Anda di halaman 1dari 8

CiE 9 (2) (2020)

Chemistry in Education
Terakreditasi SINTA 5
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


BERMUATAN MULTI REPRESENTASI TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP SISWA SMA

Tsabit Albanani,Kasmadi Imam Supardi, dan Murbangun Nuswowati

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229

Info Artikel
Diterima : Juli 2020 Paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa menuntut guru untuk
Disetujui : Agst 2020 mengurangi dominasinya dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa secara
Dipublikasikan : Okt 2020 optimal dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Penelitian
eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan model
inkuiri terbimbing bermuatan multi representasi terhadap pemahaman konsep
Kata Kunci: inkuiri
siswa. Sampel yang digunakan sebanyak dua kelas dengan menggunakan teknik
terbimbing; multi
cluster random sampling, karena populasi berdistribusi normal dan homogen.
representasi; pemahaman
Desain penelitian yang diterapkan yaitu posttest only control group design. Hasil uji
konsep
perbedaan rerata memperlihatkan t hitung pemahaman konsep 2,84 lebih besar
dari t kritis pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,00. Analisis pengaruh antar
Keywords: guided inquiry;
variabel menghasilkan nilai koefisien biserial sebesar 0,45 atau termasuk dalam
multiple representation; concept
kategori sedang. Perhitungan koefisien determinasi menunjukan penerapan
understanding
model inkuiri terbimbing bermuatan multi representasi berkontribusi sebesar 21%
terhadap pemahaman konsep siswa. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing bermuatan multi
representasi berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa SMA.

