Anda di halaman 1dari 41

PENERAPAN SISTEM ELEKTRONIK NOMER SERI FAKTUR PAJAK (E-NOFA)

DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

(Studi pada KPP PRATAMA Kab. Lamongan)

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program
Studi DIII- Perpajakan

Diajukan oleh:

DIANA SEPTIYA SARI

2101030131

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI D3 PERPAJAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN LAMONGAN TAHUN


AKADEMIK 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2


DAFTAR TABEL ................................................................................................................. 3
Tabel 1.1 ............................................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ 4
Gambar 1.1 ........................................................................................................................ 4
Gambar 1.2 ........................................................................................................................ 4
BAB I ................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 5
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 13
BAB II ................................................................................................................................ 14
TINJAUAN TEORI ............................................................................................................ 14
A. Landasan Teori ....................................................................................................... 14
B. Daftar Penelitian Terdahulu .................................................................................. 35
Tabel 1.1 ......................................................................................................................... 35
C. Kerangka Konseptual............................................................................................. 39
D. Hipotesis .................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 40
Sumber Buku & Artikel : .............................................................................................. 40
Sumber Jurnal : ............................................................................................................. 41
Sumber Internet : .......................................................................................................... 41

2
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 .................................................................................................. 35

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 ............................................................................................. 18

Gambar 1.2 ............................................................................................. 24

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awalnya pajak merupakan suatu pungutan melainkan hanya berupa

pemberian secara suka rela oleh rakyat kepada pemerintah. Perkembangan selanjutnya

pemberian itu berubah menjadi upeti yang pemberiannya di paksakan dalam arti

pemberian itu bersifat wajib dan ditetapkan secara sepihak oleh negara, dengan kata

lain pajak yang semula merupakan pemberian berubah menjadi pungutan, hal ini wajar

karna kebutuhan Negara akan dana semakin besar dalam rangka untuk memelihara

kepentingan negara yaitu untuk mempertahankan Negara dan melindungi rakyatnya

dari serangan musuh maupun untuk masalah pembangunan. Dengan demikian sejarah

pemungutan pajak mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan

negara di bidang ekonomi, sosial dan kenegaraan.

Pajak mempakan sumber penerimaan negara terbesar di Indonesia. Pada tahun

2013 penerimaan negara dari perpajakan adalah sebesar Rp. 1.148,365.000.000 atau

sebesar 77% penerimaan negara berasal dari pajak. Untuk tahun 2014 penerimaan

negara dari perpajakan adalah sebesar Rp. 1.310.219.000.000 atau sebesar 79%

penerimaan negara berasal dari pajak (badan pusat statistik). Dari data tersebut, dapat

kita lihat bahwa peranan pajak dalam pendapatan negara sangat penting.

Pajak menurut undang – undang No.28 Tahun 2007 atas perubahan undang –

undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan(KUP)

yaitu pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar – besarnya

5
kemakmuran rakyat. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang

digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Pajak juga

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan dan

peningkatan sara publik. Dengan demikian, peranan penerimaan pajak bagi suatu

negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan.

Mengingat pentingnya penerimaan pajak terhadap pembangunan nasional maka

Direktorat Jenderal Pajak sebagai instansi pemerintah yang ditugasi menangani

masalah penerimaan pajak telali berusaha untuk mengemban tugas tersebut dengan

sebaik - baiknya melalui pelaksanaan program intensifikasi dan ekstensifikasi dalam

bidang perpajakan. Awal tahun 1983, pemerintali Indonesia mulai menerapkan

reformasi di bidang perpajakan secara menyelumh. Sejak saat itulali, negara Indonesia

memulai menganut Self Assessment System sehingga para wajib pajak berhak untuk

menghitung sendiri berapa jumlah pajak yang hams dibayarkan sesuai dengan

ketentuan undang-iuidang perpajakan yang berlaku. Pemerintah Indonesia mengganti

Official Assessment System menjadi Self Assessment System yang mempakan sebuah

sistem untuk menghitung jumlah pajak berdasarkan penghitungan oleh instansi terkait

tempat wajib pajak bekerja.

Diterapkannya Self Assessment System dalam undang-undang perpajakan

Indonesia, kunci pokoknya adalah kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi seluruli

kewajiban perpajakan. Konsekuensi dari penerapan Self Assessment System tersebut,

Direktorat Jendral Pajak berkewajibaan untuk melakukan pelayanan, pengawasan,

pembinaan, dan penerapan sanksi perpajakan. Karena pada Self Assessment System

wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, melaporkan, dan

membayar sendiri kewajiiban pajaknya. Pelaksanaan Self Assessment System tersebut

6
harus dukung oleh tingkat pemahaman wajib pajak. Sayangnya di Indonesia, tingkat

kepatuhan tentang pajak sangat rendah.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju khususnya

kemajuan teknologi informasi. Penggunaan teknologi informasi akan lebih efektif dan

efisien karena dapat mempercepat penyampaian informasi. Pada perekonomian global

saat ini teknologi informasi melalui media online sudah banyak digunakan oleli

masyarakat bahkan juga sudah digunakan oleh instansi-instansi pemerintahan. Hal ini

dikarenakan dengan penggunaan teknologi informasi dapat mendukung sistem

pemerintahan yang lebih baik.

Kondisi lingkungan perekonomian yang dituntut berkembang dan dunia usaha

yang selalu berubah membuat kemajuan teknologi memiiiki pengaruh yang sangat

besar salali satunya dibidang perpajakan. Penerapan teknologi informasi pada

perpajakan merupakan tantangan bagi direktorat jenderal pajak. Saat ini sistem

perpajakan di Indonesia sudah mulai menggunakan teknologi informasi. Hal ini

dikarenakan peaibahan zaman yang semakin maju dan berkembang. Dengan penerapan

teknologi informasi dalam sistem perpajakan, maka akan memberikan kemudalian bagi

wajib pajak dalam melakrakan pembayaran pajak. Kemudahan dalam menggunakan

teknologi informasi mempakan hal yang penting, karena dengan kemudahan wajib

pajak akan lebih patuh dan peduli teriiadap pajak. Selain kemudahan dalam

penggimaan teknologi, kepraktisan dalam penggiuiaan teknologi informasi juga

dibutuhkan, apabila teknologi yang digunakan sulit dipahami dan tidak praktis, maka

wajib pajak akan merasa kesulitan.

