Anda di halaman 1dari 96

KLASIFIKASI PENDUDUK MISKIN PROVINSI NUSA

TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE


BAYES DAN CROSS VALIDATION

SKRIPSI

Oleh:
Daniel Rachman
311410065

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA
BEKASI
2018
KLASIFIKASI PENDUDUK MISKIN PROVINSI NUSA
TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE
BAYES DAN CROSS VALIDATION

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Strata Satu (S1) pada Program Studi Teknik Informatika

Oleh:

Daniel Rachman

311410065

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA
BEKASI
2018
iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tersusunlah Skripsi yang berjudul
“KLASIFIKASI PENDUDUK MISKIN PROVINSI NUSA TENGGARA
TIMUR MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYES DAN CROSS
VALIDATION”.
Skripsi tersusun dalam rangka melengkapi salah satu persyaratan dalam
rangka menempuh ujian akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom.)
pada Program Studi Teknik Informatika di Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa.

Penulis sungguh sangat menyadari, bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Sudah selayaknya,
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan penghargaan dan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
a. Bapak Dr. Ir. Suprianto, M.P. selaku Ketua STT Pelita Bangsa
b. Bapak Aswan S. Sunge, S.E., M.Kom. selaku Ketua Program Studi Teknik
Informatika STT Pelita Bangsa.
c. Bapak Elkin Rilvani, S.Kom., M.M.. selaku Dosen pembimbing utama yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan
Skripsi ini.
d. Ir. Tri Ngudi Wiyatno, M.T. selaku Dosen pembimbing kedua yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis dalam penyusunan Skripsi ini.
e. Seluruh Dosen STT Pelita Bangsa yang telah membekali penulis dengan
wawasan dan ilmu di bidang Teknik Informatika.
f. Seluruh staf STT Pelita Bangsa yang telah memberikan pelayanan terbaiknya
kepada penulis selama perjalanan studi jenjang Strata 1.

iv
g. Rekan-rekan mahasiswa STT Pelita Bangsa, khususnya angkatan 2014, yang
telah banyak memberikan inspirasi dan semangat kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan studi jenjang Strata 1.
h. Ibu dan Ayah tercinta yang senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat
dalam perjalanan studi Strata 1 maupun dalam kehidupan penulis.

Akhir kata, Penulis mohon maaf atas kekeliruan dan kesalahan yang terdapat
dalam Skripsi ini dan berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
khasanah pengetahuan Teknologi Informasi di lingkungan STT Pelita Bangsa
khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Bekasi, November 2018

Daniel Rachman

v
DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN…………………………………………………………………... i

PENGESAHAN…………………………………………………………………… ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN……………………………………. iii

KATA PENGANTAR……………………………………………....................... iv

DAFTAR ISI…………………………………………………………….............. vi

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… ix

DAFTAR GAMBAR………………………………........................................... x

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………................................ xi

ABSTRACT……………………………………………………………………… xii

ABSTRAK……………………………………………………………………….. xiii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1

1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………………… 4

1.3 Rumusan Masalah………………………………………....................... 4

1.4 Batasan Masalah………………………………………………………. 4

1.5 Tujuan dan Manfaat………………………………………................... 4

vi
1.5.1 Tujuan……………………………………………………............. 5

1.5.2 Manfaat………………………………………………….............. 5

1.6 Sistematika Penulisan……………………………………………........ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………..................................... 7

2.1 Tinjauan Studi………………………………………………………… 7

2.2 Kajian Pustaka……………………………………………………........ 13

2.2.1 Data Mining ……………………………........................................ 13

2.2.2 Tahap-tahap Data Mining…………………................................... 13

2.2.3 Konsep Klasifikasi…………………………….............................. 17

2.2.4 Naïve Bayes………………………………………………………. 18

2.2.5 Cross Validation……………………………………………......... 20

2.3 Tinjauan Organisasi…………………………………….............................. 22

2.3.1 Keadaan Geografis dan Administrasi NTT…………..................... 22

2.3.2 Populasi dan Mata Pencarian Penduduk NTT…………………… 24

2.4 Kerangka Pemikiran………………………………………................... 24

2.5 Hipotesis Penelitian………………………………………………......... 25

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….. 26

3.1 Metode Pengumpulan Data…………………………………………… 26

vii
3.2 Teknik Analisis Data…………………………………………………. 26

3.3 Langkah Penelitian…………………………………………………… 30

3.4 Peralatan ……………………………………………………….......... 31

3.5 Waktu Penelitian……………………………………………………… 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….. 34

4.1 Hasil……………………………………………………………………….. 34

4.1.1 Perhitungan Naïve Bayes……………………………………………. 34

4.1.2 Implementasi Klasifikasi Naïve Bayes Pada Rapid Minner………….. 46

4.1.3 Akurasi Klasifikasi…………………………………………………… 47

4.2 Pembahasan…………………………………………………………. ……. 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 52

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………… 52

5.2 Saran………………………………………………………………… …….. 52

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 53

LAMPIRAN……………………………………………………………………….

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Yang Relevan……………………......... 9

Tabel 3.1 Atribut Dataset………………………………………………… 28

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian……………………………………. 32

Tabel 4.1 Kriteria Yang Digunakan………………………………………. 34

Tabel 4.2 Probolitas Keterangan Penduduk………………………………. 35

Table 4.3 Atribut Kabupaten………………………………………………. 36

Table 4.4 Atribut Kecamatan………………………………………………. 37

Table 4.5 Atribut Program…………………………………………………. 38

Tabel 4.6 Atribut Jumlah Penduduk……………………………………….. 38

Tabel 4.5 Atribut Belum APBN…………………………………………… 39

Tabel 4.6 Atribut Belum APBD…………………………………………. 40

Tabel 4.7 Data Testing…………………………………………………… 41

Tabel 4.8 Perhitungan P (ci)……………………………………………… 42

Tabel 4.9 Menghitung Jumlah Kelas Atas Klasifikasi…………………… 43

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tahap-Tahap Data Maning…………………………………... 16

Gambar 2.2 Skema 10 Fold……………………………………………….. 21

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran………………………………………….. 25

Gambar 3.1 Pemahaman Bisnis…………………………………………… 27

Gambar 3.2 Dataset……………………………………………………….. 28

Gambar 4.1 Proses Rapid Miner………………………………………….. 46

Gambar 4.2 Hasil Klasifikasi Rapid Miner……………………………….. 47

Gambar 4.3 Model Pengujian……………………………………………… 47

Gambar 4.4 Sub Proses Cross Validation…………………………………. 48

Gambar 4.5 Confusion Matrix Penduduk…………………………………. 49

Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Accuracy…………………………………. 51

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Training……………..…………………………………...

Lampiran 2 Data Test……………..………………………………….........

xi
ABSTRACT
Poverty is the condition of a person or group of people, male and female, unable to
fulfill their basic rights to maintain and develop a dignified life. East Nusa Tenggara
is one of the provinces in Indonesia. Poverty in the province of East Nusa Tenggara
in September 2017 reached 1,134.74 thousand people. In this case East Nusa
Tenggara is difficult to determine the poor or not poor population. In this study, it is
proposed to use data mining techniques to classify the poor population. Data mining
techniques to classify based on population. The algorithm used is Naïve Bayes. From
this study, Naive Bayes succeeded in classifying the poor population with an
accuracy rate of 59%. In the study, the data was 200 people..

Keywords: Poverty ,East Nusa Tenggara, Data Mining, Naïve Bayes

xii
ABSTRAK
Kemiskinan adalah kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki laki dan
perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Nusa Tenggara Timur adalah salah
satu provinsi yang berada di Indonesia, Kemiskinan diprovinsi Nusa Tenggara Timur
pada bulan September 2017 mencapai 1.134,74 ribu orang. Dalam hal ini Nusa
Tenggara Timur sulit menentukan penduduk yang miskin atau tidak miskin Pada
penelitian ini diusulkan penggunaan teknik data mining untuk mengklasifikasi
penduduk miskin. Teknik data mining untuk mengklasifikasi berdasarkan jumlah
penduduk. Algoritma yang digunakan yaitu Naïve Bayes, Dari penelitian ini Naive
Bayes ini berhasil mengklasifikasi penduduk miskin dengan persentase keakuratan
sebesar 59% .Dalam penelitian menggunakan data sebanyak 200 penduduk.

Kata kunci : Kemiskinan, Nusa Tenggara Timur, Data Mining, Naïve


Bayes.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan adalah kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki laki dan

perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat sehingga dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan tersebut dapat dilakukan melalui program penanggulangan kemiskinan

baik berupa bantuan sosial maupun pemberdayaan masyarakat. Banyak penelitian

terkait klasifikasi kesejahteraan rumah tangga seringkali menggunakan variabel

target/kelas berupa kategori miskin dan tidak miskin.

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di asia khususnya asia

tenggara. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh Negara berkembang adalah

kemiskinan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, angka

kemiskinan di Indonesia pada tahun 1999 mencapai 47.97 juta jiwa. Pada tahun 2018

jumlah penduduk miskin menjadi 29.95 juta jiwa. Nusa Tenggara Timur adalah salah

satu provinsi yang berada di Indonesia, Kemiskinan diprovinsi Nusa Tenggara Timur

pada bulan September 2017 mencapai 1.134,74 ribu orang.

Cara mengetahui kemiskinan dengan cara melakukan pendataan

kependudukan khususnya masalah kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik setiap 3 tahun sekali. Proses pendataan dilakukan dengan cara door to door,

cara ini dianggap kurang efektif dari pekerjaan ini BPS menghasilkan data yang

1
2

berlimpah mengenai kemiskinan. Kemiskinan ini harus diperhatikan untuk dapat

mengetahui ketepatan jenis/klasifikasi didapat dari pengelolahan data yang ada dan

tersimpan dalam basis data (database). Pada data kemiskinan tersebut dari banyak

nilai untuk mengetahui miskin atau tidaknya masyarakat, hal ini sesuai dengan bidang

keilmuan IT lain yaitu data mining yang bisa diintegrasikan kembali. Data mining

adalah proses yang memanfaatkan suatu metode untuk memperoleh informasi baru

dengan mencari pola atau aturan tertentu dari sejumlah data yang sangat besar.

Pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis sekumpulan data adalah

klasifikasi. Klasifikasi merupakan salah satu teknik data mining yang digunakan

untuk membangun suatu model dari sampel data yang belum terklasifikasi untuk

digunakan mengklasifikasi sampel data baru ke dalam kelas-kelas yang sejenis.

Klasifikasi termasuk ke dalam supervised learning karena menggunakan sekumpulan

data untuk dianalisis terlebih dahulu, kemudian pola dari hasil analisis tersebut

digunakan untuk pengklasifikasian data uji.

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Erfan Karyadiputra mengenai

analisis algoritma Naïve Bayes untuk klasifikasi status kesejahteraan rumah tangga

keluarga binaan sosial. Penelitian dilakukan dengan jumlah data sebanyak 30 data set,

hasilnya di dapatkan bahwa nilai akurasi tertinggi diperoleh dengan menggunakan

algoritma Naïve Bayes sebesar 85,80%.

Performa pengklasifikasi biasanya diukur dengan ketepatan atau tingkat galat.

Naive Bayes (NB) adalah algoritma klasifikasi probabilitas sederhana yang

berdasarkan pada teorema Bayes, asumsi bebas yang kuat (naive), dan model fitur
3

independen. Naive Bayes juga merupakan algoritma klasifikasi yang utama pada data

mining dan banyak diterapkan dalam masalah klasifikasi di dunia nyata karena

memiliki performa klasifikasi yang tinggi. Menghitung peluang untuk suatu hipotesis,

menghitung peluang dari suatu kelas dari masing-masing kelompok atribut yang ada,

dan menentukan kelas mana yang paling optimal.

Dari paparan diatas maka peneliti mengusulkan menggunakan bidang ilmu

Data mining untuk menyelesaikannya dengan metode Klasifikasi untuk menetukan

akurasi data kemiskinan diprovinsi Nusa Tenggara Timur.

