakan
khususnya jika berperan sebagai sumber protein adalah kandungan asam amino.
Asam amino merupakan komponen protein, sehingga untuk menentukan kualitas
protein bahan pakan perlu diperhatikan komposisi asam amino, bahan pakan, dan
28
Hasil menunjukkan bahan pakan memiliki nilai asam amino esensial yang
bervariasi (Tabel 7). Nilai yang bervariasi tersebut terjadi karena bahan pakan yang
digunakan memiliki kandung yang berbeda–beda pada setiap jenisnya. Hal ini
sesuai penelitian Arief (2007) bahwa penyerapan protein pada bahan pakan
ditentukan oleh komposisi dan keseimbangan jenis asam amino. Menurut Hsiao et
al., (2014) mengatakan bahwa ragi tempe terdapat kapang Rhizopus sp. yang
menghasilkan enzim protease. Enzim protease disebut juga sebagai peptidase atau
proteinase yaitu enzim yang mengkatalis hidrolisis ikatan peptida menjadi
oligopeptida pendek dan asam amino bebas (López-Otín & Bond, 2008).
Peptida dan asam amino bebas tersebut lebih mudah diserap tubuh, semakin
besar produksi enzim maka semakin tinggi proses pemecahan protein menjadi
komponen yang sederhana. Proses pemecahan protein ini dibantu oleh enzim
protease yang mampu menghidrolisis peptida protein sehingga rantai molekul
tersebut mampu meningkatkan kelarutan dalam air. Enzim protease pada ragi tempe
memiliki aktivitas preteolitik yang tinggi. Faktor peningkatan aktifitas preteolitik
yang tinggi terjadi pada saat menghidrolisis protein substrat yang dipengaruhi oleh
faktor eksterinsik (kelembapan, aerasi, pemerataan pengadukan, distribusi oksigen
dan suhu terfermentasi), dan faktor interistik berupa kemampuan memproduksi
enzim protease kondisi pertumbuhan. Aspartat protease adalah enzim protease yang
29
dihasilkan oleh ragi tempe dan banyak digunakan untuk meningkatkan kandungan
nutrisi serta meningkatkan rasa (Hsiao et al., 2014).
Kandungan asam amino esensial bahan pakan memiliki nutrisi berkaitan
dengan sintesis protein untuk pertumbuhan ikan. Tingkat asam amino esensial yang
tinggi memiliki peluang pemanfaatan untuk pertumbuhan ikan yang lebih tinggi,
terutama ketika terjadi ketidakkecukupan energi dari sumber non protein, seperti
lemak dan karbohidrat (Arief, 2007; U. Usman, Harris, et al., 2014). Hal ini
menunjukkan bahwa bahan pakan tersebut ketika diuji dengan asam amino esensial
mampu menghasilkan kualitas yang lebih tinggi sehingga dapat memperbaiki
kualitas bahan pakan bagi pertumbuhan ikan.
Kandungan asam amino esensial Tabel 7 terlihat bahwa perlakuan
fermentasi terhadap kandungan asam amino esensial mengalami kenaikan, sesuai
dengan pernyataan Lee et al (2014) peningkatan kandungan asam amino esensial
tersebut terjadi selama proses fermentasi dapat mengeluarkan enzim ekstraseluler
proteolitik memecah protein menjadi asam amino. Beberapa asam amino esensial
mengalami penurunan akibat perlakuan fermentasi yaitu fenilalanin, valin, dan
leusin pada dedak padi (Gambar 8) serta leusin dan metionin pada jagung (Gambar
9). Penurunan kandungan asam amino esensial dimungkinkan terjadi karena sudah
digunakan untuk pertumbuhan miselium selama proses fermentasi (Lee et al.,
2014).