DJP melakukan modernisasi sistem administrasi perpajakan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan sehingga dapat meningkatkan penerimaan

negara. Modernisasi perpajakan meliputi reformasi kebijakan, reformasi administrasi,

7
reformasi pengawasan. Reformasi kebijakan terdiri dari amandemen undang – undang

antara lain UU No. 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan, UU 16 Tahun 2009

mengenai PPN dan PPnBM. Reformasi administrasi merupakan reformasi yang

dilakukan berkaitan dengan organisasi, teknologi informasi dan SDM, sedangkan

reformasi pengawasan terkait dengan adanya kode etik pegai seirama dengan

pelaksanaan good governace dan equal treatment dapat berjalan dengan baik. Dengan

demikian tujuan modernasi perpajakan adalah (1) tercapainya tingkat kepatuhan (tax

compliance) yang tinggi, (2) tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi

perpajakan yang tinggi dan (3) tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang

tinggi sehingga diharapkan penerimaan pajak yang meningkat (Lingga, 2009).

Salah satu jenis pajak yang yang diterapkan di Indonesia adalah Pajak

Pertambahan Nilai (PPN). Pajak pertambahan nilai merupakan pengganti dari Pajak

Penjualan (PPn) yang beradasarkan pada UU No. 8 Tahun 1983 yang ditetapkan sejak

1 april 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 42 tahun 2009 tentang Pajak

Pertambahan Nilai(PPN). Dasar pemikiran atas pajak pertambahan nilai adalah untuk

mengenakan pajak pada tingkat kemampuan masyarakat untuk berkonsumsi, yang

pengenaanya dilakukan secara tidak langsung pada konsumen. Modus dalam PPN yang

sering terjadi adalah penyalahgunaan faktur pajak atau disebut Faktur Pajak Fiktif.

Melihat banyaknya kasus penyalahgunaan faktur pajak fiktif membuat

pemerintah mencari cara yang efektif untuk menanggulanginya. Direktorat Jenderal

Pajak menerapkan kebijakan baru yang dikeluarkan pada 22 November 2012, tertuang

dalam peraturan PER-24/PJ/2012 sebagai penyempurna peraturan PER-13/PJ/2010,

poin terpenting dalam peraturan baru ini mengenai perubahan penomoran seri Faktur

Pajak dimana dalam PER-24/PJ/2012 penomoran seri faktur pajak tidak dilakukan

sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak, melainkan dilakukan oleh Direktorat Jenderal

8
Pajak. Tidak semua PKP akan diberikan jatah nomor faktur pajak (e-nofa), Kantor

Pelayanan Pajak akan lebih selektif dalam memberikan nomor pajak, hanya pengusaha

yang dianggap layak dan diyakini keberadaanya diberikan nomor faktur pajak yaitu

mereka yang telah melakukan kegiatan verifikasi dan registrasi ulang PKP.

Penerimaan pajak di Indonesia dari Pajak Pertambalian Nilai mengalami

kenaikan pada tahun 2015 walaupun Pajak Pertambalian Nilai masUi dibawah Pajak

Penghasilan, membuktikan bahwa Pajak Pertambahan Nilai memberikan kontribusi

yang besar terhadap penerimaan dari sektor pajak. Berikut ini tabel penerimaan dari

sektor pajak dalam negeri.

Faktur pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibual oleh pengusaha kena

pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak atau bukti

pemungutan pajak karena impor barang kena pajak yang dilakukan oleh direktorat

jenderal bea dan cukai (Mardiasmo, 2009: 288). Faktur pajak hanya boleh diterbitkan

oleh pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, karena faktur

pajak yang dimiliki oleh pembeli merupakan pajak masukan yang dapat dikreditkan

oleh pembeli. Dengan demikian pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak tidak mempunyai hak untuk membuat faktur pajak.

Menurul Muljono (2008: 7) Pengusalia Kena Pajak adalah pengusalia yang

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang

dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN, tidak termasuk Pengusaha Kecil,

kecuali teriiadap Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak. Pajak mempakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

yang berlaku di berbagai negara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir

semua negara di dunia mengenakan pajak kepada warganya, kecuali beberapa negara

9
yang kaya akan sumber daya alam yang dijadikan sebagai sumber penerimaan utama

negara, tidak mengenakan pajak (Pandiangan, 2008: 65).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Gisbu:2015) menunjukkan bahwa

modernisasi e-nofa PPN berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan

Pengusaha Kena Pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Salim:2009)

menunjukkan bahwa penerapan sistem online dan modernisasi dalam sistem perpajakan

terbukti berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan dan kepercayaan masyarakat

dalam melakukan pelaporan dan pembayaran pajak. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh (Noviani : 2016) juga menunjukkan bahwa implementasi e-nofa berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penerimaan PPN barang dan jasa. Hal tersebut dapat

mencerminkan bahwa implementasi e- nofa dapat mempengaruhi kepatuhan pengusaha

kena pajak dalam melaksanakan kewajibannya di bidang perpajakan, khususnya yang

berkaitan dengan PPN barang dan jasa. Kepatuhan WP, termasuk PKP, juga dapat

dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak (Devano dan

Rahayu, 2006:112). Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Jatmiko:2006) menunjukkan

bahwa pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

KPP telah melaksanakan penerapan e-Nofa dapat dilihat melalui sosialisasi

yang dapat mencegah kekeliruan dalam pelaksanaan e-Nofa, pengawasan berkala dapat

diukur tingkat efektivitas penerapan e-Nofa, tindak lanjut penerapan e-Nofa dapat

dihasilkan perbaikan layanan administrasi, dan pertukaran data antar KPP. melalui

penegakan hukum aparatur pajak mempunyai arah dan tujuan. Dari sisi fiskus, e-Nofa

memberi kemudahan dan kemanfaatan bagi pegawai pajak dalam hal, kerahasiaan

faktur pajak lebih terjaga sehingga meminimalisir penyalahgunaan data, penomoran

faktur pajak lebih tertib, memudahkan pengawasan lokasi dan subjek pajak

(Rizqiah:2012).

