Anda di halaman 1dari 16

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PEMARUT SINGKONG

A. PENDAHULUAN
A.1. Analisis Situasi
Di Indonesia, tanaman singkong dapat tumbuh dan berproduksi di daerah
dataran rendah sampai dataran tinggi (gambar 1), dari ketinggian 10.000 sampai
1.500 meter di atas permukaan laut.
Gambar 1. Kebun singkong.
Singkong juga sangat cocok dikembangkan di lahan-lahan marjinal, kurang subur,
dan kurang sumber air. Oleh karena itu, hasil singkong di Indonesia memiliki
kapasitas yang cukup besar. Petani singkong di Indonesia mampu menghasilkan 30-
60 ton/ha, ini merupakan jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan padi
yang hanya mampu menghasilkan 4-6 ton/ha (Khudori, 1994).
Dewasa ini singkong banyak diekspor ke Amerika Serikat dan Eropa dalam
bentuk tapioka. Di negara-negara tersebut, singkong dimanfaatkan sebagai bahan
baku industri pembuatan tepung tapioka dan tepung gaplek serta bahan pembuatan
alkohol, etanol dan gasohol. Sebaliknya, di dalam negeri, singkong biasanya hanya
digunakan sebagai pakan ternak dan bahan pangan tradisional nomor tiga setelah
beras dan jagung (Suhardi dkk, 2002).
Sebenarnya, selain sebagai pakan ternak dan bahan pangan tradisional seperti
gaplek, oyek, krupuk dan masih banyak yang lainnya, singkong juga dapat
ditingkatkan nilai jualnya. Salah satu caranya yaitu dengan diolah menjadi berbagai
1
jenis makanan moderen seperti roti. Sebelum diolah menjadi roti, singkong terlebih
dahulu diolah menjadi tepung tapioka
Pembuatan tepung tapioka memerlukan proses pemarutan singkong dalam
kapasitas yang cukup besar. Sehingga diperlukan mesin pemarut yang ekonomis
dalam pengoperasiannya dan mudah dalam perawatannya. Namun pada
kenyataannya, mesin pemarut singkong yang beredar di pasaran sebagian besar
menggunakan penggerak berupa motor bensin (gambar 2).
Gambar 2. Mesin pemarut singkong dengan penggerak motor bensin.
Permasalahan yang timbul adalah selain harganya yang mahal, pemarutan
singkong menggunakan motor bensin juga memerlukan biaya operasi yang cukup
mahal. Hal tersebut diketahui dari hasil pengujian pemarutan yang telah dilakukan
menggunakan motor bensin dengan daya 3,5 HP dan dengan putaran rol pemarut
1425 rpm. Pengujian pemarutan dilakukan sebanyak enam kali, dan singkong yang
diparut setiap satu kali uji seberat 1 kg. Hasil pengujian menunjukan, waktu rata-rata
yang dibutuhkan untuk memarut singkong seberat 1 kg adalah 1 menit 28 detik dan
bahan bakar bensin yang dibutuhkan sebanyak 22 mL.
Pengujian tersebut membuktikan bahwa pemarutan menggunakan motor bensin
kurang efektif karena waktunya relatif lama dan biaya operasinya mahal, jika harga
bensin sekarang Rp.6000/liter maka biaya pemarutan per kg adalah Rp.132. Selain
itu, keamanan pemarut pada waktu proses pemarutan kurang terjamin karena elemen
mesin yang berputar tidak dilengkapi dengan penutup. Proses pemarutan
2
menggunakan motor bensin pengoperasian dan perawatannya juga tidak mudah.
Motor bensin memerlukan perawatan dan penggantian komponen mesin yang rusak
pada jangka waktu tertentu (servis) dan tidak semua orang dapat melakukannya
Hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan industri pengolahan singkong, karena
pada umumnya industri tersebut adalah industri yang bermodal kecil dan
berpendidikan rendah. Selain itu, sebagian besar industri kecil berlokasi di wilayah