Gambar 7-10 memiliki kandungan kualitas protein yang berbeda tergantung
pada jenis dan jumlah asam amino penyusunannya. Penentuan kualitas protein bisa
dilakukan dengan membandingkan komposisi asam amino esensial yang dikandung
terhadap bahan pakan tersebut. Tidak semua bahan pakan mengalami defisiensi
asam amino yang sama, oleh karena itu defisiensi pada salah satu asam amino pada
suatu bahan dapat disubstitusi dengan asam amino yang sama dari bahan yang
berbeda. Hasil penggunaan bahan pakan dedak dengan perlakuan fermentasi pada
pengujian asam amino esensial mengalami penurunan seperti kandungan
fenilalaninin, valin, leusin. Penurunan fenilalanin mencapai 96,435 mg/kg, valin
27,835 mg/kg dan leusin 193,015 mg/kg. Bahan pakan seperti jagung mengalami
penurunan ketika dilakukan perlakuan fermentasi, yaitu leusin dan metionin.
30
Bungkil Sawit
14000
Konsentrasi mg/kg
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Fenilalanin Isoleusin Valin Lisin Leusin Threonin Histidin Metionin Triptofan
Tanpa fermentasi 4265,845 4085,825 5205,37 3920,32 6511,135 2538,805 2687,89 410,84 562,895
Fermentasi 9977,96 6205,93 9380,57 3505,39 11874,715 7319,04 4091,8 810,52 1513,035
Dedak Padi
3000
Konsentrasi mg/kg
2500
2000
1500
1000
500
0
Fenilalanin Isoleusin Valin Lisin Leusin Threonin Histidin Metionin Triptofan
Tanpa fermentasi 2309,92 1335,96 1911,855 1141,265 2760,28 1999,32 1159,57 81,65 237,935
Fermentasi 2213,485 1399,16 1884,02 1591,525 2567,265 2148,815 1357,205 105,835 256,14
Jagung
12000
10000
Konsentrasi mg/kg
8000
6000
4000
2000
0
Fenilalanin Isoleusin Valin Lisin Leusin Threonin Histidin Metionin Triptofan
Tanpa fermentasi 4524,545 3100,96 4042,125 2161,725 11238,055 3734,175 2945,68 410,595 446,65
Fermentasi 6686,385 4768,34 5680,31 5475,37 9388,03 7096,38 4263,94 406,02 895,63
Kopra
14000
12000
Konsentrasi mg/kg
10000
8000
6000
4000
2000
0
Fenilalanin Isoleusin Valin Lisin Leusin Threonin Histidin Metionin Triptofan
Tanpa fermentasi 6965,255 4471,735 6603,87 3354,945 8372,995 4845,07 2799,785 815,015 763,22
Fermentasi 10434,5 6992,355 9570,83 6262,43 12405,165 8726,08 4813,465 822,095 1789,635
untuk meningkatkan suplai metabolizable protein yaitu protein yang dapat dicerna
(K. Usman et al., 2014) dan diserap di usus halus (Nahrowi et al., 2019).
Penentuan kebutuhan nutrisi diimbangi dengan kebutuhan energi dan
variasi kebutuhan protein, energi yang ditentukan berupa kandungan, ketersediaan,
dan kecernaan asam amino esensial. Keseimbangan antara bahan pakan dengan
asam amino esensial akan dapat memberikan pertumbuhan atau kenaikan berat
badan yang lebih tinggi. Semakin baik mutu bahan baku, maka akan membuat
pertumbuhan hewan semakin baik sehingga dengan demikian hewan tersebut akan
mengonsumsi pakan lebih sedikit dibandingkan dengan bahan pakan yang bermutu
tidak bagus (A. A. P. & Sumadi, 2019). Ditinjau dari hasil kandungan protein,
potensi pengembangan bahan pakan, dan pemanfaatannya mempunyai harapan baik
untuk metode fermentasi yang akan berdampak pada keseimbangan asam amino
esensial dengan bahan pakan sebagai alternatif sumber energi protein (Rofiq &
Subagio, 2009).
BAB V
1) Ragi tempe mampu digunakan dalam proses fermentasi padat sehingga bisa
menurunkan kandungan asam fitat sebesar 75,77 % pada bahan pakan ikan
jagung, disusul bahan pakan lainnya seperti dedak padi (57,25 %), kopra
(40,99 %), dan bungkil sawit (37,81 %).
2) Ragi tempe mampu digunakan dalam proses fermentasi padat sehingga bisa
meningkatkan kandungan asam amino esensial sebesar 39,16 % pada bahan
pakan ikan bungkil sawit, disusul bahan pakan lainnya seperti jagung (36,98
%), kopra (29,90 %), dan dedak padi (4,53 %).