10
Faktur Pajak Elektronik dilatar belakangi oleh 2 (dua) hal utama, yaitu adanya

penyalahgunaan Faktur Pajak dan Tingginya beban administrasi Faktur Pajak. Oleh

karena itu, melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 yang

dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 16/PJ/2014,

maka dibuatlah mekanisme faktur pajak elektronik tersebut. Perubahannya mencakup

1. Format Faktur Pajak yang telah ditentukan sistem

2. Bentuk tanda tangan elektronik

3. Lembaran faktur pajak yang tidak perlu dicetak

4. PKP yang membuat hanya yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak

5. Jenis transaksi yang dibuatkan faktur pajak kini terbatas pada penyerahan

BKP dan JKP saja

6. Pelaporan menggunakan aplikasi yang sama dengan pembuatan e-faktur.

Penerapan E-faktur dapat mendorong terciptanya pelaksanaan self assessment dengan

lebih baik lagi dan Wajib Pajak mempunyai kesadaran untuk melaksanakan hak dan

kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Aktivitas

ini tentu saja bermuara terhadap penerimaan pajak melalui pencegahan penerbitan

Faktur Pajak Fiktif dan kerugian yang diakibatkan oleh penerbitan Faktur Pajak Fiktif

dapat ditekan.

Tujuan diperbaharuinya sistem pajak dengan ditambahkannya e-faktur

diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pajak juga dapat meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta produktivitas pegawai pajak yang

tinggi. Sedangkan tujuan penggunaan teknologi informasi dalam perpajakan adalah

menghemat waktu, mudah, dan akurat. Dengan penggunaan teknologi informasi dalam

administrasi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terhadap Wajib

Pajak, baik dari segi kualitas maupun waktu sehingga lebih efektif.

11
Berdasarkan permasalahan dan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Sistem Elektronik Nomer Seri

Faktur Pajak (e-NOFA) Dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengusaha Kena

Pajak”.

Penelitian yang dilakukan oleh (Firda, Siti dan Yaniangwat : 2013) menyatakan

bahwa dengan penerapan elektronik nomor faktur pajak (E-Nofa) berpengaruh

signifikan dalam upaya untuk meningkatkan pelaporan Wajib Pajak Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Surabaya Genteng. Penelitian yang dilakukan (Anesta, Kusdi dan Zaroh

Z.A : 2014) mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh (Prasetyo, Mukzam dan

Farah:2014), menyimpulkan dengan adanya Sistem Penomoran Faktur berpengaruh

dalam pencegahan penyalahgunaan Faktur Pajak dan dapat meningkatkan penerimaan

PPN di Kantor Pelayanan Pajak Madya 8 Malang. Penelitian terakhir oleh (Prahaji,

Husaini, dan Darono: 2015), menemukan bahwa Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak

Besar Tiga sudah menerapkan program ini dengan baik, hal ini terbukti melalui hasil

yang signifikan dalam rangka mencegah peredaran faktur pajak fiktif baik dari sisi

pengguna maupun penerbit faktur pajak fiktif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

"Apakah penerapan sistem elektronik nomer seri faktur pajak (e-NOFA) dapat

meningkatkan kepatuhan pengusaha kena pajak?"

C. Tujuan Penelitian

12
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui penerapan sistem elektronik nomer seri faktur pajak (e-NOFA)

dalam meningkatkan kepatuhan pengusaha kena pajak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh adalah :

 Bagi peneliti :

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat khususnya bagi peneliti dalam

penambahan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan elektronik

nomer seri faktur pajak (e – Nofa) dalam meningkatkan kepatuhan pengusaha

kena pajak.

 Bagi akademisi

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan,

menambah informasi mengenai elektronik nomer seri faktur pajak serta dapat

menjadi acuan referensi yang serupa

 Untuk pihak instansi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau masukan

menegenai penerapan elektronik nomer seri faktur pajak dalam meningkatkan

kepatuhan pada pengusaha kena pajak.

13
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pajak

a) Pengertian Pajak

Menurut Undang – Undang N0.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum

Perpajakan sebagaimana telah dirubah terakhir kali dengan UU No.16 Tahun 2000 pasal

1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Djajadiningrat dalam Resmi (2014:1), pajak sebagai suatu

kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan kekas negara yang disebabkan suatu

keadaan , kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan

sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,

tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara

kesejahteraan umum.

b) Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber

pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

pembangunan. Ada 4 jenis fungsi pajak menurut DJP :

14
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan

melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat

diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan

rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.

Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,

yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah

ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan

pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor

pajak.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.

Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun

luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka

melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi

untuk produk luar negeri.

3. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan

yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal

ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,

pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

15
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai

semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga

dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat.

c) Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga sistem (Mardiasmo, 2011:7)

yaitu sebagai berikut:

1. Official assessment system

Adalah suatu pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus)

untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2. Self assessment system

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang sepenuhnya kepada

wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan

sendiri besarnya pajak yang terutang.

3. With holding system

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

(bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

16
2. Elektronik Nomor Seri Faktur Pajak (e – Nofa)

a) Penjelasan e – Nofa

E – Nofa yaitu situs web DJP yang menyediakan layanan untuk mengajukan

permohonan NSFP secara daring (online) Aplikasi e – nofaElektronik nomer seri faktur

pajak merupakan kebijakan baru yang dibuat oleh Direktorat Jendral Pajak yang

tertuang dalam PER/24/PJ/2012 tentang bentuk, ukuran, tata cara, pembetulan atau

penggantian dan tata cara pembatalan faktur pajak. Peraturan ini menggantikan Per-

13/PJ/2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per-65/PJ/2010. Peraturan ini

mulai berlaku 1 April 2013 namun karena masih banyak PKP yang belum mengerti dan

mendapatkan nomer seri, sehingga penerapan e – nofa mulai berlaku 1 Juni 2013.

Peraturan ini mengalami perubahan atau penyempurnaan yaitu dengan adanya

peraturan DJP Nomor PER- 08/PJ/2013 yang dikeluarkan tanggal 27 Maret 2013.

Namun perbedaan antar kedua peraturan tersebut hanya pada waktu pemberlakuan e –

nofa saja. Namun untuk acuannya tetap mengacu pada peraturan DJP Nomor Per-

24/PJ/2012 ini. Ketentuan baru dalam peraturan DJP Nomor Per24/PJ/2012:

1) Kode dan nomor seri faktur pajak terdiri dari 16 digit yaitu 2 digit kode transaksi

1 digit kode status dan 13 digit nomor seri faktur pajak.

2) Nomor seri faktur pajak diberikan oleh DJP melalui permohonan dengan

instrumen pengaman berupa kode aktivasi dan password.

