Multimeter Digital Multimeter Analog Fun
Multimeter Digital Multimeter Analog Fun
KEGUNAAN)
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura-
Ambon, Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka. Telp/Fax 0911 316015
E-mail: yohanslinoya@rocketmail.com
Abstrak
Multimeter berfungsi sebagai alat bantu yang digunakan untuk mengukur arus listrik,
tegangan listrik, dan resistansi atau ketahanan suatu benda yang biasa disebut avometer.
Yang memiliki berbagai kegunaan atau fungsi dalam mengukur tegangan atau arus listrik
pada suatu benda dan mengatur tegangannya.Sedangkan pada perkembangannya multimeter
masih bisa digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperature, induktansi,
frekunsi dan sebagainya. Ada juga orang yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO
meter, mungkin maksudnya A (ampere), V (volt), dan O (ohm). Pada setiap multimeter yang
kita miliki keseluruhannya memiliki bagian-bagian yang kompleks dan memiliki berbagai
macam fungsi atau kegunaan masing-masing dalam suatu multimeter.Multimeter sendiri
memiliki 2 (dua) jenis yaitu multimeter analog dan multimeter digital.
Kata Kunci : Multimeter digital, multimeter analog, arus listrik, tegangan listrik,
resistensi / ketahanan, AVO (Ampere, Volt, Ohm).
1
I. PENDAHULUAN
Perkembangan tersebut juga meliputi perkembangan berbagai macam alat ukur dalam
bidang Fisika yang sangat membantu untuk menyatakan suatu akurasi pengukuran. Alat
ukur seperti Multimeter Digital dan Multimeter Analog sangat berguna dalam kaitannya
dengan listrik dan elektronika, dimana Multimeter dipakai untuk mengukur tegangan listrik,
arus listrik dan tahanan (resistensi) / ketahanan suatu benda yang disebut avometer.
Tentu akan menjadi sesuatu yang menarik jika kita berbicara mengenai alat ukur
Multimeter (Analog dan Digital), yang memiliki fungsi yang sama tetapi memiliki tingkat
kesulitan yang berbeda dalam menggunakannya, seperti multimeter analog banyak digunkan
dalam kehidupan sehari-hari karena kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya
dengan tampillan yang sederhan tetapi akurasinya rendah, sedangkan multimeter digital
memiliki ketilitian tinggi.
2
II. METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah [1] Kajian literatur yaitu studi
kepustakaan untuk mengumpulkan data dari buku dan internet [2] Observasi, pengamatan
dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang
diselidiki(laboratorium&lapangan) [3] Eksperimen, data yang timbul dari manipulasi
beberapa variabel dari suatu system (laboratorium&lapangan) [4] Dokumentasi yaitu
membuat data dengan cara memotret.
Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif, yaitu
menguraikan data dengan kalimat logis dalam berbagai aspek dan melihat saling
keterkaitannya. Langkah-langkah dalam menganalisa data adalah [1] Coding, yaitu
mengkode tiap-tiap data yang masuk [2] Tabulating, yaitu menyusun metabulasi data-data
yang sejenis.
Lokasi.Penelitian ini dilakukan dengan mengamati multimeter digital dan analog pada
Universitas Pattimura Ambon, Fakultas MIPA, jurusan Fisika di Laboratorium Fisika Dasar.
Cara Kerja. Multimeter digital dan multimeter analog dipelajari serta diamati cara
penggunaanya.
3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan terhdapa Multimeter Digital dan Multimeter Analog yang
telah dilakukan maka penulis menyajikannya sebagai berikut :
Pengertian Multimeter, Seperti yang sudah kita ketahui adalah bahwa multimeter
berfungsi sebagai alat bantu yang digunakan untuk mengukur arus listrik, tegangan listrik,
dan resistansi atau ketahanan suatu benda yang biasa disebut avometer. Yang memiliki
berbagai kegunaan atau fungsi dalam mengukur tegangan atau arus listrik pada suatu benda
dan mengatur tegangannya.Sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bias
digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperature, induktansi, frekunsi dan
sebagainya. Ada juga orang yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter,
mungkin maksudnya A (ampere), V(volt), dan O(ohm).Pada setiap multimeter yang kita
miliki keseluruhannya memiliki bagian-bagian yang kompleks dan memiliki berbagai
macam fungsi atau kegunaan masing-masing dalam suatu multimeter. Multimeter sendiri
memiliki 2 (dua) jenis yaitu multimeter analog dan multimeter digital, yang memiliki fungsi
yang sama tetapi memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dalam menggunakannya.
A. Multimeter Digital
4
memakainya.Sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan service center yang
memakai multimeter digital. Kekurangannya adalah susah untuk memonitor tegangan yang
tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun, sebaiknya
menggunakan multimeter analog.
Layar Multimeter digital biasanya akan Skalar Pengatur pada badan multimeter
menampilkan hasil pengukuran dengan 4 digit berfungsi sebagai pengatur tegangan dan
angka pada layar. jenis pengukuran yang akan kita ukur.
5
3) Probe Multimeter 4) Cal.III 1000 V
probe warna merah pada posisi (+) dan probe Test lead (+) warna merah dan Common
warna hitam pada titik (-). Terminal (-) warna hitam.
Baterey pada multimeter terletak dibagian Kaki pada Multimeter fungsinya untuk
belakang multimeter. membuat multimeter dapat berdiri.
6
Cara menggunakan multimeter digital :
1. Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap
dipakai.
2. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan
dengan alat ukur.
3. Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik
karena display dapat memberitahu
7
B. Multimeter Analog
8
Dari gambar multimeter dapat dijelaskan
bagian-bagian danfungsinya :
9
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk
tipe multimeter yang satu dengan yang lain
batas ukurannya belum tentu sama.
berfungsisebagai tempat untuk masuknya test lead yang berarus negatif (-) dan
biasanya memiliki warna hitam
dengan komponen ini kita dapat memilih polaritas yang diinginkan baik AC maupun
DC.
9. Skala (Scale)
10
Fungsi multimeter dan Cara pengukuran dengan multimeter
A. Mengukur tegangan DC
B. Mengukur tegangan AC
11
akan putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring)
harus diganti dulu.
4. Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan
DC dan AC, karena mengukur arus berarti kita memutus salah satu
hubungan catu daya ke beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan
multimeter sebagai penghubung.
5. Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan
probe (+) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek
pemakaian arusnya.
6. Baca hasil ukur pada multimeter.
12
1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor.
4. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti
transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe
(-) pada kolektor.
6. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
7. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti
transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-
) pada emitor.
10. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
11. Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Catatan : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak
diperlukan.
13
6. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
7. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti
transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe
(+) pada emitor.
10. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
11. Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak
berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak
diperlukan.
14
2. Putar saklar pemilih pada posisi mA atau A DC untuk mengukur arus DC dan mA
atau A AC untuk mengukur arus AC
3. Hitung terlebih dahulu berapa nilai arus yang akan diukur. Jika tidak bisa dihitung
tentukan nilai kira-kira arus yang akan mengalir melewati rangkaian tersebut
4. Letakkan saklar pemilih pada batas ukur yang terbesar jika nilai arus yang akan
diukur belum diketahui. Jika arus yang akan diukur telah diketahui perkiraannya,
letakkan saklar pemilih pada batas ukur yang paling mendekati
5. Untuk mengukur arus AC kabel penghubung dapat dihubungkan dengan sumber arus
dan rangkaian atau beban secara bebas. Mengukur arus DC kabel penghubung harus
sesuai. Kabel penghubung warna merah dihubungkan ke kutub positif sumber arus,
sedangkan warna hitam ke rangkaian.
6. Multimeter harus dipasang seri terhadap rangkaian yang diukur
7. Hubungkan kabel penghubung terhadap rangkaian yang akan diukur
1. Atur saklar pemilih pada posisi Ohm. Selanjutnya putar saklar pemilih sekaligus
mementukan batas ukur yang dipakai. Untuk mengetes kabel misalnya gunakan
batas ukur x1. Untuk mengukur resistor yang tidak diketahui nilainya gunakan batas
ukur yang paling besar. Jika nantinya setelah diukur jarum penunjuk hanya bergerak
sedikit ke kiri, maka saklar putar dapat ke batas ukur yang lebih kecil lagi.
2. Hubung singkatkan kabel hitam dan merah pada multimeter. Atur pengatur nol
sehingga jarum penunjuk berada pada tepat nol sebelah kanan skala
3. Hubungkan kabel hitam dan merah secara bebas ke komponen yang akan ditest.
Lihat skala apakah jarum bergerak atau tidak. Jika skala perlu dibaca untuk
mengetahui resistansi maka bacalah skalalnya.
1. Mula-mula saklar multimeter diputar ke atas. Tanda panah ke atas tepatnya R x Ohm
2. Kalibrasi sampai jarum multimeter menunjukkan angka nol tepat saat dua colok (+)
dan colok (-) dihubungkan. Putar adjusment untuk menyesuaikan.
15
3. Hubungkan colok (-) dengan kaki berkutub negatif kondensator, sedangkan colok (+)
dengan kaki positif kondensator. Lihat jarum.Apabila bergerrak dan tidak kembali
berarti komponen tersebut masih baik.Jika beprgerak dan kembali tetapi tidak seperti
posisi semula berarti komponen rusak. Dan apabila jarum tidak bergerak sama sekali
dipastikan putus.
Komponen ini memiliki sepasang kaki yang mana masing-masing berkutub negatif
dan positif.Oleh karena itu dalam menguji nanti hendaknya dilakukan dengan benar dan
cermat. Tujuan pengujian alat ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan akibat
beberapa hal .Pada dioda yang pernah dipakai dalam suatu rangkaian biasanya disebabkan
besarnya tekanan arus sehingga tidak mampu ditahan dan diubah menjadi DC.
Cara pengujian:
J. Menguji Transformator
Transformator saat kita beli harus dan wajib untuk kita check apakah masih baik dan
berfungsi. Karena untuk trafo biasanya tidak diberi garansi apabila rusak setelah dibeli.Hal
ini dimungkinkan adanya pemutusan hubungan di gulungan/lilitan sekunder atau primer.
Langkah-langkah:
16
3. Pada gulungan sekunder lakukan hal yang sama. Apabila jarum multimeter bergerak-
gerak maka trafo dalam keadaan baik. Selisih nilai sama dengan selisih tegangan
yang tertera pada trafo.
4. Letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer kemudian
colok yang lain ke gulungan sekunder. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo
dalam keadaan baik, menandakan tidak adanya korsleting gulungan primer dengan
sekunder dengan body trafo. Lakukan hal sebaliknya.
5. Langkah terakhir, letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan
primer atau sekunder kemudian colok yang lain ke plat pengikat gulungan yang
berada di tengah. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik,
menandakan tidak adanya korsleting gulungan dengan body trafo.
17
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahsan yang telah penulis lakukan maka
penulis menarik beberapa kesimpulan :
1. Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik,
arus listrik, dan tahanan (resistansi).
2. Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih
banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki
tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang
lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja.
3. Multimeter digital lebih sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil
ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca
dan memakainya.
4. Kekurangan multimeter digital adalah sulit untuk memonitor tegangan yang
tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-
turun, sebaiknya menggunakan multimeter analog.
5. Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti
para tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang
analog ini. Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan
tampilan yang lebih simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya
rendah, jadi untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya
menggunakan multimeter digital.
6. Multimeter Analog sangat baik digunakan untuk pengukuran tegangan yang
bergerak naik-turun.
7. Multimeter memiliki probe warna merah pada posisi (+) dan probe warna
hitam pada titik (-) serta Test lead (+) warna merah dan Common Terminal (-
) warna hitam.
SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Hutagalung, Robert, dkk. 2013. Modul Panduan Praktikum Fisika Dasar I. Ambon:
Universitas Pattimura
Hutagalung, Robert, dkk. 2014. Modul Panduan Praktikum Fisika Dasar II. Ambon:
Universitas Pattimura
Surya, Yohanes, 1989. Fisika 2a untuk SMA Kelas 2.Klaten: Intan Pariwara
Wiladi, Hasan, dkk. 1996. Fisika untuk SMU Kelas 2 Jilid 2A. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
19