5.2 Saran
Perlu dilakukan lebih lanjut terkait pengujian bahan pakan yang telah dianalisis
asam fitat dan asam amino esensial dengan melakukan aktivitas bahan pakan
terhadap perkembangan ikan.
34
DAFTAR PUSTAKA
A. A. P., W., & Sumadi, I. K. (2019). Pengaruh penggunaan campuran asam amino
esensial pada ransum dasar jagung-pollard terhadap performa babi Bali.
Majalah Ilmiah Peternakan, 22(3), 104.
https://doi.org/10.24843/mip.2019.v22.i03.p02
Abdeltawab, A. M., & Khattab, M. S. A. (2018). Utilization of palm kernel cake as
a ruminant feed for animal. Asian Journal of Biological Sciences, 11(4), 157–
164. https://doi.org/10.3923/ajbs.2018.157.164
Abdulwaliyu, I., Arekemase, S. O., Adudu, J. A., Batari, M. L., Egbule, M. N., &
Okoduwa, S. I. R. (2019). Investigation of the medicinal significance of phytic
acid as an indispensable anti-nutrient in diseases. Clinical Nutrition
Experimental, 28, 42–61. https://doi.org/10.1016/j.yclnex.2019.10.002
Afify, A. E. M. M. R., El-Beltagi, H. S., Abd El-Salam, S. M., & Omran, A. A.
(2012). Biochemical changes in phenols, flavonoids, tannins, vitamin E, β -
carotene and antioxidant activity during soaking of three white sorghum
varieties. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 2(3), 203–209.
https://doi.org/10.1016/S2221-1691(12)60042-2
Aini, N. Q., & Wirawani, Y. (2013). Kontribusi mp-asi biskuit substitusi tepung
garut, kedelai, dan ubi Jalar Kuning terhadap kecukupan protein, vitamin a,
kalsium, dan zink pada bayi. Journal of Nutrition College, 2(4), 458–466.
https://doi.org/10.14710/jnc.v2i4.3727
Alegre, A. C. P., Polizeli, M. de L. T. de M., Terenzi, H. F., Jorge, J. A., &
Guimarães, L. H. S. (2009). Production of thermostable invertases by
Aspergillus caespitosus under submerged or solid state fermentation using
agroindustrial residues as carbon source. Brazilian Journal of Microbiology,
40(3), 612–622. https://doi.org/10.1590/s1517-83822009000300025
Alifia, I. ., Hartutik, & A., I. (2018). Pengaruh penambahan pollard dan bekatul
dalam pembuatan silase rumput odot (Pennisetum purpureum, Cv.Mott)
terhadap kecernaan dan produksi gas secara in vitro. Nutrisi Ternak Tropis,
1(1), 9–17.
Almasyhuri, Ridwan, E., Yuniati, H., & Hermana. (1999). Pengaruh fermentasi
terhadap kandungan protein dan komposisi asam amino dalam singkong.
PGM, 22, 55–61.
Almatsier, S. (2006). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Alshelmani, M. I., Loh, T. C., Foo, H. L., Sazili, A. Q., & Lau, W. H. (2016). Effect
of feeding different levels of palm kernel cake fermented by Paenibacillus
polymyxa ATCC 842 on nutrient digestibility, intestinal morphology, and gut
microflora in broiler chickens. Animal Feed Science and Technology, 216,
216–224. https://doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2016.03.019
Aranda, C., Robledo, A., Loera, O., Contreras-Esquivel, J. C., Rodríguez, R., &
Aguilar, C. N. (2006). Fungal invertase expression in solid-state fermentation.
35
36
Juwita, A. I., Mustafa, A., & Tamrin, R. (2017). Studi pemanfaatan kulit kopi
arabika (Coffee arabica L.) sebagai mikro organisme lokal. Agrointek, 11(1),
1. https://doi.org/10.21107/agrointek.v11i1.2937
Kanti, A. (2017). Potensi dari kapang Aspergilus niger, Rhizophus oryzae dan
Neurospora sitophila sebagai penghasil enzim fitase dan amilase pada substrat
ampas tahu. Buletin Peternakan, 41(1), 26.
https://doi.org/10.21059/buletinpeternak.v41i1.13337
Karouw, S., Santosa, B., & Maskromo, I. (2019). Teknologi pengolahan minyak
kelapa dan hasil ikutannya. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian,
38(2), 86. https://doi.org/10.21082/jp3.v38n2.2019.p86-95
Kemendikbud. (2013). Produksi Pakan Buatan. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Kraikaew, J., Morakul, S., & Keawsompong, S. (2020). Nutritional improvement
of copra meal using mannanase and <i>Saccharomyces cerevisiae<i/>. 3
Biotech, 10(6), 1–10. https://doi.org/10.1007/s13205-020-02271-9
Kristiawan, R. A., Budiharjo, A., & Pangastuti, A. (2019). Pemanfaatan potensi
Azolla microphylla sebagai pakan untuk ikan sidat Anguilla bicolor bicolor.
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir Dan Perikanan, 8(1), 43–51.
https://doi.org/10.13170/depik.
Kumar, A., Kuma, D., Rizvi, S. K. Z., Tiwari, A., & Singh, A. (2017). Effect of
processing on phytic acid content and iron availability in selected rice variety.
Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 335–339.
Lee, K., Kim, H., & Park, S. (2014). Amino acids analysis during lactic acid
fermentation by single strain cultures of lactobacilli and mixed culture starter
made from them. African Journal of Biotecnology, 13(28), 2867–2873.
https://doi.org/10.5897/AJB2013.13422
Liu, W., He, Z., Gao, F., Yan, J., & Huang, X. (2017). Sensor kinase KinB and its
pathway- - associated key factors sense the signal of nutrition starvation in
sporulation of Bacillus subtilis. Wiley Microbiology, 1–12.
https://doi.org/10.1002/mbo3.566
López-Otín, C., & Bond, J. S. (2008). Proteases: Multifunctional enzymes in life
and disease. Journal of Biological Chemistry, 283(45), 30433–30437.
https://doi.org/10.1074/jbc.R800035200
Luo, Z., Liu, Y. J., Mai, K. Sen, Tian, L. X., Yang, H. J., Tan, X. Y., & Liu, D. H.
(2005). Dietary L-methionine requirement of juvenile grouper Epinephelus
coioides at a constant dietary cystine level. Aquaculture, 249(1–4), 409–418.
https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2005.04.030
Mahardika, N. S., Savitri, D. A., & Rusdianto, A. S. (2018). Pembuatan pakan
ternak fermentasi dan penerapan zero waste sebagai upaya pemberdayaan
peternak ayam broiler di Kabupaten Bondowoso. Seminar Nasional Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember, 1(1), 702–706.
39
Marzuki, M. A., Babji, A. S., & Hassan, H. (2008). Protein quality of Aspergillus
niger fermented palm kernel cake. Journal Trop. Agric and Fd. Sc., 36(2), 1–
11.
Meilisza, N., & Subamia, I. W. (2007). Gambaran profil asam amino dalam
formulasi pakan ikan pada berbagai rasio tepung maggot dan tepung cacing
tanah. Balai Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Nrc 1993,
147–154.
Mitchell, D. A., Berovič, M., & Krieger, N. (2006). Introduction to solid-state
fermentation bioreactors. Springer Berlin Heidelberg.
https://doi.org/10.1007/3-540-31286-2_3
Montalbán-López, M., Scott, T., & Ramesh, S. (2018). Uncovering the Heme
Biosynthesis Metabolic Pathway in Lactococcus lactis. Scientific Reports, 8.
https://doi.org/10.1038/s41598-018-24744-2
Murni, R., Suparjo., A., & Ginting, B. L. (2008). Buku ajar teknologi pemanfaatan
limbah untuk pakan. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Jambi.
Musita, N. (2018). Kajian sifat fisikokimia tepung onggok industri besar dan
industri kecil. Majalah TEGI, 10(1), 19–24.
https://doi.org/10.46559/tegi.v10i1.3990
Nahrowi, Anuraga, J., Muhammad, R., & Erika, B., L. (2019). Komponen
antinutrisi pada pakan. IPB Press.