3) Identitas penjual dan pembeli, terutama alamat harus di isi dengan alamat yang

sebenarnya atau sesungguhnya.

4) Jenis BKP atau JKP harus di isi dengan keterangan yang sebenarnya atau

sesungguhnya.

17
5) Pemberitahuan pejabat/pegawai penandatanganan faktur pajak, harus di lampiri

dengan foto copy kartu identitas yang sah dan dilegalisasi pejabat yang

berwenang.

6) PKP yang tidak menggunakan nomor seri faktur pajak dari DJP atau

menggunakan nomor seri faktur pajak ganda akan menyebabkan faktur pajak

yang diterbitkan merupakan faktur pajak tidak lengkap.

7) Faktur pajak tidak lengkap akan menyebabkan PKP pembeli tidak dapat

dikreditkan sebagai pajak masukan dari PKP penjual dikenakan sanksi sesui

dengan ketentuan yang berlaku.

Gambar 1.1

Menggunakan elektronik nomor faktur pajak ini pengusaha kena pajak harus

membuat faktur pajak dengan menggunakan kode nomor seri faktur pajak. Nomor seri

faktur pajak adalah nomor seri yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak kepada

pengusaha kena pajak dengan mekanisme tertentu penomoran faktur pajak berupa

kumpulan angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf yang ditentukan oleh

Direktorat Jendral Pajak yang terdiri dari 16 digit yaitu:

1) 2 digit kode transaksi.

2) 1 digit kode status.

18
3) 13 digit nomor seri faktur pajak yang ditentukan oleh Direktorat Jendral

Pajak.

b) Fungsi e – Nofa

Selain mempermudah proses penerbitan NSFP bagi PKP, fungsi eNofa online pajak:

1. Membantu pengawasan dan pengendalian dengan memantau permohonan NSFP

yang diajukan oleh setiap PKP

2. Meminimalisir terjadinya penyalahgunaan Faktur Pajak

3. Mencegah timbulnya Faktur Pajak ilegal

4. Menelusuri jejak Faktur Pajak apabila terjadi penyelewengan, karena penerbitan

NSFP hanya melalui persetujuan DJP

5. Meningkatkan ketertiban aktivitas perpajakan PKP, yang secara langsung

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak

e - Nofa juga menjadi dasar DJP untuk menyiasati kasus Faktur Pajak ilegal yang

mengakibatkan negara mengalami kerugian yang tidak sedikit. Selain itu, e - Nofa

adalah media untuk memudahkan Wajib Pajak Badan memenuhi kewajiban

perpajakannya dalam hal permintaan NSFP untuk mengelola e-Faktur.

c) Tata Cara Pengajuan e – nofa

Dalam rangka mengajukan penggunaan e – nofa ada beberapa tahap yang harus

dilakukan oleh wajib pajak antara lain sebagai berikut:

1) Isi surat permohonan dengan identitas yang jelas, sehingga KPP akan merespon via

pos bisa ditentukan. Di isi secara lengkap dan benar yakni:

 Mengisi nomor surat sesuai administrasi WP

 Mengisi nama kota dan tanggal permohonan

 Mengisi nama KPP tempat PKP terdaftar beserta alamat KPP tersebut

19
 Mengisi nama pemohon lengkap dengan jabatannya

 Mengisi nama PKP serta Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) milik PKP

 Mengisi alamat PKP serta email yang terdaftar

 Formulir harus ditandatangani dan ditulis nama terang pemohon

2) Setelah kantor Pelayanan Pajak menerbitkan surat kode aktivasi dan mengirim

email yang berisi password. Kembali lagi dengan mengajukan permohonan dengan

dilampiri kode aktivasi dan password.

3) Tunggu dalam waktu kurang lebih 3 hari, selanjutnya kantor pelayanan pajak akan

menerbitkan surat pemberitahuan nomor faktur pajak untuk pengusaha kena pajak.

d) Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password

Berdasarkan peraturan DJP Nomor PE-24/PJ/2012 pasal 8, langkah pertama untuk

menggunakan aplikasi e – nofa, PKP mengajukan permohonan kode aktivasi dan password

dengan cara sebagai berikut:

1) PKP dating ke KPP dengan mengajukan surat permohonan kode aktivasi dan

password secara tertulis dan di idi lengkap.

2) KPP akan menerbitkan kode aktivasi dan password, jika PKP telah dilakukan

regristrasi ulang oleh KPP tempat PKP terdaftar dan laporan hasil hasil registrasi

ulang oleh/verifikasi menyatakan PKP tetap dikukuhkan.

3) Jika PKP sudah memenuhi syarat tersebut, KPP akan :

a) Menerbitkan surat pemberitahuan kode aktivasi yang ditandatangani oleh

kasi pelayanan atas nama kepala KPP, dan dikirim melalui pos dalam

amplop tertutup ke alamat PKP.

20
b) Mengirimkan password melalui email ke alamat email PKP, namun jika

PKP tidak memenuhi syarat tersebut, maka KPP menerbitkan surat

pemberithauan penolakan

4) Surat pemberitahuan kode aktivasi tersebut dibat dalam 2 rangkap yang

diperuntukkan untuk disampaikan ke PKP dan untuk arsip KPP.

5) KPP menerbitkan surat pemberitahuan kode aktivasi atau surat pemberitahuan

penolakan kode aktivasi dan password dalm jangka waktu paling lama 3 hari kerja

setelah permohonan diterima.

6) Jika surat pemberitahuan kode aktivasi hilang, PKP dapt meminta kembali ke KPP

dengan melampirkan fotokopi surat keterangan kehilangan 13 dari kepolisian dan

bukti peneriamaan surat dari KPP atas surat permohonan kode aktivasi dan

password.

7) Dalam jangka wakut 6 bulan sejak surat pemberiahuan kode akivasi dicetak, DJP

dapat melakukan aktivitas kembali (re-aktivitas) atas kode aktivasi yang telah

dimiliki oleh PKP melalui surat pemberitahuan kode aktivasi yang dikirim melalui

pos ke alamat PKP yang bersangkutan.

