Anda di halaman 1dari 2

Hari ini, adalah hari dimana aku memasuki sekolah baru dan kelas baru.

Aku takut tidak akan


bisa berteman dengan siapa pun. Tapi setelah sampainya di sekolah, suasana disana langsung berubah
seketika. Ternyata acara penerimaan siswa baru ditampilkan dengan sangat meriah, aku sudah disambut
dengan spanduk yang sangat besar saat pertama kali masuk gerbang. Ditambah dengan hiasan disetiap
sudut sekolah membuat acaranya sangat megah.
Saat berjalan di lorong, aku melihat seorang anak perempuan yang kebingungan mencari kelas,
aku sigap langsung menghampirinya dengan niat untuk mendapatkan seorang teman.
"Haloo, maaf dari tadi kamu kebingungan, ada yang bisa aku bantu?"ucap ku.
Anehnya dia seperti tidak mendengarkan ku dan fokus pada hal lain.
"Haloo?"
"Halo?"
Akhirnya dia melihatku, padangan kita bertemu di saat yang sama, tetapi dia malah menunduk
dan menggerakkan tangannya seperti ingin menjelaskan sesuatu. Aku teringat perkataan ibuku tadi pagi,
Aku langsung merogoh rogoh tas dan mencari secarik kertas dan juga pensil. Aku memberikan itu
padanya dan dia langsung menulis sesuatu.
Setelah diperhatikan dengan seksama,dia mempunyai tangan yang putih seputih susu, tubuhnya
yang kecil dan juga ramping, matanya yang sedang fokus dengan sesuatu. Dia memberikan kembali
kertas itu padaku, dengan senyuman yang sangat tulus.
Namaku Nina, maaf aku tidak lancar berbicara dan juga mendengar. Aku sedang mencari kelas
7b. Tulisnya di kertas itu.
Ternyata dugaanku benar, dia anak yang dibicarakan Ibu pagi tadi. Aku ingat tadi pagi ibuku
memberitahuku bahwa salah satu teman sekelasku adalah anak berkebutuhan khusus, ibuku menyuruhku
untuk membantunya dan berteman dengannya. Lalu kami berdua menyusuri lorong dan mencari kelas 7b.
Saat dijalan aku sempat mengenalkan diri padanya. Kita berkomunikasi melalui kertas dan juga pensil,
karena aku belum bisa berbahasa isyarat.
Seperti sudah terikat takdir, ternyata tersisa dua bangku dipojok belakang, pas untuk aku dan
Nina. Ternyata Milan juga sekelas denganku, teman di Sekolahku sebelumnya. Aku memperkenalkan
Nina pada Milan agar Nina bisa berteman juga dengannya. Tidak disangka, anak anak yang lain juga
mulai mengerubungi kami, tujuan mereka untuk berkenalan dengan Nina
Belum sempat berkenalan, langkah seseorang terdengar menuju kelas kami, Ibu guru mulai
memasuki kelas dan mulai memperkenalkan dirinya. Satu persatu murid murid yang lain
memperkenalkan dirinya kedepan. Sampailah giliran Nina, dia melangkahkan kakinya kedepan dan
langsung mengambil spidol dari tangan ibu guru. Dia menggoreskan kapur itu di papan. Ditulisnya :
namaku Nina, semoga kalian mau berteman denganku.
Aku melihat raut wajah mereka yang kebingungan seperti diriku waktu pertama kali bertemu
Nina. Ibu guru menjelaskan bahwa Nina itu tuli dan bisu.
Keesokan harinya, kami disambut dengan tatapan tajam seolah mereka tidak suka padaku. Ah,
ternyata mereka melihat orang disampingku, yaitu Nina. Nina menundukkan kepalanya dan aku langsung
memegang tangannya untuk menenangkannya, lalu kami berdua berjalan
Sampainya di tempat duduk, orang-orang membisikan sesuatu dan melihat ke arah kami. Nina
bertanya mereka sedang membicarakan apa, aku menggelengkan kepala seolah tidak tahu. Tapi
sebenarnya aku tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Nina hari ini memakai alat bantu pendengaran,
otomatis dia bisa mendengar apa yang dia tidak dengar kemarin.
Bel istirahat berbunyi, Milan yang dari tadi diam saja mengajak Nina untuk ke kantin bersama
gengnya. Dia tidak mengajakku, katanya dia ingin lebih akrab dengan Nina. Aku semakin curiga ketika
dia mengatakan alasan yang tidak masuk akal itu. Akhirnya aku mengikuti mereka diam diam. Mereka
mengajak Nina ke toilet, setelah menunggu dalam waktu yang lama, yang kudapati hanya Milan dan
gengnya yang keluar. Aku takut sesuatu hal menjatuhi Nina. Aku memberanikan diri untuk masuk
kedalam toilet, dan aku mendapati Nina yang sedang menangis tidak bersuara.

Anda mungkin juga menyukai