Nur Edi, D., & Sjofjan, O. (2021). Analisis nutrien campuran bungkil inti sawit dan
onggok yang difermentasi dengan mikroba multikultur (Bacillus sp.,
<i>Trichoderma<i/> sp., dan <i>Cellulomonas<i/> sp.). Jurnal Ilmu
Peternakan Terapan, 4(2), 98–103. https://doi.org/10.25047/jipt.v4i2.2442
Nuraliah., S., A., P., & K., Nuswantara, L. (2016). Pengaruh pakan bungkil kedelai
terproteksi tanin terhadap produksi gas metan dan glukosa darah pada domba
ekor tipis. Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 11(21), 15.
https://doi.org/10.36626/jppp.v11i21.126
Palinggi, N. N., Usman, U., Kamaruddin, K., & Laining, A. (2014). Perbaikan mutu
bungkil kopra melalui bioprocessing untuk bahan pakan ikan bandeng. Jurnal
Riset Akuakultur, 9(3), 417. https://doi.org/10.15578/jra.9.3.2014.417-426
Pamungkas, W. (2011). Teknologi fermentasi, alternatif solusi dalam upaya
pemanfaatan bahan pakan lokal. Media Akuakultur, 6(1), 43.
https://doi.org/10.15578/ma.6.1.2011.43-48
Perindustrian, D. I. A. K. (2015). Pengembangan industri prioritas agro.
Prasetya Kusuma, A., Chuzaemi, S., & Mashudi, D. (2019). Pengaruh lama waktu
fermentasi limbah buah nanas (Ananas comosus L. Merr) terhadap kualitas
fisik dan kandungan nutrien menggunakan Aspergillus niger. Jurnal Nutrisi
Ternak Tropis Maret, 2(1), 1–9.
Puastuti, W. (2009). Manipulasi bioproses dalam rumen untuk meningkatkan
40
tpv/article/view/2446
Sofyan, A., Julendra, H., Damayanti, E., & Febrisiantosa, A. (2007). Pemanfaatan
limbah kitin-kitosan untuk meningkatkan kualitas dedak padi dengan
fermentasi Rhizopus sp. Seminar Nasional Fundamental Dan Aplikasi Teknik
Kimia.
Sparvoli, F., & Cominelli, E. (2015). Seed biofortification and phytic acid
reduction: A conflict of interest for the plant? Plants, 4(4), 728–755.
https://doi.org/10.3390/plants4040728
Starzyńska-Janiszewska, A., Stodolak, B., & Wikiera, A. (2015). Proteolysis in
tempeh-type products obtained with Rhizopus and Aspergillus strains from
grass pea (Lathyrus Sativus) seeds. Acta Scientiarum Polonorum, Technologia
Alimentaria, 14(2), 125–132. https://doi.org/10.17306/J.AFS.2015.2.14
Suharti, S. (2015). Pemanfaatan sumber pakan lokal sebagai bahan pakan ternak.
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Indonesia, 1(1), 1–14.
Suhenda, N., Melati, I., & Nugraha, A. (2010). Proses fermentasi tepung jagung
dan penggunaannya dalam pakan ikan mas (Cyprinus carpio). Prosiding
Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur III.
Suloi, A. N. F. (2019). Pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai upaya pemberdayaan
ibu-ibu rumah tangga di Desa Latimojong, Kabupaten Enrekang. Agrokreatif:
Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(3), 246–250.
https://doi.org/10.29244/agrokreatif.5.3.246-250
Suningsih, N., Ibrahim, W., Liandris, O., & Yulianti, R. (2019). Kualitas fisik dan
nutrisi jerami padi fermentasi pada berbagai penambahan starter. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia, 14(2), 191–200.
https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.2.191-200
Suparti, Prabawati, A., & Sidiq, Y. (2018). Pertumbuhan bibit jamur tiram F0 pada
berbagai media ubi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi, 840–
844.
Suprayitno, E., & Sulistiyati, T. D. (2017). Metabolisme Protein (Edisi Pert). UB
Press.
Tamsil, Rosni, & Rudi, A. (2019). Perbaikan kualitias dedak halus melalui proses
fermentasi sebagai bahan baku pakan ikan. Litkayasa Akuakultur, 17(2), 127–
129.