Pemilihan algoritma klasifikasi yang tepat untuk mengklasifikasi akurasi

adalah hal yang sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat kepada Badan Pusat

Statistik oleh karena itu penulis memilih Naive Bayes (NB) untuk peneltian ini NB

adalah salah satu algoritma yang paling banyak digunakan dalam masalah klasifikasi

karena sederhana dan keefektifannya. Namun Naïve Bayes juga memiliki masalah

dalam akurasi perhitungannya, Pada permasalah Naïve Bayes ini akan dibantu Cross

Validation (CV) untuk meningkatkan akurasi perhitungannya

Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis akan mencoba mebuat

sebuah penelitian yang berjudul “KLASIFIKASI PENDUDUK MISKIN

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN ALGORITMA

NAÏVE BAYES DAN CROSS VALIDATION”.


4

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah jelaskan diatas dapat diketahui

permasalahan dalam penelitian kali ini adalah

1. Sulitnya menentukan masyarakat miskin diprovinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Menentukan penduduk miskin oleh BPS masih menggunakan cara sensus.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas adalah bagaimana menerapkan teknik

data mining dengan metode Naïve Bayes untuk menampilkan akurasi kemiskinan

diprovinsi Nusa Tenggara Timur.

Maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah bagaimana menentukan

penduduk miskin Nusa Tenggara Timur menggunakan algoritma Naïve Bayes dan

cross validation?

1.4 Batasan Masalah

Agar permasalahan lebih terarah, maka perlu adanya batasan masalah.

Adapun batasan masalah pada skripsi ini:

1. Pengklasifikasian penduduk miskin didasarkan pada yang ada pada provinsi

Nusa Tenggara Timur

2. Klasifikasi penduduk miskin didasarkan pada data di situs data.go.id yang ada

pada provinsi Nusa Tenggara Timur.

3. Penggunaan algoritma dan cross validation untuk klasifikasi kemiskinan.


5

1.5 Tujuan dan Manfaat

1.5.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menentukan

penyelesaian penduduk miskin menggunakan algoritma Naïve Bayes.

1.5.2 Manfaat

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membantu

mengidentifikasi kemiskinan diprovinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk

pengembangan teori yang berkaitan metode klasifikasi data mining untuk

klasifikasi kemiskinan khususnya metode Naive Bayes.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada instansi

terkait dalam rangka mengambil kebijakan untuk mengevaluasi kebijakan

dalam upaya mengentaskan kemiskinan diprovinsi Nusa Tenggara Timur.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dan gambaran umum setiap bab dalam penulisan ini

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah,

Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.
6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas tentang Kajian Pustaka, Tinjauan Studi, Tinjauan

Organisasi, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang Metode Penelitian, Metode Pemilihan

Sampel, Metode Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Langkah

Penelitian, Peralatan dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan tentang hasil serta pembahasan dari penelitian yang

sudah dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang sudah dilakukan

secara keseluruhan serta memberikan beberapa saran sebagai acuan apabila ada

yang akan melanjutkan penelitan ataupun ingin mengembangkan penelitian ini.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Studi

Menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh (Erfan Karyadiputra et al,

2016) dimana penelitian tersebut menggunakan metode klasifikasi status

kesejahteraan rumah tangga menggunakan Naïve Bayes berbasis seleksi atribut chi

squared. Hasilnya pun membuktikan bahwa akurasi untuk algoritma naive bayes

sebesar 85.80% dengan nilai area under cover (AUC) 0.930. Pada eksperimen kedua

dengan menggunakan algoritma naive bayes berbasis seleksi atribut chi squared

menjadi 86.78% dan nilai AUC 0.944. Pada eksperimen kedua terbukti bahwa dengan

penambahan optimasi dapat meningkatkan nilai akurasi.

Penelitian yang lainnya juga pernah dilakukan diantaranya ialah penelitian

(Karyadiputra, Kom, 2016) dimana penelitian tersebut menggunakan metode

klasifikasi Naive Bayes dalam menentukan status kesejahteraan rumah tangga

keluarga binaan sosial. Hasilnya pun membuktikan bahwa akurasi untuk algoritma

naive bayes sebesar 85.80% dengan nilai area under cover (AUC) 0.930.

Hasil lain penelitian yang pernah di lakukan (Nuraeni, 2017) tersebut

menggunakan metode klasifikasi Naive Bayes dalam Penentuan Kelayakan Kredit

pada Studi Kasus Bank Mayapada Mitra Usaha Cabang PGC. Hasil penelitian untuk

nilai akurasi algoritma klasifikasi Naïve Bayes Classifier adalah 89.33%, Sementara
8

untuk evaluasi menggunakan ROC Curve untuk model klasifikasi Naïve Bayes

Classifier nilai AUC adalah 0.955 dengan tingkat diagnosa Excellent Classification.

Hasil lain penelitian yang pernah di lakukan (Widiastuti, Santosa, &

Supriyanto, 2014) penelitian tersebut menggunakan algoritma naïve bayes

menggunakan metode optimasi particle swarm optimization (PSO) dalam

menentukan deteksi penyakit jantung. Hasilnya pun membuktikan bahwa akurasi

untuk algoritma naive bayes sebesar 82.14% dengan nilai area under cover (AUC)

0.686 dengan kategori “poor classification”. Pada eksperimen kedua dengan

menggunakan algoritma Naive Bayes berbasis PSO menjadi 92.86% dan nilai AUC

0.839 dengan kategori “good classification”. Pada eksperimen kedua terbukti bahwa

dengan penambahan optimasi dapat meningkatkan nilai akurasi.

Hasil lain Penelitian yang pernah di lakukan (Salmu & Solichin, 2017)

dimana penelitian tersebut menggunakan Metode klasifikasi Naive Bayes dalam

menentukan Prediksi Kelulusan Tepat Waktu. Hasilnya pun membuktikan bahwa

akurasi untuk algoritma naive bayes sebesar 80.72%.

Berikut ini adalah daftar tabel penelitian sebelumnya yang menjadi bahan

acuan Penulis sebagai literatur penelitian :


9

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya yang Relevan

No Nama Penulis Judul Jurnal Tahun Atribut Metode Hasil

1 Nur Aeni Algoritma 2014 Usia, Jenis Metode Hasil dari

Widiastuti, et al Klasifikasi kelamin, Hasil Kalsifika algoritma naïve

Data Mining darah, Thorax, si Naïve bayes

Naïve Bayes Hasil rekam Bayes mendapatkan

Berbasis jantung, Cepat akurasi 82.14%

Particle Swarm capek, Merokok, dan nilai (AUC)

Optimization Hipertensi dan 0.686, PSO

Untuk Dateksi Tekanan darah. mendapatkan

Penyakit akurasi 92.86%

Jantung dan nilai (AUC)

0.839

2 Erfan Klasifikasi 2016 Jenis kelamin Metode Hasil dari

Karyadiputra, et Status KRT, Umur Kalsifika algoritma naïve

al Kesejahteraan KRT, Pendidikan si Naïve bayes

Rumah Tangga KRT, Lapangan Bayes, mendapatkan

Keluarga usaha KRT, Skp Seleksi akurasi 85.80%

Binaan Sosial KRT, Spt KRT, Atribut dan nilai (AUC)

Menggunakn Jenis atap, Chi 0.930, Algoritma

Algoritma Kualitas atap, Squared naïve bayes

Naïve Bayes Kualitas dinding, berbasis seleksi

Berbasis Jenis lantai, atribut chi

Seleksi Atribut Sumber squared


10

Chi Squared penerangan, mendapatkan

Bahan bakar akurasi 86.78%

memasak dan dan nilai (AUC)

Jumlah individu.
0.944

3 Erfan Analisis 2016 Jenis kelamin, Metode Hasil dari

Karyadiputra Algoritma Umur KRT, Kalsifika algoritma naïve

Naïve Bayes Pendidikan KRT, si Naïve bayes

Untuk Lapangan usaha Bayes mendapatkan

Klasifikasi KRT, Skp KRT, akurasi 85.80%

Status Spt KRT, Jenis dan nilai (AUC)

Kesejahteraan atap, Kualitas 0.930.

Rumah Tangga atap, Jenis

Keluarga dinding, Kualitas

Binaan Sosial dinding, Jenis

lantai, Sumber air

minum, Bahan

bakar memasak,

Sumber

penerangan,

Jumlah keluarga,

Jumlah individu.
11

4 Nia Nuraeni Penentuan 2017 Jenis usaha, Metode Hasil dari

Kelayakan Status tempat Kalsifika algoritma naïve

Kredit Dengan usaha, Lama si Naïve bayes Classifier

Algoritma usaha, Sistem Bayes mendapatkan

Naïve Bayes penjualan, Sistem akurasi 89.33%

Classifier: studi pembelian, dan nilai (AUC)

kasus Bank Omset, Gross 0.955

mayapada profit margin,

Mitra Usaha Repayment

Cabang PGC capacity dan

Fasilitas.

5 Supardi Salmu, Prediksi 2017 Jenis kelamin, Metode Hasil dari

et al Tingkat Jenis seleksi, Kalsifika algoritma naïve

Kelulusan Pendapatan ayah, si Naïve bayes

Mahasiswa Pendidikan ibu, Bayes mendapatkan

Tepat Waktu IP semester 1, IP akurasi 80.72%

Menggunakan semester 2, IP

Naive Bayes: semester 3, IP

Studi Kasus semester 4, SKS

UIN Syarif semester 1, SKS

Hidayatullah semester 2, SKS

Jakarta semester 3 dan

SKS semester 4.
12

Berdasarkan tabel 2.1 dari banyaknya penelitian yang ada algoritma naïve

bayes masih efektif dalam menklasifikasi dan menentukan akurasi. Oleh karna itu

untuk meningkatkan performansi algoritma Naïve Bayes perlu adanya penelitian

dengan menerapkan suatu parameter yang sama untuk menangani beberapa dataset

yang memiliki karateristik berbeda sehingga dapat diketahui secara detail tingkat

Klasifikasian.

Penulis memilih Cross Validation sebagai metode statistik untuk

meningkatkan performansi algoritma Naïve Bayes dalam mengklasifikasi data karena

algoritma Naïve Bayes dan Cross Validation dinilai mampu serta efektif di beberapa

penelitian sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh (Septiani, Studi, & Informatika, 2017) Dari

metode. Cross Validation sebagai metode statistik hasil penelitian yang telah

dilakukan pada data pasien penderita penyakit hepatitis maka dapat disimpulkan

bahwa metode klasifikasi data mining Algoritma Naive Bayes menghasilkan akurasi

83,71% dan nilai AUC 0,812. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode

Cross Validation sebagai metode statistik ini akurat dalam melakukan prediksi untuk

penyakit hepatitis.
13

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Data Mining

Data mining, sering juga disebut knowledge discovery in database (KDD),

adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, pemakaian data historis untuk

menentukan pola keteraturan, pola hubungan dalam set data berukuran besar

(Septiani, 2017).

Data mining merupakan sebuah teknik untuk menggali informasi tersembunyi

untuk memperoleh manfaat lebih dari data yang ada (Iskandar & Suprapto, 2013).

Data mining merupakan proses yang menggunakan teknik statistik,

matematika, kecerdasan buatan, dan machine learning untuk mengekstraksi dan

mengidenfikasi informasi yang bermanfaat dan pengetahuan yang terakit dari

berbagai database besar/Data Warehouse (Tampubolon et al., 2013).

2.2.2 Tahap-Tahap Data Mining

Rangkaian proses, Data Mining dapat dibagi menjadi beberapa tahap proses.

Tahap- tahap tersebut bersifat interaktif, pemakai terlibat langsung atau dengan

perantaraan knowledge base. Tahap-tahap Data Mining adalah sebagai berikut:

Tahap-tahap data mining ada 7 yaitu :(Asriningtias et al., 2014)

a. Pembersihan data (data cleaning)

Pembersihan data merupakan proses menghilangkan noise dan data yang tidak

relevan. Pada umumnya data yang diperoleh, baik dari database memiliki

isian-isian yang tidak sempurna seperti data yang hilang, data yang tidak valid
14

atau juga hanya sekedar salah ketik. Data- data yang tidak relevan itu juga

lebih baik dibuang. Pembersihan data juga akan mempengaruhi performasi

dari teknik data mining karena data yang ditangani akan berkurang jumlah dan

kompleksitasnya.

b. Integrasi data (Data integration)

Integrasi data merupakan penggabungan data dari berbagai database ke dalam

satu database baru. Integrasi data perlu dilakukan secara cermat karena

kesalahan pada integrasi data bisa menghasilkan hasil yang menyimpang dan

bahkan menyesatkan pengambilan aksi nantinya.

c. Seleksi Data (Data Selection)

Data yang ada pada database sering kali tidak semuanya dipakai, oleh karena

itu hanya data yang sesuai untuk dianalisis yang akan diambil dari database.

d. Transformasi data (Data Transformation)

Data diubah atau digabung ke dalam format yang sesuai untuk diproses.

Sebagai contoh beberapa metode standar seperti analisis asosiasi dan

clustering hanya bisa menerima input data kategorikal. Karenanya data berupa

angka numerik yang berlanjut perlu dibagi-bagi menjadi beberapa interval.

Proses ini sering disebut transformasi data.

e. Proses mining

Merupakan suatu proses utama saat metode diterapkan untuk menemukan

pengetahuan berharga dan tersembunyi dari data.

f. Evaluasi pola (pattern evaluation)


15

Untuk mengidentifikasi pola-pola menarik kedalam knowledge based yang

ditemukan. Dalam tahap ini hasilnya berupa pola-pola yang khas maupun

model prediksi dievaluasi untuk menilai apakah hipotesa yang ada memang

tercapai.

g. Presentasi pengetahuan (knowledge presentation)

Merupakan visualisasi dan penyajian pengetahuan mengenai metode yang

digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang diperoleh pengguna.Tahap

terakhir adalah bagaimana memformulasikan keputusan atau aksi dari hasil

analisis yang didapat. Karenanya presentasi dalam bentuk pengetahuan yang

bisa dipahami semua orang adalah satu tahapan yang diperlukan.Dalam

presentasi ini, visualisasi juga bisa membantu mengkomunikasikan hasil data

mining (Han, 2006).


16

Pada gambar 2.1 menggambarkan tahapan – tahapan yang ada pada data mining.

Gambar 2. 1 Tahap-tahap Data Mining

Sumber : ((jiawei han, micheline kamber, n.d.)

Pengelompokan Data Mining dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :

(Fajrin, Maulana, Informatika, Batam, & Soeprapto, 2018)

a. Deskripsi

Deskripsi merupakan cara untuk menggambarkan pola dan kecenderungan

yang terdapat dalam data yang dimiliki.


17

b. Estimasi

Estimasi hampir sama dengan klasifikasi, kecuali variable target estimasi

lebih ke arah numerik daripada ke arah kategori. Model yang dibangun

menggunakan record lengkap yang menyediakan nilai variable target sebagai

nilai prediksi.

c. Prediksi

Prediksi menerka sebuah nilai yang belum diketahui dan juga memperkirakan

nilai untuk masa mendatang.

d. Klasifikasi

Dalam klasifikasi terdapat target variable kategori, misal penggolongan

pendapatan dapat dipisahkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan

rendah.

e. Pengklasteran

Merupakan pengelompokan record, pengamatan, atau memperhatikan dan

membentuk kelas objek-objek yang memiliki kemiripan.

f. Asosiasi

Asosiasi bertugas menemukan atribut yang muncul dalam satu waktu. Dalam

dunia bisnis lebih umum disebut analisis keranjang belanja.

2.2.3 Konsep Klasifikasi

Klasifikasi adalah penempatan objek-objek ke salah satu dari beberapa

kategori yang telah ditetapkan sebelumnya. Klasifiksi banyak digunakan untuk

memprediksi kelas pada suatu label tertentu, yaitu dengan mengklasifikasi data
18

(membangun model) berdasarkan training set dan nilai-nilai (label kelas) dalam

mengklasifikasikan atribut tertentu dan menggunakannya dalam mengklasifikasikan

data yang baru (Meilina, 2015).

Klasifikasi adalah salah satu pembelajaran yang paling umum di data

mining. Klasifikasi didefinisikan sebagai bentuk analisis data untuk mengekstrak

model yang akan digunakan untuk memprediksi label kelas (Sartika, Sensuse, Indo,

Mandiri, & Komputer, 2017).

Klasifikasi adalah proses untuk menemukan model atau fungsi yang

menjelaskan atau membedakan konsep atau kelas data, dengan tujuan untuk dapat

memperkirakan kelas dari suatu objek yang labelnya tidak diketahui (Bustami, 2014).

2.2.4 Naive Bayes

Naive bayes merupakan perhitungan teorema bayes yang paling

sederhana,karena mampu mengurangi kompleksitas komputasi menjadi multiplikasi

sederhana dari probabilitas (Sartika et al., 2017).

Naive Bayes merupakan pengklasifikasian dengan metode probabilitas dan

statistik yang dikemukan oleh ilmuwan Inggris Thomas Bayes, yaitu memprediksi

peluang di masa depan berdasarkan pengalaman dimasa sebelumnya sehingga dikenal

sebagai Teorema Bayes (Bustami, 2014)


19

Rumus dari theorem bayes:

Keterangan :

X = Data dengan class yang belum diketahui

H = Hipotesis data X merupakan suatu class spesifik

P(H|X) = Probabilitas hipotesis H berdasarkan kondisi X (posteriori prob)

P(H) = Probabilitas hipotesis H (prior prob)

P(X|H) = Probabilitas X berdasarkan kondisi tersebut

P(X) = Probabilitas dari X

Naive bayes merupakan teknik prediksi berbasis probabilitas sederhana yang

berdasar pada penerapan aturan bayes dengan asumsi ketidaktergantungan yang kuat.

Selain itu naive bayes juga dapat menganalisa variabel-variabel yang paling

mempengaruhinya dalam bentuk peluang (Listiana, Sudjalwo, & Gunawan, 2015)

Navie Bayes merupakan algoritma klasifikasi yang sederhana dimana setiap

atribut bersifat independent dan memungkinkan berkontribusi terhadap keputusan

akhir (Hasan, 2017)

Naive Bayes merupakan teknik prediksi berbasis probabilistik sederhana

yang berdasar pada penerapan teorema Bayes (aturan Bayes) dengan asumsi
20

independensi (ketidaktergantungan) yang kuat (Supriyanti, Kusrini, & Amborowati,

2016)

2.2.5 Cross Validation

Pendekatan alternatif untuk 'training dan testing' yang sering diadopsi ketika

sejumlah contoh kecil (dan yang banyak yang memilih menggunakan terlepas dari

ukuran) dikenal sebagai k kali lipat cross-validasi. Jika dataset terdiri kasus N, ini

dibagi menjadi bagian-bagian k sama, k biasanya menjadi sejumlah kecil seperti 5

atau 10 (Jika N tidak tepat habis dibagi oleh k, bagian akhir akan memiliki kasus

lebih sedikit dari k lain – 1 bagian) Serangkaian berjalan k kini dilakukan. Setiap

bagian k pada gilirannya digunakan sebagai ujian menetapkan dan k lainnya - 1

bagian digunakan sebagai training set (Bramer, 2007).(Kadek Wibowo, Sfenrianto,

2015)

Statistik atau penambangan data, tugas umumnya adalah mempelajari model

dari data yang tersedia. Model semacam itu mungkin merupakan model regresi atau

penggolong. Masalah dengan mengevaluasi model tersebut adalah bahwa hal itu

dapat menunjukkan kemampuan prediksi yang memadai pada data pelatihan, tetapi

mungkin gagal untuk memprediksi data tak terlihat di masa depan. Cross validation

adalah prosedur untuk memperkirakan kinerja generalisasi dalam konteks ini. Ide

untuk Cross validation berasal dari tahun 1930. Di kertas satu sampel digunakan

untuk regresi dan yang kedua untuk prediksi. Mosteller dan Turki, dan berbagai orang

lain mengembangkan gagasan ini lebih lanjut. Pernyataan cross validation yang jelas,

yang mirip dengan versi k-fold cross validation saat ini, pertama kali muncul di. Pada
21

tahun 1970, baik Stone dan Geisser menggunakan Cross validation sebagai sarana

untuk memilih parameter model yang tepat, sebagai lawan menggunakan Cross

validation murni untuk memperkirakan kinerja model. Saat ini, Cross validation

diterima secara luas di komunitas penambangan data dan pembelajaran mesin, dan

berfungsi sebagai prosedur standar untuk estimasi kinerja dan pemilihan model

(Payam Refaeilzadeh, Lei Tang, n.d.).

Cross-validation (CV) adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi kinerja model atau algoritma dimana data dipisahkan menjadi dua

subset yaitu data proses pembelajaran dan data validasi / evaluasi. Model atau

algoritma dilatih oleh subset pembelajaran dan divalidasi oleh subset validasi.

Selanjutnya pemilihan jenis CV dapat didasarkan pada ukuran dataset. Biasanya CV

K-fold digunakan karena dapat mengurangi waktu komputasi dengan tetap menjaga

keakuratan estimasi.

Gambar 2. 2 Skema 10 Fold CV

Sumber : ((Indrayanti, Devi Sugianti, 2017)


22

10 fold CV adalah salah satu K fold CV yang direkomendasikan untuk

pemilihan model terbaik karena cenderung memberikan estimasi akurasi yang kurang

bias dibandingkan dengan CV biasa, leave-one-out CV dan bootstrap. Dalam 10 fold

CV, data dibagi menjadi 10 fold berukuran kira-kira sama, sehingga kita memiliki 10

subset data untuk mengevaluasi kinerja model atau algoritma. Untuk masing-masing

dari 10 subset data tersebut, CV akan menggunakan 9 fold untuk pelatihan dan 1 fold

untuk pengujian seperti diilustrasikan.

Fold ke-1 adalah ketika bagian ke-1 menjadi data uji (testing data) dan sisanya

menjadi data latih (training data). Selanjutnya, hitung akurasi berdasarkan porsi data

tersebut. Perhitungan akurasi tersebut dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut.

Keterangan : Data Uji benar Klasifikasi : Jumlah data uji

Total Data Uji : Jumlah total dataset testing

2.3 Tinjauan Organisasi

2.3.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki

penduduk yang beraneka ragam, dengan latar belakang yang berbeda-beda. Provinsi

NTT sebelumnya lazim disebut dengan “Flobamora” (Flores, Sumba, Timor dan

Alor). Sebelum kemerdekaan RI, Flobamora bersama Kepulauan Bali, Lombok dan
23

Sumbawa disebut Kepulauan Sunda Kecil. Namun setelah proklamasi kemerdekaan

beralih nama menjadi “Kepulauan Nusa Tenggara”, sampai dengan tahun 1957

Kepulauan Nusa Tenggara merupakan daerah Swatantra Tingkat I (statusnya sama

dengan Provinsi sekarang ini). Selanjutnya tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang

Nomor 64 tahun 1958 Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara dikembangkan

menjadi 3 Provinsi yaitu Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi

Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian Provinsi Nusa Tenggara Timur

keberadaannya adalah sejak tahun 1958 sampai sekarang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2008 tanggal 31

Januari 2008, luas daerah Provinsi NTT adalah 48.718,10 kilometer persegi atau

sebesar 2,55 persen dari total luas daerah wilayah Indonesia (BPS, 2009). Provinsi

NTT terletak antara 80-1200 Lintang Selatan dan 1180-1250 Bujur Timur dan

memiliki 1.192 pulau (42 pulau dihuni dan 1.150 pulau tidak dihuni). Sebagian besar

wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah. Memiliki

sebanyak 40 sungai dengan panjang antara 25-118 kilometer (BPS, 2010). Sebagai

bagian dari negara maritim, Provinsi NTT dikelilingi oleh perairan maupun daratan.

Provinsi NTT di sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores, di sebelah selatan

berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan pulau

Sumbawa dan Provinsi NTB, dan di sebelah timur berbatasan dengan negara Timor

Leste.
24

Secara administratif, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6

Tahun 2008, Provinsi NTT terdiri dari 20 kabupaten, 1 kota, 254 kecamatan, 297

kelurahan dan 2.387 desa.

2.3.2 Populasi dan Mata Pencaharian Penduduk NTT

Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk sebesar 2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak

2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.357.340 jiwa (2010). Kepadatan

penduduk di Nusa Tenggara Timur sebesar 96 jiwa/km2, dengan presentasi penduduk

yang tinggal di perkotaan kurang lebih 20%, dan sisanya sebesar 80% mendiami

kawasan pedesaan. Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan rincian

persentase kurang lebih sebagai Katolik 46,43% Protestan 45,34%, Islam 6,38% ,

Hindu 0,11% Buddha 0,01% dan sebanyak 1,73% menganut agama dan kepercayaan

lainnya.

pertanian masih menjadi lapangan pekerjaan utama bagi penduduk Nusa

Tenggara Timur (NTT). Kondisi ini terlihat dari 64,70 persen atau 71,27 persen dari

2.061.229 orang angkatan kerja di NTT hidup sebagai petani.

2.4 Kerangka Pemikiran

Agar lebih terfokus untuk menyelesaikan permasalahan yang ada maka

disusunlah kerangka pemikiran sebagai gambaran global dalam penelitian ini sebagai

berikut :
25

Masalah Proses

Melakukan
Klasifikasi &
Dataaset Kemiskinan Pengujian dengan
Informasi
Naïve Bayes dan
Penduduk Miskin
Cross Validation

Hasil

Teori & Tinjauan


studi terkait
Klasifikasi Menentukan
Penduduk miskin
yang lebih tepat

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis

merupakan pernyataan yang harus dibuktikan.Maka hipotesis penelitian ini adalah

“Diduga untuk klasifikasi penduduk miskin dengan menggunakan Naïve Bayes dan

Cross Validation agar mendapat nilai akurasi yang optimal”


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian paling penting dalam sebuah penelitian.

Ketersediaan data akan sangat menentukan dalam proses pengolahan dan analisa

selanjutnya. Karenanya, dalam pengumpulan data harus dilakukan teknik yang

menjamin bahwa data diperoleh itu benar, akurat dan bisa dipertanggung jawabkan

sehingga hasil pengolahan dan analisa data tidak biasa. Pengumpulan data bersifat

teoritis yang berhubungan dengan penelitian ini. Pengambilan data tersebut dilakukan

dengan cara mempelajari literatur-literatur, jurnal-jurnal penelitian, bahan kuliah dan

sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas.

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bentuk yang telah menjadi

informasi seperti dataset pada database. Pada penelitian ini data sekunder

didapatkan dari website Data.go.id.

3.2 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model CRISP-DM (Cross Standart Industries for

Data Mining), yang memiliki siklus hidup terdiri dari 6 tahap. Adapun tahapan-

tahapannya sebagai berikut :

26
27

1. Pemahaman Bisnis (Business Understanding)

Pada tahapan pertama penulis mencoba untuk memahami permasalahan yang

ada dalam mengklasifikasi kemiskinan pada provinsi nusa tenggara timur. Sehingga

dapat menentukan tujuan dan pola yang akan didapatkan dengan data mining.

Faktor dalam penentuan penduduk miskin bisanya terdapat pada salah satu

atribut yang mempunyai faktor terbesar dalam menentukan kemiskinan, dimana

atribut berperan terhadap kemiskinan.

BPS Menyusun
BPS Menyusun BPS Melakukan
Instrumen dan
Regulasi Sensus ke Penduduk
Aplikasi

BPS Menetapkan Penduduk Mengisi


Penduduk Miskin Form Sensus

Gambar 3.1 Pemahaman Bisnis

2. Data Understanding Phase (Fase Pemahaman Data)

Pada kegiatan pencatatan data Bisnis Proses untuk menentukan penduduk

miskin ke database menggunakan attribute sebagai berikut : Nama Kabupaten,

Kecamatan, Tahun, Program, Jumlah Penduduk, Belum APBN, Belum APBD dan
28

Kategori, Dari attribute diatas maka sebagian data akan digunakan untuk Klasifikasi

penduduk miskin dalam proses data mining.

Gambar 3.2 Dataset

3. Data Preparation Phase (Fase Pengolahan Data)

Pada proses pembersihan data adalah proses untuk membersihkan data yang

dihasilkan pada tahapan mengvaluasi data. Pada tahap pembersihan data ini

melakukan pembersihan data sebagai berikut :

a. Nilai attribute yang bersifat tidak standar akan tetap diproses, untuk

melakukan klasifikasi penduduk miskin maka dilakukan transformasi data

agar mudah dalam melakukan proses klasifikasi.

Tabel 3.1 Atribut Dataset

NO Atribut Type Keterangan

1 Nama Kabupaten Binominal Digunakan

2 Kecamatan Binominal Digunakan


29

3 Tahun Numeric Tidak Digunakan

4 Program Binominal Digunakan

5 Jumlah Penduduk Numeric Digunakan

6 Belum Apbn Numeric Digunakan

7 Belum Apbd Numeric Digunakan

8 Kategori Binominal Digunakan

b. Dari data penduduk miskin tidak terdapat missing value, untuk mencegah

terjadinya missing value maka setiap nilai yang kosong akan diganti dengan

nilai 0.

4. Modeling Phase (Fase Pemodelan)

Tujuan dari pemodelan data mining adalah untuk mencari hasil dari berbagai

situasi yang ada. Alat perangkat lunak untuk data mining seperti visualisasi (mensplit

data dan membangun hubungan) dan analisis metode data mining (untuk

mengidentifikasikan variable berjalan dengan baik secara bersamaan) dapat berguna

untuk analisis awal model yang akan digunakan. Pembagian data ke dalam set

pelatihan dan pengujian juga diperlukan untuk pemodelan. Model yang akan diuji

yaitu algoritma Naïve Bayes dan Cross-Validation.


30

5. Evaluation Phase (Fase Evaluasi)

Melakukan pengujian terhadap model-model yang bertujuan untuk

mendapatkan model yang paling akurat. Evaluasi dan validasi dilakukan dengan

menggunakan metode Confusion Matrix dan kurva ROC (Receiver Operating

Characteristic).

6. Deployment Phase (Fase Penyebaran)

Pembentukan model selanjutnya melakukan analisa dan pengukuran pada

tahap sebelumnya, pada tahap ini diterapkan model atau rule yang paling akurat dan

selanjutnya dapat digunakan untuk mengevaluasi data baru.

3.3 Langkah Penelitian

Langkah penelitian untuk menyelesaikan permasalah penelitian yang ada

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Langkah awal yang dilakukan yaitu melakukan identifikasi masalah yang ada

dalam suatu perusahaan

2. Melakukan pengumpulan data yang didapat dari perusahaan.

3. Analisis data lalu pembersihan data dan pemilihan atribut

4. Mempersiapan untuk melakukan analisis data dengan menerapkan Naive Baiyes

Classifier dan Cross-validation untuk klasifikasi penduduk miskin.

5. Untuk melakukan evaluasi dan validasi data mining digunakan Confusion

Matrix.
31

6. Menghasilakan sebuah hasil klasifikasi dengan akurasi yang optimal.

3.4 Peralatan

Penelitian ini memerlukan beberapa perlengakapan penelitian untuk

mendukung pelaksanaan penelitian. Berikut ini beberapa perlengkapan yang

dibutuhkan untuk menunjang penelitian berupa piranti lunak (Software) maupun

piranti keras (Hardware) antara lain :

1. Kebutuhan piranti lunak (Software)

a. Berikut ini beberapa piranti lunak yang dibutuhkan dalam peneletian ini

: Sistem Operasi Windows 7, 64 Bit

b. Mendeley Desktop Version 1.19.1

c. RapidMiner Studio Educational 8.2

d. Microsoft Office Word & Excel 2010

e. Microsoft Visio 2013

2. Kebutuhan piranti keras (Hardware)

a. Berikut ini beberapa piranti keras yang dibutuhkan dalam peneletian ini

: Laptop Intel i3-2348M @2.30 GHz, Ram 4 GB, HDD 1TB

b. Hardisk External 1 TB

c. Printer
32

3.5 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan mengikuti jadwal penelitian seperti yang terlihat

pada tebel berikut:

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5


Kegiatan
.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Persiapan
Penelitian
x x x

2
Literatur
x x x x x x x x
Review
3
Pengumpulan
x x x x x x x x x
Data
4
Pelaksanaan
Penelitian
x x x x x x x x x x X x x x

5
Menyusun
x x x x x x x x
Metode

6
Pengujian x x x x X x x
7
Pembahasan x X x x x
8
Penyelesaian
Penelitian
x x x x x X x x x X x

9
Penyusunan
x x X x x x X x
Laporan
33

10
Penulisan
x x x x x X x x x
Skripsi
11
Finalisasi
x X x X
Skripsi
12
Penyerahan
X
Skripsi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil algoritma naïve bayes untuk perhitungan Naive Bayes, implementasi klasifikasi

naïve bayes dan akurasi klasifikasi.

4.1.1 Perhitungan Naive Bayes

Perhitungan naive bayes dilakukan dengan menghitung menggunakan data

yang diambil dari website data.go.id yang membahas kemiskinan di provinsi Nusa

Tenggara Timur sebanyak 7 atribut dan 200 data. Kriteria yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.1 Kriteria yang digunakan

Kab.Sumba Barat, Kab.Sumba Timur, Kab.


Kupang,……., Kab. Belu, Kab. Lembata, Kab. Flores
Timur
Nama Kabupaten
Kota Waikabubak, Kahaungu Eti, Kota Waingapu,
Amfoang Barat Laut,……, Boking, Fatumnasi, Kie,
Kolbano
Nama Kecamatan
PNPM Pasca Krisis, PNPM Perkotaan, PNPM
Perdesaan, PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus
Program
30016, 8410, 35446, 8731, 8343,......,...., 38394, 7556,
60681, 14709, 51165
Jumlah Penduduk
3800, 890, 1136, 1440, 1600,….,.… , 1380, 1800, 980,
1395, 1282.5
Belum Apbn

34
35

30, 185, 284, 160, 400, 600, 205, 153, 167.5, 300, 350,
150, 120, 790, 345, 380, 145, 155, 142.5
Belum Apbd
MISKIN dan TIDAK MISKIN
Keterangan

Tabel 4.1 Kriteria Data penduduk miskin yang telah memasuki tahap pengolahan data

kemudian akan dilakukan perhitungan dengan menggunakan algoritma naïve bayes

sebagai berikut :

1. Menghitung Probabilitas Penduduk

Perhitungan ini untuk menentukan keputusan dengan metode naïve bayes untuk

mencari probabilitas dari masing-masing kelas. dalam menentukan keputusan

akan ditentukan kelas “Miskin” dan “Tidak Miskin”. Perhitungannya dimana

mencari berapa jumlah data Miskin dan Tidak Miskin dari total keseluruhan data

training dan membaginya dengan total keseluruhan data.

Tabel 4.2 Probabilitas Keterangan Penduduk

P(Keterangan)

MISKIN SEDANG TIDAK MISKIN

41 88 71
36

2. Menghitung Probabilitas Masing-Masing Atribut

Mencari probabilitas suatu atribut dengan membandingkan atribut dari data

testing dengan atribut dari data training. Jumlah atribut dari Penduduk ”Miskin”

yang ada pada data training, kemudian dibagikan dengan probabilitas Penduduk

“Miskin”. Begitu juga mencari probabilitas untuk Penduduk “Sedang”, “Tidak

Miskin”.

a. Nama Kabupaten

Tabel 4.3 Atribut Kabupaten

Nama Kabupaten
SEDANG TIDAK
Belum Apbn MISKIN
MISKIN
Kab. Sumba Barat 0 5 0
Kab. Sumba Timur 8 3 0
Kab. Kupang 3 0 2
Kab. Timor Tengah
Selatan 24 7 6
Kab. Belu 0 31 6
….
….
….
Kab. Ende 1 15 0
Kab. Ngada 0 2 11
Kab. Manggarai 0 0 7
Kab. Sumba Tengah 1 0 0
Kota Kupang 0 12 14
37

b. Nama Kecamatan

Tabel 4.4 Atribut Kecamatan

Nama Kecamatan
SEDANG TIDAK
Belum Apbn MISKIN
MISKIN
Kota Waikabubak 0 5 0
Kahaungu Eti 2 0 0
Kota Waingapu 0 4 0
Nggaha Oriangu 1 0 0
Tabundung 4 0 0
….
….
….
Kelapa Lima 0 0 6
Kota Lama 0 0 1
Kota Raja 0 0 1
Maulafa 0 6 0
Oebobo 0 0 6
38

c. Program

Tabel 4.5 Atribut Program

Program

(Program) MISKIN SEDANG TIDAK MISKIN

PNPM Pasca Krisis 1 4 0


PNPM Perkotaan 0 27 46
PNPM Perdesaan 23 38 12
PNPM Daerah
Tertinggal dan Khusus 16 20 13

d. Jumlah Penduduk

Tabel 4.6 Atribut Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk
SEDANG TIDAK
Belum Apbn MISKIN
MISKIN
30016 0 5 0
8410 2 0 0
35446 0 3 0
8731 1 0 0
8343 4 0 0
….
….
….
61411 0 0 6
30196 0 0 1
39

47878 0 0 1
65852 0 6 0
79675 0 0 6

e. Belum Apbn

Tabel 4.7 Atribut Belum Apbn

Belum Apbn
SEDANG TIDAK
Belum Apbn MISKIN
MISKIN
51 0 1 0
63 0 0 1
45.3 1 0 0
47.9 2 0 0
60.7 1 0 0
….
….
….
1282.5 0 1 1
3000 0 1 0
2800 0 2 0
1690 0 1 0
1710 0 1 0
40

f. Belum Apbd

Tabel 4.8 Atribut Belum Apbd

Belum Apbd
SEDANG TIDAK
Belum Apbd MISKIN
MISKIN
30 18 29 18
35 0 0 1
37.5 0 1 3
40 0 1 0
42.5 0 0 1
….
….
….
900 0 1 0
790 0 0 1
1010 0 0 1
1100 0 0 1
1200 1 0 0

3. Menghitung Probabilitas akhir

Menghitung probabilitas akhir pada setiap kelas, perlu menggunakan data

training yang terdapat pada tabel 4.1 dan mengubahnya menjadi nilai yang

sudah ditentukan pada perhitungan probabilitas masing-masing atribut, dari

masing masing atribut dan nilai probabilitas kelas dikalikan. dari hasil yang

sudah ditentukan, jika penduduk “Miskin” bernilai lebih besar maka hasilnya

“Miskin”. Begitu pula sebaliknya.


41

4. Kasus perhitungan Naïve Bayes

Dalam memudahkan pemahaman perhitungan naïve bayes , secara manual

akan di buat studi kasus sebagai berikut dan rulenya berupa data training

(Lampiran1):

Tabel 4.9 Data Testing

Kecamata Program Jumlah


No Kabupaten n Belum Belum Keterangan
Penduduk Apbn Apbd
PNPM
Kab. Belu Ende Perdesaan 21396 2700 300 ?
1
PNPM
Kab. Belu Ende Perdesaan 21396 750 30 ?
2
Kab. Sasita PNPM
Kupang Mean Perkotaan 18460 2400 600 ?
3
Kab. Sasita PNPM
Kupang Mean Perkotaan 18460 2700 300 ?
4
PNPM
Kab. Belu Ende Perdesaan 21396 1750 30 ?
5
… … … … … …
… … … … … …
PNPM
Kelapa
96 Kab. Sikka Lima
Daerah
13944 2850 150
Tertinggal ?
dan Khusus
PNPM
Kelapa
97 Kab. Sikka Lima
Daerah
13944 3500 30
Tertinggal ?
dan Khusus
Kelapa
98 Kab. Sikka Lima PNPM 11640 2650 150
Daerah
?
Tertinggal
42

dan Khusus
PNPM
99 Kab. Sikka Kota Soe
Daerah
11640 1920 480
Tertinggal ?
dan Khusus
PNPM
Daerah
Kab. Sikka Kota Soe 33009 1070 200 ?
100 Tertinggal
dan Khusus

Menghitung jumlah Penduduk :

Tabel 4.10 Perhitungan P(H)

Keterangan

P(H)

P(Miskin) P(Sedang) P(Tidak Miskin)

Miskin 41/200 Sedang 88/200 Tidak Miskin 71/200

Miskin 0.20 Sedang 0.44 Tidak Miskin 0.35


43

Tabel 4.11 Menghitung jumlah kelas atau klasifikasi

P(X| P(X|H
P(H/ P(X| P(X| P(X| P(X| P(X| P(X| Keteran
No P(H) H) )*P(H)
X) C1) C2) C3) C4) C5) C6) gan

1 41 0.20 0 0 0.56 0 0.07 0.09 0 0


Sedang
88 0.44 0.35 0.04 0.43 0.04 0.04 0.07 1.13 5.0
71 0.35 0.08 0 0.16 0 0 0 0 0

2 41 0.20 0 0 0.56 0 0.14 0.43 0 0


Sedang
88 0.44 0.35 0.04 0.43 0.04 0.07 0.32 8.23 3.62
71 0.35 0.08 0 0.16 0 0.02 0.25 0 0

3 41 0.20 0 0 0 0 0.24 0.21 0 0


Sedang
88 0.44 0.13 0.04 0.30 0.04 0.15 0.15 2.18 9.62
71 0.35 0.19 0 0.64 0 0.01 0.04 0 0

4 41 0.20 0 0 0 0 0.07 0.09 0 0


Sedang
88 0.44 0.13 0.04 0.30 0.04 0.04 0.07 3.12 1.37
71 0.35 0.19 0 0.64 0 0 0 0 0

5 41 0.20 0 0 0.56 0 0 0.43 0 0


Sedang
88 0.44 0.35 0.04 0.43 0.04 0.02 0.32 2.35 1.03
71 0.35 0.08 0 0.16 0 0.01 0.25 0 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
96 41 0.20 0.07 0 0.39 0 0 0 0 0 Tidak
88 0.44 0.02 0 0.22 0 0.01 0.02 0 0 Miskin
71 0.35 0.09 0.08 0.18 0.05 0.01 0.04 5.11 1.81

97 41 0.20 0.07 0 0.39 0 0 0.43 0 0 Tidak


44

88 0.44 0.02 0 0.22 0 0.01 0.32 0 0 Miskin


71 0.35 0.09 0.08 0.18 0.05 0.04 0.25 9.20 3.26

98 41 0.20 0.07 0 0.39 0 0 0 0 0 Tidak


88 0.44 0.02 0 0.22 0 0 0.02 0 0 Miskin
71 0.35 0.09 0.08 0.18 0.04 0.01 0.04 3.83 1.36

99 41 0.20 0.07 0 0.39 0 0 0 0 0 Tidak


88 0.44 0.02 0 0.22 0 0 0 0 0 Miskin
71 0.35 0.09 0.08 0.18 0.04 0.01 0.01 1.27 4.53

100 41 0.20 0.07 0 0.39 0 0 0 0 0 Tidak


88 0.44 0.02 0 0.22 0 0 0 0 0 Miskin
71 0.35 0.09 0.08 0.18 0.09 0.01 0.01 2.98 1.05

Tabel 4.11 menghitung jumlah penduduk dimana :

a. Nilai P(H) keseluruhan keterangan label “Miskin”, “Sedang” dan

“Tidak Miskin”

b. Nilai P(H|X) adalah Hasil dimana label “Miskin”, “Sedang” dan

“Tidak Miskin” dibagi dengan keseluruhan data


45

c. Nilai P(X|C1) adalah Nama Kabupaten yang sudah dihitung dari

keseluruhan nilai Miskin dibagi kesluruhan data Miskin, Sedang dan

sebaliknya nilai tidak Miskin

d. Nilai P(X|C1) adalah Nama Kecamatan yang sudah dihitung dari

keseluruhan nilai Miskin dibagi kesluruhan data Miskin, Sedang dan

sebaliknya nilai tidak Miskin

e. Nilai P(X|C3) adalah Program yang sudah dihitung dari keseluruhan

nilai Miskin dibagi kesluruhan data Miskin, Sedang dan sebaliknya

nilai tidak Miskin

f. Nilai P(X|C4) adalah Jumlah Penduduk yang sudah dihitung dari

keseluruhan nilai Miskin dibagi kesluruhan data Miskin, Sedang dan

sebaliknya nilai tidak Miskin

g. Nilai P(X|C5) adalah Belum Apbn yang sudah dihitung dari

keseluruhan nilai Miskin dibagi kesluruhan data Miskin, Sedang dan

sebaliknya nilai tidak Miskin

h. Nilai P(X|C6) adalah Belum Apbd yang sudah dihitung dari

keseluruhan nilai Miskin dibagi kesluruhan data Miskin, Sedang dan

sebaliknya nilai tidak Miskin

i. Hasil P(X|H) adalah perhitungan dari P(X|C1) sampai P(X|C6) yang

sudah dikalikan

j. Hasil P(X|H)*P(H) adalah perhitungan P(X|H) dikalikan Hasil

perhitungan P(H)
46

4.1.2 Implementasi Klasifikasi Naïve Bayes pada RapidMiner

Perhitungan yang telah dilakukan diatas sesuai untuk menentukan kelulusan

dengan metode Naïve Bayes. Setelah melakukan perhitungan manual terhadap data

training dan data testing, langkah selanjutnya pembuktian dengan menggunakan

RapidMiner. Pembuktian perhitungan manual naive bayes terhadap data training dan

data testing, akan dilakukan perhitungan menggunakan RapidMiner. RapidMiner

yang digunakan adalah versi 8.1.

Gambar 4.1 Proses RapidMiner

Gambar 4.1 Proses RapidMiner pengujian data traning terhadap data testing dalam

menentukan Klasifikasi.
47

Gambar 4.2 Hasil Klasifikasi RapidMiner

Gambar 4. 2 Hasil Prediksi dimana data testing menggunakan sample acak awal dan

akhir data yang digunakan dalam penelitian ini.

4.1.3 Akurasi Klasifikasi

Gambar 4.3 Model Pengujian


48

Gambar 4.3 menggambarkan rangkaian model pengujian dimana pada

dataset source nantinya akan disesuaikan dengan dataset nilai siswa. Kemudian untuk

memvalidasi model dari algoritma naïve bayes digunakan metode cross validation.

Dimana didalamnya terdapat performance dengan menggunakan confussion matrix

sebagai model evaluasi dari kinerja algoritma naïve bayes. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar 4.4 berikut :

Gambar 4.4 Sub Proses Cross Validation

Dalam sub proses cross validation terdapat dua bagian dimana ada training

seperti pada di gambar 4.4 dimana pada bagian training terdapat algoritma naïve

bayes hal tersebut dimaksudkan agar dataset dibuat modelnya menggunakan

algoritma naïve bayes dimana pada cross validation dengan nilai k = 10 folds.

Kemudian pada data testing terdapat dua fitur yakni Apply model yang digunakan

untuk menerapkan model data yang sudah dilatih sebelumnya dengan data test.
49

Terakhir dibagian testing terdapat fitur performance dimana fitur tersebut

digunakan untuk mengevaluasi hasil kinerja algoritma naïve bayes dengan parameter

pengukuran confussion matrix (accuracy,recall,precision).

Pengujian dengan metode Naïve Bayes menggunakan dataset Kemiskinan.

Hasil yang didapatkan pengujian ini mendapatkan hasil akurasi sebesar 96,50%

dengan nilai presisi serta recall masing-masing kelas dapat dilihat pada gambar 4.5

berikut ini :

Gambar 4. 5 Confusion Matrix Penduduk

Hasil analisa data training pada rapidminer dapat dilihat pada lampiran 1. Untuk

menghitung akurasi sebagai berikut:

Diketehui :

Jumlah data yang diuji : 200

Jumlah data yang diprediksi benar : 193


50

Jumlah data yang diprediksi salah : 10

Hitungan Hasil Akurasi

Hasil = 96.50%

4.2 Pembahasan

Penelitian dilakukan sebanyak dengan menggunakan algoritma Naïve Bayes

untuk menentukan klasifikasi penduduk miskin. Teknik preprocessing

menggunakan teknik cleaning, integration dan transformation data. Berdasarkan

hasil yang sudah didapatkan secara keseluruhan maka dapat dilihat hasil akurasi

secara keseluruhan pada tabel 4.6 berikut :


51

Gambar 4.6 Hasil Pengukuran accuracy

Hasil dari tingkat akurasi klasifikasi Naive Bayes pada Gambar 4.6 menunjukan

bahwa tingkat akurasi mencapai 96,50%. Maka dapat disimpulkan hasil akurasi

Klasifikasi Naive Bayes dalam penelitian ini, metode Naive bayes merupakan metode

yang cukup baik dalam penelitian ini.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data Penduduk yang diperoleh, proses Data Mining membantu

dalam penerapan metode Naive Bayes dalam mendapatkan informasi dari hasil

Klasifikasi penduduk miskin pada provinsi Nusa tenggara timur yang dijadikan data

training, Sehingga dengan demikian metode Naive Bayes ini berhasil mengklasifikasi

penduduk miskin dengan persentase accuracy sebesar 96,50% dan recall miskin

sebesar 95,15%, sedang sebesar 98,86%, dan tidak miskin sebesar 94,37%. Dalam

penelitian menggunakan data sebanyak 200 penduduk.

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan Penulis memiliki

beberapa saran yang dapat digunakan pada penelitian kedepanya sebagai berikut :

1. Pada penelitian selanjutnya dapat mencoba Menggunakan metode optimasi

lain dalam upaya mencari metode optimasi terbaik yang mampu

meningkatkan akurasi algoritma naïve bayes secara maksimal.

2. Pada penelitian selanjutnya dapat mencoba menggunakan data yang berbeda

dan dengan jumlah data yang lebih besar lagi sehingga menghasilkan tingkat

akurasi yang lebih tinggi.

52
DAFTAR PUSTAKA

Asriningtias, Y., Mardhiyah, R., Studi, P., Informatika, T., Bisnis, F., Informasi, T.,
& Yogyakarta, U. T. (2014). APLIKASI DATA MINING UNTUK
MENAMPILKAN INFORMASI, 8(1), 837–848.
Bustami. (2014). Penerapan Algoritma Naive Bayes. Jurnal Informatika, 8(1), 884–
898.
Fajrin, A. A., Maulana, A., Informatika, T., Batam, U. P., & Soeprapto, J. R. (2018).
PENERAPAN DATA MINING UNTUK ANALISIS POLA PEMBELIAN
KONSUMEN DENGAN ALGORITMA FP- GROWTH PADA DATA
TRANSAKSI PENJUALAN, 5(1), 27–36.
Hasan, M. (2017). Menggunakan Algoritma Naive Bayes Berbasis, 9, 317–324.
Indrayanti, Devi Sugianti, M. A. A. K. (2017). Fakultas Teknik – Universitas Muria
Kudus 823, 823–829.
Iskandar, D., & Suprapto, Y. K. (2013). Perbandingan akurasi klasifikasi tingkat
kemiskinan antara algoritma C4 . 5 dan Naïve Bayes Clasifier, 11(1), 14–17.
jiawei han, micheline kamber, jian pei. (n.d.). Data Mining Concepts and
Techniques, Third Edition.
Kadek Wibowo, Sfenrianto, kaman nainggolan. (2015). MENGGUNAKAN NAIVE
BAYES SERTA OPTIMASI, 1(1), 1–10.
Karyadiputra, E., Kom, S., & Kom, M. (2016). ANALISIS ALGORITMA NAIVE
BAYES UNTUK KLASIFIKASI STATUS KESEJAHTERAAN RUMAH
TANGGA KELUARGA BINAAN SOSIAL, 7(4), 199–208.
Listiana, M., Sudjalwo, & Gunawan, D. (2015). Perbandingan Algoritma Decision
Tree (C4.5) Dan Naïve Bayes Pada Data Mining Untuk Identifikasi Tumbuh
Kembang Anak Balita (Studi Kasus Puskesmas Kartasura). Informatika, 1(1),
18.
Meilina, P. (2015). PENERAPAN DATA MINING DENGAN METODE
KALSIFIKASI, 7(1).
Nuraeni, N. (2017). Penentuan Kelayakan Kredit Dengan Algoritma Naïve Bayes
Classifier : Studi Kasus Bank Mayapada Mitra Usaha Cabang PGC, III(1), 9–15.
Payam Refaeilzadeh, Lei Tang, H. L. A. (n.d.). Cross Validation.

53
54

Riyan Eko Putri, Suparti, R. R. (2014). PERBANDINGAN METODE


KLASIFIKASI NAÏVE BAYES DAN K-NEAREST NEIGHBOR PADA
ANALISIS DATA STATUS KERJA DI KABUPATEN DEMAK TAHUN
2012, 3, 831–838.
Salmu, S., & Solichin, A. (2017). Prediksi Tingkat Kelulusan Mahasiswa Tepat
Waktu Menggunakan Naïve Bayes : Studi Kasus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Prediction of Timeliness Graduation of Students Using Naïve Bayes : A
Case Study at Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta, (April), 701–
709.
Sarjana, P., Informatika, T., & Dian, U. (2016). KLASIFIKASI STATUS
KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA, 12, 116–122.
Sartika, D., Sensuse, D. I., Indo, U., Mandiri, G., & Komputer, F. I. (2017).
Perbandingan Algoritma Klasifikasi Naive Bayes , Nearest Neighbour , dan
Decision Tree pada Studi Kasus Pengambilan Keputusan Pemilihan Pola
Pakaian. Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem Informasi (JATISI), 1(2), 151–
161.
Septiani, W. D. (2017). Komparasi Metode Klasifikasi Data Mining Algoritma C4.5
Dan Naive Bayes Untuk Prediksi Penyakit Hepatitis. Pilar Nusa Mandiri, 13(1),
76–84.
Septiani, W. D., Studi, P., & Informatika, M. (2017). DAN NAIVE BAYES UNTUK
PREDIKSI PENYAKIT HEPATITIS, 13(1), 76–84.
Supriyanti, W., Kusrini, & Amborowati, A. (2016). Perbandingan kinerja algoritma
c4.5 dan naive bayes untuk ketepatan pemilihan konsentrasi mahasiswa.
Informa, 1(2012), 46–52.
Tampubolon, K., Saragih, H., Reza, B., Epicentrum, K., Asosiasi, A., & Apriori, A.
(2013). Implementasi Data Mining Algoritma Apriori Pada Sistem Persediaan
Alat-Alat Kesehatan. Informasi Dan Teknologi Ilmiah, 93–106.
https://doi.org/2339-210X
Widiastuti, N. A., Santosa, S., & Supriyanto, C. (2014). Algoritma Klasifikasi Data
Mining Naïve Bayes Berbasis Particle Swarm Optimization Untuk Deteksi
Penyakit Jantung. Jurnal Pseudocode, 1(1), 2355–5920. Retrieved from
www.jurnal.unib.ac.id
LAMPIRAN

