Tugas Ilmu Kalam, Makalah Syi'ah II
Tugas Ilmu Kalam, Makalah Syi'ah II
(Syi‟ah Sab‟iyah dan doktrinnya, syarat imam Syi‟ah Sab‟iyah, Syi‟ah Zaidiyah
dah doktrinnya, Syi‟ah Ghulat dan doktrinnya)
Disusun oleh :
II. Pembahasan
A. Syi’ah Sab’iyah dan doktrinnya
1. Asal-usul Syi'ah Syab'iah
Kemunculan Syi'ah Sab'iah dan Syi'ah Itsna 'Asyariah yaitu setelah wafatnya
imam keenam, Abu Abdullah Ja'far Shadiq pada tahun 148 H. Sebagai pengganti
Abdullah Ja'far Shadiq, sekte sab'iyah meyakini bahwa penggantinya adalah
Ismail putra dari Ja'far Shadiq. Ismail sendiri telah ditunjuk oleh ayahnya. Namun
3
Ismail wafat mendahului ayahnya. Walaupun beliau telah wafat, satu kelompok
syi'ah tetap mempercayai dan menganggap bahwa Ismail sebagai Imam Ketujuh.
Kepercayaan yang terhenti pada Ismail bin Ja‟far shadiq sebagai Imam Ketujuh
ini menjadikah Syi'ah Ismailiyah disebut juga Syi‟ah Sab'iah (Oki Setiana
Dewi,2016).
Syi‟ah Sab‟iah dinamakan juga Syi'ah Isma'iliyah karena dinisbatkan pada
imam ketujuh, Ismail bin Ja'far Ash-Shadiq. Berikut tujuh Imam yang dipercaya
oleh Syi'ah Syab'iah ialah:
1. Ali bin Abi Thalib
2. Hasan bin Ali
3. Husein bin Ali
4. Ali Zainal Abidin
5. Muhammad Al- Baqir
6. Ja'far Ash-Shadiq
7. Ismail bin Ja'far Ash-Shadiq (Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, 2019:118)
Terdapat dalam beberapa riwayat, yang mengemukakan bahwa ayah Ismail
yaitu Imam Ja'far berupaya meyakinkan kelompok Syi‟ah yang meyakini bahwa
Ismail belum wafat. Menurut Ja'far yang meninggal adalah jasad Ismail
(diambilnya ruh dari jasad), sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa AS,
diangkatnya ruh oleh Allah SWT kemudian akan diturunkan pada hari kiamat.
Akan tetapi tetap saja ada kelompok yang tidak percaya bahwa Ismail meninggal
sebagaimana Nabi Isa, dan akan hadir kembali dihari kiamat sebagai penyelamat
(Oki Setiana Dewi,2016). Salah satu kelompok yang tidak percaya bahkan
membatalkan Ismail bin Ja'far sebagai Imam adalah Syi'ah Ay'ariah dengan alasan
Ismail berkebiasan tidak terpuji dan juga karena dia telah wafat (143H/760 M).
Menurut Sekte Asy'ariah yang seharusnya menggantikan Ja'far adalah Musa Al-
Kadzim, yaitu adik Ismail. Syi'ah sab'iah menolak pembatalan tersebut dan tetap
menganggap Ismail sebagai Imam ketujuh. Dan sepeninggalnya diganti oleh
putranya yang tertua, Muhammad bin Ismail (Abdul Rozak dan Rosihon Anwar,
2019:118-119).
2. Doktrin Syi’ah Sab’iyah
4
Islam dibangun oleh tujuh pilar menurut kepercayaan para pengikut Syi'ah
Sab'iah, sebagaimana dijelaskan Al-Qadhi An-Nu'man dalam Da'aim Al-Islam.
Tujuh pilar tersebut adalah: Iman, Taharah, Shalat, Zakat, Saum (puasa),
Menunaikan haji, Jihad.
Pandangan Syi'ah Syab'iah tentang keimanan, bahwa keimanan hanya bisa
diterima apabila sesuai dengan keyakinan mereka, melalu kesetiaan kepada imam
zaman. Syi'ah Sab'iah mendasarkan tentang imam zaman ini pada sebuah hadits
Nabi Muhammad SAW. Yang terjemahan bahasa Indonesianya, “(Ia telah wafat
dan waktu kewafatannya masih belum diketahui sampai kini). Hadist seperti ini
terdapat dalam sekte Itsna Asy'ariyah dan Syab'iah namun tidak mencantumkan
imam zaman. Posisi Imam sangat penting dalam sekte ini, karena akan
membimbing manusia pada pengetahuan (ma'rifat) yang kemudian dari
pengetahuan itu seorang muslim akan menjadi seorang mukmin yang sebenar-
benarnya, dan membimbing manusi pada kehidupan spiritual, kehidupan formal-
materiil sebagai makhluk individu maupu sosial. Sekte ini berpandangan bahwa
manusia tidak bisa melalui kehidupan tanpa bimbingan (imam).
Ajaran Syi'ah Sab'iah sama dengan ajaran sekte lainnya, yang membedakan
hanyalah pada konsep kemaksuman imam yang ekstrem. memiliki pandangan
bahwa Al- Qur‟an selain memiliki makna lahir juga memiliki makna
batin(tersembunyi) yang mungkin hanya dapat dimiliki orang-orang tertentu
(imam), kepercayaan inilah Syi'ah Sa'biah diberi gelar Al-Bathiniyah. Ajaran
berikutnya adalah menggunakan prinsip takwil dalam menjelaskan maksud Al-
Qur‟an.
3. Syarat imam Syi’ah Sab’iyah
Syarat-syarat seorang imam dalam pandangan Syi'ah Sab'iah adalah sebagi
berikut:
a. Imam harus dari keturunan 'Ali melalui perkawinannya dengan Fathimah
yang dikenal dengan Ahlul Bait.
b. Imam harus berdasarkan penunjukan atau nash. Penunjukan disini yaitu
dilakukan oleh imam terdahulu. Seperti yang diyakini Syi'ah bahwa
5
setelah wafatnya Nabi Muhammad, Ali menjadi imam berdasarkan
penunjukan khusus yang dilakukan Nabi sebelum wafat.
c. Keimaman jatuh pada anak tertua. Syi'ah Sab'iah menggariskan seseorang
dapatmemperoleh keimaman dengan jalan wiratsah (heredity) dan
seharusnya merupakan anak paling tua.
d. Imam harus maksum. Harus terjaga dari salah satu dosa. Bahkan menurut
sekte ini walaupun imam melakukan perbuatan salah, perbuatan itu tidak
salah.
e. Imam harus dijabat oleh seorang yang paling baik. Syi'ah Sab'iah tidak
membolehkan adanya imam mafdhul. Dalam pandangannya perbuatan dan
ucapan imam tidak boleh bertentangan dengan syariat, karena seorang
imam sifat dan kekuasaannya hampir sama dengan nabi, yang
membedakan adalah seorang imam tidak mendapatkan wahyu (Abdul
Rozak dan Rosihon Anwar, 2019:119-121).
III. Penutup
Syi‟ah dalam sejarah pemikiran Islam merupakan sebuah aliran yang
muncul dikarenakan politik dan seterusnya berkembang menjadi aliran
teologi dalam Islam. Sebagai salah satu aliran politik, bibitnya sudah ada
sejak timbulnya persoalan siapa yang berhak menjadi khalifah setelah
wafatnya Rasulullah. Dalam persoalan ini Syi‟ah berpendapat bahwa yang
berhak menjadi khalifah setelah Rasulullah meninggal dunia adalah keluarga
sedarah yang dekat dengan Nabi, yaitu Ali bin Abi Thalib dan harus
dilanjutkan oleh anaknya, Hasan dan Husen, serta keturunan-keturunannya.
Syi‟ah mempunyai lima rukun iman, yaitu tawhid (kepercayaan kepada
keesaan Allah); nubuwwah (kepercayaan kepada kenabian); ma’ad (kepercayaan
akan adanya hidup akhirat); imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang
merupakan hak ahl al-bait); dan adl (keadaan ilahi). Perbedaan antara Sunni dan
Syi‟ah terletak pada doktrin imamah. Selanjutnya, meskipun mempunyai landasan
keimanan yang sama, Syi‟ah tidak bisa mempertahankan kesatuannya. Dalam
perjalan sejarah, kelompok ini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte.
Perpecahan yang terjadi di kalangan Syi‟ah terutama dipicu oleh masalah doktrin
imamah. Di antara sekte-sekte Syi‟ah adalah Itsna Asyariah, Sabi’ah, Zuidiah,
dan Ghullat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Jayana, Thoriq. “Studi Syiah: dalam Tinjauan Historis, Teologis, Hingga
Analisis Materi Kesyiahan di Perguruan Tinggi Islam”. Jurnal akamedika
vol 16 No. 1 (2021)
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV PUSTAKA
SETIA, 2013)
Amin Nurdin & Afifi Fauzi Abbas, Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: AMZAH,
2014)
Oki Setiana Dewi, “Syiah: Dari Kemunculannya Hingga Perkembangannya di
Indonesia, Jurnal Studi Al-Qur'an, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol 12
No 2 (2016)
Ratu Suntiah dan Maslani, Ilmu Kalam,(Bandung: CV. Armico, 2018)