Umiyasih, U., & Wina, E. (2008). Pengolahan dan nilai nutrisi limbah tanaman
jagung sebagai pakan ternak ruminansia. Wartazoa, 18(3), 127–136.
Usman, K., Palinggi, N. N., & Laining, A. (2014). Aplikasi pakan berbasis bahan
baku lokal dan hasil samping dalam pakan pembesaran ikan bandeng di lahan
pembudidaya. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 607–615.
Usman, U., Harris, E., Jusadi, D., Supriyono, E., & Yuhana, M. (2014). Performansi
pertumbuhan ikan bandeng dengan pemberian pakan tepung bioflok yang
disuplementasi asam amino esensial. Jurnal Riset Akuakultur, 9(2), 271.
42
https://doi.org/10.15578/jra.9.2.2014.271-282
Usman, U., Laining, A., & Kamaruddin, K. (2014). Fermentasi bungkil kopra
dengan Rhizopus sp. dan pemanfaatannya dalam pakan pembesaran ikan
bandeng di tambak. Jurnal Riset Akuakultur, 9(3), 427.
https://doi.org/10.15578/jra.9.3.2014.427-437
Wang, Q., Ke, L., Yang, D., Bao, B., Jiang, J., & Ying, T. (2007). Change in
oligosaccharides during processing of soybean sheet. Asia Pacific Journal of
Clinical Nutrition, 16(SUPPL.1), 89–94.
https://doi.org/10.6133/apjcn.2007.16.s1.17
Watson, V. H., Foglesong, R. H., & Robinson, E. H. (2007). Catfish Protein
Nutrition. Mississippi Agricultural & Forestry Experiment Station, April, 1–
18.
Wibowo, B. O. Y. (2016). Aktivitas enzim fitase dari <i/>Rhizopus oryzae</i> dan
Neurospora crassa pada PKC (Palm Kernel Cake) dan ampas tahu dengan
metode SSF (Solid State Fermentation). Universitas Brawijaya.
Widowati, S. (2007). Teknologi Pengolahan Kedelai. Monograf. Buku Kedelai:
Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian Badan Litbang
Pertanian.
Winarno, F. . (2008). Kimia pangan dan gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Winny, M., Limin, S., & Deny, S. (2017). Kajian penambahan tepung ampas kelapa
pada pakan ikan bandeng (Chanos chanos). Rekayasa Dan Teknologi
Budidaya Perairan, VI(1), 683–690.
Wohon, G., Tooy, D., & Molenaar, R. (2007). Analisis energi dalam proses
pengolahan kopra rakyat. Cocos, 1(2004), 2234–2239.
https://doi.org/10.16285/j.rsm.2007.10.006
Yanuartono, Y., Nururrozi, A., & Indarjulianto, S. (2016). Fitat dan fitase : dampak
pada hewan ternak. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 26(3), 59–78.
https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2016.026.03.09
Yigit, M., Bulut, M., Ergun, S., Guroy, D., Karga, M., Kesbic, O., Yilmaz, S., Acar,
U., & Guroy, B. (2011). Utilization of corn gluten meal as a protein source in
diets for gilthead sea bream (Sparus aurata L.) juvenils. Journal of
FisheriesSciences.Com, 6(1), 63–73. https://doi.org/10.3153/jfscom.2012008
Yulfiperius, Y., Firman, F., & Darwisito, S. (2018). Pemanfaatan tongkol jagung
sebagai pengganti dedak dalam formulasi pakan ikan ramah lingkungan.
Prosiding Seminar Nasional Perikanan Dan Kelautan, 140–148.
Yuniarsih, E. T., & Nappu, M. B. (2013). Pemanfaatan Limbah Jagung Sebagai
Pakan Ternak di Sulawesi Selatan. Seminar Nasional Serealia, c, 329–338.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2016/12/17bd13.pdf
43
LAMPIRAN
Keterangan:
H – G1 : Berat kertas saring miselium
H1 – S1: Berat kertas saring substrat
44
Dedak
47
Jagung
Kopra
48
Multiple Comparisons
LDS Biomassa dan bahan pakan
Dependent Variable: Biomassa
95% Confidence
Interval
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
Bahan_pakan Bahan_pakan (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound