A. PENDAHULUAN
A.1. Analisis Situasi
Di Indonesia, tanaman singkong dapat tumbuh dan berproduksi di daerah
dataran rendah sampai dataran tinggi (gambar 1), dari ketinggian 10.000 sampai
1.500 meter di atas permukaan laut.
Gambar 1. Kebun singkong.
Singkong juga sangat cocok dikembangkan di lahan-lahan marjinal, kurang subur,
dan kurang sumber air. Oleh karena itu, hasil singkong di Indonesia memiliki
kapasitas yang cukup besar. Petani singkong di Indonesia mampu menghasilkan 30-
60 ton/ha, ini merupakan jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan padi
yang hanya mampu menghasilkan 4-6 ton/ha (Khudori, 1994).
Dewasa ini singkong banyak diekspor ke Amerika Serikat dan Eropa dalam
bentuk tapioka. Di negara-negara tersebut, singkong dimanfaatkan sebagai bahan
baku industri pembuatan tepung tapioka dan tepung gaplek serta bahan pembuatan
alkohol, etanol dan gasohol. Sebaliknya, di dalam negeri, singkong biasanya hanya
digunakan sebagai pakan ternak dan bahan pangan tradisional nomor tiga setelah
beras dan jagung (Suhardi dkk, 2002).
Sebenarnya, selain sebagai pakan ternak dan bahan pangan tradisional seperti
gaplek, oyek, krupuk dan masih banyak yang lainnya, singkong juga dapat
ditingkatkan nilai jualnya. Salah satu caranya yaitu dengan diolah menjadi berbagai
1
jenis makanan moderen seperti roti. Sebelum diolah menjadi roti, singkong terlebih
dahulu diolah menjadi tepung tapioka
Pembuatan tepung tapioka memerlukan proses pemarutan singkong dalam
kapasitas yang cukup besar. Sehingga diperlukan mesin pemarut yang ekonomis
dalam pengoperasiannya dan mudah dalam perawatannya. Namun pada
kenyataannya, mesin pemarut singkong yang beredar di pasaran sebagian besar
menggunakan penggerak berupa motor bensin (gambar 2).
Gambar 2. Mesin pemarut singkong dengan penggerak motor bensin.
Permasalahan yang timbul adalah selain harganya yang mahal, pemarutan
singkong menggunakan motor bensin juga memerlukan biaya operasi yang cukup
mahal. Hal tersebut diketahui dari hasil pengujian pemarutan yang telah dilakukan
menggunakan motor bensin dengan daya 3,5 HP dan dengan putaran rol pemarut
1425 rpm. Pengujian pemarutan dilakukan sebanyak enam kali, dan singkong yang
diparut setiap satu kali uji seberat 1 kg. Hasil pengujian menunjukan, waktu rata-rata
yang dibutuhkan untuk memarut singkong seberat 1 kg adalah 1 menit 28 detik dan
bahan bakar bensin yang dibutuhkan sebanyak 22 mL.
Pengujian tersebut membuktikan bahwa pemarutan menggunakan motor bensin
kurang efektif karena waktunya relatif lama dan biaya operasinya mahal, jika harga
bensin sekarang Rp.6000/liter maka biaya pemarutan per kg adalah Rp.132. Selain
itu, keamanan pemarut pada waktu proses pemarutan kurang terjamin karena elemen
mesin yang berputar tidak dilengkapi dengan penutup. Proses pemarutan
2
menggunakan motor bensin pengoperasian dan perawatannya juga tidak mudah.
Motor bensin memerlukan perawatan dan penggantian komponen mesin yang rusak
pada jangka waktu tertentu (servis) dan tidak semua orang dapat melakukannya
Hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan industri pengolahan singkong, karena
pada umumnya industri tersebut adalah industri yang bermodal kecil dan
berpendidikan rendah. Selain itu, sebagian besar industri kecil berlokasi di wilayah
perkampungan yang dapat mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar yang
disebabkan oleh suara bising dari mesin tersebut. Dampak lingkungan lain juga akan
timbul karena mesin tersebut menyebabkan polusi udara yang berasal dari gas buang
mesin. Hal tersebut tidak sesuai dengan tata cara pengolahan makanan yang benar
karena harus benar-benar higienis supaya aman pada saat dikonsumsi.
Untuk meninjau secara detail pentingnya mesin pemarut singkong ini
ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3. Bagan alir pentingnya mesin pemarut singkong yang ekonomis.
3
FAKTOR INTERNAL
Ada kerjasama Tim
Pengabdi - Produsen
Mesin Pemarut Singkong
Guna Meningkatkan
Keefektifan Pada Proses
Pemarutan Singkong
MUTLAK
SDM UMY
Ada institusi (UMY)
yang mampu melakukan
rekayasa peralatan tepat
guna
PENGUSAHA
Produsen makanan berbahan
singkong masih melakukan
pemarutan singkong dengan
alat berpenggerak motor
bensin,sehingga biaya
produksi mahal
Alat pemarut dengan motor
bensin pengoperasiannya
kurang praktis dan
perawatannya memerlukan
keahlian khusus
Program TTG
DEPERINDAG DIY untuk
Rekayasa Mesin Pemarut
Singkong
SMART SOLUTION
Pengolahan singkong menjadi
makan moderen sangat
menjanjikan , sehingga
memerlukan alat pengolah
yang mudah, murah, cepat,
aman dan nyaman
FAKTOR EKSTERNAL
A.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang ada pada industri makanan yang berbahan utama singkong
dan tapioka berdasarkan hasil pengujian menggunakan pemarut motor bensin yang
umum beredar di pasaran (daya 3,5 HP dan putaran 1425 rpm) adalah :
a. biaya operasinya relatif mahal, karena untuk memarut singkong seberat 1
kg membutuhkan bahan bakar bensin sebanyak 22 mL (jika harga bensin
Rp.6000/liter, maka biaya operasinya sama dengan Rp.132 rupiah/kg).
b. waktu pemarutan relatif lama, karena untuk memarut singkong seberat 1
kg membutuhkan waktu 1 menit 28 detik.
c. suara bising dan dampak lingkungan dari gas pembuangan motor bensin
sebagai penggerak mesin pemarut mengurangi kenyamanan lingkungan sekitar.
d. keamanan pemarut pada waktu proses pemarutan kurang terjamin karena
elemen mesin yang berputar tidak dilengkapi dengan penutup.
e. pengoperasian dan perawatannya memerlukan keahlian khusus, karena
tidak semua orang mengerti cara perlakuan terhadap motor bensin.
Berdasarkan uraian di atas, maka sangatlah perlu dirancang ulang dan dibuat
mesin pemarut singkong untuk meningkatkan efisiensi proses pemarutan.
Terlaksananya kegiatan ini secara khusus akan meningkatkan keefektifan,
keekonomisan, keamanan dan kenyamanan dalam proses pemarutan singkong
B. TUJUAN
Tujuan utama dari program ini adalah :
1. Terciptanya desain mesin pemarut singkong.
2. Terciptanya mesin pemarut singkong yang mampu bekerja efektif,
ekonomis, aman dan nyaman pada proses pemarutan.
C. LUARAN DAN MANFAAT
C.1. Luaran
Luaran produk peralatan tepat guna yang akan dihasilkan adalah prototype
mesin pemarut singkong, yang dapat digunakan untuk memarut singkong dengan
efektif. Sumber energi yang digunakan adalah energi listrik 200 Watt. Mesin ini juga
4
dilengkapi dengan penutup untuk komponen mesin yang sangat berbahaya jika
tersentuh, sehingga keamanan operator dapat terjamin.
C.2. Manfaat
a. Potensi Ekonomi Produk
Secara umum potensi ekonomi produk yang diperoleh antara lain: biaya
pembuatan mesin murah (harga mesin murah), proses pemarutan cepat, biaya
operasional mesin murah sehingga dapat menekan biaya produksi. Biaya perawatan
mesin menjadi berkurang karena tidak perlu mengganti komponen dari motor bensin
secara periodik, seperti busi, service karburator dan lain sebagainya.. Mesin ini dapat
dimanfaatkan oleh produsen kelas menengah dan keluarga. Nilai ekonomis bahan
makanan yang dihasilkan juga akan meningkat, dimana dengan menggunakan mesin
ini diharapkan bahwa kebersihan dari hasil parutan akan tejamin, sehingga aman
sewaktu dikonsumsi.
b. Nilai Tambah dari sisi Iptek
Ditinjau dari sisi iptek yaitu pemanfaatan teknologi tepat guna. Desain mesin
sederhana, namun mempunyai manfaat yang tinggi. Pembuatan alat ini cukup hanya
menggunakan mesin perkakas konvensional, sehingga dapat dilakukan di bengkel
kecil. Melalui program ini, akan dilakukan pembinaan bengkel untuk membuat mesin
pemarut singkong.
c. Dampak Ikutan
Setelah prototype mesin pemarut singkong ini sudah teruji dan dapat diterima
oleh kalangan pengusaha makanan berbahan dasar parutan singkong atau tepung
tapioka, maka produk ini akan dipaparkan di hadapan instansi terkait di DIY. Dengan
demikian, pengusaha memperoleh informasi tersebut melalui instansi terkait.
Keberhasilan dan dampak ikutan pengusaha lain dalam kegiatan ini menjadi salah
satu tolak ukur terwujudnya cita-cita DEPERINDAG Prop. DIY untuk meningkatkan
pemberdayaan ekonomi rakyat melalui pengembangan UKM mandiri dengan
teknologi tepat guna. Meningkatnya perekonomian rakyat ini akan meningkatkan pula
income perkapita daerah.
5
d. Nilai Tambah bagi Perguruan Tinggi dan Pemerintah
Bagi perguruan tinggi, kegiatan ini merupakan wujud nyata dari tri dharma
perguruan tinggi yang ketiga. Kepercayaan dan keyakinan masyarakat akan
kemampuan kinerja institusi UMY pada rekayasa teknologi juga menjadi semakin
kuat. Kedekatan perguruan tinggi (UMY) dengan masyarakat sekitarnya juga semakin
rekat
Nilai tambah bagi pemerintah adalah meningkatnya perekonomian masyarakat
pengusaha makanan dari singkong dan tapioka serta pemilik bengkel, dengan rincian
sebagai berikut; peningkatan pendapatan para pengusaha dan peningkatan order bagi
pemilik bengkel teknologi tepat guna. Secara umum, terlaksananya program ini akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para pengusaha makanan dari
singkong dan tapioka serta perbengkelan.
Pelaksanaan program ini juga sekaligus akan menjadi jembatan kerjasama
antara perguruan tinggi dan beberapa industri kecil, Industri Perbengkelan Tepat
Guna dan industri makanan dari singkong dan tapioka. Program ini diharapkan terus
berlanjut untuk intensifikasi usaha makanan di daerah lain, sehingga dalam skala
nasional program ini akan menaikkan pendapatan perkapita daerah.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Pemilihan elemen-elemen pada perancangan dan pembuatan mesin pemarut
singkong ini juga harus memperhatikan kekuatan bahan, safety factor, dan ketahanan
dari berbagai komponen tersebut. Elemen mesin tersebut adalah motor elektrik,
poros, puli, bantalan duduk, mur dan baut.
D.1. Motor elektrik
Motor elektrik adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai tenaga penggerak
yang disesuaikan dengan kebutuhan daya mesin dengan menggunakan energi listrik.
Jika
1
n (rpm) adalah putaran dari poros motor listrik dan T (kg.mm) adalah torsi
pada poros motor listrik, maka besarnya daya P (kW) yang diperlukan untuk
menggerakkan sistem adalah (Sularso, 2004) :
102
) 60 / . . 2 )( 1000 / (
1
n T
P
6
1
5
10 74 , 9
n
T
P
'
+ T Kt M k
a
m s
Dengan : d s = Diameter poros (mm)
a
= Tegangan geser (kg/mm
3
)
k m = Faktor korelasi
k t = Faktor koreksi
c. Tegangan geser maksimum :
2
3
max
) . ( ) . ( ) / 1 , 5 ( T K M k d
t m s
+
D.3. Puli V-belt
7
Puli V-belt merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya seperti halnya sproket rantai dan roda gigi. Bentuk puli
adalah bulat dengan ketebalan tertentu, di tengah-tengah puli terdapat lubang
poros. Puli pada umumnya dibuat dari besi cor kelabu FC 20 atau FC 30, dan ada
pula yang terbuat dari baja.
Rumus perhitungan tersebut adalah sebagai berikut (Sularso, 1994):
a. Perbandingan transmisi
1
2
2
1
d
d
n
n
Dengan :
1
n
= putaran poros pertama (rpm)
2
n
= Putaran poros kedua (rpm)
1
d
= diameter puli penggerak (mm)
2
d
= diameter puli yang digerakan (mm)
b. Kecepatan sabuk
1000 . 60
. . n d
v
(m/s)
Dengan : V = kecepatan sabuk (m/s)
d = diameter puli motor (mm)
n = putaran motor listrik (rpm)
c. Panjang sabuk
L = 2.C +
2
(dp + Dp) +
C . 4
1
(Dp - dp)
2
Dengan : L = panjang sabuk (mm)
C = jarak sumbu poros (mm)
D
1
= diameter puli penggerak (mm)
D
2
= diameter puli poros (mm)
D.4. Bantalan
8
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerak bolak-balik dapat bekerja dengan aman, halus dan panjang
umur. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros atau elemen mesin
lainnya dapat bekerja dengan baik.
Rumus perhitungan bantalan gelinding antara lain (Sularso, 2004) :
a. Beban ekuivalen dinamis
P = x.v. Fr + Fa.Y
Dengan : x = 0,56
v = 1
y = 1,45
Fr = beban radial
Fa = beban aksial
b. Faktor kecepatan
3 / 1
3 , 33
1
]
1
n
fn
c. Faktor umur
P
C
fn fh
d. Umur bantalan
LK = 500
3
fh
D.5. Mur dan baut
Mur dan baut merupakan alat pengikat yang sangat penting dalam suatu
rangkaian mesin. Jenis mur dan baut beraneka ragam, sehingga penggunaannya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pemilihan mur dan baut sebagai pengikat harus
dilakukan dengan teliti untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dengan beban
yang diterimanya sebagai usaha untuk mencegah kecelakaan dan kerusakan pada
mesin.
D.6. Pengelasan
9
Berdasarkan definisi dari Deutche Indusrtries Normen (DIN), las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan lumer atau cair. Perhitungan kekuatan las seperti pada rumus di
bawah ini (Zainul Achmad, 1999) :
Tegangan Total :
2
. 6
1
. 7 , 0
1
]
1
+
l
H
A
F