Hakekat Masyarakat Kelompok
Hakekat Masyarakat Kelompok
Oleh:
Dosen Pembimbing
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat kemurahanNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Filsafat
Pendidikan ini dengan lancar dan tepat waktu. Adapun tugas makalah ini berisikan tentang
hasil diskusi kami mengenai “Hakekat Masyarakat, Peserta Didik, Guru/Pendidik, Dan
Pembelajaran Dalam Kehidupan”.
Kami menyadari sepenuhnya akan kemampuan yang masih terbatas, sehingga masih
banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini dan hasilnya belum dapat dikatakan
sempurna. Oleh karena itu, masukan, kritik dan saran yang sifatnya membangun kami
nantikan dalam rangka kesempurnaan makalah ini. Dan dengan ini kami berharap makalah
ini dapat memberikan dampak baik bagi para pembaca semua.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................................ 2
C. Manfaat.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakekat Masyarakat.........................................................................................3
B. Hakekat Peserta Didik......................................................................................14
C. Hakekat Guru/Pendidik....................................................................................18
D. Hakekat Pembelajaran dalam Kehidupan........................................................22
A. Kesimpulan.................................................................................................... 24
B. Saran .............................................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar untuk mengikuti pola acuan bagi tatanan masyarakat yang telah
mapan dan melembaga, anak-anak belajar untuk menyesuaikan dengan nilai-nilai tradisional
di mana institusi tradisional tersebut dibangun. Keseluruhan proses di mana anak-anak belajar
mengikuti pola-pola dan nilai-nilai budaya yang berlaku tersebut dinamakan proses
sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut harus beijalan dengan wajar dan mulus oleh karena kita
semua mengetahui betapa pentingnya masa-masa permulaan proses sosialisasi. Orang tua dan
keluarga berharap sekolah dapat melaksanakan proses sosialisasi tersebut dengan baik.
Untuk memberikan pendidikan mengenai kedisiplinan, rasa hormat dan patuh kepada
pemimpin, kemauan kerja keras, kehidupan bernegara dan kehidupan demokrasi,
menghormati, nilai-nilai perjuangan bangsa, rasa keadilan dan persamaan, aturan-aturan
hukum dan perundang-undangan dan sebagainya, kiranya lembaga utama yang paling
berkompeten adalah lembaga pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakekat masyarakat ?
2. Apa yang dimaksud dengan peserta didik ?
3. Apa yang dimaksud dengan guru/pendidik ?
4. Bagaimana pembelajaran dalam kehidupan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari hakekat masyarakat.
2. Untuk mengetahui maksud dari peserta didik.
3. Untuk mengetahui maksud dari guru/pendidik.
4. Untuk mengetahui pembelajaran dalam kehidupan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Masyarakat
Meta Spencer dan Alec Inkeles (1982) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam
masyarakat itu sebagai berikut: (1) memindahkan nilai-nilai budaya, (2) nilai-nilai
pengajaran, (3) peningkatan mobilitas sosial, (4) fungsi stratifikasi, (5) latihan jabatan, (6)
mengembangkan dan memantapkan hubungan hubungan sosial (7) membentuk semangat
kebangsaan, (8) pengasuh bayi.
Dari tiga pendapat tersebut di atas, tidak ada perbedaan tetapi saling melengkapi
antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain.
1) Fungsi Sosialisasi.
Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola perilaku
generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada
masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau melibatkan diri
dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak mengamati apa yang
mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau
melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa. Untuk
keperluan tersebut anak-anak belajar bahasa atau simbol-simbol yang berlaku pada
generasi tua, menyesuai kan diri dengan nilai-nilai yang berlaku, mengikuti
pandangannya dan memperoleh keterampilan-keterampilan tertentu yang semuanya
diperoleh lewat budaya masyarakatnya. Di dalam situasi seperti itu semua orang dewasa
adalah guru, tempat di mana anak-anak meniru, mengikuti dan berbuat seperti apa yang
dilakukan oleh orang-orang yang lebih dewasa.
Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan
memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara
yang dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain
masyarakat tersebut telah mengalami perubahan-perubahan sosial. Ketentuan-ketentuan
untuk berubah ini sebagaimana telah disinggung di halaman-halaman situs web ini
sebelumnya, mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasi ke
generasi berikutnya selalu menjumpai permasalahan-permasalahan. Di dalam suatu
masyarakat sekolah telah melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat
diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural
reproduction).
Dengan berdasarkan pada proses reproduksi budaya tersebut, upaya mendidik anak-
anak untuk mencintai dan menghormati tatanan lembaga sosial dan tradisi yang sudah
mapan adalah menjadi tugas dari sekolah. Termasuk di dalam lembaga-lembaga sosial
tersebut diantaranya adalah keluarga, lembaga keagamaan, lembaga pemerintahan dan
lembaga-lembaga ekonomi. Di dalam permulaan masa-masa pendidikannya, merupakan
masa yang sangat penting bagi pembentukan dan pengembangan pengadopsian nilai-nilai
ini. Masa-rnasa pembentukan dan pembangunan upaya pengadopsian ini dilakukan
sebelum anak-anak mampu memiliki kemampuan kritik dan evaluasi secara rasional.
Sekolah-sekolah menjanjikan kepada anak-anak gambaran tentang apa yang dicita-
citakan oleh lembaga-lembaga sosialnya. Anak-anak didorong, dibimbing dan diarahkan
untuk mengikuti pola-pola prilaku orang-orang dewasa melalui cara-cara ritual tertentu,
melalui drama, tarian, nyanyian dan sebagainya, yang semuanya itu merupakan ujud
nyata dari budaya masyarakat yang berlaku. Melalui cara-cara seperti itu anak. anak
dibiasakan untuk berlaku sopan terhadap orang tua, hormat dan patuh terhadap norma-
norma yang berlaku.
Untuk memenuhi dua tuntutan itu maka perlu disusun kurikulum yang baku yang
berlaku untuk semua daerah dan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan nilai-
nilai daerah tertentu.Oleh karena itu sekolah harus menanamkan nilai-nilai yang dapat
menjadikan anak itu menjadi yang mencintai daerahnya dan mencintai bangsa dan tanah
airnya.
Jika kita amati apa yang terjadi dalam masyarakat dalam rangka menyiapkan tenaga
kerja untuk suatu jabatan tertentu, maka di sana akan terjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan,
latihan untuk suatu jabatan dan pengembangan tenaga kerja tertentu. Proses seleksi ini
terjadi di segala bidang baik mau masuk sekolah maupun mau masuk pada jabatan
tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk masuk suatu
jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu. Sebagai contoh untuk dapat
masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus menyerahkan nllai EBTA Murni
(NEM). Dan nilai NEM yang masuk dipilih nilai NEM yang tinggi dari nilai tertentu
sampai nilai yang terendah. Jika bukan nilai yang menjadi persyaratan yang ketat tetapi
biaya sekolah yang tak terjangkau untuk masuk sekolah tertentu.
Oleh karena itu anak yang nilainya rendah dan ekonominya lemah tidak kebagian
sekolah yang mutunya tinggi. Demikian pula untuk memangku jabatan pada pekerjaan
tertentu, mereka yang diharuskan mengikuti seleksi dengan berbagai cara yang tujuannya
untuk memperoleh tenaga kerja yang cakap dan terampil sesuai dengan jabatan yang akan
dipangkunya.
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga
kerja mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera
profesional dalam bidang spesialisasi tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi
dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam
bidangnya. Kedua dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki
tanggung jawab terhadap kanier dan pekerjaan yang dipangkunya.
10
Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang
lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
11
Dalam banyak negara terutama negara-negara yang sudah maju, pendidikan orang
dewasa telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah kemampuan kritis ini
telah berlangsung dengan sangat intensif. Pendidikan semacam itu telah berhasil
membuka mata masyarakat terutama didaerah pedesaan dalam penerapan teknologi maju
dan penyebaran penemuan baru lainnya.
DI muka telah dibicarakan tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan
formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal disebut juga
sekolah. Oleh karena itu sekolah bukan satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan tetapi masih ada lembaga-lembaga lain yang juga menyelenggarakan
pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu (1)
sebagai partner masyarakat dan (2) sebagai penghasil tenaga kerja. Sekolah sebagai
partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam
lingkungan masyarakat. Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan,
tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi
pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap
perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat.
12
Perubahan lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan
bimbingan, penyediaan forum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain
dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari
lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar serta
pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah. Fungsi sekolah sebagai partner
masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya
pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber belajar dalam
masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan, museum, surat kabar,
majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan fungsi
pendidikan. Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat
memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara
fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
Kedua, ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga
persekolahan akan ditentukan pula o!eh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah
selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian
fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh
ikatan objektif di antara keduanya.
13
B. HAKIKAT PESERTA DIDIK
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari individual yang
berarti orang, perseorangan, oknum (Siti Hartinah : 2008). Manusia diciptakan sebagai
makhluk yang unik. Masing-masing diberi kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu pun
manusia yang hanya memiliki sisi positif. Sebaliknya, tidak ada manusia yang hanya
memiliki sisi negatif. Keinginan untuk menjadi diri sendiri itu ada pada setiap manusia. Maka
setiap peserta didik yang berada dalam ikatan pendidikan dengan pendidiknya, adalah mereka
yang kebebasannya ingin menjadi ”diri sendiri”.
Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan
sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan
bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari sutu lembaga pendidikan.
Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Peserta
didik merupakan seseorang yang sedang berkembang memiliki potensi tertentu dengan
bantuan pendidik (guru), ia mengembangkan potensinya tersebut secara optimal . Istilah
peserta didik merupakan sebutan bagi semua orang yang mengikuti pendidikan dilihat dari
tatanan makro. Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan dalam
arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada
tanggung jawab pendidik (Yusrina, 2006).
14
Peserta didik menunjukkan seseorang manusia yang belum dewasa yang akan dibimbing
oleh pendidiknya untuk menuju kedewasaan. Peserta didik adalah komponen masukan dalam
sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dari uraian tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah individu manusia yang
secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan ruhani)
melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis
pendidikan tertentu. Peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek
utama (central object), yang kepadanya lah segala yang berhubungan dengan aktivitas
pendidikan dirujukkan.
Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang diperoleh lingkungan.
Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami karakteristik
peserta didik. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis Untuk mengetahui siapa peserta
didik perlu dipahami bahwa sebagai manusia yang sedang berkembnag menuju kearah ke
dewasaan memiliki beberapa karakteristik. Dalam mengungkapkan ciri-ciri anak didik Edi
Suardi (1984) mengemukakan 3 ciri anak didik:
Anak ketika dilahirkan dalam keadaan lemah yang tidak berdaya untuk dapat bergerak
harus melalui berbagai tahapan. Kelemahan yang dimiliki anak adalah kelemahan rohaniah
dan jasmaniah misalnya tidak kuat gangguan cuaca juga rohaniahnya tidak mampu
membedakan keadaan yang berbahaya ataupun menyenangkan. Kelemahan dan
ketidakberdayaan anak makin lama makin hilang karena berkat bantuan dan bimbingan
pendidik atau yang disebut dengan pendidikan. Pendidikan akan berhenti manakala
kelemahan dan ketidakberdayaan sudah berubah menjadi kekuatan dan keberdayaan, yaitu
suatu keadaan yang dimiliki oleh orang dewasa. Pendidikan justru ada karena adanya ciri
kelemahan dan ketidakberdayaan tersebut.
15
Keinginan berkembang mendorong anak untuk giat, itulah yang menyebabkan adanya
kemungkinan atau pergaln yang disebut pendidikan. Tanpa keinginan berkembang pada anak,
akan menjadikan tidak ada kemauan tidak mempunyai vitalitas, tidak giat bahkan barang kali
menjadi malas dam acuh tak acuh.
Sepeti pernah dikemukakan bahwa anak didik itu ingin menjadi diri sendiri. Hal tersebut
penting baginya karena untuk dapat bergaul dalam masyarakat. Seseorang harus merupakan
diri sendiri, orang seorang atau pribadi. Tanpa itu manusia akan menjadi manusia penurut,
dan manusia yang tidak punya pribadi. Pendidikan yang bersifatotoriter bahkan mematikan
pribadi anak yang sedang tumbuh. Secara garis besar karakteristik peserta didik dibentuk oleh
dua faktor yaitu.
a. Faktor bawaan merupakan faktor yang diwariskan dari kedua orang tua individu yang
menentukan karakteristik fisik dan terkadang intelejensi,
b. Faktor lingkungan merupakan faktor yang menentukan karakteristik spiritual, mental,
psikis, dan juga terkadang fisik dan intelejensi. Faktor lingkungan dibagi menjadi tiga
yaitu
1. Lingkungan Keluarga
Pada lingkungan keluarga seperti motivasi dari kedua orang tua agar menjadi orang yang
sukses kedepannya dan tidak boleh kalah dengan kesuksesan orang tuanya, kesuksesan teman
orang tuanya, kesuksesan anak teman orang tuanya, ingin merubah nasib keluarga yang
melarat, motivasi sebagai kakak yang merupakan contoh bagi adik-adiknya, motivasi sebagai
adik yang tidak boleh kalah dengan kesuksesan kakaknya.
2. Lingkungan Sekolah
Dari lingkungan sekolah seperti motivasi ingin menjadi juara kelas, motivasi ingin kaya
karena melihat orang tua temannya yang kaya, ataupun motivasi dari gurunya.
16
3. Lingkungan Masyarakat.
Lingkungan masyarakat misalnya motivasi dari tetangganya yang sukses, motivasi
karena keluarganya selalu diremehkan masyarakat, ataupun motivasi karena masyarakatnya
diremehkan masyarakat lain. Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut guru dapat memahami
bahwa peserta didiknya digolongkan sebagai individu yang unik dan pilah karena peserta
didik pada hakikatnya terdiri dari individu-individu yang memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Terdapatnya perbedaan individual dalam diri masing-masing peserta didik
membuat guru harus pandai-pandai menempatkan porsi keadilan dengan tepat pada setiap
peserta didiknya. Misalnya saja dalam pelajaran fisika, tentunya tidak semua siswa berminat
dalam pelajaran fisika, mungkin ada siswa berminat pada musik, lantas guru tidak harus
memaksanya untuk dapat menyukai fisika apalagi memaksakan agar paham fisika lebih
mendalam dengan memberikan soal dan tugas yang banyak dan sulit ditambah lagi sanksinya
yang berat bila tidak dapat mengerjakan soal/tugas tersebut. Hal inilah yang nantinya
menciptakan potensi buruk pada diri peserta didik sebagai hasil ketidakpuasanya terhadap
lingkungan yang diterimanya.
Pada prinsipnya perkembangan psikis peserta didik selalu ke arah yang lebih baik
seiring dengan tingkat materi pelajaran yang diberikan juga semakin tinggi sehingga
membuat peserta didik terbiasa berpikir secara realistis dan sistematis. Tapi guru hendaknya
mendukung dan membantunya mengembangkan potensi tersebut agar lebih optimal. Peserta
didik yang demikian tidak perlu diajarkan fisika sampai mendalam karena itu hanya akan
membuatnya menjadi jenuh pada setiap pertemuan dan sudah menjadi kompetensi guru untuk
dapat menyadari hal ini, tapi bisa juga divariasikan konsep-konsep fisika yang berhubungan
dengan bidang yang diminatinya, seandainya peserta didik tersebut tidak mengerti paling
tidak pasti ia akan menikmati proses pembelajaran di kelasnya. Selain dengan cara itu guru
juga bisa melakukan pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran terhadap peserta
didiknya dengan terlebih dahulu membaca situasi. Misalnya saja dengan memberikan
kesempatan kepada siswa yang pintar untuk mengajarkan kepada temannya yang kurang
mengerti. Seperti itulah guru yang profesional.
Oleh karena itu, dalam praktek pelaksanaan pendidikan sebaiknya disadari setiap
pelaksana pendidikan hal-hal sebagai berikut :
Subjek didik atau peserta didik memiliki potensi dan kebutuhan baik fisik maupun
psikologis, yang berbeda-beda sehingga masing-masing subjek didik merupakan insan
yang unik
17
Subjek didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi
Subjek didik pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungan
hidupnya
Subjek didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan wawasan
belajar sepanjang hayat.
C. HAKIKAT GURU/PENDIDIK
Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam balajar,
maka salah satu upaya yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia, maka
guru perlu ditingkatkan mutunya. Bagaimanapun baiknya kurikulum, manajemen, dan sarana
prasarana, jika tidak diimbangi dengan peningkatan kualits guru maka pendidikan tersebut
tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Peningkatan mutu guru adalah unsur yang
sangat penting bagi pembaruan dunia pendidikan. Peningkatan mutu guru harus terfokus pada
dua hal yaitu:
Ada banyak cara untuk memberdayakan guru pada zaman modern seperti sekarang ini.
Misalnya, gaji ditingkatkan dan kesejahteraan diberikan berlipat-lipat ketimbang sebelumnya.
Dengan adanya peningkatan gaji dan kesejahteraan akan menolong para guru. Memang,
meningkatkan martabat guru bukanlah pekerjaan yang sederhana, tetapi dengan usaha yang
serius harapan tersebut akan tercapai. Tidak mungkin pendidikan di suatu negara menjadi
baik tanpa guru-guru yang berkualitas dan tidak mungkin suatu negara menjadi maju tanpa
pendidikan yang berkualitas.
18
a) Ing ngarsa sung tulada yaitu didepan memberi teladan, menekankan pentingnya
teladan yang merupakan cara yang paling ampuh dalm mengubah perilaku inovasi
siswa.
b) Ing madya mangun karsa yaitu di tengah menciptakan peluang untuk berkarya. Asas
ini memperkuat penanan dan fungsi guru sebagai mitra setara (di tengah), serta
sebagai fasilitator (menciptakan peluang).
c) Tut wurihandayani yaitu dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Hal ini
mempunyai makna yang kuat tentang peran dan fungsi guru.
b. Peranan guru
1. Guru sebagai Pendidik dan Pengajar
Guru akan mampu mendidik dan mengajar apabila mempunyai kestabilan emosi,
memiliki rasa tanggung jawabyang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis,
bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan, terutama terhadap
inovasi pendidikan. Sehubungan dengan perannya sebagai pendidik dan pengajar, guru harus
menguasai ilmu, antara lain mempunyai pengetahuan luas, menguasai bahan pelajaran serta
ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkannya,
menguasai teori dan praktik mendidik, metode pembelajaran dan sebagainya. Pelaksanaan
peran ini menuntut keterampilan terentu, yakni;
Guru harus bersikap terbuka, tidak otoriter, tidak bersikap angkuh, bersikap ramah tamah
terhadap siapa pun, suka menolong, serta simpati dan empati terhadap pimpinan dan
sebagainya.
Peranan kepemimpinan akan berhasil apabila guru memiliki kepribadian seperti kondisi
fisik yang sehat, percaya pada diri sendiri, memiliki daya kerja yang besar dan antusiasme,
gemar dan dapat cepat mengambil keputusan, bersikap obyektif dan mampu menguasai
emosi, serta bertindak adil.
Peranan ini memerlukan syarat-syarat kepribadian seperti jujur, teliti dalam bekerja,
rajin, harus menguasai ilmu mengenai tata buku ringan, penyimpanan arsip dan ekspedisi dan
administrasi pendidikan.. Untuk mewujudkan pembelajaran yang berhasil (efektif), seorang
guru harus melaksanakan beberapa peran yaitu;
a). Guru sebagai model : peserta didik membutuhkan guru sebagai model yang dapat di
contoh dan dijadikan teladan. Karena itu guru, guru harus memiliki kelebihan, baik
pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian. Dalam menjalankan peranan ini, guru harus
senantiasa berusaha memberikan bimbingan, menciptakan iklim kelas yang menyenangkan
dan menggairahkan anak untuk belajar, menyediakan kesempatan dimana anak terlibat dalam
perencanaan bersama dengan guru, dan memungkinkan secara kreatif.
c). Guru sebagai pendiagnosa kemajuan belajar siswa : peranan ini erat kaitannya dengan
tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Penilaian memiliki arti yang penting bagi siswa,
orang tua, dan bagi guru sendiri. Bagi siswa agar siswa mengetahui seberapa jauh merela
telah berhasil dalam studi.
20
Bagi orang tua, agar mengetahui kemajuan belajar anaknya. Bagi guru, pentingnya untuk
menilai dirinya sendiri dan keefektifan pembelajaran yang telah diberikannya.
d). Guru sebagai pemimpin : guru adalah pemimpin dalam kelas, sekaligus sebagai anggota
kelompok dari siswa. Banyak tugas yang sifatnya managerial yang harus dilakukan oleh guru
seperti memelihara ketertiban kelas, mengatur ruangan, bertindak sebagai pengurus rumah
tangga kelas serta menyusun laporan bagi pihak yan memerlukannya.
e). Guru sebagai petunjuk jalan sebagai sumber-sumber: guru berkewajiban menyediakan
berbagai sumber yang memungkinkan akan memperoleh pengalaman yang luas. Lingkungan
sumber itu perlu ditunjukkan, kendatipun pada hakikatnya anak sendiri yang berusaha
menemukannya. Tentu saja sumber-sumber yang ditunjkkan itu adalah sumber-sumber yang
cocok untuk membantu proses belajar mereka.
Dalam BAB III Pasal 7 UU RI No.14 Tahun 2005, dijelaskan bahwa profesi guru dan
profesi dasen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip
sebagai berikut :
21
D. HAKEKAT PEMBELAJARAN
Secara psikologis belajar dapat didefenisikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
sadar dari hasil interaksinya dengan lingkunagan. Menurut (Sanjana 2006:112),
belajar dianggap sebagai proses perubahan sebagai akibat dari pengalaman dan
latihan. Menurut Munir 2008: 146), belajar merupakan suatu kekuatan atau sumber
daya yang tumbuh dari dalam individu. Menurut (Syah 2004 : 66), belajar merupakan
suatu kemampuan bereaksi yang relatif menetap/permanen sebagai hasil latihan yang
diperkuat. Perubahan perilaku meliputi aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan (psikomotor).
Berbagai defenisi belajar yang telah dikemukakan ada empat rujukan yang
terkandung didalamnya ialah :
Adanya perubahan atau kemampuan baru
Berlangsung menetap dan dapat disimpan
Terjadi karena adanya usaha
Dan tidak hanya timbul karena adanya pertumbuhan
Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang melibatkan berbagai komponen untuk
mencapai suatu tujuan. Pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks artinya segala
sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran harus merupakan sesuatu yang sangat berarti
baik ucapan, pikiran maupun tindakan (Miarso, 2009 : 550-551).
Pembelajaran mengandung dua komponen utama yakni : (1) kegiatan yang dilakukan
guru mengelola segala komponen yang digunakan dalam pembelajaran, dimaksudkan agar
peserta didik belajar optimal,
22
(2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai inti dari pembelajaran, guru sebagai pendidik
melakukan siasay atau cara penggunaan seluruh komponen pembelajaran untuk
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar secara optimal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan
dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan
kepada tanggung jawab pendidik (Yusrina, 2006). Peserta didik menunjukkan seseorang
manusia yang belum dewasa yang akan dibimbing oleh pendidiknya untuk menuju
kedewasaan. Peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam balajar,
maka salah satu upaya yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia,
maka guru perlu ditingkatkan mutunya. Bagaimanapun baiknya kurikulum, manajemen,
dan sarana prasarana, jika tidak diimbangi dengan peningkatan kualits guru maka
pendidikan tersebut tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?
id=24&dir=1&idStatus=4&PHPSESSID=22ce22fbe2249033e5fd39da990f4493
http://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/hakikat-peserta-didik/
25