8) Hal-hal yang penting untuk diperhatikan: alamat pengiriman dan alamat email harus

ditulis dengan jelas dan benar agar kode aktivasi dan password dapat diterima.

e) Formulir Mengenai e – Nofa

Terdapat formulir yang terdapat dalam penggunaan aplikasi e-nofa berdasarkan

Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 yaitu form permohonan kode aktivasi dan

password, form pemberitahuan kode aktivasi, form penolakan pemberian kode aktivasi

dan password, form permintaan nomor seri faktur pajak, form pemberian nomor seri

faktur pajak, form pemberian nomor seri faktur pajak yang tidak digunakan, form surat

pemberitahuan penunjukan pejabat/pegawai yang berwenang menandatangani faktur

21
pajak. Form surat pembetitahuan perubahan pejabat/pegawai yang menandatangani

faktur pajak.

f) Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

Dalam terjadinya pembatalan transaksi penyerahan BKP/JKP yang faktur pajaknya

telah diterbitkan, maka faktur pajak tersebut harus dibatalkan dengan cara sebagai

berikut yaitu:

a. Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang

membuktikan bahwa telah terjadi pembatalan transaksi, seperti pembatalan

kontrak atau dokumen lain.

b. Faktur pajak yang dibatalkan harus tetap di simpan oleh PKP penjual yang

menerbitkan faktur pajak tersebut.

c. PKP penjual yang membatalkan faktur pajak harus mengirimkan surat

pemberitahuan dan copy dari faktur pajak yang dibatalkan ke KPP tempat PKP

penjeual dikukuhkan dan ke KPP tempat PKP pembeli dikukuhkan.

d. Jika PKP penjual belum melaporkan faktur pajak yang dibatalkan di dalam SPT

Masa PPN, maka PKP penjual harus tetap melaporkan faktur pajak tersebut

dalam SPT Masa PPN dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP,

PPN atau PPN dan PPnBM.

e. Jika PKP penjual telah melaporkan faktur pajak tersebut dalam SPT Masa PPN

sebagai pajak keluaran. Maka PKP penjual harus melakukan pembetulan SPT

Masa PPN Masa Pajak yang bersangkutan, dengan cara melaporkan faktur

pajak yang dibatalkan dengan mencantumkan nila 0 (nol) pada kolom DPP,

PPN atau PPN dan PPnBM.

22
f. Jika PKP pembeli telah melaporkan faktur pajak tersebut dalam SPT Masa PPN

sebagai pajak masukan, maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT

Masa Pajak yang bersangkutan,

dengan cara melaporkan faktur pajak yang dibatalkan dengan mencantumkan nilai

0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.

g) Kondisi Prasyarat e – Nofa (Requirement)

Prasyarat untuk menggunakan aplikasi Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak Secara

Elektronik adalah sebagai berikut:

 User merupakan Wajib Pajak (WP) yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak (PKP) dan telah memiliki Akun PKP;

 Akun PKP adalah otorisasi khusus yang diberikan oleh Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) kepada PKP tertentu yang memenuhi persyaratan tertentu, otorisasi

tersebut diberikan DJP dalam bentuk Kode Aktivasi yang dikirimkan melalui

Jasa Pengiriman ke alamat PKP terdaftar dan Password yang dikirimkan melalui

email PKP.

 Khusus untuk menu Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak secara Online User

harus memiliki Sertifikat Elektronik yang sebelumnya diajukan baik online

maupun datang ke KPP terdaftar dan telah disetujui oleh DJP.

 Permintaan dan persetujuan Sertifikat Elektronik baru dapat dilakukan oleh DJP

untuk seluruh PKP mulai tanggal 1 Januari 2015, kecuali PKP tertentu yang

telah memilikinya terlebih dahulu yang ditunjuk oleh DJP dalam Keputusan

Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-16/PJ/2014.

Ada yang perlu diperhatikan seperti hal – hal sebagai berikut:

23
a. User dalam hal ini PKP telah mengetahui syarat dan ketentuan dalam

menggunakan identitas elektronik yang terdapat dalam Sertifikat Elektronik

b. Username adalah Nomor Pokok Wajib Pajak dengan 15 digit yang telah

diterbitkan oleh KPP tempat WP terdaftar.

c. Password adalah kata sandi rahasia yang hanya diketahui oleh PKP, yang

digunakan oleh PKP sebelumnya pada saat meminta nomor seri faktur pajak

di KPP.

d. User dapat melakukan penggantian password, kirim ulang password apabila

diperlukan, dan melakukan pencetakan nomor seri faktur pajak yang telah

diminta sebelumnya tanpa menggunakan sertifikat elektronik.

e. Alamat laman (web page) untuk e – Nofa online adalah

https://efaktur.pajak.go.id/login seperti tergambar berikut ini:

Gambar 1.2

h) Manfaat e – Nofa

Menurut Sucipto (2014: 6) Manfaat yang dapat diperoleh DJP dengan adanya

penerapan e – Nofa , yaitu:

a. Semakin memperbaiki sistem administrasi PPN. Dengan memanfaatkan

perkembagan teknologi dan menerapkan e-Faktur, sistem administrasi PPN dapat

memudahkan DJP dalam menjalankan proses bisnisnya. Data-data terkait PKP,

24
Faktur Pajak, dan PPN yang telah dipungut dan dilaporkan dapat diperoleh dalam

waktu singkat dan dapat diandalkan.

b. Dapat mengoptimalkan penerimaan perpajakan dari sektor PPN. E – Nofa

diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat sehingga

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya terkait

PPN. Penerimaan perpajakan dari sektor PPN juga diharapkan mengalami

peningkatan seiring dengan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.

c. Meminimalkan penyalahgunaan Faktur Pajak oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab.

d. Meningkatkan validitas Faktur Pajak.

e. Sebagai collecting data penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak melalui

mekanisme PKP diwajibkan mengirimkan seluruh data keterangan

3. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

a. Pengertian

Menurut UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 3A ayat 1, pengusaha kena pajak adalah

pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan

jasa kena pajak di dalam daerah pabean/melakukan ekspor barang kena pajak tidak

berwujud di wajibkan :

1) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.

2) Memungut pajak terutang.

3) Menyetorkan pajak pertambahan nilai yang masih harus dibayar dalam hal

pajak keluaran lebih daripada pajak masukan yang dapat dikreditkan serta

menyetorkan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang.

4) Melaporkan perhitungan pajak. Kewajiban di atas tidak berlaku untuk

pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh mentreri keuangan.

25
Semua WP yang telah memenuhi persyaratan subjektif (persyaratan yang sesuai

dengan ketentuan mengenai subjek pajak sebagaimana telah diatur berdasarkan

Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya) dan persyaratan

objektif (persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh

penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan /pemungutan sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya)

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan

sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor DJP melalui KPP untuk

dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP).

Menurut Muljono (2008: 5) Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak

yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN, tidak termasuk Pengusaha

Kecil, kecuali terhadap Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai

PKP.

Pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka

mereka belum bisa membuat faktur untuk pembayaran pajak. Syarat menjadi PKP

adalah pengusaha yang memiliki peredaran bruto Rp 4.8 miliar. Akan tetapi, bagi

pengusaha yang ingin mengajukan menjadi PKP maka diperbolehkan. Untuk

menjadi PKP, maka harus mengisi formullir melalui online yang sudah disediakan

oleh Direktorat Jendaral Pajak.

b. Pengecualian Pengusaha Kena Pajak

26
Pengusahan yang dikecualikan dari kewajiban sebagai pengusaha kena pajak

adalah pengusah kecil dan pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang atau

jasa yang tidak dikenakan PPN.

c. Pengusaha Kecil

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan

penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan

broto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00. Pengusaha kecil wajib melaporkan

usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, apabila sampai dengan satu bulan dalam

tahun buku, jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi batas

yang ditetapkan. Pengusah tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai PKP paling lambat pada akhir bulan berikutnya. Beberapa hal yang perlu

diketahui sehubungan dengan pengusah kecil:

1) Dilarang membuat faktur pajak.

2) Tidak wajib memasukkan SPT Masa PPN.

3) Diwajibkan membuat pembukuan atau pencatatan.

4) Wajib melapor untuk dikukuhkan sebagai PKP, bagi pengusah kecil yang

memperoleh peredaran bruto di atas batas yang telah ditentukan

(Mardiasmo, 2008:278).

4. Faktur Pajak

a. Pengertian

Pasal 1 huruf UU PPN 1984 dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 menjadi Pasal

1 angka 23 merumuskan “Faktur pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat

oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau

penyerahan jasa kena pajak atau bukti pungutan pajak impor barang kena pajak

yang digunakan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai

27
b. Fungsi Faktur Pajak

Berdasarkan definisi dari teori faktur pajak diatas maka faktur pajak berfungsi

sebagai berikut:

1) Bukti pungutan pajak bagi PKP yang menyerahkan barang kena pajak atau jasa

kena pajak

2) Bukti pembayaran pajak ditinjau dari sisi pembeli barang kena pajak atau

penerima jasa kena pajak atau orang pribadi atau badan yang mengimpor barang

kena pajak.

3) Sarana untuk mengkreditikan pajak masukan.

c. Jenis Faktur Pajak

Berdasarkan fungsinya maka faktur pajak di bedakan dalam beberapa jenis sebagai

berikut:

a) Faktur pajak gabungan Pada dasarnya faktur pajak gabungan merupakan faktur

pajak standar. Faktur pajak gabungan yang merupakan faktur pajak standar

harus dibuat paling lambat pada akhir bulan penyerahan barang kena pajak dan

atau jasa kena pajak.

b) Faktur pajak sederhana Faktur pajak sederhana juga merupakan bukti pungutan

pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak untuk menampung kegiatan

penyerahan barang kena pajak atau penyerahan barang kena pajak atau jasa kena

pajak yang dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir. Direktorat

Jendral Pajak dapat menetapkan tanda bukti penyerahan atau tanda bukti

pembayaran sebagai faktur pajak sederhana yang paling sedikit memuat:

1) Nama, alamat, dan nomor pokok wajib pajak yang menyerahkan barang

kena pajak atau jasa kena pajak.

2) Jenis dan kuantum barang kena pajak atau jasa kena pajak yang diserahkan.

28
3) Jumlah harga jual atau penggantian yang sudah termasuk pajak

pertambahan nilai atau besarnya PPN dicantumkan secara terpisah.

4) Tanggal pembuatan faktur pajak sederhana.

c) Dokumen-dokumen tertentu yang diterpakan sebagai faktur pajak satandar oleh

dirjen pajak. Dokumen-dokumen tertentu yang diperlukan sebagai faktur pajak

standar paling sedikit harus memuat identitas yang berwenang menerbitkan

dokumen.

1) Nama dan alamat penerima dokumen

2) Nomor pokok wajib pajak dalam hal penerima dokumen adalah wajib pajak

dalam negri.

3) Jumlah satuan barang apabila ada.

4) Dasar pengenaan pajak

5) Jumlah pajak yang terutang

Faktur pajak fiktif berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak

Nomor SE - 29/PJ.53/2003 pada Tanggal 4 Desember 2003 adalah sebagai

berikut:

1. Faktur pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha yang belum dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2. Faktur pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha dengan menggunakan

nama, NPWP dan Nomor Pengukuhan PKP orang pribadi atau badan

lain.

3. Faktur pajak yang digunakan oleh PKP yang tidak diterbitkan oleh PKP

penerbit.

29
4. Faktur pajak yang secara formal memenuhi ketentuan Undang-undang

PPN, tetapi tidak memenuhi secara material yaitu tidak ada penyerahan

barang dan atau uang atau barang tidak diserahkan kepada pembeli

sebagaimana tertera pada faktur pajak.

5. Faktur pajak yang diterbitkan oleh PKP yang identitasnya tidak sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

d. Saat Pembuatan Faktur Pajak 4 PMK No. 38 / PMK.03 / 2010

Persyaratan dalam pembuatan faktur pajak dijelaskan sebagai berikut:

1. Selambat- lambatnya akhir bulan berikutnya jika penyerahan mendahului

pembeyaran, kecuali sebelum akhir bulan tersebut telah diterima pembayaran.

2. Pada saat penerimaan pembayaran, dalam hal pembayaran dilakukan

mendahului penyerahan.

3. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalm hal penyerahan sebagian tahap

pekerjaan.

4. Pada saat penagihan, untuk penyerahan BKP dan JKP kepada Bendaharawan

Pemerintah sebagai pemungut PPN.

5. Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP.

5. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

A) Pengertian

Ditinjau dari sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis pajak yang menetapkan

kedudukan pemikul beban dengan kedudukan penanggung jawab pembayaran

pajak ke kas negara pada pihak-pihak yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk

melindungi pembeli dan penerima jasa dari tindakan sewenang-wenang negara

(pemerintah). Apabila penjual atau pengusaha jasa tidak memungut PPN dari

pembeli atau penerima jasa, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penjual atau

30
pengusaha jasa, bukan tanggung jawab pembeli atau penerima jasa (Sukardji,

2011:2).

