Anda di halaman 1dari 4

Taman Islam

Apa yang Dimaksud dengan Taman-Taman "Islami"? Dalam buku, "ESTETIKA ISLAM" karya Oliver
Leaman,

Kita telah melihat beberapa argumen yang mendukung sebuah konsep ruang yang khas islami. Sering
dikatakan bahwa ada taman yang dapat dikategorikan islami.

Ide tentang taman-taman yang melambangkan surga. Ide ini ber- kembang sangat baik dalam
Islam, dan tidak ada kesimpulan yang lebih alami selain menganggap bahwa taman-taman tersebut
dalam peradaban Islam benar-benar dibuat untuk menggambarkan surga.

Perlu dijelaskan, sebagaimana dilakukan oleh Fairchild Ruggles, bahwa hubungan linguistik
antara surga (firdausljannah) dan taman tak perlu di- lebih-lebihkan. Al-Quran menjelaskan surga
sebagai suatu taman (QS Al- Baqarah [2]: 25, Muhammad [47]: 15), tetapi tak disebutkan bahwa taman-
taman di Dunia Islam didesain untuk menggambarkan surga. Dalam banyak hal secara teologis hal ini
patut dipersoalkan, karena Tuhan adalah pencipta tertinggi dari semua taman (QS Al-An'am [6]: 99 dan
141) dan tak ada alasan untuk berpikir bahwa taman-taman di bumi menggambarkan ke- hidupan di
akhirat atau cocok untuk menggambarkan kehidupan akhirat.. Anda tidak harus berasal dari budaya asli
padang pasir untuk menghargai potensi firdausi dari taman-taman. Faktanya, terdapat banyak lagi
budaya taman firdausi yang lebih berkembang dalam budaya-budaya yang sepenuhnya sekuler. Para
penulis yang antusias mengenai taman sering menyamakan taman dengan surga, dengan acuan budaya
ketimbang acuan agama. Gagasan bahwa air sangat penting dalam taman Islam karena air begitu
penting di Timur Tengah juga tidak benar. Sebab, satu hal, tidak benar bahwa air adalah barang langka di
Timur Tengah pada umumnya. Dahulu terdapat tempat-tempat yang sedikit airnya dan sekarang pun
demikian, dan padang-padang pasir tentunya merupakan lingkungan yang menjadikan air sebagai
barang berharga. Namun, tentu saja ada banyak wilayah di Timur Tengah yang airnya melimpah, dan
tidak semua Dunia Islam terdiri dari padang pasir yang gersang. Sebenarnya, salah satu kesulitan yang
dihadapi Makkah adalah bahwa kota ini cenderung mudah banjir; ini karena Makkah terletak di lembah
yang sering kebanjiran manakala hujan lebat turun terus-menerus. Anggapan bahwa air sangat signifikan
bagi taman Islam berangkat dari pengamatan siapa pun yang memiliki pengetahuan apa pun mengenai
budaya taman bahwa air memang penting bagi setiap budaya seperti itu. Air populer baik di negeri-
negeri yang banyak airnya maupun yang lebih kering, dan tumbuh-tumbuhan pun tampak di mana-
mana.

Taman-taman dapat digunakan untuk tujuan-tujuan yang jauh dari keagamaan, sebagaimana
sering kita lihat pada lukisan Persia. Neçipoğlu menyebut taman di Turki yang menampilkan tujuan
mencerminkan ke- kuasaan politik dan menyediakan area tertutup untuk minum-minum, pesta- pesta,
menikmati alam, dan pertemuan romantis. Para sultan tampaknya tidak banyak berjalan-jalan di taman
mereka, tetapi mereka sering duduk- duduk di sana.

Kaisar Mughal, Akbar, sangat kritis terhadap kemungkinan-kemungkinan yang melewati batas
dari taman-taman yang telah dibangunnya. Patut diingat bahwa mereka yang pendekatan estetiknya
dilandasi oleh kecurigaan umum terhadap kesenangan ragawi secara alamiah akan khawatir dengan
taman-taman. Khususnya, taman-taman yang membuka kemungkinan yang luas bagi orang untuk
tenggelam dalam kesenangan-kesenangan alam, dan lebih-lebih menganggap serius fenomena dunia ini,
alam penciptaan dan penghancuran, alam yang cenderung dinilai dangkal dari kacamata spiritual. Tidak
ada keinginan di sini untuk mengatakan bahwa ini merupakan pandangan Islam yang baku, bahkan tidak
pula ada niat untuk menyatakan bahwa ada sesuatu yang dianggap sebagai pandangan Islam standar,
apalagi banyak Muslim yang tidak menerima pandangan bahwa orang harus mewaspadai kesenangan
indriawi. Islam acap tidak sejalan dengan ajaran zuhud. Islam melihat dirinya sebagai agama moderat,
berdiri antara sikap melewati batas Yahudi dan penyangkalan diri Kristen. Di sisi lain, tidak diragukan lagi
bahwa dalam banyak versi Islam, berlangsung terus tren asketis yang penting, dan ini harus diakui,
terutama pengaruhnya dalam apresiasi keindahan.

Di Persia, "orang-orang Persia tidak banyak berjalan-jalan di taman seperti yang kita lakukan, tetapi
mereka memuaskan diri dengan pemandangan alam yang kosong dan menghirup udara segar. Untuk
tujuan ini, mereka duduk-duduk di beberapa tempat di taman, sejak pertama kali datang, dan tidak akan
pernah berpindah lagi dari tempat duduk mereka hingga mereka keluar dari taman." Seperti dalam
banyak budaya, taman-taman besar Persia lebih banyak digunakan untuk kontemplasi dan relaksasi
daripada untuk berolahraga. Tetapi, bermalas-malas di taman tidak dikenal di negeri ini, tidak juga oleh
budayanya. Dalam taman kecil modern, orang-orang dapat menghabiskan waktunya dengan hanya
duduk-duduk dan melihat- lihat taman itu.

Abdul Rehman menyebut bahwa "ada hubungan yang kuat antara estetika Mughal, sufisme, dan
taman." Ini karena taman-taman tersebut didesain untuk menonjolkan dan mencipta-ulang alam.
Penguasa-penguasa Mughal dan para sufi sama-sama menghargai desain dan skema-skema warna
bunga dan dedaunan yang beragam, suara-suara air dan burung, serta efek- efek indriawi lainnya pada
waktu yang

Ruang islami

Apa yang Dimaksud dengan Ruang "Islami"? Dalam buku, "ESTETIKA ISLAM" karya Oliver Leaman,

Berlawanan dengan sikap Barat dan perhatiannya pada penampakan luar gedung, konsentrasi
Islam tradisional terutama terletak pada rasa ruang dalam... Hasilnya adalah arsitektur internal...
yang kurang memerhatikan bangunan dalam ruang, dan lebih memer- hatikan ruang itu sendiri.
Konsep yang demikian mencerminkan kondisi manusia ideal: kurangnya perhatian pada simbol-
simbol luar kecuali ruang dalam jiwa untuk bernapas dan berkembang... Contoh yang ekstrem
adalah wanita Muslim tradisional di balik hijabnya, yang secara eksternal menciptakan ruang
privasi tertutup tanpa batas.7

John Brookes berkomentar mengenai signifikansi ruang perantara pada arsitektur negeri-negeri panas,
dan selanjutnya berkata, "Secara metafisis, talar (beranda) dilihat sebagai tempat jiwa yang bergerak
antara taman dan gedung, taman sebagai ruh dan bangunan sebagai tubuh. Oleh karena itu, beranda
adalah ruang transisi antara dunia spiritual dan bumi." Di sisi lain, bukankah beranda hanyalah sebuah
beranda, fitur arsitektur umum di banyak negeri, dan tidak hanya di negeri-negeri Islam tentunya? Para
penganut tasawuf (mistisisme) sering berkomentar mengenai konsep barzakh, istilah Al-Quran untuk
pembatas antara alam dunia dan alam akhirat, dan konsep ini sering disepadankan dengan konsep yang
ada dalam imajinasi. Tampaknya, agak berlebihan untuk mencirikan fitur arsitektur biasa seperti
beranda dengan konsep metafisika yang luar biasa seperti barzakh, tetapi dalam beberapa pendekatan
hal ini bisa saja cocok karena dunia yang kita diami diibaratkan sebagai mikrokosmos yang ada dalam
makrokosmos, dan segala sesuatu di dunia ini dilihat sebagai pencerminan sesuatu yang lebih bermakna
di alam semesta ini.

Alasannya adalah bahwa terdapat sesuatu yang universal mengenai bangunan-bangunan dan taman-
taman Islam.

Metafisika pemikiran Islam dan aplikasinya pada konsep elemen- elemen arsitektur tradisional
adalah ikatan yang mempertalikan Isfahan, Granada, dan Agra... persamaannya [adalah] bahwa
se- muanya dibangun oleh orang Muslim untuk orang Muslim... faktor penyatu ini melampaui
perbedaan-perbedaan struktural lainnya dan inilah yang mempersatukan seluruh wilayah
Islam."

Ruang sering berbentuk chahar bagh atau taman yang dibagi empat, yang mengarah ke luar. Di sini,
terdapat paviliun utama atau pusara, yang ditempatkan di persimpangan jalan. Di pihak lain, kita baru
saja melihat bahwa banyak taman yang mengarah ke dalam, menekankan privasi dan pengasingan diri.
Brookes tampaknya mengakui kedua macam desain ini dan mengatakan bahwa keduanya adalah islami!
Keduanya menggambarkan "ruang yang tertentu, mencakup di dalam dirinya cerminan total kosmos dan
surga. Di dalam ruang itu, konsep ini menumbuhkan tatanan dan harmoni." Tentu saja, kebanyakan
taman menumbuhkan tatanan dan harmoni. Bahkan, taman-taman yang agak terbuka dan tampak liar
yang menjadi tren di Inggris pada abad ke-18, yang ditolak Kant sekalipun, di- bangun atas dasar prinsip-
prinsip tatanan dan harmoni meskipun prinsip- prinsip ini tidak begitu jelas. Brookes tak dapat
beragumen mengapa di antara taman-taman Islam ada yang mengarah ke luar dan ada yang mengarah
ke dalam, dan keduanya tetap dikatakan khas Islam padahal bentuk-bentuk ini saling berlawanan. Tidak
masuk akal jika dikatakan bahwa konsentrasi pada ruang melebihi konsentrasi pada bangunan yang
membatasi ruang tersebut, mengingat bangunan-bangunan tersebut mendapatkan perawatan yang
sangat baik. Tentu saja, dalam sebuah masjid interiornya bisa relatif kosong dan rapi, tetapi strukturnya
sendiri tetap relevan, bukan sekadar sebuah kotak yang mengisi ruang. Lagi pula, bukan keharusan bagi
orang Muslim untuk shalat di masjid, dan shalat biasanya dilakukan di rumah atau dilakukan berjamaah
di jalan raya, di pesawat, atau di mana pun jika dimungkinkan. Seperti yang terdapat dalam banyak buku
seni Islam, Brookes memiliki prinsip-prinsip yang dia pertahankan, tetapi contoh-contoh yang dipilihnya
terlalu akurat untuk membuat prinsip-prinsip tersebut masuk akal. Teori ini tidak mengarahkan persepsi,
tetapi mengikuti persepsi tersebut.

Spekulasi tentang taman yang samar-samar ini bahkan lebih biasa dilakukan ketika membahas
bangunan-bangunan, dan di sini penekanan- nya adalah pada bagian dalam. "Rumah Islam ... adalah
bentuk yang memusat pada diri sendiri, dilihat dari bagian dalam, dengan penekanan pada dekorasi
elemen-elemen interior... sedangkan bagian muka bangunan biasanya sebuah tembok sederhana."" Ini
karena "Ruang tertutup yang dibatasi tembok-tembok, gang beratap, dan kubah-kubah adalah elemen
arsitektur Islam yang paling penting." Arsitektur Barat dan Islam sangat berbeda-"Dalam arsitektur Barat
modern, sebuah rumah diletakkan dalam ruang, dan ruang tersebut ditentukan oleh kontur bentuk
bahan- bahan yang mengelilinginya. Dalam kebanyakan arsitektur Islam, ruang dipisahkan dari bentuk
bahan-bahan yang mengelilinginya dan ruang ditentukan oleh permukaan dalam bentuk-bentuk ini."
Alasan mengapa orang-orang Islam tidak tertarik dengan bagian luar rumah adalah karena mereka
sangat tidak ingin membuat perbedaan antara orang miskin dan orang kaya. Menurut M.S. Amini,
"Masyarakat Islam tidak terbagi ke dalam kelas yang berbeda-beda ... penampilan eksterior semua
rumah hampir sama: sederhana, tertutup, dan bersahaja, tanpa perbedaan, baik milik keluarga kaya
maupun milik keluarga miskin... tidak ada jarak antara si kaya dan si miskin." Ini karena "ajaran Islam
mencela segala jenis kesombongan dan pamer" yang tentunya benar demikian tetapi tidak 14 dapat
dirasakan efeknya pada gaya hidup para penghuni kota-kota Islam.

Anda mungkin juga menyukai