Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS HUKUM

MATA KULIAH
HUKUM TATA NEGARA INDONESIA (HUK012217)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)


SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2020/2021

Deskripsi Ringkas
Mata kuliah HTN Indonesia mempelajari hukum tata negara positif, yaitu aturan
ketatanegaraan Indonesia berdasarkan ketentuan konstitusi [dan peraturan perundang-undangan
pelaksanaannya] yang berlaku pada saat ini.

Ruang Lingkup Pembelajaran dan Metode Kajian


Sesuai dengan hirarki perundang-undangan yang menempatkan konstitusi pada jenjang
teratas, maka acuan utama dalam pembelajaran HTN Indonesia adalah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)—sebagaimana yang telah empat kali
diubah oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada Sidang Umum MPR Tahun 1999 dan
Sidang Tahunan MPR Tahun 2000, 2001, dan 2002.
Agar mahasiswa memiliki pengetahuan tentang perkembangan ketatanegaraan Indonesia,
juga dipelajari konstitusi yang pernah diberlakukan sejak lahirnya tata negara Indonesia [per
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945], yang meliputi:
1. UUD 1945 [periode pertama]—sebagaimana yang ditetapkan pada sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 18 Agustus 1945 (sehari setelah diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945);
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS)—sebagai hasil Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag (yang berlangsung pada 23 Agustus hingga 2 November 1949) yang
diberlakukan per 27 Desember 1949 (pada saat pengakuan kedaulatan RIS oleh Negeri
Belanda);
3. UUD Sementara (UUDS) 1950—sebagaimana yang diundangkan melalui Undang-Undang
RIS Nomor 7 Tahun 1950 (tanggal 15 Agustus 1950) yang diberlakukan per 17 Agustus
1950; selain
4. UUD 1945 yang berlaku pada saat ini.1

Konstitusi tersebut ditelaah dengan pendekatan normatif untuk menemukenali norma-norma


[pokok] ketatanegaraan yang dikandung pada setiap naskah konstitusi. Norma-norma
ketatanegaraan itu berupa ketentuan-ketentuan konstitusi yang mengatur, antara lain tentang
pembagian kekuasaan negara kepada lembaga-lembaga negara utama (primary state
institutions),2 tata cara penyelenggaraan kewenangan masing-masing lembaga negara tersebut,
serta tata hubungan kerja di antara lembaga-lembaga negara utama itu.

Kemudian dilakukan perbandingan konstitusi untuk mengenali persamaan serta perbedaan


ketentuan-ketentuan ketatanegaraan Indonesia di antara keempat konstitusi tersebut di atas.
Adapun porsi utama dalam pembelajaran HTN Indonesia adalah memperbandingkan ketentuan-
ketentuan konstitusi antara UUD 1945 periode pertama (pra perubahan) dengan UUD 1945 pasca
perubahan (setelah empat kali diamandemen pada era Reformasi).

Namun, kajian dari aspek yuridis hanya menghasilkan pengetahuan tentang apa yang
‘seharusnya’ (das sollen). Sedangkan apa yang ‘senyatanya’ (das sein) dalam praktik
penyelenggaraan negara boleh jadi berbeda dari ketentuan konstitusi. Karena itulah, untuk
membangun pemahaman yang lebih utuh tentang ketatanegaraan Indonesia, perlu dipelajari
dinamika sosial-politik yang berkelindan bersamaan dengan pemberlakuan keempat konstitusi
tersebut di atas.

Pengetahuan tentang perilaku bernegara dipelajari dari kepustakaan ilmu sosial-politik—


yang lazimnya menerapkan pendekatan empirik. Kajian dari aspek politik tersebut dilakukan
untuk mengidentifikasi peristiwa-peristiwa ketatanegaraan di luar ketentuan konstitusi yang
terjadi sepanjang sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia. Kajian dari aspek politik ini untuk

1
Baik UUD pra perubahan (yang diberlakukan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945) maupun UUD pasca
perubahan (yang diubah pada era Reformasi) disebut dengan nama yang sama, yaitu: Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2
Sebutan lainnya adalah Alat Perlengkapan Negara (APN).
mengenali faktor-faktor non-yuridis yang mempengaruhi perilaku berkonstitusi (constitutional
behavior)
Dari aspek politik, dalam kaitannya dengan pergantian konstitusi di Indonesia, karakteristik
penyelenggaraan negara terbagi ke dalam tiga periodesasi, yaitu:
1. Era Revolusi [Kemerdekaan Indonesia]—fase konsolidasi politik nasional
 Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945—yang disusul dengan penetapan UUD
1945 oleh PPKI pada 18 Agustus 1945, pemberlakuan Konstitusi RIS, penggantian
Konstitusi RIS dengan UUDS 1950, hingga diberlakukannya kembali UUD 1945
berdasarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959—karena persidangan Konstituante untuk
menyusun UUD pengganti UUDS 1950 menemui jalan buntu;

2. Era [Pemerintahan] Otoritarian


 Sejak diberlakukannya kembali UUD 1945 pada 5 Juli 1959 (dan Soekarno mulai secara
de facto memimpin pemerintahan—dengan jargon Demokrasi Terpimpin) yang kemudian
diambil alih oleh Soeharto (pasca Gerakan 30 September 1965 dan pembentukan rezim
Orde Baru) hingga lengsernya Soeharto pada 21 Mei 1998;

3. Era Demokratisasi [Indonesia]—fase penyelenggaraan negara pasca diubahnya UUD 1945


menjadi konstitusi yang [lebih] demokratis
 Sejak terjadinya Reformasi (yang ditandai dengan lengsernya Soeharto dan/atau
berakhirnya rezim Orde Baru) hingga kini.
Dalam khazanah kepustakaan internasional untuk kajian konstitusi (constitutional studies),
tema kajian terhadap fenomena konstitusi dalam penyelenggaraan negara Indonesia dari aspek
hukum dan politik pada uraian di atas sepadan dengan constitutional law (untuk kajian normatif
terhadap ketentuan-ketentuan konstitusi) dan constitutionalism (untuk kajian empirik terhadap
konstitusi dalam kehidupan bernegara).
Kajian ketatanegaraan Indonesia dari kedua aspek yuridis dan politik tersebut ditelusuri
secara kronologis berdasarkan urut-urutan keberlakuan konstitusi dan peristiwa-peristiwa sosial-
politik yang melingkupinya—sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dan
pemberlakuan UUD 1945 pada 18 Agustus 1945 hingga kini. Dengan kata lain, telaahan
ketatanegaraan Indonesia dilakukan dengan pendekatan sejarah.

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah HTN Indonesia


 Kompetensi Primer
Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang HTN positif Indonesia dan dapat menjelaskan
norma-norma [pokok] ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUD 1945 (pasca perubahan).
 Kompetensi Sekunder
Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan ketatanegaraan Indonesia dari masa ke masa—
sejak lahirnya tata negara Indonesia (per Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
penetapan UUD pada sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI 18 Agustus 1945)
hingga kini (pasca Reformasi dan empat kali perubahan UUD 1945).
Mekanisme Pembelajaran
Perkuliahan HTN Indonesia menempatkan mahasiswa sebagai pusat kegiatan dalam proses
pembelajaran (student-centered learning). Mahasiswa 'merdeka belajar', dalam arti bebas
menyerap informasi dari berbagai sumber, baik informasi yang diperoleh secara konvensional
(dengan membaca bahan cetakan) maupun melalui kegiatan digital learning (dengan menyimak
berbagai media—seperti file dokumen, rekaman suara, rekaman gambar/video—yang diakses
melalui internet).
Adapun peran dosen sebagai pengampu mata kuliah HTN Indonesia adalah merencanakan
proses pembelajaran, menyiapkan bahan ajar (sesuai dengan topik-topik bahasan dan jadwal
perkuliahan), memberikan arahan kepada mahasiswa untuk setiap aktivitas pembelajaran (baik
kegiatan individu, kelompok, maupun kelas), merancang instrumen penilaian dan melakukan
penilaian. Juga disiapkan instrumen evaluasi dan dilakukan evaluasi terhadap proses
pembelajaran semester pada akhir perkuliahan—yang merupakan bahan masukan untuk
perbaikan perkuliahan HTN Indonesia pada masa yang akan datang.

Mata Kuliah Prasyarat


Hukum Tata Negara (HUK009217)3

Bobot Mata Kuliah HTN Indonesia


Bobot mata kuliah HTN Indonesia adalah 4 sks (satuan kredit semester)4

Materi dan Jadwal Pembelajaran


[Lihat uraian pada Topik-Topik pembelajaran di bawah]
Daftar Referensi
 Kepustakaan …
 Bahan hukum primer …
 Bahan hukum sekunder …
 Bahan hukum tersier …
*****

3
Telah menempuh mata kuliah HTN dan lulus (nilai minimal D).
4
Berdasarkan Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 Tentang “Standar Nasional Pendidikan Tinggi,” 1
(satu) sks berdurasi 170 menit per minggu per semester. Perhitungannya: 50 menit untuk kegiatan
perkuliahan/tatap muka plus kegiatan di luar kelas, yaitu: 60 menit untuk penugasan terstruktur + 60
menit untuk kegiatan mandiri. Sehingga, untuk 4 sks mata kuliah HTNI: 4 X 50 menit (atau 2 X 100
menit = 200 menit) untuk PJJ + 4 X 60 menit (= 4 jam) untuk Tugas Terstruktur [mahasiswa] + 4 X 60
menit (= 4 jam) untuk Tugas Mandiri [mahasiswa].

Anda mungkin juga menyukai