Abstract
Student­centered learning paradigm requires teachers to reduce the dominance of the
teacher in learning activities so students can optimally develop their potentials. This
experimental research has aim to determine the effect of implementation a guided inquiry
models with multiple representation contain to the concept understanding of students. The
sample used as much as two groups using cluster random sampling technique, because of
normal distribution and homogenous population. The design of this research is posttest
only control group design. The technique of analysis data are the mean difference test,
analysis of the effect among variables, and coefficient of determination. Based on the mean
difference test showed t calculated of concept understanding was 2,84 while t critical value
is 2,00. The effect among variables analysis showed that biserial coefficient value is 0,45 or
included in medium category. The calculation of the coefficient of determination showed
that the application of guided inquiry models with multiple representation contain was
affected concept understanding by 21%. So, it can be concluded that the implementation of
guided inquiry models with multiple representation contain had effect on student concept
understanding.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi :
E-mail: tsabitalba@gmail.com ISSN NO 2252-6609
Tsabit Albanani / Journal of Chemistry In Education 9 (2) (2020)
Pendahuluan yang dilakukan oleh Restiyan (2008) diketahui
Kimia merupakan salah satu rumpun seluruh guru dalam penelitiannya tidak
dari kelompok ilmu sains yaitu ilmu yang membuat representasi ilmu kimia secara utuh
mempelajari peristiwa atau fenomena yang dalam proses belajar mengajar materi hidrolisis
terjadi di alam. Kimia lebih spesifik garam. Pembelajaran hidrolisis garam lebih
mempelajari tentang materi dan perubahan difokuskan pada aspek simbolik penguasaan
yang menyertainya. Seperti ilmu sains lainnya, perhitungan pH larutan garam yang terhidrolisis
kimia menjadi salah satu pelajaran yang secara kuantitatif. Siswa dilatih mengerjakan
dianggap sulit oleh siswa. Karakter ilmu kimia soal dan dalam perhitungan, tetapi kurang
yang dipenuhi dengan rumus, simbol, dan reaksi memahami konsep kimia yang mendasari soal
sehingga dianggap abstrak dan sulit dipahami tersebut. Kurangnya utuhnya representasi kimia
oleh siswa (Cardellini, 2012). Cakir, (2008) dalam pembelajaran hidrolisis garam
mengungkapkan bahwa konsep itu merupakan berdampak pada penguasaan konsep siswa
paket makna, mereka menangkap keteraturan, terhadap materi tersebut.
pola, atau hubungan antara obyek-obyek, Rendahnya pemahaman konsep
peristiwa, dan konsep lainnya. Penguasaan hidrolisis juga disebabkan adanya
konsep oleh individu dengan benar adalah ketergantungan informasi sensorik yang peroleh
sangat penting, karena konsep yang satu dari penjelasan guru. Kurikulum 2013 menuntut
berkaitan dengan konsep yang lain. siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Konsep dalam ilmu kimia dipelajari Chandrasegaran et al (2007) mengemukakan
melalui tiga aspek representasi yang dalam proses pembelajaran siswa seharusnya
dikemukakan oleh Gilbert dan Treagust (2009) diberikan kesempatan untuk mengembangkan
yaitu makroskopik, sub-mikroskopik, dan pemahaman barunya dengan dibantu guru
simbolik. Representasi makroskopik mengacu sebagai fasilitator daripada penyampai
pada fenomena yang dapat diamati secara pengetahuan. Dominasi guru dalam proses
langsung oleh panca indera. Aspek sub- pembelajaran menyebabkan siswa kurang aktif
mikroskopik merepresentasi penyebab sehingga aktivitas siswa di dalam kelas terbatas
terjadinya fenomena makroskopik sehingga pada kegiatan materi yang dijelaskan oleh guru
menjadi sesuatu yang dapat dipahami, misalnya (Wardani, 2016). Dalam belajar, siswa harus
pergerakan elektron, molekul atau atom. Aspek aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan,
simbolik digunakan untuk mewakili fenomena menganalisis, sampai akhirnya siswa tersebut
sub-mikroskopik dengan menggunakan dapat merangkum materi sebagai pengertian
persamaan reaksi, persamaan matematika, yang utuh.
rumus molekul dan mekanisme reaksi. Berdasarkan permasalahan tersebut
Pembelajaran yang menekankan pada aspek dibutuhkan model pembelajaran yang dapat
makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik membuat siswa aktif dalam proses
serta mengintegrasikan ketiganya membantu pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
siswa dalam memahami materi kimia secara dengan pandangan konstruktivis yang
utuh. menekankan pada keaktifan siswa adalah
Kenyataannya dalam pembelajaran, inkuiri terbimbing. Unver dan Arabacioglu,
ketiga aspek representasi kimia tersebut masih (2011) mengungkapkan bahwa yang dimaksud
terpisah dan bahkan lebih ditekankan pada dengan pembelajaran berbasis Inkuiri adalah
salah satu aspek saja. Pernyataan ini dibuktikan pembelajaran yang mengacu pada kegiatan
oleh penelitian pikoli (2014) yang menyatakan siswa yang mengembangkan pengetahuan dan
pada umumnya pembelajaran kimia hanya pemahaman ide-ide ilmiah serta pemahaman
membatasi pada dua level representasi, yaitu tentang bagaimana ilmuan mempelajari alam.
makroskopik dan simbolik. Sedangkan level Menurut Spencer dan Walker, (2012). Model
representasi sub-mikroskopik seringkali pembelajaran pembelajaran inkuiri terbimbing
diabaikan (Bertiec & Nasrudin, 2013). Padahal mendorong dan meningkatkan keingintahuan
banyak gejala kimia yang dapat diamati pada dan motivasi belajar siswa. Pembelajaran ini
level makroskopik dapat dijelaskan dengan membantu siswa untuk mengembangkan
perilaku dan sifat-sifat atom pada level sub- pemahaman ilmu pengetahuan yang lebih
mikroskopik. dalam dan menciptakan penemuan ilmiah baru.
Salah satu materi kimia yang dipelajari Banyak keuntungan yang dapat
di SMA adalah hidrolisis garam. Penelitian diperoleh jika menggunakan model
2
Tsabit Albanani / Journal of Chemistry In Education 9 (2) (2020)

pembelajaran penemuan terbimbing ini. Tabel 1. Desain penelitian


Pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan
siswa, menaikkan motivasi, mengembangkan
kreativitas dan kemampuan memecahkan
masalah, serta menyajikan pengalaman belajar
yang berpusat pada siswa. Selain itu juga
meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran dan menjadikan siswa aktif dalam Keterangan:
berpikir kritis dan menjadikan siswa memiliki O1: posttest yang diberikan setelah proses pembelajaran
keterampilan dan ketangkasan dalam kimia dengan model inkuiri terbimbing bermuatan multi
menyelesaikan soal (Sulistyowati et al., 2012: representasi
53).
O2: posttest yang diberikan setelah proses pembelajaran
Berdasarkan pemaparan diatas, maka tanpa model
penelitian mengenai penerapan model
X: Penerapan desain pembelajaran kimia dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing bermuatan
inkuiri terbimbing bermuatan multi representasi
multi representasi perlu dilakukan. Tujuan
penelitian ini adalah (1) mengetahui Y: Penerapan pembelajaran tanpa model
pengaruhnya terhadap pemahaman konsep
siswa; (2) mengetahui besarnya pengaruh digunakan yaitu metode dokumentasi dengan
terhadap pemahamn konsep siswa. mencatat dan mengidentifikasi data tertulis,
metode tes untuk mengukur pemahaman
Metode Penelitian konsep, dan metode angket untuk mengetahui
Penelitian eksperimen ini dilakukan di tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
salah satu SMA Negeri di Bumiayu Kabupaten yang diterapkan. Instrumen tes sebelum
Brebes. Penelitian dilaksanakan pada semester digunakan telah divalidasi oleh ahli dan
genap tahun pelajaran 2016/2017 dengan dilakukan uji coba untuk mengetahui
materi pokok hidrolisis garam. Populasi dalam reliabilitas. Perangkat pembelajaran yang
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA digunakan meliputi silabus, RPP, LKS, soal
yang terdiri dari tujuh kelas. Sampel dalam evaluasi pemehaman konsep, dan angket
penelitian ini diambil secara acak dengan teknik tanggapan siswa.
cluster random sampling dengan pertimbangan Analisis data posttest menggunakan uji
hasil uji normalitas dan uji homogenitas normalitas, uji kesamaan varians, uji perbedaan
terhadap nilai ulangan harian materi asam basa rata-rata dengan uji t pihak kanan, analisis
yang diperoleh bahwa keduanya homogen. pengaruh antar variabel untuk mengetahui ada
Sampel pada penelitian ini adalah kelas XI 5 tidaknya pengaruh penerapan pembelajaran
sebagai kelas eksperimen dan XI 7 sebagai kelas yang diberikan, dan penentuan koefisien
kontrol. Kedua kelas ini dijadikan sampel determinasi untuk mengetahui besar pengaruh
karena mempunyai kemampuan akademik yang penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing
sama. bermuatan multi representasi terhadap
Variabel bebas dalam penelitian ini pemahamn konsep siswa. Analisis data secara
adalah model pembelajaran. Kelas eksperimen deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa
menggunakan model pembelajaran inkuiri terhadap pembelajaran.
terbimbing bermuatan multi representasi, dan
kelas kontrol tidak menggunakan model Hasil dan Pembahasan
pembelajaran. Variabel terikat dalam penelitian Pengaruh pembelajaran inkuri
ini yaitu pemahaman konsep siswa kelas XI IPA terbimbing bermuatan multi representasi diukur
pada salah satu SMA Negeri di Bumiayu menggunakan posttes. Tes yang digunakan
Kabupaten Brebes tahun pelajaran 2016/2017. terdiri dari 8 soal esai. Rata-rata nilai kelas
Variabel kontrol penelitian ini adalah materi eksperimen sebasar 61,08, sedangkan kelas
pelajaran, jumlah jam pelajaran, kemampuan kontrol sebesar 50,18.
pengajar, dan kondisi siswa. Desain penelitian Analisis data nilai posttest bertujuan
yang digunakan menggunakan posttest only untuk menjawab hipotesis yang telah
control group design. Desain penelitian terdapat dikemukakan. Analisis uji normalitas pada nilai
pada Tabel 1. posttest menghasilkan x2hitung untuk kedua kelas
Metode pengumpulan data yang kurang dari x2tabell 11,07. x2hitung kelas

3
Tsabit Albanani / Journal of Chemistry In Education 9 (2) (2020)

eksperimen 10,32 dan x2 hitung kelas kontrol 2,18. juga kecil. Adapun beberapa siswa yang
. Hal ini berarti data posttest pemahaman konsep bertanya kepada guru adalah siswa yang
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi tergolong berkemampuan lebih di kelas tersebut.
normal, sehingga uji selanjutnya menggunakan Pembelajaran dengan metode ceramah
statistik parametrik. Uji kesamaan dua varians pada awalnya memang membuat siswa lebih
menghasilkan Fhitung 1,25 lebih kecil dari Ftabel tenang karena pembelajaran berlangsung
2,02 yang berarti kedua kelas mempunyai dengan guru sebagai pusatnya (teacher center).
kesamaan varians, sehingga uji perbedaan rata- Namun, hal ini ternyata menimbulkan
rata menggunakan rumus t-test uji satu pihak, kebosanan dan rasa jenuh pada siswa yang
pihak kanan. Uji perbedaan rata-rata ditunjukkan dengan sikap siswa selama
menghasilkan menghasilkan thitung 2,84 lebih pembelajaran yang tidak memperhatikan guru,
besar dari ttabel 2,00. Hasil ini menunjukan mengantuk, dan berbicara sendiri dengan
rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih temannya. Akibatnya mereka kesulitan untuk
besar dari kelas kontrol. memahami konsep atau materi yang sedang
Uji hipotesis penelitian menggunakan diajarkan. Kesulitan siswa dalam memahami
analisis pengaruh antar variabel dan penentuan materi menjadi hambatan mereka dalam
koefisien determinasi. Analisis pengaruh antar menyelesaikan latihan soal maupun menjawab
variabel dinyatakan dengan koefisien biserial pertanyaan dari guru. Solusi yang diterapkan
(rb). Perhitungan analisis pengaruh antar yaitu dengan membuat variasi metode
variabel menghasilkan koefisien korelasi beserial pembelajaran, yakni dengan melaksanakan
terhadap pemahaman konsep siswa sebesar 0,45 kegiatan diskusi. Hasilnya siswa lebih aktif
dengan kategori sedang. Uji kebermaknaan dalam kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel dengan kegiatan diskusi kelompok mengerjakan
terikat dinyatakan signifikan dengan thitung soal-soal dan tanya jawab yang berlangsung
4,03 lebih dari ttabel 2,00. Perhitungan dengan baik. Pembelajaran secara langsung
kontribusi pengaruh variabel menghasilkan dengan metode ceramah tidak selamanya
koefisien determinasi sebesar 21%. Hasil ini buruk, akan tetapi karena ilmu kimia bersifat
mengandung arti bahwa model pembelajaran eksperimen dan ilmiah ada baiknya apabila
yang diterapkan dapat menjelaskan 21% guru pada saat pembelajaran di kelas dapat
pemahaman konsep siswa sedangkan 79% menunjukkan manfaat kimia dalam kehidupan
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti sehari-hari.
dalam penelitian ini. Analisis data posttest menunjukkan
Perbedaan pemahaman konsep siswa penerapan pembelajaran memberikan pengaruh
disebabkan dalam pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman konsep siswa tetapi nilai
terbimbing bermuatan multi representasi siswa yang didapatkan siswa masing rendah. Rata-rata
mendapat penjelasan dari materi yang telah nilai yang didapatkan siswa dari kedua kelas
dipelajari dengan berbagai representasi untuk masih dibawah KKM mapel yang ditetapkan
lebih memudahkan siswa dalam memahami sekolah (kelas eksperimen 61<75 dan kelas
materi yang dipelajari dalam berbagai cara atau kontrol 50<75). Tercatat hanya ada empat siswa
bentuk. Penguasaan konsep sangat penting dari kelas eksperimen dan dua siswa dari kelas
dimiliki oleh setiap siswa setelah melakukan kontrol yang mempunyai nilai diatas KKM.
pembelajaran karena dapat digunakan untuk Perbandingan tingkat pemahaman
menyelesaikan suatu permasalahan yang konsep siswa kelas eksperimen dan kontrol pada
berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh masing-masing nomor soal terdapat pada
siswa. Penguasaan konsep oleh siswa tidak Gambar 1. Gambar 1 menunjukan hasil
hanya pada mengenal sebuah konsep tetapi posttest kelas eksperimen lebih baik daripada
siswa dapat menghubungkan antara satu konsep kelas kontrol pada soal nomor 1, 3, 4, 5, dan 6.
dengan konsep lainnya dalam berbagai situasi. Soal nomor 2, 7, dan 8 kelas kontrol lebih baik
Kurangnya pemahaman konsep dari daripada kelas eksperimen. Pada soal nomor 1
siswa kelas kontrol dapat disebabkan antara lain rata-rata nilai kedua kelas sudah baik. Hanya
dalam kegiatan diskusi kelas jumlah siswa yang saja beberapa siswa tidak menjawab penentuan
bertanya maupun yang menanggapi pertanyaan sifat garam dan jenis hidrolisis karena kurang
masih sedikit dan terbatas hanya pada siswa teliti dalam membaca soal. Pada soal nomor 2
yang menonjol dikelas dan mempunyai kesalahan paling dominan dari kelas
keberanian. Keinginan siswa untuk bertanya eksperimen yaitu siswa salah dalam
4
Tsabit Albanani / Journal of Chemistry In Education 9 (2) (2020)

Gambar 1. Perbandingan Tingkat Pemahaman Konsep Siswa pada Tiap Soal


kelas eksperimen yaitu salah dalam menghitung
menggunakan rumus hidrolisis walaupun sudah massa yang ditanyakan dalam soal sedangkan
benar dalam menentukan persamaan reaksi dan kelas kontrol banyak siswa yang tidak
tetapan kesetimbangan asamnya. Kelas kontrol menjawab. Pada soal nomor 6 terdapat
mempunyai nilai yang lebih rendah dari kelas perbedaan nilai yang besar antara kelas
eksperimen pada soal nomor 2 karena eksperimen dan kelas kontrol. Jawaban benar
kurangnya pemahaman terutama korelasi dari siswa kelas eksperimen sebesar 67%
materi hidrolisis dengan materi asam basa sedangkan kelas kontrol hanya 16%. Hal ini
sehingga banyak siswa yang tidak bisa sangat dipengaruhi oleh representasi
menentukan Ka dari anion garam yang pemahaman siswa. Kelas eksperimen yang
digunakan. diberikan muatan multi representasi pada
Soal nomor 3 merupakan soal dengan pembelajarannya relatif lebih baik daripada
nilai rata-rata tertinggi baik kelas eksperimen kelas kontrol. Kelas eksperimen lebih baik
maupun kelas kontrol. Kesalahan terbanyak dari dalam menentukan sifat larutan dan reaksi
kedua kelas terjadi karena pemahaman siswa hidrolisis hanya dengan melihat ilustrasi gambar
yang kurang tepat mengenai perbedaan titran dalam soal. Soal nomor 7 dan 8 masing-masing
dan titrat. Bahkan hanya 15% saja dari kelas kelas mendapatkan nilai yang kurang baik.
kontrol yang mampu menjawab benar dalam Selain karena ketidakfahaman siswa dalam
membedakan titran dan titrat. Pada soal nomor mengerjakan, alasan lain yaitu kurang baiknya
4 kekurangan kelas eksperimen yaitu siswa tidak manajemen waktu dalam mengerjakan soal
menuliskan perubahan warna larutan saat sehingga tidak sempat mengerjakan soal pada
ditetesi indikator PP walaupun sudah benar nomor terakhir.
dalam menentukan pHnya sedangkan pada Terdapat lima indikator kompetensi
kelas kontrol kebanyakan siswa tidak yang dikembangkan pada materi hidrolisis
menuliskan reaksi hidrolisisnya. garam. Gambar 2 menunjukan hasil posttest
Pada soal nomor 5 kesalahan terbanyak kelas eksperimen lebih baik daripada kelas