Lampiran 1
Data Training
Nama Kecamata Jumlah Belum Belum Keateg
No Kabupaten n Program Penduduk Apbn Apbd ori
Kab. Kota PNPM
Sumba Waikabub Pasca
1 Barat ak Krisis 30016 3800 30 Sedang
Kab. Kota
Sumba Waikabub PNPM
2 Barat ak Perkotaan 30016 890 185 Sedang
Kab. Kota
Sumba Waikabub PNPM
3 Barat ak Perkotaan 30016 1136 284 Sedang
Kab. Kota
Sumba Waikabub PNPM
4 Barat ak Perdesaan 30016 3800 30 Sedang
Kab. Kota
Sumba Waikabub PNPM
5 Barat ak Perkotaan 30016 1440 160 Sedang
Kab.
Sumba Kahaungu PNPM
6 Timur Eti Perdesaan 8410 1600 400 Miskin
Kab.
Sumba Kahaungu PNPM
7 Timur Eti Perdesaan 8410 2400 600 Miskin
Kab.
Sumba Kota PNPM
8 Timur Waingapu Perkotaan 35446 870 205 Sedang
Kab.
Sumba Kota PNPM
9 Timur Waingapu Perkotaan 35446 1377 153 Sedang
Kota PNPM
Kab.
10 Waingapu Perkotaan 35446 1507.5 167.5 Sedang
Sumba
Timur
Kab.
Sumba Nggaha PNPM
11 Timur Oriangu Perdesaan 8731 2700 300 Miskin
Kab.
Sumba Tabundun PNPM
12 Timur g Perdesaan 8343 1600 400 Miskin
Kab.
Sumba Tabundun PNPM
13 Timur g Perdesaan 8343 2400 600 Miskin
Kab. PNPM
Sumba Tabundun Pasca
14 Timur g Krisis 8343 3800 30 Miskin
Kab.
Sumba Tabundun PNPM
15 Timur g Perdesaan 8343 2400 600 Miskin
Kab.
Sumba Wula PNPM
16 Timur Waijelu Perdesaan 7023 1400 350 Miskin
Kab. Amfoang PNPM
17 Kupang Barat Laut Perdesaan 9196 2400 600 Miskin
Kab. Amfoang PNPM
18 Kupang Selatan Perdesaan 8900 1600 400 Miskin
Kab. Amfoang PNPM
19 Kupang Timur Perdesaan 7218 1600 400 Miskin
Kab. Kupang PNPM Tidak
20 Kupang Barat Perdesaan 14813 2850 150 Miskin
Kab. PNPM Tidak
21 Kupang Nekamese Perdesaan 9873 2400 600 Miskin
Kab.
Timor
Tengah Amanatun PNPM
22 Selatan Selatan Perdesaan 19203 2700 300 Miskin
Kab.
Amanuba PNPM
Timor
23 n Barat Perdesaan 21844 2400 600 Miskin
Tengah
Selatan
Kab.
Timor
Tengah Amanuba PNPM
24 Selatan n Selatan Perdesaan 25138 2400 600 Miskin
Kab.
Timor
Tengah Amanuba PNPM
25 Selatan n Timur Perdesaan 16781 480 120 Miskin
Kab.
Timor
Tengah PNPM
26 Selatan Batu Putih Perdesaan 12219 2400 600 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
27 Selatan Boking Khusus 11412 750 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
28 Selatan Boking Khusus 11412 71.5 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
29 Selatan Fatumnasi Khusus 6861 500 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
30 Selatan Fatumnasi Khusus 6861 750 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
31 Selatan Fatumnasi Khusus 6861 500 30 Miskin
Kab.
Timor
Tengah PNPM
32 Selatan Kie Perdesaan 24239 2400 600 Miskin
Kab.
Timor
Tengah PNPM
33 Selatan Kie Perdesaan 24239 2700 300 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
34 Selatan Kolbano Khusus 18460 500 30 Sedang
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
35 Selatan Kolbano Khusus 18460 51 30 Sedang
Kab.
Timor
Tengah PNPM
36 Selatan Kolbano Perdesaan 18460 2400 600 Sedang
Kab.
Timor
Tengah PNPM
37 Selatan Kolbano Perdesaan 18460 2700 300 Sedang
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
38 Selatan Kot'Olin Khusus 11173 750 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
39 Selatan Kot'Olin Khusus 11173 1000 30 Miskin
Kab. PNPM
Timor Daerah
40 Kot'Olin 11173 750 30 Miskin
Tengah Tertingga
Selatan l dan
Khusus
Kab.
Timor
Tengah PNPM Tidak
41 Selatan Kota Soe Perkotaan 37682 1410 790 Miskin
Kab.
Timor
Tengah PNPM Tidak
42 Selatan Kota Soe Perkotaan 37682 1380 345 Miskin
Kab.
Timor
Tengah PNPM Tidak
43 Selatan Kota Soe Perkotaan 37682 1800 380 Miskin
Kab.
Timor
Tengah PNPM Tidak
44 Selatan Kota Soe Perkotaan 37682 980 145 Miskin
Kab.
Timor
Tengah PNPM Tidak
45 Selatan Kota Soe Perkotaan 37682 1395 155 Miskin
Kab.
Timor
Tengah PNPM Tidak
46 Selatan Kota Soe Perkotaan 37682 1282.5 142.5 Miskin
Kab.
Timor
Tengah Mollo PNPM
47 Selatan Selatan Perdesaan 15658 2400 600 Sedang
Kab.
Timor
Tengah Mollo PNPM
48 Selatan Selatan Perdesaan 15658 2400 600 Sedang
Kab.
Timor
Tengah Mollo PNPM
49 Selatan Selatan Perdesaan 15658 2700 300 Sedang
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
50 Selatan Nunkolo Khusus 14307 500 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
51 Selatan Nunkolo Khusus 14307 47.9 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
52 Selatan Oenino Khusus 11771 750 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
53 Selatan Oenino Khusus 11771 750 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
54 Selatan Oenino Khusus 11771 60.7 30 Miskin
Kab.
Timor
Tengah PNPM
55 Selatan Oenino Perdesaan 11771 2400 600 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
56 Selatan Polen Khusus 13919 500 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
57 Selatan Polen Khusus 13919 47.9 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Timor Tertingga
Tengah l dan
58 Selatan Toianas Khusus 13466 45.3 30 Miskin
PNPM Tidak
59 Kab. Belu Atambua Perkotaan 26764 3700 30 Miskin
PNPM Tidak
60 Kab. Belu Atambua Perkotaan 26764 2810 150 Miskin
PNPM Tidak
61 Kab. Belu Atambua Perkotaan 26764 710 130 Miskin
PNPM Tidak
62 Kab. Belu Atambua Perkotaan 26764 665 160 Miskin
PNPM Tidak
63 Kab. Belu Atambua Perkotaan 26764 1026 114 Miskin
PNPM Tidak
64 Kab. Belu Atambua Perkotaan 26764 270 30 Miskin
Kakuluk PNPM
65 Kab. Belu Mesak Perdesaan 17918 1600 400 Sedang
Kakuluk PNPM
66 Kab. Belu Mesak Perdesaan 17918 2700 300 Sedang
Kakuluk PNPM
67 Kab. Belu Mesak Perdesaan 17918 1000 100 Sedang
PNPM
68 Kab. Belu Kobalima Perdesaan 16701 2400 600 Sedang
PNPM
Daerah
Tertingga
Laen l dan
69 Kab. Belu Manen Khusus 10885 500 30 Sedang
Laen PNPM
70 Kab. Belu Manen Perdesaan 10885 2800 300 Sedang
PNPM
Pasca
71 Kab. Belu Lamaknen Krisis 11679 3800 30 Sedang
PNPM
Daerah
Tertingga
l dan
72 Kab. Belu Lasiolat Khusus 6319 500 30 Sedang
PNPM
73 Kab. Belu Lasiolat Perdesaan 6319 1400 350 Sedang
Malaka PNPM
74 Kab. Belu Barat Perdesaan 19856 2400 600 Sedang
Malaka PNPM
75 Kab. Belu Timur Perdesaan 9323 2400 600 Sedang
PNPM
Daerah
Tertingga
Rai l dan
76 Kab. Belu Manuk Khusus 14834 500 30 Sedang
PNPM
77 Kab. Belu Raihat Perdesaan 12924 2400 600 Sedang
PNPM
78 Kab. Belu Raihat Perdesaan 12924 2400 600 Sedang
PNPM
79 Kab. Belu Raihat Perdesaan 12924 865 85 Sedang
PNPM
80 Kab. Belu Rinhat Perdesaan 13413 2400 600 Sedang
PNPM
Daerah
Tertingga
Sasita l dan
81 Kab. Belu Mean Khusus 7972 750 30 Sedang
PNPM
Daerah
Tertingga
Sasita l dan
82 Kab. Belu Mean Khusus 7972 750 30 Sedang
PNPM
Sasita Daerah
83 Kab. Belu Mean 7972 82.2 30 Sedang
Tertingga
l dan
Khusus
Sasita PNPM
84 Kab. Belu Mean Perdesaan 7972 2700 300 Sedang
PNPM
Tasifeto Pasca
85 Kab. Belu Barat Krisis 22834 3800 30 Sedang
Tasifeto PNPM
86 Kab. Belu Timur Perdesaan 21396 2400 600 Sedang
PNPM
Tasifeto Pasca
87 Kab. Belu Timur Krisis 21396 3800 30 Sedang
Tasifeto PNPM
88 Kab. Belu Timur Perdesaan 21396 2400 600 Sedang
Tasifeto PNPM
89 Kab. Belu Timur Perdesaan 21396 2700 300 Sedang
PNPM
Daerah
Tertingga
l dan
90 Kab. Belu Weliman Khusus 17269 750 30 Sedang
PNPM
Daerah
Tertingga
l dan
91 Kab. Belu Weliman Khusus 17269 1750 30 Sedang
PNPM
Daerah
Tertingga
l dan
92 Kab. Belu Weliman Khusus 17269 750 30 Sedang
PNPM
Daerah
Tertingga
l dan
93 Kab. Belu Weliman Khusus 17269 72.7 30 Sedang
94 Kab. Belu Wewiku 17561 3000 30 Sedang
PNPM
Daerah
Tertingga
l dan
Khusus
PNPM
Daerah
Tertingga
l dan
95 Kab. Belu Wewiku Khusus 17561 750 30 Sedang
Kab. PNPM
96 Lembata Atadei Perdesaan 7486 1600 400 Sedang
Kab. PNPM
97 Lembata Lebatukan Perdesaan 8635 1800 1200 Miskin
Kab. Nubatuka PNPM
98 Lembata n Perdesaan 30237 1200 300 Sedang
Kab. Nubatuka PNPM
99 Lembata n Perdesaan 30237 2400 600 Sedang
Kab. Nubatuka PNPM
100 Lembata n Perdesaan 30237 1350 900 Sedang
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores Adonara l dan
101 Timur Barat Khusus 11681 750 30 Sedang
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores Adonara l dan
102 Timur Barat Khusus 11681 3500 30 Sedang
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores Adonara l dan
103 Timur Barat Khusus 11681 91.7 30 Sedang
PNPM
Kab. Daerah
Flores Tidak
Tertingga
104 Timur Ile Boleng 14213 500 30 Miskin
l dan
Khusus
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores l dan Tidak
105 Timur Ile Boleng Khusus 14213 3500 30 Miskin
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores l dan Tidak
106 Timur Ile Boleng Khusus 14213 63 30 Miskin
Kab.
Flores PNPM Tidak
107 Timur Ile Boleng Perdesaan 14213 712.5 37.5 Miskin
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores Ile l dan Tidak
108 Timur Mandiri Khusus 9344 1250 30 Miskin
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores Ile l dan Tidak
109 Timur Mandiri Khusus 9344 500 30 Miskin
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores Kelubagol l dan Tidak
110 Timur it Khusus 10307 750 30 Miskin
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores Kelubagol l dan Tidak
111 Timur it Khusus 10307 750 30 Miskin
PNPM
Kab. Daerah
Flores Kelubagol Tidak
Tertingga
112 Timur it 10307 79.7 30 Miskin
l dan
Khusus
Kab.
Flores Kelubagol PNPM Tidak
113 Timur it Perdesaan 10307 360 90 Miskin
Kab.
Flores PNPM Tidak
114 Timur Larantuka Perdesaan 34834 1800 450 Miskin
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores Tanjung l dan
115 Timur Bunga Khusus 12100 2500 30 Sedang
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores Tanjung l dan
116 Timur Bunga Khusus 12100 750 30 Sedang
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores l dan Tidak
117 Timur Titehena Khusus 11640 500 30 Miskin
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores l dan Tidak
118 Timur Titehena Khusus 11640 1750 30 Miskin
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores l dan Tidak
119 Timur Titehena Khusus 11640 500 30 Miskin
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores l dan Tidak
120 Timur Witihama Khusus 13944 500 30 Miskin
121 Witihama 13944 2750 30
Kab. PNPM Tidak
Flores Daerah Miskin
Timur Tertingga
l dan
Khusus
Kab.
Flores PNPM Tidak
122 Timur Witihama Perdesaan 13944 712.5 37.5 Miskin
Kab.
Flores PNPM Tidak
123 Timur Witihama Perdesaan 13944 765 35 Miskin
PNPM
Daerah
Kab. Tertingga
Flores Wotan l dan
124 Timur Ulu Mado Khusus 7934 500 30 Sedang
Kab.
Flores Wotan PNPM
125 Timur Ulu Mado Perdesaan 7934 2850 150 Sedang
Kab. PNPM Tidak
126 Sikka Alok Perkotaan 33009 3500 30 Miskin
Kab. PNPM Tidak
127 Sikka Alok Perkotaan 33009 2650 150 Miskin
Kab. PNPM Tidak
128 Sikka Alok Perkotaan 33009 1920 480 Miskin
Kab. PNPM Tidak
129 Sikka Alok Perkotaan 33009 1070 200 Miskin
Kab. PNPM Tidak
130 Sikka Alok Perkotaan 33009 340 60 Miskin
Kab. PNPM Tidak
131 Sikka Alok Perkotaan 33009 990 110 Miskin
Kab. PNPM Tidak
132 Sikka Alok Perkotaan 33009 540 60 Miskin
Kab. PNPM
133 Sikka Bola Perdesaan 10778 1600 400 Sedang
Kab. PNPM
134 Sikka Bola Perdesaan 10778 2400 600 Sedang
Kab. PNPM
135 Sikka Waigete Perdesaan 22440 1600 400 Miskin
Kab. PNPM
136 Sikka Waigete Perdesaan 22440 1600 400 Miskin
Kab. PNPM
137 Sikka Waigete Perdesaan 22440 2400 600 Miskin
PNPM
138 Kab. Ende Ende Perdesaan 16447 1600 400 Sedang
PNPM
139 Kab. Ende Ende Perdesaan 16447 480 120 Sedang
PNPM
140 Kab. Ende Ende Perdesaan 16447 855 45 Sedang
PNPM
141 Kab. Ende Ende Perdesaan 16447 2950 150 Sedang
Ende PNPM
142 Kab. Ende Selatan Perkotaan 21282 3800 30 Sedang
Ende PNPM
143 Kab. Ende Selatan Perkotaan 21282 2440 600 Sedang
Ende PNPM
144 Kab. Ende Selatan Perkotaan 21282 2136 534 Sedang
Ende PNPM
145 Kab. Ende Selatan Perkotaan 21282 870 170 Sedang
Ende PNPM
146 Kab. Ende Selatan Perkotaan 21282 530 120 Sedang
Ende PNPM
147 Kab. Ende Selatan Perkotaan 21282 712.5 37.5 Sedang
PNPM
148 Kab. Ende Maukaro Perdesaan 6948 1400 350 Sedang
Nangapan PNPM
149 Kab. Ende da Perkotaan 21551 3800 30 Sedang
Nangapan PNPM
150 Kab. Ende da Perdesaan 21551 1600 400 Sedang
Nangapan PNPM
151 Kab. Ende da Perdesaan 21551 1600 400 Sedang
Pulau PNPM
152 Kab. Ende Ende Perkotaan 7862 3800 30 Miskin
PNPM
153 Kab. Ende Wolojita Perdesaan 6281 2400 600 Sedang
Kab. PNPM
154 Ngada Aimere Perkotaan 14694 3800 30 Sedang
Kab. PNPM
155 Ngada Aimere Perdesaan 14694 1600 400 Sedang
Kab. PNPM Tidak
156 Ngada Bajawa Perkotaan 35529 1000 360 Miskin
Kab. PNPM Tidak
157 Ngada Bajawa Perkotaan 35529 792 198 Miskin
Kab. PNPM Tidak
158 Ngada Bajawa Perkotaan 35529 1582 350 Miskin
Kab. PNPM Tidak
159 Ngada Bajawa Perkotaan 35529 1145 230 Miskin
Kab. PNPM Tidak
160 Ngada Bajawa Perkotaan 35529 1567.5 82.5 Miskin
Kab. PNPM Tidak
161 Ngada Bajawa Perkotaan 35529 2303.75 121.25 Miskin
Kab. Bajawa PNPM Tidak
162 Ngada Utara Perdesaan 8469 1600 400 Miskin
Kab. PNPM Tidak
163 Ngada Golewa Perdesaan 38394 1800 450 Miskin
Kab. PNPM Tidak
164 Ngada Golewa Perdesaan 38394 480 120 Miskin
Kab. PNPM Tidak
165 Ngada Golewa Perdesaan 38394 1045 55 Miskin
Kab. PNPM Tidak
166 Ngada Jerebuu Perdesaan 7556 1600 400 Miskin
Kab. Langke PNPM Tidak
167 Manggarai Rembong Perkotaan 60681 3200 30 Miskin
Kab. Langke PNPM Tidak
168 Manggarai Rembong Perkotaan 60681 2160 400 Miskin
Kab. Langke PNPM Tidak
169 Manggarai Rembong Perkotaan 60681 1720 430 Miskin
Kab. Langke PNPM Tidak
170 Manggarai Rembong Perkotaan 60681 2110 420 Miskin
Kab. Langke PNPM Tidak
171 Manggarai Rembong Perkotaan 60681 1705 420 Miskin
Kab. Langke PNPM Tidak
172 Manggarai Rembong Perkotaan 60681 2448 272 Miskin
Kab. Langke PNPM Tidak
173 Manggarai Rembong Perkotaan 60681 855 95 Miskin
Kab. Umbu
Sumba Ratu PNPM
174 Tengah Nggay Perdesaan 14709 1200 300 Miskin
Kota PNPM
175 Kupang Alak Perkotaan 51165 1685 345 Sedang
Kota PNPM
176 Kupang Alak Perkotaan 51165 810 810 Sedang
Kota PNPM
177 Kupang Alak Perkotaan 51165 1750 360 Sedang
Kota PNPM
178 Kupang Alak Perkotaan 51165 1420 320 Sedang
Kota PNPM
179 Kupang Alak Perkotaan 51165 1520 80 Sedang
Kota PNPM
180 Kupang Alak Perkotaan 51165 1947.5 102.5 Sedang
Kota Kelapa PNPM Tidak
181 Kupang Lima Perkotaan 61411 3500 30 Miskin
Kota Kelapa PNPM Tidak
182 Kupang Lima Perkotaan 61411 1790 1010 Miskin
Kota Kelapa PNPM Tidak
183 Kupang Lima Perkotaan 61411 2440 500 Miskin
Kota Kelapa PNPM Tidak
184 Kupang Lima Perkotaan 61411 825 130 Miskin
185 61411 1995 105
Kota Kelapa PNPM Tidak
Kupang Lima Perkotaan Miskin
Kota Kelapa PNPM Tidak
186 Kupang Lima Perkotaan 61411 902.5 47.5 Miskin
Kota Kota PNPM Tidak
187 Kupang Lama Perkotaan 30196 712.5 37.5 Miskin
Kota PNPM Tidak
188 Kupang Kota Raja Perkotaan 47878 807.5 42.5 Miskin
Kota PNPM
189 Kupang Maulafa Perkotaan 65852 2800 30 Sedang
Kota PNPM
190 Kupang Maulafa Perkotaan 65852 1690 550 Sedang
Kota PNPM
191 Kupang Maulafa Perkotaan 65852 1710 330 Sedang
Kota PNPM
192 Kupang Maulafa Perkotaan 65852 400 40 Sedang
Kota PNPM
193 Kupang Maulafa Perkotaan 65852 1282.5 67.5 Sedang
Kota PNPM
194 Kupang Maulafa Perkotaan 65852 2042.5 107.5 Sedang
Kota PNPM Tidak
195 Kupang Oebobo Perkotaan 79675 2215 675 Miskin
Kota PNPM Tidak
196 Kupang Oebobo Perkotaan 79675 1100 1100 Miskin
Kota PNPM Tidak
197 Kupang Oebobo Perkotaan 79675 2490 520 Miskin
Kota PNPM Tidak
198 Kupang Oebobo Perkotaan 79675 875 140 Miskin
Kota PNPM Tidak
199 Kupang Oebobo Perkotaan 79675 2232.5 117.5 Miskin
Kota PNPM Tidak
200 Kupang Oebobo Perkotaan 79675 1021.25 53.75 Miskin
Lampiran 2
Data Test

No Nama Jumlah Belum Belum


Kabupaten Kecamatan Program Penduduk Apbn Apbd Kategori
1 PNPM ?
Kab. Belu Ende Perdesaan 21396 2700 300
2 PNPM ?
Kab. Belu Ende Perdesaan 21396 750 30
3 Kab. PNPM ?
Kupang Sasita Mean Perkotaan 18460 2400 600
4 Kab. PNPM ?
Kupang Sasita Mean Perkotaan 18460 2700 300
5 PNPM ?
Kab. Belu Ende Perdesaan 21396 1750 30
Kab. ?
Timor
6 Tengah PNPM
Selatan Sasita Mean Perdesaan 24239 51 30
Kab. ?
Timor
7 Tengah Tasifeto PNPM
Selatan Barat Perdesaan 24239 2400 600
Kab. ?
Timor
8 Tengah Tasifeto PNPM
Selatan Timur Perdesaan 11412 2700 300
Kab. ?
Timor PNPM
9 Tengah Tasifeto Pasca
Selatan Timur Krisis 11412 750 30
Kab. ?
Timor
10 Tengah Tasifeto PNPM
Selatan Timur Perdesaan 6861 1000 30
Kab. ?
Timor
11 Tengah Tasifeto PNPM
Selatan Timur Perdesaan 6861 750 30
Kab. ?
Timor
12 Tengah PNPM
Selatan Weliman Perdesaan 11173 1410 790
Kab. ?
Timor
13 Tengah PNPM
Selatan Weliman Perdesaan 11173 1380 345
Kab. ?
Timor
14 Tengah PNPM
Selatan Weliman Perdesaan 11173 1800 380
Kab. ?
Timor
15 Tengah PNPM
Selatan Weliman Perdesaan 37682 980 145
Kab. ?
Timor
16 Tengah PNPM
Selatan Wewiku Perdesaan 37682 1395 155
Kab. ?
Timor
17 Tengah PNPM
Selatan Wewiku Perdesaan 37682 1282.5 142.5
Kab. ?
Timor
18 Tengah PNPM
Selatan Atadei Perdesaan 37682 2400 600
Kab. ?
Timor
19 Tengah PNPM
Selatan Lebatukan Perdesaan 37682 2400 600
20 PNPM ?
Kab.
Nubatukan Perdesaan 37682 2700 300
Timor
Tengah
Selatan
Kab. ?
Timor
21 Tengah PNPM
Selatan Nubatukan Perdesaan 6861 500 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
22 Sumba dan
Timur Nubatukan Khusus 15658 47.9 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
23 Sumba Adonara dan
Timur Barat Khusus 15658 750 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
24 Sumba Adonara dan
Timur Barat Khusus 14307 750 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
25 Sumba Adonara dan
Timur Barat Khusus 14307 60.7 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
26 Sumba dan
Timur Ile Boleng Khusus 11771 2400 600
Kab. ?
27 Sumba PNPM
Timur Ile Boleng Perdesaan 11771 500 30
Kab. ?
28 Sumba PNPM
Timur Ile Boleng Perdesaan 11771 47.9 30
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
29 dan
Kab. Belu Ile Boleng Khusus 11771 45.3 30
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
30 dan
Kab. Belu Ile Mandiri Khusus 13919 3700 30
31 PNPM ?
Kab. Belu Ile Mandiri Perdesaan 13919 2810 150
32 PNPM ?
Kab. Belu Kelubagolit Perdesaan 13466 710 130
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
33 dan
Kab. Belu Kelubagolit Khusus 26764 665 160
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
34 dan
Kab. Belu Kelubagolit Khusus 26764 1026 114
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
35 dan
Kab. Belu Kelubagolit Khusus 26764 270 30
36 PNPM ?
Kab. Belu Larantuka Perkotaan 26764 1600 400
37 Tanjung PNPM ?
Kab. Belu Bunga Perkotaan 26764 2700 300
38 Tanjung PNPM ?
Kab. Belu Bunga Perkotaan 26764 1000 100
39 PNPM ?
Kab. Belu Titehena Perkotaan 17918 2400 600
40 PNPM ?
Kab. Belu Titehena Perkotaan 17918 500 30
41 PNPM ?
Kab. Belu Titehena Perkotaan 17918 2800 300
42 PNPM ?
Kab. Belu Witihama Perdesaan 16701 3800 30
43 PNPM ?
Kab. Belu Witihama Perdesaan 10885 500 30
44 PNPM ?
Kab. Belu Witihama Perdesaan 10885 1400 350
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
45 dan
Kab. Belu Witihama Khusus 11679 2400 600
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
46 Wotan Ulu dan
Kab. Belu Mado Khusus 6319 2400 600
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
47 Wotan Ulu dan
Kab. Belu Mado Khusus 6319 500 30
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
48 dan
Kab. Belu Alok Khusus 19856 2400 600
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
49 dan
Kab. Belu Alok Khusus 9323 2400 600
50 PNPM ?
Kab. Belu Alok Perdesaan 14834 865 85
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
51 dan
Kab. Belu Alok Khusus 12924 2400 600
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
52 dan
Kab. Belu Alok Khusus 12924 750 30
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
53 dan
Kab. Belu Alok Khusus 12924 750 30
54 PNPM ?
Kab. Belu Alok Perkotaan 13413 82.2 30
55 PNPM ?
Kab. Belu Bola Perkotaan 7972 2700 300
56 PNPM ?
Kab. Belu Bola Perkotaan 7972 3800 30
57 PNPM ?
Kab. Belu Waigete Perkotaan 7972 2400 600
58 PNPM ?
Kab. Belu Waigete Perkotaan 7972 3800 30
59 PNPM ?
Kab. Belu Waigete Perkotaan 22834 2400 600
60 Kab. PNPM ?
Kupang Raihat Perdesaan 18460 750 30
61 Kab. PNPM ?
Kupang Rinhat Perdesaan 18460 500 30
62 Kab. PNPM ?
Kupang Sasita Mean Perkotaan 15658 500 30
63 PNPM ?
Kab. Belu Ende Perdesaan 21396 750 30
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
64 Ende dan
Kab. Belu Selatan Khusus 17269 72.7 30
65 Ende PNPM ?
Kab. Belu Selatan Perdesaan 17269 3000 30
PNPM ?
66 Kab. Ende Pasca
Lembata Selatan Krisis 17269 750 30
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
67 Kab. Ende dan
Lembata Selatan Khusus 17269 1600 400
68 Kab. Ende PNPM ?
Lembata Selatan Perdesaan 17561 1800 1200
69 Kab. Ende PNPM ?
Lembata Selatan Perdesaan 17561 1200 300
70 Kab. PNPM ?
Lembata Maukaro Perdesaan 7486 2400 600
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
71 Flores dan
Timur Nangapanda Khusus 8635 1350 900
Kab. ?
72 Flores PNPM
Timur Nangapanda Perdesaan 30237 750 30
Kab. ?
73 Flores PNPM
Timur Nangapanda Perdesaan 30237 3500 30
Kab. ?
74 Flores PNPM
Timur Pulau Ende Perdesaan 30237 91.7 30
75 PNPM ?
Kab.
Wolojita Perdesaan 11681 500 30
Flores
Timur
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
76 Flores dan
Timur Aimere Khusus 11681 3500 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
77 Flores dan
Timur Aimere Khusus 11681 63 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
78 Flores Kelapa dan
Timur Lima Khusus 14213 712.5 37.5
Kab. ?
79 Flores Kelapa PNPM
Timur Lima Perdesaan 14213 1250 30
Kab. PNPM ?
80 Flores Kelapa Pasca
Timur Lima Krisis 14213 500 30
Kab. ?
81 Flores Kelapa PNPM
Timur Lima Perdesaan 14213 750 30
Kab. PNPM ?
82 Flores Kelapa Pasca
Timur Lima Krisis 9344 750 30
Kab. ?
83 Flores PNPM
Timur Kota Lama Perdesaan 9344 79.7 30
Kab. ?
84 Flores PNPM
Timur Kota Raja Perdesaan 10307 360 90
PNPM ?
Kab. Daerah
85 Flores Tertinggal
Timur Maulafa 10307 1800 450
dan
Khusus
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
86 Flores dan
Timur Maulafa Khusus 10307 2500 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
87 Flores Amanuban dan
Timur Selatan Khusus 10307 750 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
88 Flores Amanuban dan
Timur Timur Khusus 34834 500 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
89 Flores dan
Timur Batu Putih Khusus 12100 1750 30
PNPM ?
Daerah
Kab. Tertinggal
90 Flores dan
Timur Boking Khusus 12100 500 30
Kab. ?
91 Flores PNPM
Timur Boking Perdesaan 11640 500 30
Kab. ?
92 Flores PNPM
Timur Fatumnasi Perdesaan 11640 2750 30
Kab. ?
93 Flores PNPM
Timur Fatumnasi Perdesaan 11640 712.5 37.5
Kab. ?
94 Flores PNPM
Timur Fatumnasi Perdesaan 13944 765 35
Kab. ?
95 Flores PNPM
Timur Kie Perdesaan 13944 500 30
PNPM ?
Daerah
Tertinggal
96 Kab. Kelapa dan
Sikka Lima Khusus 13944 2850 150
PNPM
Daerah ?
Tertinggal
97 Kab. Kelapa dan
Sikka Lima Khusus 13944 3500 30
PNPM
Daerah ?
Tertinggal
98 Kab. Kelapa dan
Sikka Lima Khusus 11640 2650 150
PNPM
Daerah ?
Tertinggal
99 Kab. dan
Sikka Kota Soe Khusus 11640 1920 480
PNPM
Daerah ?
Tertinggal
100 Kab. dan
Sikka Kota Soe Khusus 33009 1070 200

Anda mungkin juga menyukai