Pajak pertambahan nilai merupakan pengganti dari pajak penjualan. Hal ini

disebabkan karena pajak penjualan diras sudah tidak lagi memadai untuk

menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan

pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong

ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak. Berdasarkan Undang-undang No. 42

Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang No. 8 Tahun 1983

tentang pajak pertambahan nilai dan jasa pajak penjualan atas barang mewah, pada

bagian umum, pajak pertambahan nilai adalah pajak konsumsi barang dan jasa di

daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setia jalur produksi dan

distribusi.

B) Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Objek pajak pertambahan nilai selalu mengalami perubahan seiring dengan

diberlakukannya Undang-undang baru. Objek Pajak Berdasarkan Pasal 4 ayat (1)

huruf a,b,c,d,e,f,g,h, Pasal 16 C, Pasal 16 D Undang-undang No. 42 Tahun 2009

yang berlaku mulai 1 April 2010. Pajak pertambahan nilai dikenakan atas :

1) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh

pengusaha.

2) Impor barang kena pajak.

3) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh

pengusaha.

4) Pemanfaatan jasa kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam

daerah pabean.

5) Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

31
6) Ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak.

7) Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

8) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau

pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau

digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan keputusan

mentri keuangan.

9) Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak

untuk diperjualbelikan oleh pengusaha kena pajak, kecuali atas penyerahan

aktiva yang pajak masukannya tidak dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c

syarat penyerahan barang atau jasa yang dikenakan pajak pertambahan nilai, sesuai

dengan penjelasan pasal 4 huruf a dan huruf c UU PPN 1984, yaitu :

a) Yang diserahkan adalah BKP atau JKP

b) Dilakukan dalam daerah pabean

c) Dalam kegiatan usaha/pekrjaan PKP, yaitu sesuai dengan kegiatan sehari-hari

PKP yang artinya ada unsur pengulangan.

C) Karakteristik Dari PPN

Berdasarkan uraian diatas pajak pertamabahan nilai memiliki beberapa karakteristik

sebagai berikut:

1) Pajak tidak langsung

Pemikul beban pajak atau pembeli dan penanggung jawab pembayaran atau

penjual berada pada pihak yang berbeda. Apabila terjadi penyimpangan

pemungutan pajak, maka fiskus akan meminta pertanggunjawaban penjual.

2) Pajak objektif

32
Timbulnya kewajiban membayar pajak pertambahan nilai ditentukan oleh

adanya objek pajak.

3) Multi stage tax

Pajak pertambahan nilai dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi

maupun jalur distribusi.

4) Indirect substaction method/ credir method/ invoice method

Pajak pertambahan nilai yang dipungut tidak langsung disetorkan ke kas

Negara. Pajak pertambahan nilai yang disetor ke kas negara merupakan hasil

perhitungan pajak masukan dengan pajak keluaran. Pajak masukan yang

diperhitungkan untuk memperoleh jumlah pajak pertambahan nilai yang harus

dibayar ke kas negara merupakan kredit pajak. Untuk mendeteksi kebenaran

jumlah pajak masukan dan pajak keluaran dibutuhkan suatu dokumen sebagai

alat bukti yang dinamakan faktur pajak.

5) Pajak atas konsumsi umum dalam negeri

Pajak pertambahan nilai hanya dikenakan atas konsumsi barang kena pajak atau

jasa kena pajak didalam negri.

6) Netral

Pajak pertambahan nilai dikenakan atas konsumsi barang maupun jasa dan

pemungutannya menganut prinsip tempat tujuan (pajak pertambahan nilai

dipungut ditempat brang atau jasa dikonsumsi)

7) Tidak menimbulkan dampak pajak berganda

Pajak pertambahan nilai hanya dikenakan atas nilai tambah dan pajak

pertambahn nilai yang dibayar dapat diperhitungkan dengan pajak pertambahan

nilai yang dipungut,

8) Consumption type value tas (VAT)

33
Dalam pajak pertambahan nilai di Indonesia, pajak masukan atas pembelian dan

pemeliharaan barang modal dapat dikreditkan dengan pajak keluaran yang

dipungut atas penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak (Firda,

2013).

34
B. Daftar Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu akan bermanfaat jika judul penelitian yang digunakan

sebagai bahan pertimbangan memiliki hubungan dengan penelitian yang hendak

dilakukan namun, karena aplikasi faktur pajak elektronik (e-faktur) baru diterapkan di

Jawa dan Bali pada 1 Juli 2015 dan nasional pada 1 Juli 2016 maka, peneliti mengambil

dasar dari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini yakni terkait

perkembangan aplikasi faktur pajak dan tingkat kepatuhan wajib pajak. Berikut hasil

penelitian terdahulu yang disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

No Nama Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian

dan Tahun

Erwin Pengaruh Kualitas regresi linier Hasil Penelitian


1.
Indriyanto, Rivo Sistem Elektronik berganda menunjukkan bahwa

Revino (2018) Nomor Faktur (e- kualitas sistem E-Nofa

Nofa) Dan dan implementasi

Implementasi pelayanan secara

Pelayanan Terhadap parsial berpengaruh

Kepatuhan positif dan signifikan

Pengusaha Kena terhadap kepatuhan

Pajak Pengusaha Kena Pajak.

Siska Suci Pengaruh Aplikasi kuantitatif menunjukkan bahwa


2.
Damayanti Elektronik Nomor dengan penerapan nomor faktur

Hasim(2019) Faktur (E-Nofa) dan pendekatan elektronik (ENofa)

Kepatuhan asosiatif. secara linier tidak

Pengusaha Kena berpengaruh terhadap

35
Pajak Terhadap pemungutan, kepatuhan

Penagihan Pajak. pengusaha kena pajak

berpengaruh terhadap

pemungutan pajak.

Dian Fatmawati ANALISIS deskriptif Hasil dari penelitian ini


3.
Marini (2020) PENERAPAN dengan yaitu penerapan sistem

SISTEM pendekatan e-Nofa di KPP Madya

ELEKTRONIK kualitatif. Sidoarjo mengalami

NOMOR FAKTUR peningkatan yang dapat

(e-NOFA) PAJAK dilihat dari jumlah

TERHADAP Pengusaha Kena Pajak

KEPATUHAN pengguna e-Nofa setiap

PENGUSAHA tahunnya.

