RMSL, 31-41 Jurnal Patrick
RMSL, 31-41 Jurnal Patrick
KOTA MANADO
Abstrak.
Kecamatan Singkil salah satu Kecamatan yang teletak di Kota Manado, Ibukota Provinsi
Sulawesi Utara. Kecamatan Singkil mempunyai jumlah penduduk yang megalami
peningkatan setiap tahunnya sehingga membawa dampak pada peningkatan kebutuhan
penggunaan lahan, hal ini akan berdampak pada konversi lahan yang tidak sesuai dengan
pemanfaatannya. Salah satunya adalah pada konversi lahan pada penggunaan lahan
perkebunan menjadi penggunaan lahan permukima. Empat dari sembilan kelurahan di
Kecamatan Singkil ditenggarai tidak sesuai dengan pemanfaatannya. Dalam penelitian ini
metode analisis data yang dipakai untuk menunjang penelitian ini adalah menggunakan
metode overlay dengan software Sistem Informasi Geografi (SIG). Peneliti menggunakan
metode overlay ini untuk mengetahui pemanfaatan ruang yang terinkonsistensi di Kecamatan
Singkil sehiingga dapat diketahui bahwa seluas 16,35 ha atau 4% dari luas total Kecamatan
Singkil merupakan pemanfaatan ruang yang terinkonsistensi, selanjutnya menghitung dan
mencari tau jenis inkonsistensi yang ada dengan menggunakan peta tematik yang sudah
didigitasi batasan-batasan inkonsistensinya perbedaan kenampakannya peta tematik
menggunakan aplikasi berbasis SIG sehingga dapat diketahui berbagai macam jenis
penggunaan lahan yang terinkonsistensi maupun yang masih konsisten terhadap Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Manado 2014-2013 yang ada di Kecamatan Singkil.
31
TINJAUAN PUSTAKA memenuhi kebutuhan hidupnya. Lillesand dan
Tata Ruang dan Pola (Pemanfaatan) Ruang Kiefer (1993) mendefinisikan penggunaan
Menurut D.A. Tisnaadmidjaja, yang lahan berhubungan dengan kegiatan manusia
dimaksud dengan ruang adalah “wujud fisik pada suatu bidang lahan, sedangkan penutupan
wilayah dalam dimensi geografis dan lahan lebih merupakan perwujudan fisik
geometris yang merupakan wadah bagi objek-objek yang menutupi lahan tanpa
manusia dalam melaksanakan kegiatan mempersoalkan kegiatan manusia terhadap
kehidupannya dalam suatu kualitas kehidupan objek-objek tersebut. Sebagai contoh pada
yang layak”. Tata ruang adalah wujud struktur penggunaan lahan untuk permukiman yang
ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah terdiri atas permukiman, rerumputan, dan
susunan pusat-pusat permukiman dan sistem pepohonan.
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi Pemanfaatan Ruang
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
masyarakat yang secara hierarkis memiliki mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
hubungan fungsional. Penataan ruang adalah sesuai dengan rencana tata ruang melalui
suatu sistem proses perencanaan tata ruang, penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pemanfaatan tata ruang dan pengendalian pembiayaannya. Ketentuan umum tentang
pemanfaatan ruang. Hal tersebut merupakan pemanfaatan ruang ditegaskan dalam Pasal 32
ruang lingkup penataan ruang sebagai objek Undang-Undang Penataan Ruang, Adanya
Hukum Administrasi Negara. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah jika
Pengertian Ruang, Tata Ruang, dan adanya ketidaksesuaian pemanfaatan ruang.
Penataan Ruang Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Sebagai mana yang diungkapkan oleh Adanya Pengendalian Pemanfaatan
Arsyad (1989), “Pengertian sifat lahan yaitu: Ruang adalah jika adanya ketidaksesuaian
atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan
dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur ruang adalah sebagai usaha untuk menjaga
tanah, struktur tanah, jumlah curah hujan, kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi
distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, ruang yang ditetapkan rencana tata ruang.
jenis vegetasi dan sebagainya”. Sifat lahan Pada Pasal 1 angka 15 Undang-Undang
merupakan suatu penciri dari segala sesuatu Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
yang terdapat di lahan tersebut yang Ruang dijelaskan bahwa pengendalian
merupakan pembeda dari suatu lahan yang pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
lainnya. Sifat lahan menunjukkan bagaimana mewujudkan tertib tata ruang.
kemungkinan penampilan lahan jika Inkonsistensi Tata Ruang
digunakan untuk suatu penggunaan lahan. Inkonsistensi tata ruang merupakan bentuk
(Haryani, Poppy. 2011). ketidaksesuaian antara pemanfaatan ruang
Pelaksanaan Penataan Ruang dengan peruntukan tata ruang. Pemanfaatan
Kegiatan pembangunan merupakan bagian ruang dinilai tidak sesuai dengan RTRW
terpenting dan tidak dapat terpisahkan dari apabila pemanfaatan ruang (penggunaan
proses penyelenggaraan negara dan lahan) memiliki land rent yang lebih tinggi
pemerintahan. Indonesia sebagai salah satu dibandingkan land rent peruntukan
negara yang menganut paham Welfare state pemanfaatan ruangnya (inkonsisten). Apabila
berkewajiban untuk dapat menyelenggarakan pemanfaatan ruang (penggunaan lahan)
pembangunan dengan memanfaatkan secara memiliki land rent yang lebih rendah
optimal berbagai sumber daya yang ada guna dibandingkan dengan land rent peruntukan
memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya. pemanfaatan ruangnya maka pemanfaatan
Kewajiban negara ini diperkuat dengan ruang tersebut dinilai konsisten terhadap
dicantumkannya dalam konstitusi negara yakni arahan RTRW yang telah ditetapkan.
pada Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan
bahwa negara memiliki kekuasaan atas bumi, Pengertian Penggunaan Lahan
air dan kekayaan alam yang terkandung di Penggunaan lahan di artikan sebagai setiap
dalamnya untuk digunakan sebesar-besarnya bentuk intervensi manusia terhadap lahan
bagi kemakmuran rakyatPenggunaan lahan di dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
artikan sebagai setiap bentuk intervensi Lillesand dan Kiefer (1993) mendefinisikan
manusia terhadap lahan dalam rangka penggunaan lahan berhubungan dengan
32
kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, berkoordinat geografi. Dengan kata lain, suatu
sedangkan penutupan lahan lebih merupakan SIG adalah suatu sistem databasedengan
perwujudan fisik objek-objek yang menutupi kemampuan khusus untuk data yang
lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia bereferensi spasial bersamaan dengan
terhadap objek-objek tersebut. seperangkat operasi kerja. Di Indonesia,
Identifikasi Penggunaan Lahan perkembangan pemakaian SIG dan inderaja
Menggunakan Foto Udara Atau Citra mulai semarak sekitar tahun 1990-an, dimana
Identifikasi penggunaan lahan kebanyakan instansi pemerintah sudah mulai
menggunakan foto udara atau citra satelit memanfaatkan SIG sebagai sarana untuk
dapat didefinisikan sebagai kegiatan dalam pengelolaan data spasial.
mengkaji obyek dan fenomena pada Analisis Distribusi Frekuensi Kumulatif
permukaan bumi, melaui foto udara dan Distribusi Frekuensi adalah pengelompokan
menentukan maknanya, sesuai dengan tujuan data kedalam beberapa kategori yang
interpretasinya. Kegiatan ini dapat menunjukan banyaknya data dalam setiap
memudahkan kita dalam mengidentifikasi kategori, dan dari setiap data tidak dapat
penggunaan lahan di suatu wilayah dimasukankedalam dua atau lebih kategori
dimanapun. Bagian terpenting dalam melainkan hanya bisa dimasukan satu kategoi
melakukan interpretasi ini adalah menyeleksi saja, Tujuan: mendapatkan informasi lebih
kenampakan-kenampakan “yang diutamakan” dalam tentang data yang ada yang tidak dapat
dari foto udara atau cita satelit. secara cepat diperoleh dengan melihat data
Sistem Informasi Geografi (SIG) aslinya.
Sistem informasi geografi (SIG) adalah Tabel 1. Contoh Tabel Distribusi Frekuensi
sistem informasi yang didasarkan pada kerja Penggunaan Lahan f Frekuensi Persen
Relatif Frekuensi
computer yang memasukkan, mengelola, Perkebunan 2 0,10 10
memanipulasi dan menganalisa data serta Perkuburan 3 0,15 15
33
bentuknya atau dipotong diharapkan dapat
memperkecil bias hasil analisis data. Peta
Land Cover diperoleh dari hasil digitasi layar
citra Google. Skala ketelitian ketika
melakukan digitasi adalah 1:6000. Tujuan
digitasi adalah untuk mengubah data raster
menjadi data vektor. Setelah tahap digitasi,
tahap selanjutnya adalah memasukkan data
atribut kategori kelas penutupan lahan yaitu
badan air, ruang terbangun, tanaman pertanian
lahan kering, kawasan terbuka hijau,
perumahan dan permukiman, perdangangan
jasa, dll, kemudian dicari luas lahan masing-
masing penutupan lahan. Klasifikasi kategori
penutupan lahan yang dibuat merupakan hasil
grouping penutupan lahan dengan karakteristik
penutupan dominan. Peta Land Cover yang
telah mengandung informasi luas lahan,
selanjutnya dioverlay dengan peta Pola Ruang
Kecamatan Singkil. Hasil overlay merupakan
peta inkonsistensi tata ruang Kecamatan
Singkil.
Analisis Distribusi Kumulatif
Distribusi frekuensi adalah daftar nilai
data (bisa nilai individual atau nilai data yang
sudah dikelompokkan ke dalam selang interval
tertentu) yang disertai dengan nilai frekuensi
yang sesuai. Pengelompokkan data ke dalam
beberapa kelas dimaksudkan agar ciri-ciri
penting data tersebut dapat segera terlihat.
Daftar frekuensi ini akan memberikan
gambaran yang khas tentang bagaimana
keragaman data. Sifat keragaman data sangat HASIL DAN PEMBAHASAN
penting untuk diketahui, karena dalam Gambaran Lokasi Penelitian
pengujian-pengujian statistik selanjutnya kita Secara geografi Kota Manado terletak di
harus selalu memperhatikan sifat dari Kecamatan Singkil terbagi atas 9 kelurahan
keragaman data. Tanpa memperhatikan sifat dan masing-masing mempunyai luas wilayah
keragaman data, penarikan suatu kesimpulan yang berbeda, luas keseluruhan kecamatan
pada umumnya tidaklah sah. singkil yaitu 386,4 Ha. Secara administratif,
Kecamatan Singkil berbatasan dengan :
-Sebelah Utara dengan : Kec.Tuminting
-Sebelah Timur dengan : Kec. Mapanget
-Sebelah Selatan dengan : Kec. Wenang
-Sebelah Barat dengan : Kec. Tuminting
34
geografis pada daerah yang bukan pesisir dan
memiliki bentuk permukaan tanah yang
bervariasi. Ketinggian dari permukaan laut
pada tiap-tiap kecamatan di Kecamaan Singkil
bervariasi. Sesuai hasil analisa dari luas
keseluruhan wilayah Kecamaan Singkil
terletak pada ketinggian 5-110 MDPL
Tutupan Lahan Kecamatan Singkil
Penggunaan lahan (major kinds of
land use) sendiri di maksudkan oleh Luthfi
Kependudukan Kecamatan Singkil Rayes (2007:162) adalah penggolongan
Melihat kondisi kependudukan penggunaan lahan secara umum seperti
sekarang Kecamatan Singkil mengalami pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi,
pelonjakan jumlah penduduk yang sangat
padang rumput, kehutanan atau daerah
pesat. Kepadatan penduduk di kota Manado
pada tahun 2017 menjadi 47,260 jiwa (BPS rekreasi dan permukiman. Secara
Kota Manado 2015). Hal ini akan sangat keseluruhan penggunaan lahan di
berpengaruh terhadap kebutuhan lahan Kecamatan Singkil lahan pemukiman
sehingga banyak terjadi pembukaan lahan baru dengan luasan 279.34 hektar atau sekitar
untuk kepentingan-kepentingan tertentu. 47,80% dan lahan perkebunan seluas
220.08 atau sekitar 37.88% dari Jumlah
luasan Kecamatan Singkil, untuk lebih
jelas akan diperlihatkan pada tabel dan
gambar berikut:
35
Identifikasi Inkonsistensi Pemanfaatan terdapat pada bentuk inkonsistensi perkebunan
Ruang Kecamatan Singkil dengan eksisting penggunaan
emplasmen/bangunan lain seluas 0,84% dari
luas kelurahan kombos timur dengan eksisting
RTRW 19,45%. Pada table 7 juga diketahui
bahwa presentase jenis penggunaan lahan
perkuburan 0,07% konsisten dari luas
kelurahan kombos timur dengan eksisting
RTRW 0,07%.
Jumlah Poligon Inkonsistensi Pada
Kelurahan Kombos Timur
36
Jumlah Poligon Inkonsistensi Pada
Kelurahan Singkil Dua
37
Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa luas poligon. Dan yang paling sedikit jumlah
inkonsistensi terbesar terjadi pada bentuk poligonnya yaitu bentuk inkonsistensi lahan
inkonsistensi perkebunan dengan eksisting perkebunan dengan eksisting penggunaan
penggunaan lahan permukiman yaitu dengan lahan permukiman sebanyak 2 poligon.
luas 0,17 ha dari luas kelurahan kombos barat Jenis Inkonsistensi Pada Kelurahan Singkil
diketahui juga bahwa luas jenis penggunaan Satu
lahan perkebunan 9,44 ha konsisten dengan
eksisting RTRW 9,93 ha.
38
emplasmen/bangunan lain yaitu dengan Kecamatan Singkil memiliki luas total sekitar
presentase 0,37% dari luas kelurahan singkil 386,4 ha dan memiliki sembilan kelurahan,
satu diketahui juga bahwa presentas jenis meliputi Kelurahan Karame , Kelurahan
penggunaan lahan perkuburan 3,21% Ketang Baru, Kelurahan Wawonasa,
konsisten terhadap eksisting RTRW 3,58%. Kelurahan, Ternate Baru, Kelurahan Ternate
Jumlah Poligon Inkonsistensi Pada Tanjung, Kelurahan Kombos Barat, Kelurahan
Kelurahan Singkil Satu Kombos Timur, Kelurahan Singkil Satu,
Kelurahan Singkil Dua. Dari ke-9 Kelurahan
tersebut, terdapat lima kelurahan yang seluruh
wilayahnya termasuk ke dalam klasifikasi
peruntukan permukiman (menurut peta RTRW
Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa Kota Manado tahun 2014- 2032) yaitu
luas inkonsistensi yang terjadi hanya pada Kelurahan Karame, Kelurahan Ketang Baru,
bentuk inkonsistensi perkuburan dengan Kelurahan Wawonasa, Kelurahan Ternate
eksisting penggunaan lahan Baru, dan Ternate Tanjung sehingga kelima
emplasmen/bangunan lain yaitu seluas kelurahan tersebut dianggap konsisten.
Berdasarkan hasil analisa, diperoleh
0,06 ha dengan 16 poligon.
informasi bahwa sekitar 370,05 ha atau
Evaluasi Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang 95,77% pemanfaatan ruang di Kecamatan
Kecamatan Singkil
Singkil konsisten terhadap arahan RTRW Kota
Manado tahun 2014-2032, sedangkan sekitar
16,35 ha atau 4,23% pemanfaatan ruang di
Kecamatan Singkil ditengarai tidak konsisten
terhadap arahan RTRW. Dalam peta
inkonsistensi pemanfaatan ruang Kecamatan
Singkil diperoleh 2 bentuk inkonsistensi
pemanfaatan ruang.
39
2,40% dari luas total inkonsistensi
Kecamatan Singkil.
40
Bafda, Nurpilihan dkk, 2011. Buku Ajar Pengembangan Wilayah. Crestpent
Sistem Informasi Geografis. Fakultas Press dan Yayasan Obor Indonesia.
Teknologi Industri Pertanian. Jakarta.
UNDAP, Bandung.
Sabari Yunus Hadi. 2005. Manajemen Kota
Barus, B., dan U.S Wiradisastra. 1996. Sistem Perspektif Spasial. Penerbit Pustaka
Informasi Geografi. Laboratorium Pelajar. Yogyakarta.
Penginderaan Jauh dan Kartografi.
Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, Sabari Yunus Hadi. 2006. MEGAPOLITAN,
Institut Pertanian Bogor. Konsep, Priblematika dan Prospek.
Peberbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Chapin, F. Steward, dan Kaiser, Edward J,
1979. Urban Land Use Planning, Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh (Jilid 1).
University of Illnois Press, Chicago. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Faisol Arif & Indarto, 2012. Konsep Dasar
Analisis Spasial. Penerbit Andi, Tarigan, R. 2005. Perencanaan
Yogyakarta Pengembangan Wilayah. Bumi
Aksara. Jakarta.
Haryani, Poppy. 2011. Perubahan
Penutupan/Penggunaan Lahan dan Tuni Siraz. 2014. Sudut Kota. Dapur Buku,
Perubahan Garis Pantai di DAS Makasar
Cipunagara dan Sekitarnya, Jawa
Barat. Jurusan Pendidikan Geografi.
UNIMED, Medan.
41