perkampungan yang dapat mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar yang
disebabkan oleh suara bising dari mesin tersebut. Dampak lingkungan lain juga akan
timbul karena mesin tersebut menyebabkan polusi udara yang berasal dari gas buang
mesin. Hal tersebut tidak sesuai dengan tata cara pengolahan makanan yang benar
karena harus benar-benar higienis supaya aman pada saat dikonsumsi.
Untuk meninjau secara detail pentingnya mesin pemarut singkong ini
ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3. Bagan alir pentingnya mesin pemarut singkong yang ekonomis.
3
FAKTOR INTERNAL
Ada kerjasama Tim
Pengabdi - Produsen
Mesin Pemarut Singkong
Guna Meningkatkan
Keefektifan Pada Proses
Pemarutan Singkong
MUTLAK
SDM UMY
Ada institusi (UMY)
yang mampu melakukan
rekayasa peralatan tepat
guna
PENGUSAHA
Produsen makanan berbahan
singkong masih melakukan
pemarutan singkong dengan
alat berpenggerak motor
bensin,sehingga biaya
produksi mahal
Alat pemarut dengan motor
bensin pengoperasiannya
kurang praktis dan
perawatannya memerlukan
keahlian khusus
Program TTG
DEPERINDAG DIY untuk
Rekayasa Mesin Pemarut
Singkong
SMART SOLUTION
Pengolahan singkong menjadi
makan moderen sangat
menjanjikan , sehingga
memerlukan alat pengolah
yang mudah, murah, cepat,
aman dan nyaman
FAKTOR EKSTERNAL
A.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang ada pada industri makanan yang berbahan utama singkong
dan tapioka berdasarkan hasil pengujian menggunakan pemarut motor bensin yang
umum beredar di pasaran (daya 3,5 HP dan putaran 1425 rpm) adalah :
a. biaya operasinya relatif mahal, karena untuk memarut singkong seberat 1
kg membutuhkan bahan bakar bensin sebanyak 22 mL (jika harga bensin
Rp.6000/liter, maka biaya operasinya sama dengan Rp.132 rupiah/kg).
b. waktu pemarutan relatif lama, karena untuk memarut singkong seberat 1
kg membutuhkan waktu 1 menit 28 detik.
c. suara bising dan dampak lingkungan dari gas pembuangan motor bensin
sebagai penggerak mesin pemarut mengurangi kenyamanan lingkungan sekitar.
d. keamanan pemarut pada waktu proses pemarutan kurang terjamin karena
elemen mesin yang berputar tidak dilengkapi dengan penutup.
e. pengoperasian dan perawatannya memerlukan keahlian khusus, karena
tidak semua orang mengerti cara perlakuan terhadap motor bensin.
Berdasarkan uraian di atas, maka sangatlah perlu dirancang ulang dan dibuat
mesin pemarut singkong untuk meningkatkan efisiensi proses pemarutan.
Terlaksananya kegiatan ini secara khusus akan meningkatkan keefektifan,
keekonomisan, keamanan dan kenyamanan dalam proses pemarutan singkong
B. TUJUAN
Tujuan utama dari program ini adalah :
1. Terciptanya desain mesin pemarut singkong.
2. Terciptanya mesin pemarut singkong yang mampu bekerja efektif,
ekonomis, aman dan nyaman pada proses pemarutan.
C. LUARAN DAN MANFAAT
C.1. Luaran
Luaran produk peralatan tepat guna yang akan dihasilkan adalah prototype
mesin pemarut singkong, yang dapat digunakan untuk memarut singkong dengan
efektif. Sumber energi yang digunakan adalah energi listrik 200 Watt. Mesin ini juga
4
dilengkapi dengan penutup untuk komponen mesin yang sangat berbahaya jika
tersentuh, sehingga keamanan operator dapat terjamin.
C.2. Manfaat
a. Potensi Ekonomi Produk
Secara umum potensi ekonomi produk yang diperoleh antara lain: biaya
pembuatan mesin murah (harga mesin murah), proses pemarutan cepat, biaya
operasional mesin murah sehingga dapat menekan biaya produksi. Biaya perawatan
mesin menjadi berkurang karena tidak perlu mengganti komponen dari motor bensin
secara periodik, seperti busi, service karburator dan lain sebagainya.. Mesin ini dapat
dimanfaatkan oleh produsen kelas menengah dan keluarga. Nilai ekonomis bahan
makanan yang dihasilkan juga akan meningkat, dimana dengan menggunakan mesin
ini diharapkan bahwa kebersihan dari hasil parutan akan tejamin, sehingga aman
sewaktu dikonsumsi.
b. Nilai Tambah dari sisi Iptek
Ditinjau dari sisi iptek yaitu pemanfaatan teknologi tepat guna. Desain mesin
sederhana, namun mempunyai manfaat yang tinggi. Pembuatan alat ini cukup hanya
menggunakan mesin perkakas konvensional, sehingga dapat dilakukan di bengkel
kecil. Melalui program ini, akan dilakukan pembinaan bengkel untuk membuat mesin
pemarut singkong.
c. Dampak Ikutan
Setelah prototype mesin pemarut singkong ini sudah teruji dan dapat diterima
oleh kalangan pengusaha makanan berbahan dasar parutan singkong atau tepung
tapioka, maka produk ini akan dipaparkan di hadapan instansi terkait di DIY. Dengan
demikian, pengusaha memperoleh informasi tersebut melalui instansi terkait.
Keberhasilan dan dampak ikutan pengusaha lain dalam kegiatan ini menjadi salah
satu tolak ukur terwujudnya cita-cita DEPERINDAG Prop. DIY untuk meningkatkan
pemberdayaan ekonomi rakyat melalui pengembangan UKM mandiri dengan
teknologi tepat guna. Meningkatnya perekonomian rakyat ini akan meningkatkan pula
income perkapita daerah.
5
d. Nilai Tambah bagi Perguruan Tinggi dan Pemerintah
Bagi perguruan tinggi, kegiatan ini merupakan wujud nyata dari tri dharma
perguruan tinggi yang ketiga. Kepercayaan dan keyakinan masyarakat akan
kemampuan kinerja institusi UMY pada rekayasa teknologi juga menjadi semakin
kuat. Kedekatan perguruan tinggi (UMY) dengan masyarakat sekitarnya juga semakin
rekat
Nilai tambah bagi pemerintah adalah meningkatnya perekonomian masyarakat
pengusaha makanan dari singkong dan tapioka serta pemilik bengkel, dengan rincian
sebagai berikut; peningkatan pendapatan para pengusaha dan peningkatan order bagi
pemilik bengkel teknologi tepat guna. Secara umum, terlaksananya program ini akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para pengusaha makanan dari
singkong dan tapioka serta perbengkelan.
Pelaksanaan program ini juga sekaligus akan menjadi jembatan kerjasama
antara perguruan tinggi dan beberapa industri kecil, Industri Perbengkelan Tepat
Guna dan industri makanan dari singkong dan tapioka. Program ini diharapkan terus
berlanjut untuk intensifikasi usaha makanan di daerah lain, sehingga dalam skala
nasional program ini akan menaikkan pendapatan perkapita daerah.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Pemilihan elemen-elemen pada perancangan dan pembuatan mesin pemarut
singkong ini juga harus memperhatikan kekuatan bahan, safety factor, dan ketahanan
dari berbagai komponen tersebut. Elemen mesin tersebut adalah motor elektrik,
poros, puli, bantalan duduk, mur dan baut.
D.1. Motor elektrik
Motor elektrik adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai tenaga penggerak
yang disesuaikan dengan kebutuhan daya mesin dengan menggunakan energi listrik.
Jika
1
n (rpm) adalah putaran dari poros motor listrik dan T (kg.mm) adalah torsi
pada poros motor listrik, maka besarnya daya P (kW) yang diperlukan untuk
menggerakkan sistem adalah (Sularso, 2004) :

102
) 60 / . . 2 )( 1000 / (
1
n T
P

6
1
5
10 74 , 9
n
T
P

Dengan : P = Daya motor listrik (kW)


T = Torsi (kg.mm)
D.2. Poros
Poros berperan meneruskan daya bersama-sama dengan putaran. Umumnya
poros meneruskan daya melalui sabuk, roda gigi dan rantai, dengan demikian poros
menerima beban puntir dan lentur. Putaran poros biasa ditumpu oleh satu atau lebih
bantalan untuk meredam gesekan yang ditimbulkan.
a. Daya rencana
P fc P
d
.

Dengan : d
P
= Daya rencana (HP)

fc
= Faktor koreksi
P = Daya nominal output dari motor penggerak (HP)
T = 9,74.10
5

1
n
Pd

Dengan : T = Momen puntir (N.mm)
n
1
= putaran motor penggerak (rpm)
b. Tegangan geser :
) (
2 1
Sf Sf
B a
+
Maka diameter poros untuk beban puntir dan lentur :
d
3 / 1
2 2
) . ( ) . (
1 , 5

'

+ T Kt M k
a
m s


Dengan : d s = Diameter poros (mm)

a
= Tegangan geser (kg/mm
3
)
k m = Faktor korelasi
k t = Faktor koreksi
c. Tegangan geser maksimum :
2
3
max
) . ( ) . ( ) / 1 , 5 ( T K M k d
t m s
+
D.3. Puli V-belt
7
Puli V-belt merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya seperti halnya sproket rantai dan roda gigi. Bentuk puli
adalah bulat dengan ketebalan tertentu, di tengah-tengah puli terdapat lubang
poros. Puli pada umumnya dibuat dari besi cor kelabu FC 20 atau FC 30, dan ada
pula yang terbuat dari baja.
Rumus perhitungan tersebut adalah sebagai berikut (Sularso, 1994):
a. Perbandingan transmisi
1
2
2
1
d
d
n
n


Dengan :
1
n
= putaran poros pertama (rpm)

2
n
= Putaran poros kedua (rpm)

1
d
= diameter puli penggerak (mm)

2
d
= diameter puli yang digerakan (mm)
b. Kecepatan sabuk
1000 . 60
. . n d
v

(m/s)
Dengan : V = kecepatan sabuk (m/s)
d = diameter puli motor (mm)
n = putaran motor listrik (rpm)
c. Panjang sabuk
L = 2.C +
2

(dp + Dp) +
C . 4
1
(Dp - dp)
2

Dengan : L = panjang sabuk (mm)
C = jarak sumbu poros (mm)
D
1
= diameter puli penggerak (mm)
D
2
= diameter puli poros (mm)
D.4. Bantalan
8
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerak bolak-balik dapat bekerja dengan aman, halus dan panjang
umur. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros atau elemen mesin
lainnya dapat bekerja dengan baik.
Rumus perhitungan bantalan gelinding antara lain (Sularso, 2004) :
a. Beban ekuivalen dinamis
P = x.v. Fr + Fa.Y
Dengan : x = 0,56
v = 1
y = 1,45
Fr = beban radial
Fa = beban aksial
b. Faktor kecepatan
3 / 1
3 , 33
1
]
1

n
fn
c. Faktor umur
P
C
fn fh
d. Umur bantalan
LK = 500
3
fh
D.5. Mur dan baut
Mur dan baut merupakan alat pengikat yang sangat penting dalam suatu
rangkaian mesin. Jenis mur dan baut beraneka ragam, sehingga penggunaannya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pemilihan mur dan baut sebagai pengikat harus
dilakukan dengan teliti untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dengan beban
yang diterimanya sebagai usaha untuk mencegah kecelakaan dan kerusakan pada
mesin.
D.6. Pengelasan
9
Berdasarkan definisi dari Deutche Indusrtries Normen (DIN), las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan lumer atau cair. Perhitungan kekuatan las seperti pada rumus di
bawah ini (Zainul Achmad, 1999) :
Tegangan Total :
2
. 6
1
. 7 , 0
1
]
1

+
l
H
A
F

Dengan : F = Gaya yang bekerja (N)

= Tegangan total (N/mm


2
)
H = Tinggi plat (mm)
A = Luas penampang (A = 2.a. l )
a = Lebar pengelasan (mm)
l = Panjang las
E. METODOLOGI
Secara umum tahapan langkah pelaksanaan pembuatan mesin pemarut singkong
dalam rangka mendukung program pemerintah yaitu penerapan teknologi tepat guna
bagi kalangan industri kecil, ditunjukkan pada diagram alir pelaksanaan seperti
gambar 4.
Gambar langkah pelaksanaan pembuat mesin pemarut adalah sebagai berikut :
10
Gambar 4. Diagram alir pembuatan mesin pemarut singkong.
Perhitungan program ini diawali dengan penentuan kapasitas pemarutan. Data
kapasitas ini digunakan sebagai data utama dalam perancangan mesin, khususnya
besarnya daya yang digunakan.
Daya pemarutan ditentukan dengan cara menghitung putaran rol pemarut yang
dibutuhkan sesuai dengan kapasitas yang diinginkan dan perbandingan diameter puli
yang digunakan. Untuk menentukan diameter poros terlebih dahulu diasumsikan gaya
yang digunakan untuk mendorong singkong pada bidang parut. Gaya yang
diasumsikan digunakan untuk menghitung torsi sebagai dasar dalam penghitungan
diameter poros kerja. Setelah diameter poros ditentukan, maka bantalan yang akan
digunakan mengikuti besarnya diameter poros tersebut. Dari perhitungan yang telah
disebutkan di atas maka daya motor dapat dihitung dan ditentukan.
Desain mesin pemarut singkong ini lebih portable dan sangat simple. Desain
mesin seperti tidak membutuhkan tempat yang luas seperti terlihat pada gambar 5.
11
Persiapan
Observasi lapangan, koordinasi dengan pengusaha
makanan berbahan parutan singkong
Desain Komponen Mesin
Rol pemarut, Puli, V-belt, rangka, Penutup mesin,
Flywheel
Kajian Pustaka
dan Studi
Lapangan
Pengadaan Material
Plat besi, Plat Siku, motor listrik, Bantalan, Puli, Mur &
baut, Rol pemarut, V-belt
Uji Coba Pengeringan Pakaian
EVALUASI
Rekayasa Mesin Pengering
Di Bengkel Work Shop UMY
Mesin
Produksi
Gambar 5. Desain mesin pemarut singkong
F. KELAYAKAN MITRA
12
Keterangan gambar :
1. penutup rol atas
2. rol pemarut
3. kerangka penumpu
4. puli 2
5. penutup sabuk dan puli
6. sabuk-V
7. puli 1
8. motor elektrik
9. penutup rol bawah
10. penutup flywheel
11. flywheel
12. karet rol pendorong
13. bantalan rol pemarut
F.1. Sumber Daya Manusia
Industri/pengusaha kecil rekanan yang terkait secara langsung adalah
UD.Makmur di jalan Godean pengusaha makanan dengan bahan dasar hasil parutan
singkong dan tepung tapioka, sedangkan industri yang terkait secara tidak langsung
adalah industri perbengkelan teknologi tepat guna. Tingkat kualitas sumber daya
manusia (industri/pengusaha kecil) tersebut dapat dikatakan mempunyai keterampilan
yang cukup baik. Namun, keterampilan ini tidak diikuti oleh perkembangan
teknologi, sehingga mereka masih menggunakan sistem-sistem yang kurang efektif,
ekonomis, aman dan nyaman. Penyebab tersebut di atas salah satunya adalah
rendahnya tingkat pendidikan pekerja.
F.2. Kondisi Manajemen dan Investasi
Kebanyakan para pengusaha tingkat rumah tangga masih menggunakan pola
manajemen keluarga. Berapa besar biaya yang dikeluarkan dan besar keuntungannya
tidak terdata secara jelas. Hal ini sulit ditelusuri karena biaya kerja yang dikeluarkan
biasanya tidak diperhitungkan. Bahkan pembukuan keuangannya pun tidak ada.
Mereka mengalami kesulitan pemodalan. Modal usaha yang digunakan merupakan
modal miliknya pribadi. Uluran kerja sama antara pemodal dengan pengusaha masih
sangat diharapkan. Namun karena pengelolaan usaha yang masih kurang efektif
menyebabkan kurangnya kepercayaan pemodal.
Di sisi lain, untuk pengusaha kalangan menengah sudah menggunakan pola
manajemen yang sudah cukup baik. Pembukuan keuangan pemasukan dan
pengeluaran sudah ada, meskipun masih sederhana. Hal ini masih dilakukan secara
otoritas oleh pemilik usaha. Pengelolaan usahanya masih konvensional dan mereka
belum berfikir pengembangan usaha ke depan, misalnya pemanfaatan teknologi.
Hal ini memerlukan peran aktif pihak terkait untuk meningkatkan pengelolaan
usaha makanan berbahan baku singkong. Salah satu hal yang diperlukan adalah
pengenalan peralatan untuk meningkatkan efisiensi kerja pengusaha dalam
melakukan proses pemarutan singkong, seperti yang dilakukan dalam program ini.
F.3. Kondisi Produksi
13
Peralatan proses pemarutan singkong yang dilakukan saat ini masih kurang
efektif, dimana biaya operasionalnya mahal sehingga mengurangi nilai
keekonomisannya. Kondisi mesin yang terlalu terbuka kurang menjamin keamanan
operator. Penggerak mesin yang berupa motor bensin dalam pengoperasian dan
perawatannya juga kurang efektif karena tidak semua orang bias melakukannya.
Selain itu, gas buang dari mesin juga akan mengurangi kebersihan hasil parutan dan
menyebabkan polusi udara di sekitarnya. Aspek keamanan juga akan berkurang yang
disebabkan oleh suara bising dari motor bensin tersebut.
Melalui program pengabdian ini, maka diharapkan akan dihasilkan mesin
pemarut singkong yang sangat bermanfaat bagi kalangan pengusaha menengah ke
bawah. Pola kerja mesin pemarut singkong motor bensin yang kurang efisien dapat
digantikan dengan mesin pemarut singkong yang efisien dan ekonomis. Dengan
berhasilnya program intensifikasi usaha makanan ini, diharapkan kesejahteraan
masyarakat ekonomi menengah ke bawah menjadi meningkat, khususnya bagi para
pengusaha makanan yang berbahan dasar hasil parutan singkong dan tapioka.
G. KELAYAKAN PENGUSUL
Anggota tim pelaksana program ini terdiri dari 1 orang S2 Teknik Mesin
bidang dinamika dan kinematika teknik dan 1 orang S1 Teknik Mesin bidang
konversi energi dan 1 orang mahasiswa Teknik Mesin UMY sebagai pelaksana serta
1 orang juru bengkel unit produksi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin
UMY. Bidang rekayasa akan menangani rekayasa pembuatan mesin, dan elemen
mesin akan membantu bidang rekayasa dengan memberikan masukan mengenai
komponen mesin pemarut. Pengusaha makanan dilibatkan untuk memberikan kriteria
langsung baik-tidaknya alat yang direkayasa. Hal ini sangat diperlukan untuk langkah
modifikasi, sehingga alat ini dapat diterima oleh mereka.
Keberhasilan program ini juga didukung oleh SDM yang ada di unit produksi
Jurusan Teknik Mesin UMY, dan peran aktif 1 orang produsen makanan berbahan
dasar singkong yang dilibatkan secara langsung dalam proses rekayasa. Selama
proses rekayasa diharapkan banyak ide-ide dari para praktisi di lapangan untuk
14
menyempurnakan rancangan ini. Kompetensi SDM program ini secara terperinci
ditunjukkan pada tabel.
Tabel 1. Kompetensi SDM pelaksana program TTG
NAMA JABATAN PENDIDIKAN KEAHLIAN
Wahyudi, S.T., M.T. Ketua Pelaksana S2 Teknik Mesin Dinamika dan
kinematika teknik
Novi Caroko, S.T. Anggota 1 S1 Teknik Mesin Konversi Energi
Wawan Novianto Anggota 2 Mahasiswa S1
Teknik Mesin UMY
Mujiarto Praktisi Bengkel
(1 orang)
STM Juru bengkel unit
produksi Jurusan
Teknik Mesin
Fakultas Teknik
UMY
H. JADWAL PELAKSANAAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Jadwal pelaksanaan kegiatan
No Kegiatan
Minggu ke-
1 2 3 4
1. Observasi lapangan
2.
Desain dan perancangan mesin di unit produksi Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik UMY.
3.
Pembuatan komponen mesin di unit produksi Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik UMY.
4.
Perakitan komponen mesin di unit produksi Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik UMY.
5.
Pengujian mesin di unit produksi Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik UMY.
6. Penyerahan ke DEPERINDAG Provinsi DIY.
Pemantauan dilakukan langsung oleh ketua pelaksana, karena lokasi berdekatan.
Setiap minggu dilakukan koordinasi dan evaluasi kerja (ketua, anggota, teknisi).
Kontrol di lapangan dilaksanakan secara bersama-sama oleh pelaksana. Berdasarkan
kesepakatan pelaksana dengan industri/pengusaha kecil, masukan ide-ide dari praktisi
15
(pengusaha makanan dan juru bengkel unit produksi unit produksi Jurusan Teknik
Fakultas Teknik UMY) dilakukan dengan mengadakan forum pertemuan bersama.
I. PERINCIAN BIAYA
Perincian biaya pembuatan mesin adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Perincian biaya pembuatan mesin
No Nama Barang Jumlah Harga/unit Harga Total
1 Rol pemarut 4 x 20 cm 1 Rp.100.000,00 Rp. 100.000,00
2
Puli 3 A
1
19 mm
2 Rp. 30.000,00 Rp. 60.000,00
3 Besi siku 50x50x5 2 Rp.175.000,00 Rp. 250.000,00
4 Elektroda las 1 kg Rp. 20.000,00 Rp. 20.000,00
5 4x6 BSH 1 Rp. 8000,00 Rp. 8000,00
6 UCP 204 R 4 Rp. 50.000,00 Rp. 200.000,00
7 Sepi balok 4 Rp. 40.000,00 Rp. 160.000,00
8 Gergaji besi 1 Rp. 15.000,00 Rp. 15.000,00
9 Bos laker 1 Rp. 30.000,00 Rp. 30.000,00
10 As 1 Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00
11 Karet otomatis 1 Rp. 45.000,00 Rp. 45.000,00
12 Plat besi 4 lembar Rp. 50.000,00 Rp. 200.000,00
13
Puli 5 A
1
19 mm
2 Rp. 40.000,00 Rp. 80.000,00
14 Bubut flens 140x25 2x Rp. 50.000,00 Rp. 100.000,00
15 Bearing kecil 4 RP. 40.000,00 Rp. 160.000,00
16 Motor listrik 0,25 HP 1 Rp 750.000,00 Rp. 750.000,00
17 Cat & tiner 1 Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00
18 Plat besi 5 Rp. 25.000,00 Rp. 125.000,00
19 Amplas 4 lembar Rp. 60.000,00 Rp. 240.000,00
20 Dempul 2 Rp. 27.500,00 Rp. 55.000,00
21 Mur & baut Rp. 65.000,00
22 Biaya pengujian Rp. 75.000,00
23 Transport Rp. 100.000,00
24 Biaya pembuatan Rp. 979.000,00
Jumlah Rp.4.017.000,00
J. GAMBAR TEKNIK
Gambar teknik dari mesin pemarut singkong terlampir.
16

Anda mungkin juga menyukai