KENA PAJAK

DALAM

PELAPORAN

PAJAK(Studi Kasus

Kantor Pelayanan

Pajak Madya

Sidoarjo)

Ani Suryani Analisis Persepsi analisis yang Hasil dari penelitian ini
4.
(2021) Mahasiswa digunakan menemukan bahwa

Akuntansi Terhadap adalah regresi penggunaan sistem

Sistem Elektronik sederhana. elektronik nomor faktur

Nomor Faktur (E- ( E-NoFa ), k emudahan

36
NoFa) (Studi Kasus penggunaan sistem

pada Mahasiswa elektronik nomor faktur

STIE AMKOP ( E-NoFa ) dan

Makassar) kepuasan pengguna

sistem elektronik

nomor faktur terhadap

presepsi mahasiswa.

Wahyuni ira Analisis Penerapan E deskriptif Hasil penelitian


5.
(2018) Faktur Pajak Dalam dengan menunjukkan

Upaya menggunakan Penerapan aplikasi e-

Meningkatkan jenis data faktur tidak berperan

Kepatuhan kuantitatif besar dalam

Pengusaha Kena meningkatkan

Pajak Untuk kepatuhan dari

Pelaporan SPT Masa pengusaha kena pajak

PPN Pada KPP yang terdaftar, hal ini

Pratama Medan terlihat dari hasil

Timur penelitian yang tidak

terjadinya peningkatan

persentase dalam

pelaporan SPT Masa

PPN dibandingkan

dengan pelaporan SPT

Masa PPN sebelum

penerapan e-faktur dan

37
penerapan aplikasi e-

faktur pada pengusaha

kena pajak pembuat

faktur pajak dalam segi

kepatuhan penggunaan

aplikasi efaktur

dikategorikan belum

efektif. Hal ini terlihat

dari tingkat kepatuhan

seluruh pengusaha kena

pajak terdaftar dalam

hal pelaporan SPT

Masa PPN sebelum dan

sesudah penerapan

aplikasi e-faktur yaitu

tahun 2013 sampai

tahun 2017 masih

mengalami penurunan

untuk setiap tahunnya

38
C. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, penerapan elektronik nomor seri faktur pajak (enofa) di KPP

Pratama Lamongan menjadi fokus penelitian yang dapat memberikan informasi bahwa

e - nofa dapat meningkatkan kepatuhan pengusaha kena pajak atau belum. Karangka

konseptual dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berkut:

Sistem Administrasi
PPN

KPP Pratama Kab Penerapan nomor seri


Lamongan faktur pajak (e - Nofa)

Peningkatan kepatuhan
pada pengusaha kena
pajak (PKP)

D. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan diatas maka hipotesis penelitian ini adalah: "PENERAPAN

SISTEM ELEKTRONIK NOMER SERI FAKTUR PAJAK (E-NOFA) DALAM

MENINGKATKAN KEPATUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK".

39
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku & Artikel :

Wa Ode Arizka A.N (2022) Penerapan Nomor seri Faktur pajak e – Nofa Dalam

Meningkatkan Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Universitas Muhammadiyah Makassar

jurusan D-III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Adan, M. H. (2019). Untuk menjalankan aplikasi e-Faktur secara. Analisis Penerapan e-

faktur dan e-nofa, Volume 2 Nomor 1 – April .

Anesta, Nopan, Kusdi dan Zaroh, Z.A. (2014). Analisis Sistem dan Prosedur Pencegahan

Penyalahgunaan Faktur Pajak dalam Upaya Meningkatkan Pengendalian Intern. Jurnal

Administrasi Bisnis, Vol. 17 No. 2 Desember. Universitas Brawijaya.

Amrik, W. P. (2019). Sistem administrasi perpajakan e-Nofa. Sistem Elektronik Nomor

Faktur (e-Nofa) dan Penerbitan Faktur Pajak Fiktif, ABFI Institute Perbanas.

Bohari. (2012). Pengantar Hukum Pajak. Jakarta: Rajawali Pers.Madewing. Pengaruh

Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin.

Candra, Andi. "Penomoran Baru Faktur Pajak". Chamalinda, Khy'sh Nursi Leapatra dkk.

(2013). "Penerapan Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 Tentang E-

NOFA Bagi Pengusa Kena Pajak Pada KPP Pratama Bangkalan". Diakses melalui :

http://pta.trunojoyo.ac.id/welcome/detail/100221100019

Fitri, H. R.(2016). Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern. Analisa Penerapan

Mekanisme E-Nofa sebagai Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di Kota Palembang, Universitas Sriwijaya.

40
Firda, Ayu, Endang, Siti Astuti dan Fransisca, Yaningwati.(2013). Implementasi E-Nofa

dalam Upaya Meningkatkan Pelaporan Wajib Pajak (Studi pada Pegawai Pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Genteng).

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Surabaya. Gisbu, Oktu Wanda, dkk

(2015), Pengaruh Modernisasi e-Nofa Terhadap Kepatuhan PKP Dalam Penerapan

Penomoran Faktur, Fakultas Akuntansi, STIE MDP Palembang.

Lingga, Ita Salsalina. (2013). Pengaruh Penerapan e-SPT terhadap Kepatuhan Pajak: Survey

Terhadap Pengusaha Kena Pajak pada KPP Pratama “X”. Jurnal Akuntansi, Vol. 5 No. 1,

Mei 2013, 70- l86. Universitas Kristen Maranatha.

Sumber Jurnal :

http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/7600

http://journal.unas.ac.id/akunnas/article/view/437

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/21646-Full_Text.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/326444249.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/230490058.pdf

http://ojs.stie-tdn.ac.id/index.php/MV/article/view/173

Sumber Internet :

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2007/28tahun2007uu.htm#:~:text=1.,-
Ketentuan%20Pasal%201&text=Dalam%20Undang%2DUndang%20ini%20yang,bagi%20se
besar%2Dbesarnya%20kemakmuran%20rakyat.
https://jurnal.pancabudi.ac.id/index.php/jurnalperpajakan/article/download/805/763/
https://www.pajak.go.id/id/fungsi-pajak

https://efaktur.pajak.go.id/resources/manual.pdf

https://klikpajak.id/blog/enofa-pajak-pengertian-fungsi-dan-cara-ajukan-permintaan/

41

Anda mungkin juga menyukai