Gambar 2. Perbandingan Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Tiap Indikator

5
Tsabit Albanani / Journal of Chemistry In Education 9 (2) (2020)
kontrol pada indikator kompetensi 2, 3, dan 4. pembelajaran kelas eksperimen lebih
Indikator kompetensi 1 dan 5 kelas kontrol lebih menekankan pada proses penemuan dan peran
baik dari kelas eksperimen. aktif siswa baik fisik maupun mental dalam
Tidak banyak perbedaan tingkat proses pembelajaran, sehingga diperlukan
pemahaman pada indikator 1 siswa kelas berbagai latihan melalui kegiatan eksperimen
eksperimen dan kelas kontrol (kelas eksperimen atau praktikum. Proses inkuiri diberikan kepada
72% dan kelas kontrol 73%). Pemahaman siswa siswa melalui prosedur pemecahan masalah
dikembangkan dari hasil pembuktian maupun baik pada kegiatan eksperimen maupun
temuannya dalam kegiatan praktikum. Sebagian kegiatan diskusi kelas. Pemberian masalah atau
besar siswa mampu mengidentifikasi sifat garam pertanyaan diawal pembelajaran dapat
melalui representasi makroskopik yaitu uji pH menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap
menggunakan kertas lakmus dan indikator materi pembelajaran.
universal serta mengaitkannya dengan Kegiatan diskusi yang dirancang pada
representasi sub-mikroskopik komposisi partikel setiap pertemuan membuat siswa lebih aktif
dalam larutan. Kesulitan dalam mengajukan pertanyaan dan menyampaikan
mengidentifikasi sifat garam terjadi karena pendapat dalam memecahkan masalah.
siswa tidak hafal kuat atau lemah senyawa asam Penyelesaian masalah yang kompleks menuntut
dan basa pembentuknya. Tingkat pemahaman siswa untuk membangun ide-ide baru yang
pada indikator dua siswa kelas eksperimen dan dapat mereka lakukan melalui studi pustaka,
kontrol berturut-turut adalah 79% dan 70%. praktikum dan diskusi yang dapat dilakukan
Siswa mampu membedakan larutan garam dirumah sehingga dapat meningkatkan
terhidrolisis total, terhidrolisis parsial, atau tidak kerjasama siswa. Studi pustaka dilakukan oleh
terhidrolisis dari pemahaman mengenai derajat siswa untuk menambah informasi-informasi
ionisasi dalam reaksi kimia khususnya hidrolisis dari berbagai sumber belajar yang berkaitan
garam (representasi simbolik). dengan permasalahan yang diberikan oleh guru
Tingkat pemahaman pada indikator tiga dari setiap pertemuan kemudian
siswa kelas eksperimen 57%, lebih baik dari memformulasikannya dengan tujuan
kelas kontrol 45%. Indikator tiga cenderung pembelajaran. Siswa juga melakukan kegiatan
lebih sulit daripada dua indikator sebelumnya. praktikum untuk membuktikan konsep-konsep
Sebelum menuliskan persamaan reaksi yang telah mereka bangun dari studi pustaka
hidrolisis, siswa harus benar dalam dan diskusi.
mengidentifikasi tingkat kekuatan asam basa Peningkatan pemahaman konsep siswa
penyusun garam dan membedakan jenis garam juga didukung dengan adanya hasil angket yang
berdasarkan konsep hidrolisis. Pada indikator menunjukkan bahwa ketertarikan siswa pada
empat perbedaan pemahaman siswa kelas pembelajaran kimia dengan model inkuiri yang
eksperimen dan kontrol relatif paling banyak diberikan oleh guru. Hal ini dapat dibuktikan
dari semua indikator. Adanya keterkaitan antar dengan sikap siswa yang aktif dan senang
level representasi selama proses pembelajaran bertanya pada saat pembelajaran, walaupun
kelas eksperimen menyebabkan pemahaman tidak semua pertanyaan siswa menyangkut
siswa lebih baik. Selain itu dengan pembelajaran materi yang sedang dibahas. Meskipun dalam
inkuiri terbimbing siswa menjadi terbiasa belajar prosesnya masih ada beberapa siswa yang
mandiri dalam mengerjakan soal-soal tampak belum paham akan proses pembelajaran
perhitungan nilai pH larutan garam. inkuiri yang diterapkan, namun pada akhirnya
Pada indikator lima pemahaman kelas siswa mulai membiasakan diri dengan proses
eksperimen hanya 25%, lebih rendah dari kelas pembelajaan dimana mereka sendiri yang
kontrol 46%. Kurangnya literasi dan minat baca berperan lebih banyak dalam pembelajaran.
siswa membuat pembelajaran model inkuiri Dari hasil pengamatan guru pada saat
terbimbing yang diterapkan pada kelas pembelajaran berlangsung, kelas eksperimen
eksperimen kurang efektif. Indikator ini memang terlihat lebih aktif dibandingkan kelas
terdapat pada soal terakhir sehingga banyak kontrol. Hasil analisis deskriptif terhadap 10
siswa yang belum sempat menjawab tetapi aspek dalam angket dinyatakan dalam bentuk
waktu posttest sudah selesai. persentase terdapat pada Gambar 3.
Penerapan model inkuiri terbimbing Gambar 3 menyatakan hampir semua
bermuatan multi representasi pada tanggapan siswa terhadap 10 pernyataan
memilih kategori “setuju”. Hal ini mendukung
6
Tsabit Albanani / Journal of Chemistry In Education 9 (2) (2020)

Gambar 3. Grafik Angket Tanggapan Siswa


hipotesis bahwa pembelajaran model inkuiri siswa.
bermuatan multi representasi dapat
Simpulan
meningkatkan pemahaman konsep hidrolisis
Berdasarkan hasil penelitian dapat
garam. Siswa menyatakan 6% sangat setuju,
disimpulkan ada pengaruh pembelajaran inkuiri
78% setuju terhadap pernyataan model
terbimbing bermuatan multi representasi
pembelajaran yang diberikan dapat
terhadap pemahaman konsep siswa pada materi
memudahkan saya memahami konsep hidrolisis
hidrolisis garam. Hasil analisis koefisien
garam dengan baik. Siswa juga memilih 13%
determinasi menunjukkan pembelajaran inkuiri
sangat setuju dan 56% setuju terhadap
terbimbing bermuatan multi representasi
pernyataan model pembelajaran yang
berpengaruh 21% terhadap pemahaman konsep
diterapkan mampu mengingat suatu konsep
siswa pada materi hidrolisis garam.
hidrolisis garam lebih lama. Hasil ini didukung
dengan nilai posttest pemahaman konsep kelas Daftar Pustaka
eksperimen yang lebih tinggi dari pada kelas Bertiec, N & H. Nasrudin. 2013. Penerapan Strategi
kontrol. Konflik Kognitif untuk
Mereduksi Miskonsepsi Level Sub-Mikroskopik pada
Aspek kesenangan, ketertarikan, Materi Larutan
motivasi, dan aspek pendukung terhadap model Penyangga di SMA Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro.
pembelajaran yang diterapkan memberikan Unesa Journal of
kategori “tinggi” karena sebagian besar siswa Chemical Education. 2 (3): 12-18.
memilih pendapat sangat setuju dan setuju. Hal Cakir, M., 2008, Constructivist Approaches to
ini menunjukkan penerapan model inkuiri Learning in Sciences an Their Implications
terbimbing bermuatan multi representasi pada for Science Pedagogy: A Literature Review,
materi hidrolisis garam dapat membuat siswa International Journal of Environmental and
lebih tertarik, termotivasi dan senang dalam Science Education, Vol 3, No 4, Hal: 193-
206.
pembelajaran. Siswa memilih 6% sangat setuju
dan 59% setuju mengenai model yang Cardellini, L. 2012. Chemistry: why the subject is
difficult?. Areas Emergantes De La
diterapkan baik untuk mata pelajaran selain Educacion Quimica. 242: 1-6
kimia. Hasil ini menunjukkan siswa lebih Chandrasegaran, A. L., D.F. Treagus & M.
senang mengikuti pembelajaran dengan Mocerino. 2007. The Development on Two-
penerapan model inkuiri terbimbing. Hal ini Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument
ditunjukkan dengan terlaksananya tugas for Evaluating Secondary School Student’s
pembuatan laporan praktikum yang dikerjakan Ability to Describe and Explain Chemical
Reaction. Research in Science Education.
dengan baik oleh siswa, serta siswa secara 38(2): 237-248
mandiri mengerjakan soal-soal tugas individu
Gilbert, J. K. & D. F. Treagust. 2009. Introduction:
yang tedapat di dalam LKS. Hasil ini sejalan Macro, Submicro and Symbolic
dengan dengan hasil penelitian Sidharta, (2006: Representations and the Relationship
15), yang memberikan hasil bahwa penerapan between Them: Key Models in Chemical
model inkuiri dapat meningkatkan penguasaan Education. Dalam: J. K. Gilbert & D.
konsep siswa dan mendapat tanggapan positif Treagust, penyunt. Multiple Representations
in Chemical Education. Springer
dari siswa karena dapat menyenangkan, serta Netherlands: 1-8
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif Pikoli, M. & S. Mangara. 2014. Implementasi

7
Tsabit Albanani / Journal of Chemistry In Education 9 (2) (2020)
Pembelajaran dengan Menginterkoneksikan Spencer dan Walker, 2012, Creating a Love for
Multipel Representasi pada Materi Science for Elementary Student through
Hidrolisis Garam untuk Mereduksi Inquiry-Based Learning, Journal of Virginia
Miskonsepsi Siswa. Prosiding Seminar Science Education. 4(2): 18-25
Nasional Kimia FMIPA Universitas Negeri Sulistyowati, N., A.T. Widodo & W. Sumarni. 2012.
Surabaya. hlm 87-97 Efektivitas model pembelajaran guided
Puspawati, K., I.K. Sudarma, & N, Dantes. 2013. discovery learning terhadap kemampuan
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri pemecahan masalah kimia. Chemistry in
Terbimbing Berbantuan Media Konkret Education, 2(1): 49-55
Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Unver dan Arabacioglu, 2011, Overviewers on
Kelas V SD Gugus V Kecamatan Buleleng). Inquiry Based and Problem Based Learning
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika Methods, Western Anatolia Journal of
(JP2F). Vol.1 no.2 Educational Science. 1(3): 303 – 309
Restiyan, N. 2008. Analisis Pengajaran Guru Kimia Wardani, S., S. Setiawan & K.I. Supardi. 2016.
SMA Kelas Xi pada Pokok Bahasan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Hidrolisis berdasarkan Intertekstualitas Ilmu Terhadap Pemahaman Konsep dan Oral
Kimia. Skripsi. FPMIPA Universitas Activities pada Materi Pokok
Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai