Anda di halaman 1dari 144

AGAMA DAN INTERAKSI SOSIAL Studi Kasus

Relasi Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain di SMAN 79
Jakarta Selatan

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat


Sebagai Persyaratan Untuk mencapai
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh

SYARIFAH ALAWIYAH
NIM: 101032221718

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2009M./ 1430H.
AGAMA DAN INTERAKSI SOSIAL
Studi Kasus Relasi Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain
di SMAN 79 Jakarta Selatan

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh:

SYARIFAH ALAWIYAH
NIM:101032221718

Di bawah Bimbingan

Dra. Ida Rosyidah, M.A.


NIP: 150243267

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HDAYATULLAH
JAKARTA

1430 H./2008 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul AGAMA DAN INTERAKSI SOSIAL: STUDI KASUS


RELASI AKTIVIS ROHIS DAN AKTIVIS ROHKRIS DENGAN PEMELUK
AGAMA LAIN DI SMAN 79 JAKARTA SELATAN telah diujikan dalam sidang
Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 16 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.sos) pada jurusan Sosiologi Agama.

Jakarta, 16 Juni 2009


Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Hamid Nasuhi, MA Dra. Joharotul Jamilah, M.Si


NIP: 150 241 817 NIP: 150 282 401

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. Masri Mansoer, MA Ahmad Abrori, MA


NIP: 150 244 493 NIP: 150 368 736

Pembimbing

Dra. Ida Rosyidah, MA


NIP: 150 243 267
KATA PENGANTAR

  


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga

selalu dilimpahkan pada Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam,

yang menjadi petunjuk bagi manusia, beserta keluarga dan sahabatnya.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis

hadapi, namun banyak pula pelajaran yang didapat. Berkat motivasi dan bantuan dari

semua pihak akhirnya penulis dapat mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapi.

Merupakan sebuah penantian yang cukup lama bagi penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi untuk mencapai gelar kesarjanaan Strata 1 (S1) pada jurusan Sosiologi

Agama ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada mereka yang telah membimbing dan membantu penulis dalam

suka maupun duka untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Adapun ucapan terima kasih

ingin penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. M. Amin Nurdin, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

beserta seluruh civitas Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah mengarahkan,

membimbing dan melayani seluruh kebutuhan administratif dan akademik kepada

penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

2. Dra. Ida Rosyidah, MA., selaku ketua jurusan Sosiologi Agama dan juga sebagai

pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya dengan kesabaran dalam

membimbing dan memberi saran-saran kepada penulis.


3. Dra. Jauharotul Jamila, M.si, selaku sekretaris jurusan Sosiologi Agama dan Drs.

Ramlan A. Gani MA., selaku pembimbing akademik yang senantiasa

membimbing penulis selama perkuliahan.

4. Kepala Perpustakaan Utama dan Kepala Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat beserta seluruh stafnya yang telah memberikan palayanan dengan baik.

5. Drs. A. Sukarno selaku kepala sekolah di SMAN 79 Jakarta Selatan dan Harjono

S.pd selaku wakil kepala sekolah bagian humas di SMAN 79 yang telah bersedia

memberikan informasi dan data-data yang berkaitan dengan pembahasan penulis.

Drs. H. Syihabuddin selaku pembimbing Rohis di SMAN 79 dan Dra. Loine

Simanjuntak selaku pembimbing Rohkris di SMAN 79 yang bersedia

meluangkan waktunya untuk penulis. Seluruh informan aktifis Rohis (Fajar

Susanto, Ahmad Affandi, Bagas Febriansyah Wijaya, Amalia Hadi, Nurhalimah

Tusadiyah dan Anis Nur Husna) dan aktifis Rohkris (Canang Karismantio,

George Alexander, Demonsky Ambonnes Rassel, Jessica Simanjuntak, Dwi

Anastasia dan Megawati Immanela) yang telah bersedia memberikan informasi

tentang rohis dan rohkris pada penulis. Semoga Allah membalas amal baik kalian

semua.

6. Kedua orang tua penulis, Bapak Muhammad Nasir dan Ibu Paridah yang

senantiasa menyemangati penulis untuk giat menyelasaikan skripsi ini dan tak

pernah lelah mendoakan untuk keberhasilan anak-anaknya. Terima kasih juga

untuk suami dan anakku tercinta Luekman Hakim, S.Ag dan Sahla Qobilatil Ilmi

yang selalu mendoakan, mendukung dan mengingatkan penulis untuk segera


menyelesaikan skripsi ini. Serta saudara-saudara yang tidak dapat disebutkan

namanya satu persatu terima kasih atas dukungan dan doanya.

7. Terima kasih untuk sahabatku Nia Novitasari dan Laila Masyitoh yang tidak

pernah bosan menjadi tempat penulis berkonsultasi. Untuk sahabat- sahabatku

Dila, Supri, Amin, Nourma, Samsul, Seha, Imas, Nining, Ani, Eltri,

kokom………..semoga persahabatan kita selalu abadi selamanya. Juga semua

pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Hanya Allah SWT yang dapat membalas jasa-jasa mereka yang telah

memberikan perhatiannya pada penulis. Teriring doanya semoga penulis dapat membalas

semua kebaikan yang telah diberikan.

Berbagai macam kekurangan pasti terdapat dalam penulisan tugas akhir ini,

untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap agar karya ini

bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Ciputat, 4 Mei 2008

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………… iv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………….. 7

D. Metodologi Penelitian………………………………. 8

E. Sistematika Penulisan………………………………. 11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Agama dan Keberagamaan

1. Pengertian Agama……………………………… 14

2. Fungsi Agama ………………………………… 16

3. Ruang Lingkup Agama………………………… 20

4. Pengertian Keberagamaan……………………… 22

5. Dimensi Keberagamaan………………………... 24

B. Pengertian Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial…………………….. 28

2. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial………. 29

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial………………… 31


C. Toleransi Antar Umat Beragama

1. Pengertian Toleransi…………………………... 37

2. Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif

Islam………………………………………….. 41

3. Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif

Kristen………………………………………… 44

BAB III. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Institusi SMAN 79 Sebagai Sarana Pendidikan dan Pengajaran

1. Sejarah Berdirinya …………………………….. 47

2. Sarana dan Prasarana…………………………... 56

3. Struktur Kelembagaannya……………………... 57

B. Seputar Rohis: Sejarah, Tujuan dan Program

C. Sekilas Tentang Rohkris: Sejarah, Tujuan dan Program

D. Minat Siswa Terhadap Kegiatan Keagamaan

BAB IV. AGAMA DAN INTERAKSI SOSIAL AKTIVIS ROHIS DAN

AKTIVIS ROHKRIS DENGAN PEMELUK AGAMA LAIN DI

LINGKUNGAN SEKOLAH

A. Keberagamaan Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris…… 71

B. Interaksi Sosial Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris…. 81

C. Pengaruh Agama terhadap Interaksi Sosial Aktivis Rohis dan Aktivis

Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain………… 91


BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………….. 94

B. Saran-saran………………………………………….. 94

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 96

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, yang secara individual membutuhkan orang

lain. Ia dituntut hidup bersama dan berdampingan dengan orang lain dalam upaya

mencapai tujuan hidupnya. Tanpa bantuan orang lain, manusia tidak akan dapat

mengaktualisasikan dirinya sehingga tidak dapat meneruskan keberlangsungan hidupnya

untuk mencapai posisi sebagai khalifah fil al-ardl.

Masyarakat merupakan sebuah kelompok manusia yang memiliki tatanan

kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang secara bersama-sama ditaati oleh seluruh

anggota masyarakatnya. Tatanan kehidupan, norma dan adat istiadat tersebut merupakan

dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka yang pada gilirannya membentuk

kelompok manusia yang mempunyai ciri kehidupan yang khas.1

Dalam sebuah masyarakat, dalam kaitannya dengan manusia sebagai makhluk

sosial, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial. Dengan

demikian, interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial dimana dalam proses

tersebut terjadi hubungan sosial yang dinamis baik antara individu, antara kelompok

maupun antara individu dan kelompok.2

1
1
M. Arifin Noor; Ilmu Sosial Dasar, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), h. 85
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2001), cet.
Ke-32, h. 67
Proses interaksi sosial terjadi melalui empat hal yaitu, imitasi, sugesti,
3
identifikasi, simpati. Proses-proses tersebut mengandung banyak kelebihan dan

kekurangannya yang semuanya tergantung dari individu dalam mengaktualisasikan

hidupnya di tengah-tengah masyarakat.

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk. Hal ini ditandai

oleh pelbagai perbedaan-perbedaan seperti: suku bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama.

Perbedaan-perbedaan ini sering kali menimbulkan konflik-konflik terutama perbedaan

agama, hal ini disebabkan oleh sikap saling curiga dan salah faham dari satu penganut

agama terhadap sikap dan prilaku agama lain. Oleh karena itu masyarakat dituntut untuk

bersikap toleran agar tercipta kehidupan yang harmonis antar umat beragama dan setiap

agama mengakui eksistensi agama-agama lain dan saling menghormati hak asasi

penganutnya.

Ketidakharmonisan antar pemeluk agama juga di latar belakangi oleh banyak

faktor. Secara kategoris-simplistis hal itu dapat dibedakan ke dalam dua faktor, yaitu

faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi seseorang

dalam bersikap yang disebabkan atas dasar pemahaman keagamaan terhadap agamanya.

Seperti, adanya kecenderugan pemahaman radikal-ekstrim dan fundamental-subjektif.

Demikian pula sikap eksklusifisme, dan kesalahpahaman terhadap ajaran agama sendiri

telah menjadikan agama sebagai ancaman bagi pemeluk agama lainnya. Tidak hanya

faktor internal, faktor lain seperti sikap hedonitas dan oportunitas dengan mengatas

namakan agama sebagai komoditas kepentingan telah menjadikan petaka kemanusian

yang berkepanjangan.4

3
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, h. 69
Indonesia merupakan negara yang memberikan kebebasan kepada warganya

untuk memeluk dan menjalankan agama berdasarkan keyakinannya. Di sini, warga

diberikan kebebasan dalam mengaktualisasikan ajaran agamanya sepanjang dibarengi

dengan sikap toleransi dan saling menghargai antar pemeluk agama. Kenyataan ini

membawa citra Indonesia dimata internasional sebagai negara yang toleran.

Namun kenyataannya, masih terjadi konflik di mana-mana seperti yang terjadi di

Ambon, Poso, Madura dan lain-lain. Konflik dan pertikaian ini terjadi karena

kemajemukan masyarakat Indonesia yang diperparah lagi oleh kesenjangan sosial dan

ekonomi yang tajam dan belum tumbuhnya budaya multikultural yang lebih

memungkinkan masyarakat kita membangun kerjasama dan kemitraan secara tulus.

Misalnya kasus kerusuhan Ambon dapat dilihat sebagai bagian dari disharmonisitas yang

terpendam disebabkan pertentangan ekonomi dan status sosial selama Orde Baru.

Sebagian besar petani Ambon beragama Kristen, sementara itu pelaku bisnis papan

bawah dan papan atas dimonopoli oleh kelompok masyarakat yang beragama Islam.

Kelompok ini didukung oleh orang Bugis-Makassar dan orang-orang Ambon keturunan

Arab. Sedangkan para pejabat yang duduk di birokrasi pemerintah dan angkatan

bersenjata mayoritas dikuasai oleh penduduk yang beragama Kristen. Pembagian okupasi

ini seakan sebuah division of labaour (pembagian lapangan kerja) yang telah mentradisi

sejak Maluku jatuh ke tangan Belanda. Kemiskinan yang dialami kelompok petani

Ambon di zaman orde baru telah menjatuhkan prestise mereka dihadapan kelompok

okupasi lainnya, khususnya pendatang muslim. Ketika terjadi ekspansi terhadap lahan

pendapatan kelompok lainnya, maka munculah kecurigaan dan mengundang sentimen

4
Said Agil Husen Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: PT Ciputat Press,
2005), Cet.ke 3, h. Pengantar Editor
sehingga mengakibatkan keseimbangan sosial tersebut goyah. Sesungguhnya pertarungan

antar kelompok etnik merupakan pertarungan antar kelompok kepentingan. Namun

pertarungan itu selalu dikemas dalam bungkus agama agar ia kelihatan sakral dan mudah

melestarikannya.

Kerusuhan-kerusuhan ini menimbulkan korban harta dan jiwa, selain itu juga

yang tak kalah penting adalah rusaknya harmoni kehidupan masyarakat yang telah

terbentuk sekian lama. Kecurigaan dan dendam melanda berbagai kelompok masyarakat.

Masyarakat kini telah kehilangan panutan dan norma hidup berbangsa dan bernegara

Fenomena di atas, menuntut seluruh warga negara untuk bersikap toleran

sehingga dapat hidup berdampingan di antara sesama. Sikap toleran ini harus

dikembangkan oleh segenap lapisan masyarakat dalam semua sendi kehidupan berbangsa

dan bernegara, tak terkecuali bagi para siswa.

Di Indonesia, terdapat perbedaan antara madrasah dengan sekolah, terutama jika

dilihat dari aspek latar belakang agamanya. Madrasah lebih bersifat singularis, yakni

semua guru, tenaga kependidikan dan para siswanya beragama Islam. Sedangkan para

guru, tenaga kependidikan dan siswa di sekolah bersifat pluralis, yakni terdiri atas

berbagai latar belakang agama. Suasana semacam itu menuntut tumbuh kembangnya

sikap dan kesadaran pluralisme.

Di sekolah-sekolah umum, biasanya tidak hanya didominasi siswa dari satu

agama saja. Kebanyakan sekolah-sekolah tersebut menerima siswa dengan latar agama

yang berbeda-beda. Salah satunya di SMAN 79 Jakarta. Di sekolah ini jumlah siswa non

muslim sekitar 5,28 % dari agama lain.5

5
Sumber data hasil observasi
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi dalam menyiapkan

generasi penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi antara sesama murid,

terutama yang tidak seagama (jika diperlukan) hanya terbatas dalam membantu

menyiapkan sarana yang diperlukan untuk upacara yang dimaksud, dan bukan ikut

menghadiri atau melaksanakan upacara (ritual) agama tertentu.

Di sekolah-sekolah umum, biasanya terdapat berbagai macam organisasi siswa.

Salah satunya adalah organisasi kegamaan yaitu, Rohis (Rohani Islam) dan Rohkris

(Rohani Kristen). Dalam organisasi ini, siswa-siswi muslim dan non muslim dibina untuk

mendalami ajaran agamanya. Selain itu dalam organisasi ini juga, siswa-siswi ini

diajarkan cara berorganisasi dan berinteraksi dengan sesama, sebagai bekal nantinya

hidup di masyarakat. Selain itu, siswa-siswi yang ikut dalam organisasi ini diharapkan

dapat menerapkan ajaran agama dalam kehidupan mereka sehari-hari, terlebih lagi cara

mereka berinteraksi dengan lingkungan. Dalam hal ini, cara mereka berinteraksi dengan

siswa-siswi yang berbeda agama.

Hal ini amat menarik untuk dikaji lebih jauh, terutama untuk memahami

pandangan siswa-siswi muslim yang aktif dalam organisasi rohis (rohani Islam) terhadap

siswa-siswi non muslim begitu juga memahami pandangan siswa-siswi non muslim yang

aktif dalam organisasi rohkris (rohani Kristen) terhadap siswa-siswi muslim. Serta

bagaimana mereka mampu memahami setiap perbedaan yang ada di antara mereka. Dari

uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisa dalam sebuah penelitian berbentuk

skripsi yang diberi judul “Agama dan Interaksi Sosial: Studi Kasus Relasi Aktivis

Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama lain di SMAN 79 Jakarta

Selatan.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pemeluknya. Agama dapat

berkaitan dengan stratifikasi sosial, solidaritas sosial, bahkan terkadang agama dikait-

kaitkan dengan konflik sosial yang pernah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Agama juga tidak dapat dipisahkan dari interaksi sosial pemeluknya, karena

agama merupakan pedoman hidup yang oleh mereka dijadikan sebagai acuan utama

dalam bertingkah laku, bertutur kata dan bertindak.

Setiap ajaran agama –agama apa pun- akan menuntun pemeluknya untuk

membangun sebuah relasi yang harmonis dengan sesama pemeluk agama maupun

pemeluk agama lain, maka dari itu setiap pemeluk agama selalu berusaha menjalin

dengan lingkungannya sebaik mungkin.

Maka dari itu dalam penelitian ini, penulis hanya akan membatasi masalah pada

hubungan agama dengan interaksi sosial, dalam hal ini relasi antar pemeluk suatu agama

dengan agama lainnya.

Adapun mengenai perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini

adalah: “ Bagaimanakah hubungan agama dan interaksi sosial, dalam hal ini relasi aktivis

rohis dan aktivis rohkris dengan pemeluk agama lain di SMAN 79 Jakarta Selatan?”

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
a. Untuk memperkaya kajian ilmu pengetahuan tentang paradigma, konsep, dan teori

tentang kehidupan keberagamaan dan pola interaksi siswa yang berlatar belakang

beda agama.

b. Untuk mengetahui kehidupan keberagamaan dan interaksi antara masyarakat

Indonesia yang plural, terutama kalangan remajanya.

c. Untuk mengetahui toleransi beragama aktifis Rohis dan aktifis Rohkris.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi pengkajian dan pengembangan teori

sosiologi agama.

Hasil penelitian ini menjadi penting bagi para ahli sosiologi agama untuk memikirkan

kembali hubungan keagamaan yang ideal dalam konteks kekinian.

Untuk memperluas wawasan intelektual tentang fungsi lembaga sekolah bagi kehidupan

beragama

Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana

pendekatan kualitatif difahami sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat

diamati.6

6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),
h. 3
Pendekatan Kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini mengambil bentuk

studi kasus. Studi ini dilakukan sebagai nilai tambah pada pengetahuan kita secara unik

tentang fenomena individual dan dapat digeneralisasikan ke dalam proposisi teoritis.

Studi kasus merupakan bentuk penelitian yang mendalam tentang aspek-aspek

lingkungan sosial, lingkungan pendidikan, keagamaan termasuk manusia di dalamnya.

Bentuk studi kasus dapat diperoleh dari laporan hasil pengamatan, catatan pribadi,

biografi orang yang diteliti dan keterangan dari orang yang mengetahui tentang hal itu.

Dalam skripsi ini, penulis memilih studi kasus terhadap relasi aktivis Rohis dan aktivis

Rohkris dengan pemeluk agama lain di SMAN 79 Jakarta Selatan.

2. Subyek Penelitian

Pada penelitian studi kasus, peneliti tidak melakukan populasi sampel

sebagaimana survey dan eksperimen, melainkan subjek penelitian. Istilah subjek

penelitian menunjuk kepada orang atau individu ataupun kelompok yang dijadikan unit

(satuan) yang diteliti.7

Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah anggota aktivis Rohis beserta

pengurusnya dan juga anggota aktivis Rohkris beserta pengurusnya di SMAN 79 Jakarta

Selatan. Mengenai subjek yang akan diteliti, penulis menetapkan 12 orang informan

yakni 6 orang informan aktivis Rohis yang terdiri dari 2 orang dari pengurus dan 4 orang

dari anggota Rohis dan juga 6 orang informan aktivis Rohkris yang terdiri dari 2 orang

dari pengurus dan 4 orang dari anggota Rohkris.

7
Sanapiah Faisal, format-format penelitian sosial ( Jakarta: Rajawali Press, 2003 ), h. 109
Menurut Strauss, tidak ada ketentuan buku mengenai jumlah minimal subjek

yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian kualitatif, apabila data yang diperoleh sudah

cukup memadai, maka dapat diambil subjek dalam jumlah kecil dalam penelitian ini

penulis memilih jumlah subjek yang sama antara aktivis Rohis dan aktivis Rohkris yaitu

6 orang supaya terjadi keseimbangan dalam pengumpulan data dan juga menurut penulis

jumlah subjek yang diambil tersebut sudah mnecukupi data-data penelitian.

Selainitu juga penulis memilih informan dari para anggota dan pengurus Rohis

dan Rohkris di SMAN 79 Jakarta Selatan, karena mereka mengetahui tentang Rohis dan

Rohkris sehingga memudahkan penulis untuk menggali lebih banyak informasi yang

berkaitan dengan hal yang penulis teliti.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini diperlukan data-data yang dapat mendukung

penelitian. Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :

a. Pengamatan (observasi)

Pengamatan atau observasi sebagaimana dijelaskan oleh Imam Suprayogo dan

Tabrani, adalah satu proses mengamati dan mendengar dalam kerangka untuk

memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap satu fenomena8.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan bentuk pengamatan pemeranserta

sebagai pengamat yaitu pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta

tetapi melakukan fungsi pengamat. Ia sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur

dalam arti sesungguhnya. Penulis hanya mengamati kegiatan Rohis dan Rohkris di

8
Imam Suprayogo, dan Tabroni, Metodologi Penelitian Agama, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001), h. 167
SMAN 79 Jakarta Selatan. Penulis melakukan observasi selama 8 bulan, terhitung dari

bulan September 2008 sampai bulan April 2009. dalam penelitian ini penulis ikut serta

kurang lebih sebanyak 5 kali pertemuan dalam kegiatan keagamaan di SMAN 79 Jakarta

Selatan.

Kegiatan keagamaan Rohis di SMAN 79 Jakarta Selatan dilaksanakan setiap

hari Selasa dan Jum'at. Kegiatan keagamaan Rohis yang dilaksanakn setiap hari selasa

dipimpin oleh Pembina Rohis yaitu Drs. H. Syihabuddin. Kegiatan ini dilaksanakan di

masjid sekolah, semua anggota rohis duduk melingkar, barisan akwat dan ikhwan

terpisah. Kemudian Pembina Rohis membacakan satu surat dari juz amma kemudian

diikuti oleh anggota rohis. Setelah membaca al-Qur'an dilanjutkan dengan belajar tajwid,

setiap anggota Rohis ditanya oleh Pembina Rohis tentang tajwid yang ada dalam

pembahasan hari ini.

Kegiatan keagamaan Rohkris dilaksanakan setiap hari Jum'at bertempat di kelas

yang dipimpin Pembina Rohkris yaitu Ibu Dra. Loine Simanjuntak. Setelah seluruh

anggota rohkris berkumpul di kelas Pembina Rohkris memulai kegiatan dengan membaca

doa kemudian memberikan materi al-Kitab dan menjelaskan setelah itu diadakan tanya

jawab.

Adapun hambatan yang dihadapi selama penelitian yaitu sulitnya melakukan

pendekatan dengan anggota Rohkris, khususnya anggota laki-laki karena biasanya

mereka kurang aktif dan malu-malu apabila diwawancarai, mereka takut tidak bisa

menjawab, jadi penulis kesulitan untuk menggali dan mendapatkan informasi dari

mereka. Penulis juga mengalami kesulitan dalam mencari referensi tentang toleransi antar

umat beragama terutama dalam pandangan agama Kristen.


b. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mendapatkan data atau keterangan dari informan.

Keterangan yang mendalam dapat digali dengan cara mewawancarai informan. Melihat

definisinya wawancara adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan

informan9.

Dalam melakukan wawancara, penulis mengadakan wawancara mendalam atau

wawancara tak berstruktur, dimana bentuk wawancara seperti ini bersifat luwes. Selain

itu susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada

saat wawancara disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pada saat wawancara

berlangsung. Wawancara juga dapat mengungkap sosial budaya (agama, suku, gender,

usia, pekerjaan) informan yang penulis wawancarai10.

c. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dari

berbagai literatur-literatur yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Baik itu berupa

buku, majalah, koran ataupun jurnal metode ini diharapkan dapat menunjang gagasan

primer yaitu hasil dari wawancara dan pengamatan di lapangan, serta mendukung teori-

teori yang relevan, yang sebelumnya telah dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan

permasalah yang hendak penulis bahas untuk kemudian penulis jadikan rujukan.

4. Instrumen Penelitian

9
Deddy Mulyana, Metodologi penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Sosial lainnya, (Bandung: PT. Remaja, 2001), Cet Ke-1, h.138
10
Deddy Mulyana, Metodologi penelitian Kualitatif, h. 181
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

meliputi: pedoman wawancara, tape recorder, dan buku catatan. Penggunaan pedoman

wawancara dimaksudkan supaya wawancara berjalan terarah dan tidak keluar dari

permasalahan yang telah dirumuskan. Sementara tape recorder digunakan unuk merekam

subyek, dan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam atau terlewati dalam

wawancara.

5. Analisisa Data

Analisa data merupakan salah satu langkah penting untuk memperoleh temuan-

temuan hasil penelitian. Dalam penelitian, data yang terkumpul akan dianalisis secara

kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi partisipasi wawancara dan dokumen

tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian, kemudian dianalisis secara komparatif yaitu

membandingkan data yang diperoleh dari aktifis Rohis dan Rohkris agar data yang

diperoleh dapat dimengerti, sehingga penemuan yang dihasilkan bisa dikomunikasikan

kepada orang lain. Pelaksanaan analisisnya dilakukan pada saat masih di lapangan dan

setelah data terkumpul. Peneliti menganalisa data-data sepanjang penelitian dan

dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for

Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
Sistematika Penelitian

Untuk keserasian pembahasan dan mempermudah analisa materi dalam

penulisan skripsi ini, maka penulis akan menjelaskannya dalam sistematika penulisan

sebagai berikut:

Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bab, tiap bab dibagi menjadi sub-

bab, dan setiap sub-bab mempunyai pembahasan masing-masing yang mana antara satu

dan yang lainnya saling berkaitan. Lima bab tersebut diantaranya :

Bab I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Kajian teori tentang pengertian agama, dan keberagamaan yang terdiri

atas pengertian agama, fungsi agama, ruang lingkup agama, pengertian

keberagamaan dan dimensi keberagaman. Di samping itu, dalam bab ini

dibahas juga mengenai pengertian interaksi sosial yang terdiri atas

pengertian interaksi sosial, syarat-syarat terjadinya interaksi sosial, dan

bentuk-bentuk interaksi sosial serta pengertian toleransi, ruang lingkup

toleransi, dasar-dasar toleransi dan toleransi antara umat beragama

dalam perspektif Islam dan Kristen.

Bab III : Gambaran umum objek penelitian yang meliputi institusi SMAN 79

sebagai sarana pandidikan dan pengajaran yang terdiri dari sejarah

berdirinya, sarana dan prasarana dan struktur kelembagaan SMAN 79

Jakarta Selatan. Serta seputar organisasi rohis terdiri dari sejarah,

tujuan, dan program dan sekilas rohkris yang terdiri dari sejarah, tujuan
dan program kegiatannya, serta minat siswa terhadap kegiatan

keagamaan.

Bab IV : Berbicara tentang pengolahan dan analisa data yang meliputi intensitas

aktivis Rohis dan aktivis Rohkris dalam mengikuti kegiatan keagamaan

di SMAN 79, keberagamaan aktivis Rohis dan aktivis Rohkris dan

interaksi sosial aktivis Rohis dan aktivis Rohkri dengan pemeluk agama

lain.

Bab V : Kesimpulan dan saran yang diangkat dalam penelitian ini.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Agama dan Keberagamaan

1. Pengertian Agama

Menurut Dadang Kahmad, agama dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Sangsekerta a yang berarti tidak dan gama berarti kacau. Berdasarkan akar katanya,

agama mengandung pengertian tata aturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak

kacau. Dalam hal ini, agama dikaitkan dengan peraturan yang mengatur kehidupan

manusia.11

Secara umum, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan

peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan

manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan

lingkungannya. Aturan-aturan tersebut penuh dengan muatan sistem-sistem nilai, karena

pada dasarnya aturan-aturan tersebut bersumber pada etos dan pandangan hidup. Karena

itu juga, aturan-aturan dan perturan-peraturan yang ada dalam agama lebih menekankan

pada hal-hal yang normatif atau yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan, dan bukannya

berisikan petunjuk-petunjuk yang bersifat praktis dan teknis dalam hal manusia

menghadapi lingkungannya dan sesamanya. 12

Agama dalam pengertian sosiologis adalah gejala sosial yang umum dan dimiliki

oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu

11
Bernard Raho, Sosiologi : Sebuah Pengantar (Surabaya: Syilvia, 2004), cet. 1, h.118.
12
Roland Robertsoon, Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta: PT. Rajawali
Pers, 1988), cet.1, h. v.

16
aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat. Agama

juga bisa dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakat di samping unsur-unsur

yang lain, seperti kesenian, bahasa, sistem mata pencaharian, sistem peralatan, dan sistem

organisasi sosial.13

Dalam Kamus Sosiologi, pengertian agama ada tiga macam, yaitu (1)

Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual; (2) Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek

spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan (3) Ideologi mengenai hal-hal yang

bersifat supranatural.14

J.M. Yinger, seorang ahli sosiologi berkebangsaan Amerika. Menurutnya,

agama adalah sistem kepercayaan dan peribadatan yang digunakan oleh berbagai bangsa

dalam perjuangan mereka mengatasi persoalan dalam hidup. Agama merupakan

keengganan untuk menyerah kepada kematian, menyerah dalam menghadapi frustasi, dan

untuk menumbuhkan rasa persaudaraan di antara sesama manusia. Agama di sini

berfungsi sebagai salah satu alternatif untuk menghadapi persoalan hidup, mengatasi rasa

frustasi. 15

Bagi Elisabeth k. Nothingham, agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia

untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam

semesta. Agama telah menimbulkan khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk

membenarkan kekejaman yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat

13
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet. 2, h. 14.
14
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h. 129.
15
Bernard Raho, Sosiologi : Sebuah Pengantar, h.119.
membangkitkan kebahagian batin tetapi juga pada waktu yang sama menimbulkan

perasaan takut dan ngeri. 16

Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh

penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non empiris yang

dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan

masyarakat luas umumnya. 17

Thomas F.O. Dea, memakai definisi yang banyak dipakai dalam teori

fungsional. Agama ialah pendayagunaan sarana. Sarana supra empiris untuk maksud-

maksud non empiris atau supra empiris. 18

Dari beberapa definisi di atas, jelas tergambar bahwa agama merupakan suatu

hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada di luar

jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya yang supra natural sehingga diharapkan

dapat mengatasi masalah-masalah yang non empiris.

2. Fungsi Agama

Adapun yang dimaksud dengan fungsi agama adalah peran agama dalam

mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan

secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena

itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera,

aman, stabil dan sebagainya. 19

Pemahaman mengenai fungsi agama tidak dapat dilepas dari tantangan-

tantangan yang dihadapi manusia dan masyarakatnya. Berdasarkan pengalaman dan

16
Bernard Raho, Sosiologi : Sebuah Pengantar, h.120.
17
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h.129.
18
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: PT. Kanisus, 1983), h.34.
19
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h.130.
pengamatan dapat disimpulkan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi manusia

dihadapkan pada tiga hal, yakni ketidakpastian, ketidakmampuan dan kelangkaan. Untuk

mengatasi masalah tersebut maka manusia akan lari pada agama. Berikut inilah fungsi

agama dalam kehidupan manusia, yaitu:20

1). Fungsi Edukatif

Manusia mempercayakan fungsi edukatif kepada agama yang mencakup tugas

mengajar dan tugas bimbingan. Agama menyampaikan ajarannya dengan perantaraan

petugas-petugasnya baik di dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan

(meditasi), pendalaman rohani dan lain-lain. Untuk melaksanakan tugas itu ditunjuk

sejumlah fungsionaris seperti dukun, kyai, pendeta, imam, nabi dan lain-lain. Mengenai

yang disebut nabi ini penunjukkannya dilakukan oleh Tuhan. Kebenaran ajaran mereka

harus diterima karena tak ada yang keliru, hal tersebut diyakini oleh para penganutnya

bahwa mereka dapat berhubungan langsung dengan “yang gaib” dan “yang sakral” serta

mendapat ilham khusus darinya.

2). Fungsi Penyelamatan

Setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam kehidupan sekarang

maupun sesudah mati. Usaha untuk mencapai cita-cita tertinggi (yang tumbuh dari naluri

manusia sendiri) itu tidak boleh dipandang ringan begitu saja. Jaminan untuk itu mereka

temukan dalam agama. Agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara

yang khas untuk mencapai kebahagian di dunia maupun di akhirat yaitu :

a. Agama membantu manusia untuk mengenal “yang sakral” dan “makhluk

tertinggi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya.

20
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 38-57.
b. Agama sanggup mendamaikan kembali “yang salah” dengan Tuhan dengan

jalan pengampunan dan penyucian.

3). Fungsi Pengawasan Sosial (Social Control)

Agama ikut bertanggung jawab akan adanya norma-norma susila yang baik yang

berlaku di masyarakat. Karena hal itulah, agama menyeleksi kaidah-kaidah susila yang

ada dan mengukuhkan yang baik sebagai kaidah yang baik dan menolak kaidah yang

buruk untuk ditinggalkan sebagai larangan atau tabu. Agama juga memberikan sanksi-

sanksi yang harus dijatuhkan bagi orang yang melanggarnya dan melakukan pengawasan

yang ketat atas pelaksanaannya.

4). Fungsi Memupuk Persaudaraan

Mengenai fungsi ini, jika kita menyoroti keadaan persaudaraan dalam satu jenis

golongan beragama saja misalnya umat Islam tersendiri, umat Kristen tersendiri maka

menjadi teranglah bahwa agama masing-masing sungguh berhasil dalam menjalankan

tugas “memupuk persaudaraan”. Karena baik agama Islam maupun Kristen masing-

masing berhasil mempersatukan sekian banyak bangsa yang berbeda ras dan

kebudayaannya dalam satu keluarga besar dimana mereka menemukan ketentraman dan

kedamaian.

5). Fungsi Transformatif

Kata transformatif berasal dari bahasa latin “Transformare” artinya mengubah

bentuk. Jadi fungsi transformatif (yang dilakukan kepada agama) berarti mengubah

bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru. Ini berarti mengubah
nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru. Sementara itu transformasi berarti

mengubah kesetiaan manusia kepada nilai-nilai adat yang kurang manusiawi dan

membentuk kepribadian manusia yang ideal.

Thomas F. O’Dea menyebutkan ada enam fungsi agama, yaitu : (1) sebagai

pendukung pelipur lara dan perekonsiliasi, (2) sarana hubungan transendental melalui

pemujaan dan upacara adat, (3) penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada, (4)

pengoreksi fungsi yang sudah ada, (5) pemberi identitas diri dan (6) pendewasaan

agama. 21

Horton dan Hunt membedakan fungsi agama jadi dua yakni fungsi manifes dan

fungsi laten. Menurut mereka fungsi manifes agama berkaitan dengan segi doktrin, ritual

aturan dalam agama. Namun yang perlu juga diketahui adalah fungsi laten agama. Dalam

hal ini Durkheim terkenal karena pandangannya bahwa agama mempunyai fungsi positif

bagi integrasi masyarakat, baik pada tingkat mikro maupun makro. Pada tingkat mikro,

menurut Durkheim fungsi agama ialah untuk menggerakkan kita dan membantu kita

untuk hidup, karena menurutnya melalui komunikasi dengan Tuhan orang yang beriman

bukan saja mengetahui kebenaran yang tidak diketahui oleh orang kafir tetapi juga

menjadi seseorang yang lebih kuat. Di segi makro agama pun menjalankan fungsi positif,

karena memenuhi keperluan masyarakat untuk secara berkala menegakkan dan

memperkuat perasaan serta ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan masyarakat

tersebut. Melalui upacara agama yang dilakukan secara berjamaah maka persatuan dan

kebersamaan umat dapat dipupuk dan dibina.22

21
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h.130.

22
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: LPFE UI, 2000), h. 71.
3. Ruang Lingkup Agama

1). Segi Pemahaman

Dilihat dari sudut pemahaman manusia, agama memiliki dua segi yang

membedakan dalam perwujudannya, yaitu:23

Pertama, segi kejiwaan (Psychological State), yaitu suatu kondisi subjektif atau

kondisi dalam jiwa manusia berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh penganut agama.

Kondisi inilah yang biasa disebut kondisi agama, yakni kondisi patuh dan taat kepada

yang disembah. Kondisi ini bisa dikatakan sebagai emosi yang dimiliki oleh setiap

pemeluk agama yang menjadikannya sebagai hamba Tuhan. Dimensi religiusitas

seseorang merupakan inti kebergamaan, sehingga di hati mereka bisa bangkit rasa

solidaritas bagi yang seagama, menumbuhkan kesadaran beragama, dan menjadikan

seseorang menjadi orang yang sholeh dan takwa. Segi psikologis ini sangat sulit diukur

dan susah diamati karena merupakan milik pribadi pemeluk agama. Pengungkapan

keberagamaan segi psikologis ini baru bisa dipahami ketika telah menjadi sesuatu yang

diucapkan atau dinyatakan dalam perilaku orang yang beragama tersebut.

Kedua, segi objektif (Objective State), yaitu segi luar yang disebut juga kejadian

objektif, yang merupakan dimensi empiris dari agama. Keadaan ini muncul ketika agama

dinyataka oleh penganutnya dalam berbagai ekspresi, baik ekspresi teologis, ritual

maupun persekutuan. Segi objektif inilah yang bisa dipelajari dengan menggunakan

metode ilmu sosial. Segi kedua ini mencakup adat istiadat, upacara keagamaan,

bangunan, tempat-tempat peribadatan, cerita yang dikisahkan, kepercayaan, dan prinsip-

prinsip yang dianut oleh suatu masyarakat.

2). Kawasan dalam Agama


23
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h.14.
Menurut Hendropuspito berdasarkan pengamatan analitis atas kawasan agama

sebagai objek sosiologis terdapat tiga pembatasan dalam kawasan ini, yaitu:24

Pertama, Kawasan “Putih”, yaitu suatu kawasan di mana kebutuhan manusiawi

yang hendak dicapai masih dapat dicapai dengan kekuatan manusia itu sendiri. Manusia

tidak perlu lari pada kekuatan supra-empiris. Dengan akal budinya dan dibantu oleh

teknolgi maka manusia dapat berhasil. Tetapi hal ini pada tingkatnya akan berbeda di

masyarakat. Terutama masyarakat yang lebih terbelakang (primitif), mereka lebih cepat

lari pada kekuatan gaib untuk menerima bantuan.

Kedua, Kawasan “Hijau” meliputi daerah usaha di mana manusia merasa aman

dalam artian akhlak (moral). Dalam kawasan ini tindak langkah manusia diatur oleh

norma-norma rasional yang mendapat legitimasi dari agama. Misalnya hal ihwal yang

berkaitan dengan hidup kekeluargaan, perkawinan, warisan, pertukaran barang-barang,

diatur oleh peraturan-peraturan manusia yang dibenarkan oleh agama yang dianutnya.

Dengan adanya legitimasi dari agama maka hilanglah rasa bimbang dan keraguan yang

semula membayanginya.

Ketiga, Kawasan “gelap” meliputi daerah usaha di mana manusia secara radikal

dan total mengalami kegagalan yang disebabkan ketidakmampuan mutlak manusia itu

sendiri. Apapun daya manusia sendiri di daerah ini menghadapi suatu “titik putus”

(breaking point) yang tidak mungkin disambung lagi dengan kekuatannya sendiri. Satu-

satunya jalan keluar dari kesulitan ini ialah mengadakan komunikasi dengan kekuatan

yang ada di luar yang mengatasi segala kekuatan alam. Kawasan ini disebut daerah

“gelap” karena rasio manusia tidak sanggup menangkap hakekat (subtansi) kekuatan luar

karena “Dia” itu di luar jangkauan pengalaman.


24
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 36-38.
4. Pengertian Keberagamaan

Istilah keberagamaan disebut juga religiusitas. Kata religiusitas berasal dari kata

religious dan mendapat akhiran-ity. Dalam kamus John M. Echol dan Hassan Shadily,

kata religious berarti hal-hal yang berhubungan dengan agama. 25

Muhammad Djamaluddin, mendefinisikan keberagamaan sebagai “manifestasi

seberapa jauh individu penganut agama meyakini, memahami, menghayati, dan

mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dalam semua aspek

kehidupan. 26

Menurut Djamaluddin Ancok, Keberagamaan adalah pembicaraan mengenai

pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antara agama dengan

penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang (penganut agama) yang

mendorong untuk bertingkah laku yang sesuai dengan agamanya. 27

Keberagamaan adalah keadaan di mana individu merasakan dan mengakui

adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dan hanya kepada-Nya

manusia merasa bergantung, berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya Tuhan

dan kekuasaan-Nya maka akan semakin tinggi tingkat keberagamaannya. Jadi menurut

Fuat Nashori dan Rachmi D.M. keberagamaan adalah seberapa jauh pengetahuan,

seberapa kokoh keyakinan, seberapa mantap pelaksanaan ibadah, kaidah, dan seberapa

dalam penghayatan atas agama yang dianut.28

25
John M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990), h.
90.
26
Muhammad Djamaluddin, Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi, (Yogyakarta: UGM
Press, 1995), h.44.
27
Djamaluddin Ancok, Psikologi Islami : Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi
(Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 76.
28
Fuat Nashori dan Rachmi Diana Mucharam, Mengembangkan kretivitas dalam Prespektif
Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), h. 68.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keberagamaan adalah

sikap seseorang terhadap agama yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan

manusia. Aktifitas keagamaan tidak saja terjadi pada saat seseorang melakukan ritual

saja, melainkan juga ketika seseorang melakukan aktifitas yang lain dalam kehidupan.

Dalam penelitiannya Robert H. Thouless mengemukakan beberapa faktor yang

menimbulkan religiusitas, yaitu :

a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial).

b. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keberagamaan terutama pengalaman

tentang keindahan, keserasian, kebaikan, konflik moral, dan pengalaman emosional

keagamaan.

c. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan yang tidak

terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri dan

ancaman kematian.

d. Berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual). 29

5. Dimensi Keberagamaan

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan

manusia aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku

ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan

supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat

mata, tapi juga aktivitas yang tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu,

29
Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995),
cet. 2, h. 34.
keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan

demikian, agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.

Menurut C.Y. Glock dan R. Stark (Robertson, 1998) ada lima macam dimensi

keberagamaan yaitu :

(1) Dimensi keyakinan (idiologis)

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang religius berpegang

teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut.

Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut

diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu berpariasi

tidak hanya di antara agama-agama, tetapi seringkali juga di antara tradisi-tradisi dalam

agama yang sama. Di dalam Islam dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat

keyakinan Muslim terhadap kebenaran-kebenaran agamanya, isi dimensi keimanan

menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, nabi atau rasul, kitab-kitab Allah,

surga dan neraka, serta qadha dan qadar.

(2) Dimensi Praktik Agama (ritualistik)

Dimensi ini mencakup prilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan

orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik

keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting yaitu : a. Ritual, mengacu kepada

seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktik-praktik suci yang semua

mengharapkan para pemeluk melaksanakan. Dalam kristen sebagian dari pengharapan

ritual itu diwujudkan dalam kebaktian di gereja, persekutuan suci, baptis, dan perkawinan

dan semacamnya. b. Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada

perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik,
semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan

kontemplasi personal yang relatif sepontan, informal, dan khas pribadi. Ketaatan di

lingkungan penganut Kristen diungkapkan melalui sembahyang pribadi, membaca injil

dan barangkali menyanyi himne bersam-sama.

Dalam Islam ditunjukkan pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam

mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan diajurkan oleh agamanya.

Dalam keberislaman dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat,

haji, membaca Al Qur’an, do’a, zikir, ibadah qurban, I’tikaf di masjid di bulan Puasa, dan

sebagainya.

(3) Dimensi Pengalaman (eksperiental)

Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama

mengandung pengharapan-pengaharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa

seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan

subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (bahwa ia akan mencapai suatu

kontak dengan kekuatan supernatural). Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman

keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami

seseoang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan. Dalam Islam dimensi ini

terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan do’a-do’anya sering

terkabul, perasaan tentram bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakal

pasrah diri kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan shalat atau berdo’a,

perasaan tergetar ketika mendengar azan atau ayat-ayat Al Qur’an, perasaan syukur

kepada Allah dan lain sebagainya.


(4) Dimensi Pengetahuan Agama (Intelektual)

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling

tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-

ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan

satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi

penerimaannya walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat

pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan.

Seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau

kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. Dalam Islam dimensi ini

menyangkut pengetahuan tentang isi Al Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani

dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun iman) hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan

sebagainya.

(5) Dimensi Pengamalan (konsekuensi)

Konsekuensi komitmen agama berlainan dari ke empat dimensi di atas. Dimensi

ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman,

dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis

digunakan di sini. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya

seharusnya berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas

sebatas mana konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan, atau

semata-mata berasal dari agama. Dalam Islam dimensi ini menunjuk pada seberapa

tingkatan muslim berperilaku dimotifasi oleh ajaran agamanya. Dimensi ini meliputi
perilaku suka menolong, bekerja sama, berderma, berlaku jujur, menjaga amanat, tidak

korupsi, tidak mencuri, dan lain sebagainya.

B. Pengertian Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan

membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat, manusia

dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang

tentram dan damai.

Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi) dan inter

(antara). Jadi, interaksi adalah tindakan yang dilakukan di antara dua atau lebih orang,

atau tindakan yang berbalas-balasan. 30

Menurut H. Bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih

individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau

memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Definisi ini menggambarkan

kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial antara dua atau lebih manusia itu. 31

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. 32

30
Bernard Raho, Sosiologi - Sebuah Pengantar, h.33.
31
W.A.Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1996), Cet.13, h.57.
32
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), h. 61.
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa

interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan

secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok

sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan

atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk

mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya.
33

2. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua

syarat yaitu, adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. 34

a. Kontak Sosial

Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama),

dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harfiah adalah bersama-sama

menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, tetapi

ada juga orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya

misalnya dengan cara berbicara, orang-orang dapat berhubungan satu dengan lainya

melalui telephon, telegrap, radio, surat dan seterusnya. 35

Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau skunder. Kontak primer terjadi

apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti

misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum dan seterusnya.

Sebaliknya kontak yang skunder memerlukan melalui alat-alat misalnya telephon,

telegrap, radio dan seterusnya. Dalam hal si A menelephon si B maka terjadi kontak

33
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 60-61.
34
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 64.
35
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 65.
sekunder langsung, akan tetapi apabila si A meminta tolong kepada si B supaya

diperkenalkan dengan gadis C, maka kontak tersebut bersifat skunder tidak langsung. 36

b. Komunikasi

Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada prilaku orang

lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan

apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian

memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu

kelompok manusia atau orang perorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain

atau orang-orang lainnya. 37

Menurut Hartly dalam bukunya Sarito Wirawan, ada beberapa jenis komunikasi,

yaitu komunikasi antar individu dengan individu, antar individu dengan massa, misalnya

dalam pidato dan kuliah. Dan komunikasi antar kelompok atau antar massa, misalnya

antara para penyuluh pertanian dan para petani. 38

Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi pelbagai macam penafsiran

terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai

keramah-tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin

menunjukkan kemenangan.

36
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 66.
37
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 67.
38
Sarito Wirawan, Psikologi Sosial : Individu dan Teori-teori Psikolgi Sosial, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1999), cet. 2, h.193.
3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan

(competition) dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). 39

a. Kerjasama (cooperation)

Beberapa orang sosiolog menganggap bahwa kerjasama merupakan bentuk

interaksi sosial yang pokok. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan

terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-

group-nya). Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang

mengancam atau ada tindakan-tindakan lain yang menyinggung kesetian yang secara

tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau

segolongan orang.

Betapa pentingnya fungsi kerjasama, digambarkan oleh Charles H.Cooley

sebagai berikut :40

“Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-


kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-
kepentingan tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama
dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang
berguna“.

Dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu masyarakat, maka kebudayaan

itulah yang mengarahkan dan mendorong terjadinya kerjasama. Di kalangan masyarakat

Indonesia dikenal bentuk kerjasama tradisonal dengan nama gotong-royong. Di dalam

sistem pendidikan Indonesia yang tradisional, seseorang sejak kecil telah ditanamkan

etika kehidupan agar dia selalu hidup rukun, terutama dengan keluarganya dan lebih luar

lagi dengan orang-orang lainnya di dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya

39
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.70.
40
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.73.
suatu pandangan hidup, bahwa seseorang tidak mungkin hidup sendiri tanpa kerjasama

dengan orang lain. Pandangan hidup demikian ditingkatkan dalam taraf kemasyarakatan,

sehingga gotong-royong seringkali diterapkan untuk menyelenggarakan suatu

kepentingan umum.

Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, dalam bukunya Soerjono Soekanto

ada lima bentuk kerjasama, yaitu :

a. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong

b. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan

jasa-jasa antara dua orgnisasi atau lebih.

c. Ko-optasi (co-optation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam

kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu

cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang

bersangkutan.

d. Koalisi (coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang

mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang

tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut

kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan

tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan

bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.

e. Joint-ventrue, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya

: pemboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan dan seterusnya.

b. Persaingan (competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana

individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui

bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum

(baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik

atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman

atau kekerasan. 41

Persaingan adalah suatu perjuangan (struggle) dari pihak-pihak untuk mencapai

suatu tujuan tertentu. Suatu ciri dari persaingan adalah perjuangan menyingkirkan pihak

lawan itu dilakukan secara damai atau secara fair-play, artinya selalu menjunjung tinggi

batas keharusan. Persaingan dapat terjadi dalam segala bidang kehidupan, misalnya :

bidang ekonomi dan perdagangan, kedudukan, kekuasaan, dan sebaginya. 42

Akibat-akibat persaingan mungkin saja bersifat asosiatif atau mungkin pula

bersifat disosiatif. Apabila seorang dokter, ahli hukum, guru dan seterusnya membina

karirnya dalam masyarakat, maka tujuannya adalah untuk pribadi sendiri dan relasinya,

adalah juga untuk mengadakan kerjasama agar persaingan antara mereka sendiri sedapat

mungkin dicegah. Akibat-akibat yang disosiatif dapat menjadi pertentangan atau

pertikaian. Hasil-hasil suatu persaingan dapat berhubungan erat dengan berbagai faktor

antara lain :

1. Keperibadian seseorang. Apabila persaingan dilakukan secara jujur, maka hal itu

akan dapat memperkembangkan rasa sosial dalam diri seseorang. Seseorang hampir

tak mungkin bersaing dengan orang lain tanpa mengenal lawannya dengan baik.

41
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.91
42
Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi Pemgangunan,
h.121.
Persaingan menyangkut terjadinya kontak dengan kata lain komunikasi, oleh karena

seseorang tentu ingin mengetahui sifat-sifat, cara-cara kerja dan perilaku dari

lawannya. Oleh karena itu persaingan dapat memperluas pandangan seseorang, dapat

memperluas pengertian serta pengetahuannya.

2. Kemajuan; dalam masyarakat yang sedang berkembang dan maju, orang perorangan

perlu menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Persaingan akan mendorong

seorang untuk bekerja keras supaya dapat memberikan sahamnya bagi pembangunan

masyarakat.

3. Solidaritas kelompok. Selama persaingan dilakukan secara jujur, solidaritas

kelompok tak akan goyah. Lain halnya apabila persaingan tersebut mempunyai

kecenderungan untuk berubah menjadi pertentangan atau pertikaian.

4. Disorganisasi. Perubahan-perubahan yang terlalu cepat dalam masyarakat, mungkin

akan mengakibatkan disorganisasi dalam struktur sosial. Perubahan-perubahan yang

terlalu cepat tadi merupakan faktor utama disorganisasi karena masyarakat hampir

tidak dapat kesempatan untuk menyesuaikan diri dan mengadakan reorganisasi. 43

Walaupun persaingan mempunyai kecenderungan kepada pertikaian, namun dapat

pula mendorong untuk suatu kerjasama. Misalnya antara beberapa perusahaan tertentu,

mungkin beberapa perusahaan itu akan melakukan kerjasama untuk menyingkirkan satu

perusahaan yang lainnya.

c. Pertentangan (pertikaian atau konflik)

43
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 94-95.
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau

kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan

yang disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan.44

Sebab musabab atau akar-akar dari pertentangan antara lain :

1. Perbedaan antara indvidu-individu. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan

melahirkan bentrokan antara mereka.

2. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung

pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta

perkembangan kepribadian tersebut.

3. Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antara individu maupun kelompok

merupakan sumber lain dari pertenangan.

4. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara

waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

Walaupun pertentangan merupakan suatu proses disosistif yang agak tajam akan

tetapi pertentangan sebagai salah satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi positif

bagi masyarakat, misalnya pertentangan dalam seminar atau diskusi-diskusi ilmiah,

dimana dua atau beberapa pendapat yang berbeda diketengahkan dan dipertahankan oleh

berbagai pihak.

Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, atau kepentingan,

sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam strukutur sosial

yang tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif.

Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus antara lain :

44
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 98-103.
1. Pertentangan pribadi. Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulai berkenalan

sudah saling tidak menyukai.

2. Pertentangan rasial. Adanya perbedaan-perbedaan yang seringkali menimbulkan

pertentangan. Misalnya pertentangan antara orang-orang negro dengan orang-orang

kulit putih di Amerika.

3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial. Pada umumnya ia disebabkan oleh perbedaan

kepentingan, misalnya perbedaan kepentingan antara majikkan dengan buruh.

4. Pertentangan politik. Biasanya pertentangan ini menyangkut baik antara golongan-

golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat.

5. Pertentangan yang bersifat internasional.

Akibat-akibat bentuk pertentangan adalah :

1. Tambahnya solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok bertentangan dengan

kelompok lain, maka solidaritas antara warga-warga kelompok biasanya akan

bertambah erat.

2. Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam suatu kelompok

tertentu akibatnya yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.

3. Perubahan kepribadian.

4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.

5. Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu.

C. Toleransi Antar Umat Beragama

1. Pengertian Toleransi
Istilah toleransi berasal dari bahasa inggris, yaitu : “Tolerance” berarti sikap

membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan

persetujuan. Bahasa Arab menterjemahkan dengan “tasamuh”, berarti saling

mengijinkan, saling memudahkan.45

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran”

yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.

Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.

Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap

menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan

dengan pendirianya.46

Jadi toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak

mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut

agama-agama lain.

2. Ruang Lingkup Toleransi

Tanda-tanda bahwa ada sikap dan suasana toleansi di antara sesama manusia

atau antar pemeluk agama, ruang lingkup toleransi adalah :47

1. Mengakui hak orang lain, maksudnya ialah suatu sikap mental yang mengakui hak

setiap orang di dalam menentukan sikap atau tingkah laku dan nasibnya masing-

45
Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: PT. Ciputat Press,
2005), cet. 3, h. 13.
46
Abdu Fattah, Toleransi Beragama dalam Perspektif Al Qur’an, Artikel diakses tanggal 25
Oktober 2008, dari http: // Fahdamjad.files.wordpress.com
47
Faridfann, Toleransi dalam Perspektif Agama-agama dan Upacara Ritual Seremonial, artikel
diakses tanggal 25 Oktober 2008, dari http://faridfann.wordpress.com
masing, tentu saja sikap atau perilaku yang di jalankan itu tidak melanggar hak orang

lain.

2. Menghormati keyakinan orang lain, keyakinan seseorang ini biasanya berdasarkan

kepercayaan, yang telah tertanam dalam hati dan dikuatkan dengan landasan baik

yang berupa wahyu maupun pemikiran yang rasional karena keyakinan seseorang ini

tidak akan mudah untuk dirubah atau dipengaruhi. Bahkan kalau diganggu, sampai

matipun mereka akan tetap mempertahannkan.

3. “Agree in Disagreement “ (setuju dalam perbedaan) adalah prinsip yang selalu

didengungkan oleh mantan Menteri Agama Prof. Dr. H. Mukti Ali dengan maksud

bahwa perbedaan tidak harus ada permusuhan karena perbedaan selalu ada

dimanapun, maka dengan perbedaan itu kita harus menyadari adanya

keanekaragamaan kehidupan ini.

4. Saling mengerti, ini merupakan salah satu unsur toleransi yang paling penting, sebab

dengan tidak adanya saling pengertian ini tentu tidak akan terwujud toleransi.

5. Kesadaran dan kejujuran, menyangkut sikap, jiwa dan kesadaran batin seseorang

yang sekaligus juga adanya kejujuran dalam bersikap sehingga tidak terjadi

pertentangan antara sikap yang dilakukan dengan apa yang terdapat dalam bathinnya.

6. Falsafah Pancasila, itu merupakan suatu landasan yang telah diterima oleh segenap

manusia Indonesia, merupakan tata hidup yang pada hakekatnya adalah merupakan

konsesus dan diterima praktis oleh Bangsa Indonesia atau lebih dari itu adalah dasar

negara kita.

3. Dasar-dasar Toleransi
Pada hakekatnya semua agama mempunyai ajaran yang menjadi dasar adanya

perintah toleransi ini, seperti yang telah diuraikan di bawah ini :48

Toleransi dalam agama Kristen

Antara Kristen Katolik dan Protestan meskipun keduanya mempunyai ajaran

yang berasal dari Yesus Kritus, akan tetapi dalam masalah toleransi umat beragama

keduanya mempunyai pandangan yang berbeda. Dari segi ajaran agama pihak gereja

Katolik mempunyai masalah yang perlu dicatat sehubungan dengan pluralisme agama,

ialah :

a. Hubungan persaudaraan dan persatuan. Umat Katolik di tengah dunia harus berperan

sebagai tanda dan sarana persatuan dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia

b. Sependeritaan sepenanggungan. Kasih penderitaan yang ingin dibangun di antara

sesama manusia mencakup keprihatinan bersama dalam mengusahakan

kesejahteraan hidup di dunia.

c. Ada pancaran kebenaran, kebaikan dan kesucian di luar gereja. Meski mengakui

wahyu ilahi, namun masih dalam pergumulan menangkap kedalaman dan

kepenuhannya, sambil mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam

melaksanakan ajaran ilahi, umat Katolik diajak belajar dari kebaikan agama lain.

Gereja Katolik tidak menolak apapun yang dalam agama serba benar dan suci.

Menurut ajaran Kristen Protestan selanjutnya disebut Kristen-perdamaian atau

kerukunan merupakan perintah utama dalam melaksanakan kehendak Tuhan dan setiap

umat Kristen mempunyai tugas kewajiban untuk mencari dan mengusahakan perdamaian.

Umat Kristen digembleng imannya dan dididik untuk berkurban dengan

48
Faridfann, Toleransi dalam Perspektif Agama-agama dan Upacara Ritual Seremonial, artikel
diakses tanggal 25 Oktober 2008, dari http://faridfann.wordpress.com
mempersembahkan kurban syukurnya yang berupa uang yang disisihkan dalam empat

pundi-pundi, yang diperuntukkan :

a. Pemeliharaan jamaat, membayar pendeta dan lain-lain.

b. Orang-orang miskin

c. Membangun gereja

d. Pekabaran Injil

Toleransi dalam Agama Islam

Terhadap pemeluk Islam sendiri peraturan Islam sesungguhnya terdapat

toleransi artinya dalam bidang ibadah juga terdapat toleransi, karena Islam Adalah agama

Fitrah, sesuai dengan naluri. Maka inti ajaran Islam memang amat ringan. Seperti

disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 256,

&'( % "!#$  !   


8 45⌧7 1 2 -&./0 !)*+),
AB /C D 7<=?@ 9☺';
&'';  D EF2'@H
HNO D 9IJ.☺KL
? VW S JT=U R 8 'PQ
`" \]Y^_ YYZ=⌧[ X H
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang
kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah [2] : 256)49

Di atas itu adalah ayat yang menunjukkan bahwa menganut suatu agama tidak

ada paksaan, termasuk umat Islam tidak boleh memaksa orang lain untuk mengikuti

agamanya.

49
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Surya Cipta Aksara Surabaya, 1993), h. 63.
4. Toleransi Antar Umat Beragama dalam Perspektif Islam

Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama, yang didasarkan kepada;

setiap agama menjadi tanggungjawab pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai bentuk

ibadat (ritual) dengan sistem dan cara tersendiri yang dibebankan serta menjadi

tanggungjawab pemeluknya, maka toleransi dalam pergaulan hidup antara umat

beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan

sikap keberagaman pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak

seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.

Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat agama, toleransi hendaknya dapat

dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama

lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah)

masing-masing tanpa adanya paksaan dan tekanan dari satu pihak ke pihak lain, baik

untuk beribadah maupun tidak beribadah.

Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga, baik

dengan tetangga yang seiman maupun tidak seiman dengan kita. Sikap toleransi ini

direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong

menolong. Kita bersahabat dengan mereka, saling silaturahmi, menjalin kerja sama dan

sebagainya.

Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak

dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak

saling menghormati hak-haknya masing-masing.

!#(/  X QDB?b9cd@ a
"!#e& ! 7ABO^K '@ 7A'
i2 DBfg@Bh 'H
OeHlm9', jHk 7ABg @
)j 8 7Ap7m' % nBCoO,H
" !*Co-☺ N^Bh /
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al
Mumtahanah [60] : 8).50

Dalam rangka membina kehidupan umat beragama dan membangun toleransi,

ada tiga agenda besar yang memerlukan perhatian semua pihak. Pertama, meningkatkan

pemahaman keagamaan ummat bahwa misi agama adalah rahmatan lil alamin

(membawa rahmat bagi semesta) harus dijabarkan secara luas. Jika ini diabaikan, tak

mustahil fanatisme religius yang sesungguhnya bernilai positif untuk membangkitkan

semangat jihad berubah menjadi fundamentalisme radikal yang justru merusak sendi-

sendi toleransi kehidupan beragama. Kedua, memperbaiki suasana kehidupan masyarakat

ke arah yang lebih adil, beradab dan demokratis. Ketiga, menghilangkan kelembagaan

agama secara berlebihan, yang pada gilirannya menghasilkan sikap eksklusif. 51

Dalam mewujudkan kemaslahatan umum, agama telah menggariskan dua pola

dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu : hubungan secara

vertikal dan hubungan secara horizontal :52

Pertama adalah hubungan antara pribadi dengan khaliknya yang direalisasikan

dengan bentuk ibadah sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama.

Kedua adalah hubungan antara manusia dengan sesamanya. Pada hubungan ini

tidak hanya terbatas pada lingkungan suatu agama saja, tetapi juga berlaku kepada orang

50
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara Surabaya, 1993), h.
924.
51
Nur Achmad, Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman, (Jakarta: Kompas, 2001), cet
1, h. 119.
52
Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 14.
yang tidak seagama, yaitu dalam bentuk kerjasama dalam masalah-masalah

kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.

Di Indonesia, kehidupan beragama berkembang dengan subur. Pelaksanaan

upacara-upacara keagamaan baik dalam bentuk ibadah (ritual) maupun dalam bentuk

peringatan (ceremonial) tidak hanya terbatas pada rumah-rumah atau tempat resmi

masing-masing agama, tetapi juga pada tempat-tempat lain seperti di kantor-kantor dan di

sekolah-sekolah. Di sini berlaku toleransi, yaitu berupa fasilitas atau izin mempergunakan

tempat dari atasan atau kepala sekolah (beragama lain) yang bersangkutan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi dalam menyiapkan generasi

penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi antara sesama murid,

terutama yang tidak seagama (jika diperlukan) hanya terbatas dalam membantu

menyiapkan sarana yang diperlukan untuk upacara yang dimaksud, bukan ikut

menghadiri atau melaksanakan upacara (ritual) agama tertentu.

Perwujudan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama direalisasikan

dengan cara,53 pertama, setiap penganut agama mengakui eksistensi agama-agama lain

dan menghormati segala hak asasi penganutnya. Kedua, dalam pergaulan bermasyarakat,

setiap golongan umat beragama menampakkan sikap saling mengerti, menghormati dan

menghargai.

5. Toleransi antar Umat Beragama dalam Perspektif Kristen

Bagi umat Kristen dan Katolik, toleransi kehidupan intern dan antar umat

sesungguhnya telah tercermin dalam panggilan gereja. Yang oleh gereja sendiri diberi

batas. Khususnya bila gereja memihak salah satu golongan. Gereja sering terlalu puas diri

dengan karya-karya sosial, yang bahkan dilakukan tanpa mengikut sertakan golongan
53
Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 16-17.
lain, gereja memang dipanggil, tetapi tidak atau belum senantisa diintegrasikan dengan

kenyataan kongkrit.

Dalam rangka pendidikan dan pembudayaan kehidupan umat beragama dan

membangun toleransi, menurut tokoh agama Kristen dan Katolik, ada lima pokok

mendasar dari panggilannya. Pertama, fungsi agama, apa pun agamanya adalah menuntut

atau membimbing manusia dalam merealisasikan keterciptaannya, dalam usaha manusia

untuk hidup sesuai kodratnya

Kedua, ia merupakan sarana bagi manusia agar dapat melakukan dialog cinta

kasih dengan lebih mudah, lebih sempurna, memberikan kemudahan bagi manusia untuk

membuat hidupnya berarti, bukan saja dengan petunjuk-petujuk-Nya, melainkan juga

dengan kekuatan ilahi, sebutlah rahmat-Nya yang ada dalam agama itu.

Ketiga, bilamana manusia menyeleweng agama akan memperingatkannya,

“awas kamu berdosa”, “tindakanmu salah”, “kamu mesti minta ampun dan bertobat”.

Keempat, orang yang hidup tanpa ikatan dengan satu agama, bisa terjadi bahwa lama

kelamaan dia akan kehilangan komunikasi denga Tuhan. Kelima, mengkomunikasikan

jalan keselamatan dan hidup yang kekal.54

Umat Kristen mempunyai kitab Injil yang berisi berita suka cita tentang

keselamatan serta hidup kekal dan sejati yang ditawarkan oleh Tuhan Allah kepada

manusia berdosa melalui kehadiran dan penjelmaan-Nya di dalam diri Yesus Kristus.

Tetapi keyakinan itu tida mesti dan tidak perlu membuat orang Kristen lebih selamat atau

54
Nur Achmad, Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman, (Jakarta: Kompas, 2001),
cet 1, h. 119.
lebih unggul dari orang atau umat beragama lain, atau menilai bahwa agama dan

keyakinan orang lain lebih rendah dari agama dan keyakinannya. 55

Umat Kristen membuang atau menjauhkan diri dari sikap arogan dan eksklusif

dalam berinteraksi dengan saudara-saudaranya Muslim. Kiranya tidak lagi terucap dari

mulut orang-orang Kristen kata-kata yang bernada cemooh dan merendahkan, entah

menyangkut kitab suci, isi ajaran dan keyakinan, maupun menyangkut tokoh Islam.

Umat Kristen perlu tetap menjaga jatidiri atau identitas, tanpa harus melecehkan

agama umat beragama lain. Kaum Muslim lebih menghargai orang Kristen yang tetap

jelas identitasnya, ketimbang yang memperlihatkan watak kompromistis dan munafik.

Karena itu – kendati tetap penting menghadiri acara-acara umat Islam, bila diundang,

atau acara-acara yang bersifat antar-agama – orang Kristen tidak perlu ikut-ikutan dalam

ritual Islam, misalnya mengucapkan doa dan melakukan gerakan-gerakan yang bersifat

ritual.

55
Jan S Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, (Jakarta Gunung Mulia,
2004), cet. 1, h. 605.
BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Institusi SMAN 79 Jakarta Selatan Sebagai Sarana Pendidikan dan Pengajaran

1. Sejarah Berdirinya

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negri 79 merupakan salah satu sekolah

menengah atas yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Sekolah ini terletak di jalan

Menteng Pulo Ujung, Menteng Atas Setia Budi Jakarta Selatan.

Keadaan lingkungan sekolah SMAN 79 berada di daerah pemakaman yang

letaknya jauh dari keramaian dan kebisingan kendaraan umum, sehingga masih kondusif

dalam proses belajar mengajar yang berlangsung sehari-hari. Sekolah ini dibangun di atas

areal tanah seluas + 2000. Sebelah Utara sekolah berbatasan dengan SDN. Sebelah Barat

makam Menteng Pulo. Sebelah Selatan Apartemen Puri Casablanca. Sebelah Timur

Kelurahan Menteng Atas.

SMAN 79 pada awalnya adalah anak cabang dari SMAN 8. Pada saat itu

namanya SMAN 8 Filial, yang dimulai pada bulan Juli 1980. Pada saat itu banyak lulusan
dari SMP yang ingin masuk ke SMAN 8, karena kapasitas terbatas maka dibukalah anak

cabang SMAN 8 dengan nama SMAN 8 filial. Sekolah ini belum mempunyai bangunan

sendiri sehingga masih menumpang di sekolah dasar yang terletak di daerah Tebet Timur

dalam II G Jakarta Selatan.56

Proses belajar mengajar dilaksanakan pada siang hari yaitu dimulai dari jam

13.00 sampai jam 17.00. pada saat itu SMAN 8 filial mempunyai 2 jurusan yaitu jurusan

IPA dan jurusan IPS, dengan kepala sekolah Bapak Drs. Udit Maulana.

Pada bulan Juli 1985 SMAN 8 Filial mendapat penunggalan untuk berubah

nama menjadi SMAN 79 Jakarta, karena telah memiliki siswa yang cukup banyak dan

telah mampu untuk berdiri sendiri. Semula sekolah tersebut menumpang di Sekolah

Dasar dengan kepala sekolah Bapak Drs. Eman Kisman. Kemudian Bapak Kepala

Sekolah berusaha untuk mendapatkan gedung baru yaitu bekerja sama dengan POMG

mengupayakan kepada pemerintah daerah DKI Jakarta untuk mendapatkan gedung baru.

Kemudian pada bulan Juli 1987, dilakukan penyerahan gedung SMAN 79 yang beralamat

di Jalan Menteng Pulo Ujung, Menteng Atas Setia Budi Jakarta Selatan dan ketika itu

kepala sekolahnya Bapak Drs. Eman kisman. 57

SMAN 79 Jakarta sejak berdiri tahun 1980 hingga sekarang telah mengalami 11

priode pergantian kepala sekolah. Priode pertama dipimpin oleh kepala sekolah Bapak

Drs. Udit Maulana dari tahun 1980-1981 dan dilanjutkan oleh Ibu Yub Hadi.S sampai

tahun 1983. Dua priode kepemimpinan di atas, sekolah ini masih bernama SMAN 8

Filial. Kemudian pada tahun 1983 atau priode ke-3 yang dipimpin oleh kepala sekolah

56
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 2 September 2008.
57
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 2 September 2008.
Bapak Drs. Eman Kisman sekolah ini berganti nama menjadi SMAN 79 Jakarta. Setelah

itu telah terjadi pergantian kepala sekolah sebanyak 8 kali hingga sekarang yang dipimpin

oleh kepala sekolah Bapak Drs. A. Soekarno.58

a. Visi dan Misi

Pendidikan dan pengajaran merupakan kegiatan penting yang harus

diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di semua negara. Di

Indonesia pendidikan dilaksanakan merupakan upaya untuk melaksanakan salah-satu

cita-cita bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

SMAN 79 Jakarta dalam pelayanan pendidikan mengutamakan pengembangan

potensi peserta didik secara optimal dan mempunyai visi “Unggul dalam Prestasi

berdasarkan Kultur Iptek, Imtak dan 7K”. (keamanan, kebersihan, keindahan, ketertiban,

kekeluargaan, kerindangan dan kengamanan)

SMAN 79 Jakarta juga mempunyai misi antara lain:

1. Mengadakan kegiatan keagamaan secara rutin dan teratur untuk menumbuhkan

penghayatan dan penerapan keimanan dan ketaqwaan

2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif melalui pendalaman

materi dan remedial

3. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada siswa, guru, dan

karyawan, sehingga dapat bersaing pada lingkungan seprofesi

58
Tahun 1980 – 1981 : Bapak Drs. Udit Maulana, tahun 1981 – 1983 : Ibu Yub, Hadi S,
tahun 1983 – 1991 : Bapak Drs. Eman Kisman, tahun 1991 – 1995 : Ibu Hj. Srirahayu, Sumadi MM,
tahun 1995 – 1996 : Bapak Prohanta Sastradipura, tahun 1996 – 1998 : Ibu Drs. Hj. Jasni Yakub,
tahun 1998 – 2000 : Ibu Drs. Hj. Mutinah, tahun 2000 – 2002 : Bapak Drs. Soekarno, tahun 2002 –
2003 : Bapak Drs. H. Tahir Husein, tahun 2003 – 2005 : Bapak Drs. Hermanto M.M, tahun 2005 –
sekarang : Bapak Drs. A. Soekarno
4. Menumbuhkan budaya bangsa dalam berbudi pekerti dan bertata krama, sehingga

menjadi sumber kearifan dalam bertindak

5. Mewujudkan lingkungan yang indah, asri dan nyaman

b. Data Guru

Sekolah yang berkualitas tidak lepas dari fungsi guru sebagai pengajar dan

organisator yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan organisasi sekolah secara

bersamaan dengan baik dan struktural.

Di sekolah SMAN 79 Jakarta terdapat 56 guru, yang terdiri dari 23 guru laki-laki

dan 33 guru perempuan. Berdasarkan data tersebut di sekolah ini mayoritas dibimbing

oleh guru-guru perempuan ini membuktikan bahwa perempuan sudah diberikan

kebebasan dalam berkarir.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak wakil kepala sekolah bagian

humas/sapras yaitu Bapak Harjono S.Pd. Ia menyatakan: “alasan mengapa SMAN 79

Jakarta mayoritas pengajarnya perempuan adalah pada waktu SMAN 79 Jakarta baru

berdiri yang merupakan filial dari SMAN 8 mendapatkan drop atau surat keputusan yang

mayoritas pengajarnya perempuan dari SMAN 8.”59

Para guru di sini hampir semua sudah sarjana atau lulusan S1 yang berjumlah 48

orang dan lulusan D3 berjumlah 5 orang, bahkan ada lulusan S2 atau yang disebut doktor

berjumlah 3 orang.60

59
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009.
60
Data terlampir pada lampiran I.
Tebel 1: Jumlah dan latar belakang pendidikan

Pendidikan Laki-laki Perempuan


D3 3 2
S1 19 29
S2 1 2
Jumlah 23 33
Sumber Data Arsip SMAN 79 tahun 2007-2008

Mayoritas guru negeri mengajar di sekolah sesuai dengan surat keputusan (SK)

yang ditetapkan oleh pemerintah. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Harjono S.Pd

berikut ini:

“Sebenarnya saya waktu itu ditempatkan di mana saja tidak masalah inikan
sesuai dengan SK nya. Kebetulan pada waktu itu memang saya di tempatkan di
SMAN 79 Jakarta. Sebenarnya awal SK saya di SMAN 8, karena SMAN 79
merupakan filial dari SMAN 8 maka saya dan beberapa teman saya dipindahkan SK
nya ke SMAN 79 Jakarta.”61

Sementara itu pendapat senada diungkapkan oleh Ibu Dra. Loine Simanjuntak

berikut ini: “ Saya mengajar di SMAN 79 karena sudah ditetapkan sesuai dengan surat

keputusan, awalnya saya mengajar di SMAN 8 Filial kemudian pindah ke gedung baru

dan berubah nama menjadi SMAN 79 Jakarta. Akhirnya SK saya dipindahkan ke SMAN

79 Jakarta.”62

Para guru mempunyai tugas yang sangat penting di antaranya membuat program

pengajaran seperti menganalisis materi pelajaran, membuat program tahunan dan

semesteran, membuat program satuan pelajaran, silabus dan lain-lain, serta melaksanakan

kegiatan pembelajaran dan membuat naskah soal ulangan harian, blok, semesteran dan

61
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009.
62
Wawancara pribadi dengan Ibu Dra. Loine Simanjuntak, Jakarta, 9 Januari 2009.
ujian sekolah, juga membimbing siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar seperti

mengadakan tanya jawab di luar jam pelajaran apabila siswa kurang memahami materi,

membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa dan lain-lain.

c. Data Siswa

Jumlah keseluruhan siswa SMA Negri 79 Jakarta ketika observasi berjumlah

656 orang siswa: kelas I berjumlah 274 orang, kelas II berjumlah 189 orang dan kelas III

berjumlah 193 orang, keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2: Data Siswa Tahun Ajaran 2008-2009

Tabel Kelas I

Agama
No Kelas L P Jumlah
Islam Kristen
I I-1 21 19 40 38 2
I-2 20 20 40 40 -
I-3 18 22 40 40 -
I-4 19 20 39 39 -
I-5 19 21 40 40 -
I-6 19 21 40 38 2
I-7 22 13 35 35 -
Jumlah 138 136 274 270 4
Sumber Data Arsip SMAN 79 Tahun 2008-2009

Berdasarkan tabel data siswa kelas I jumlah siswa yang masuk ke sekolah

SMAN 79 meningkat tahun ini dibandingkan tahun kemarin yaitu 274 siswa sedangkan

tahun kemarin yaitu 189 siswa. Jumlah siswa laki-laki di sekolah ini lebih banyak yaitu

138 siswa dibandingkan jumlah siswa perempuan yaitu 136 siswa. Jumlah siswa muslim

yaitu 270 orang sedangkan jumlah siswa Kristen yaitu 4 orang.

Tabel Kelas II

Agama
No Kelas L P Jumlah
Islam Kristen
II II – IPA1 18 22 40 37 3
II – IPA2 16 21 37 35 2
II – IPS1 22 15 37 36 1
II – IPS2 22 17 39 37 2
II – IPS3 23 13 36 34 2
Jumlah 101 88 189 179 10
Sumber Data Arsip SMAN 79 Tahun 2008-2009

Berdasarkan tabel data siswa kelas II di atas jumlah siswa laki-laki 101 orang

dan jumlah siswa perempuan 88 orang. Sedangkan siswa yang beragama Islam berjumlah

179 dan siswa yang beragama Kristen berjumlah 10 orang. Di kelas II ini siswa-siswi

sudah dapat menentukan jurusan yang diminati, yaitu jurusan IPA dan jurusan IPS.

Jurusan IPA terdapat 2 kelas dengan jumlah siswa 77 orang dan jurusan IPS terdapat 3

kelas dengan jumlah siswa 112 orang.

Tabel Kelas III

Agama
No Kelas L P Jumlah
Islam Kristen
IIIIII – IPA1 21 16 37 34 3
III – IPA2 17 20 37 35 2
III – IPS1 24 16 40 37 3
III – IPS2 20 20 40 37 3
III – IPS3 22 17 39 39 -
Jumlah 104 89 193 182 11
Jumlah Total 343 313 656 631 25
Sumber Data Arsip SMAN 79 Tahun 2008-2009

Berdasarkan tabel data siswa kelas III di atas jumlah siswa laki-laki 104 dan

jumlah siswa perempuan 89 orang. Sedangkan jumlah siswa yang beragama Islam 182

orang dan siswa yang beragama Krisren 11 orang. Di kelas III ini terdapat 2 jurusan yaitu

2 kelas jurusan IPA dengan jumlah siswa 74 orang dan 3 kelas jurusan IPS dengan

jumlah siswa 119 orang.

Berdasarkan table data siswa dari kelas I, kelas II dan kelas III di atas dapat

dilihat bahwa jumlah siswa laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah siswa
perempuan. Hal tersebut di atas ditentukan berdasarkan minat siswa yang masuk ke

SMAN 79 Jakarta dan juga berdasarkan NEM. Seperti yang diungkapakn oleh Bapak

Harjono S.Pd yang menjabat wakil kepala sekolah bagian humas/sapras berikut ini:

“Jumlah siswa laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah siswa perempuan di


SMAN 79 itu ditentukan oleh minat siswa yang masuk kesini, kita tidak bisa
menetapkan siswa laki-laki atau siswa perempuan. Ketika kita menerimanya itukan
berdasarkan NEM. Kebetulan pada waktu itu nem-nem yang diterima di SMAN 79
Jakarta sebagian besar adalah laki-laki.”63

Alasan siswa sekolah di sini berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan oleh

Nurhalimah Tusadiyah: “ Memang saya diterima di sini, karena NEM saya dapatnya di

sini. Awalnya biasalah kita memilih sekolah yang terbaik pilihan pertama saya adalah di

SMAN 26, dan piihan kedua di SMAN 79 .”64

Hal senada juga diungkapkan oleh Canang Karismantio berikut ini: “ tujuan saya

sekolah adalah menuntut ilmu. Sekolahan memang banyak pilihan dan akhirnya saya

masuk di sini .”65

d. Kegiatan ekstrakurikuler SMAN 79 Jakarta

Dalam upaya mengembangkan bakat dan minat siswa, sekolah menyediakan

sarana kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SMAN 79

Jakarta sebanyak 9 kegiatan antara lain: Rohis (Rohani Islam), Rohkris (Rohani Kristen),

PMR, Mading, Paskibra, Sispala, Kesenian terdiri dari seni tari, seni musik dan teater,

Olahraga terdiri dari futsal, bulu tangkis, basket, tae kwon do dan pencak silat serta yang

terakhir adalah Scaint.

63
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009.
64
Wawancara pribadi dengan Nurhalimah Tusadiyah, Jakarta, 9 Januari 2009.
65
Wawancara pribadi dengan Canang Karismantio, Jakarta, 9 Januari 2009.
Ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang mengikuti berbagai perlombaan dan

mendapatkan juara. Berikut ini tabelnya:

Tabel 3: Kejuaraan

No Tahun Nama Kejuaraan Juara


Ekstrakulikuler
1 2003-2004 Paskibra PBB tingkat SLTA se- III
Jakarta
Sispala Panjat Tebing se DKI I
Rohis Cerdas Cermat kreatifitas III
Anak Muslim se Jakarta
Selatan
Sainct Kuis Galileo SCTV se II
DKI
Kesenian Modern Dance Duta III
Bangsa se DKI
Olah Raga Tae Kwon Do Putri III
Mading Mading Tingkat SLTA se III
DKI
2 2004-2005 Olah Raga Futsal ARKINDO II
Mading Mading Bahasa Jerman I
3 2005-2006 Sainct Kejuaraan Bahasa I
Inggris/dialog se DKI
4 2006-2007 Mading Mading Kejuaraan Paska III
Wira se Jakarta Selatan
Karate Karate POSSMA se Putra I
Jakarta Selatan Putri II

2. Sarana dan Prasarana

SMAN 79 Jakarta mempunyai bangunan berbentuk leter U dan berlantai tiga.

Lantai dasar terdiri dari ruangan operasional sekolah seperti ruangan kepala sekolah dan

wakilnya, ruangan guru, ruangan tata usaha, ruangan laboratorium, ruangan BP/BK, kelas

dan lain-lain. Lantai dua terdiri dari kelas-kelas, perpustakaa dan koperasi sedangkan di

lantai tiga terdapat kelas-kelas dan laboratorium komputer.

Rungan guru cukup besar . ia mempunyai fasilitas yang banyak seperti: 14

perangkat komputer, sebuah kipas angin, televisi berukuran 21 inci dan setiap guru
mempunyai loker dan meja pribadi. Ruangan guru bersebelahan dengan ruangan kepala

sekolah dan wakilnya agar memudahkan komunikasi antar guru dengan kepala

sekolahnya.

Sekolah ini mempunyai lapangan yang cukup luas tetapi sayang sebagian

lapangan digunakan untuk parkir kendaraan karena tempat parkir kurang cukup memadai

untuk menampung kendaran guru dan siswa-siswa. Sekolah ini juga mempunyai 17 kelas

yang terdiri dari 7 kelas digunakan untuk kelas I, 5 kelas digunakan untuk kelas II dan 5

kelas lagi digunakan untuk kelas III. Salah satu dari kelas tersebut digunakan untuk

kegiatan Rohkris yang dilaksanakan setiap hari Jum’at setelah kegiatan belajar mengajar.

Sarana dan prasarana sekolah yang lain yaitu sebuah masjid berlantai dua yang terletak di

belakang sekolah, akan tetapi bangunannya kurang besar sehingga tidak dapat

menampung siswa-siswi muslim yang ingin melaksanakan ibadahnya. Selain itu juga

masjid digunakan untuk kegiatan Rohis yang dilaksanakan setiap hari Selasa dan Jum’at

setelah kegiatan belajar mengajar.

Adapun sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan di sekolah ini antara lain

No Sarana dan Prasarana Jml No Sarana dan Prasarana Jml


1 Kelas 17 11 Ruang Tata Usaha 1
2 Laboratorium IPA 3 12 Studio Band 1
3 Laboratorium Komputer 1 13 Ruang Internet 1
4 Perpustakaan 1 14 Lapangan 1
5 Laboratorium Bahasa 1 15 Kantin 1
6 Ruang BP/BK 1 16 Koperasi 1
7 Ruang Kepala Sekolah 1 17 Ruang OSIS 1
8 Ruang Wakepsek 1 18 Pos Satpam 1
9 Ruang Guru 1 19 Ruang Alat-alat Olahraga 1
10 Ruang UKS 1 20 Masjid 1
3. Struktur Kelembagaannya

Struktur kelembagaan sekolah SMAN 79 Jakarta sama seperti sekolah-sekolah

negeri pada umumnya yang terdiri dari satu orang kepala sekolah dan tiga orang wakil

kepala sekolah, yaitu wakil kurikulum, wakil kesiswaan, wakil humas/sapras. Selain itu

dalam hal administrasi kepala sekolah dibantu oleh seorang kepala TU. Kepala sekolah

juga dapat berkoordinasi dengan komite sekolah. yang bertugas sebagai pemimpin

terhadap guru dan staf administrasi maksudnya adalah mendorong para guru dan staf

administrasi untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk menciptakan iklim

sekolah yang kondusif serta membantu guru, tenaga administrasi, murid, dan orang tua

murid untuk mempersatukan kehendak, pikiran dan tindakan untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki.

Kepala sekolah berkoordinasi dengan komite sekolah dalam menjalankan

kegitan belajar mengajar siswa di sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Harjono

S.Pd yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah bagian humas/sapras berikut ini:

“Tentang adanya pembuatan program-program kerja sekolah, salah satunya


menyangkut masalah anggaran. Sekolah menyusun rencana anggaran pendapatan
sekolah kemudian hasilnya diserahkan kepada ketua komite sekolah selaku
perwakilan dari orang tua murid yang kemudian diplenokan dengan orang tua siswa.
Sedangkan dalam masalah kurikulum tentu komite sekolah tidak ikut campur karena
itu otoritas dari sekolah, akan tetapi setiap ada sesuatu hal yang dianggap positif oleh
komite, biasanya dari komite sekolah itu mengusulkan, memberikan masukan atau
saran kepada pihak sekolah.”66

Kepala sekolah juga mempunyai staf-staf yang bertugas membantunya:

Kepala TU : Menyusun program tata usaha, mengelola keuangan, mengurus

administrasi ketenagaan dan siswa, menyusun administrasi

perlengkapan dan lain-lain.

66
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009.
Wakil Kurikulum : Menyusun program pengajaran, menyusun jadwal pelajaran,

menyusun pembagian dan uraian tugas guru, menyusun

penjabaran kalender pendidikan, menyusun program penjurusan

kelas bersama dengan wali kelas dan guru BP/BK.

Wakil Kesiswaan : Menyusun program pembinaan kegiatan kesiswaan (OSIS),

menyusun jadwal dan program pembinaan siswa secara berkala

dan insidentil, membina pengurus OSIS dalam berorganisasi,

membina dan mengawasi kegiatan upacara bendera, SKJ dan try

out, membimbing, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan

siswa dalam disiplin dan tata tertib.

Wakil Humas/Sapras : Mendayagunakan sarana dan prasarana sekolah, menyusun

program pengadaan, pengamanan dan pemeliharaan barang

inventaris khususnya yang berkaitan dengan KBM; mengadakan

sosialisasi sekolah terhadap masyarakat.

Koordinator Lab : Menyusun jadwal praktik, mengatur dan mengamankan alat-alat

praktikum, menyiapkan alat-alat praktik, menyusun tata tertib

praktikum dan lain-lain.

Wali Kelas : Membantu pengembangan kecerdasan dan keterampilan,

membantu kepribadian dan budi pekerti, mengetahui kehadiran

dan masalah siswa, memperhatikan buku lapor dan kenaikan

kelas, melakukan koordinasi dengan bidang BP/BK dan bidang

kurikulum.
Koord Perpus : Menyusun rencana pengembangan dan bertanggungjawab

penyelenggaraan perpustakaan sekolah, memperhatikan distribusi

dan simulasi minat baca, menertibkan dan melengkapi sarana dan

administrasi perpustakaan.

Struktur organisasi SMAN 79 Jakarta

Komite Sekolah Kepala Sekolah


H.M.Yusuf.BA Drs. A.Sukarno

Kepala TU
Suroso

Wa.Kurikulum Wa. Kesiswaan Wa. Sapras


Dra.Iceu Rufiana.MM Sunardi. Spd Harjono

Staf Kur Staf SAS Staf Kur Staf Kesiswaan


Dra. Kusrinarsih Drs. Yurizal Erni S. Spd Drs. Zaenal A

Koor Bid Studi Koor Lab Walas Koor Perpus


B. Seputar Rohis: Sejarah, Tujuan dan Program

1. Sejarah Rohis

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, mereka mengatakan

bahwa tidak mengetahui secara jelas tentang sejarah berdirinya Rohis dan Rohkris di

SMAN 79 karena tidak pernah dibukukan, yang mereka ketahui bahwa Rohis dan

Rohkris merupakan bagian dari kegiatan OSIS dalam bidang keagamaan.

Seperti yamg diungkapkan oleh Bapak Drs. H. Syihabuddin Pembina Rohis

berikut ini: “Sejarah Rohis saya tidak begitu paham dan berdirinya saya kurang tahu juga

kebetulan saya disini pengajar junior yang saya tahu Rohis merupakan bagian dari

kegiatan OSIS.”67

Pendapat senada juga diungkapkan oleh mantan Pembina Rohis yaitu Bapak

Abdul Gofur berikut ini: “Sejarah Rohis sebenarnya sudah lama berdiri sebelum saya

mengajar disini yaitu kira-kira tahun 1987, awal sejarah Rohis saya tidak tahu. Kemudian

pada tahun 1997 saya mulai mengajar di SMAN 79 dan langsung ditunjuk menjadi

Pembina Rohis sampai tahun 2007.”68

2. Tujuan Rohis

Rohis adalah organisasi yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam dengan berpegang

teguh pada Al Qur’an dan Al Hadits. Organisasi ini bertujuan menyiapkan kader-kader

Islam yang berkualitas dalam menyampaikan dakwah Islam.

Rohis sebagai satu organisasi yang bergerak di bidang keagamaan mempunyai

tujuan memberikan pengkajian yang lebih tentang ilmu keagamaan dan moral kepada

siswa-siswi di sekolah.

67
Wawancara pribadi dengan Bapak Drs. H. Sihabuddin, Pembina Rohis SMAN 79, Jakarta, 11
Nopember 2008.
68
Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Gofur, Jakarta, 11 November 2008
Bapak Drs. H. Syihabuddin selaku pembina Rohis berpendapat mengenai Rohis

“Rohis adalah Rohani Islam, Rohis adalah suatu kegiatan anak-anak muslim di
sekolah untuk mengadakan kegiatan yang bersifat keislaman. Rohis merupakan
bagian dari OSIS. Tujuan diadakannya Rohis di SMAN 79 agar siswa yang muslim
dan berminat untuk mengembangkan tentang keislamannya baik dalam masalah-
masalah keagamaan maupun dalam masalah sosial keislaman ini dapat ditampung
dan dibina.”69

Di SMAN 79, Rohis merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang

diwajibkan untuk siswa-siswi yang beragama Islam. Kegiatan Rohis ini diadakan dua kali

dalam seminggu yaitu setiap hari Selasa dan hari Jum’at yang bertempat di masjid

sekolah. Kegiatan ini bertujuan agar siswa-siswi mendapatkan pemahaman keagamaan

yang baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

mengontrol sikap dan tingkah laku dalam bergaul di lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat.

3. Program Kegiatan Keagamaan Rohis

Program kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh Rohis SMAN 79 Jakarta

dalam upaya meningkatkan keagamaan siswa ini, sangatlah bervariasi. Namun

kesemuanya ini tidak dapat lepas dari adanya pemprograman yang telah direncanakan,

berikut ini uraian program kerja khususnya kegiatan keagamaan yang ada di Rohis

SMAN 79 Jakarta.70

Kegiatan Rutin

a. Mentoring, materi yang dipelajari yaitu tentang pengetahuan Islam seperti sejarah

kebudayaan Islam, kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan Islam lebih

69
Wawancara pribadi dengan Bapak Drs. H. Sihabuddin, Pembina Rohis SMAN 79, Jakarta, 11
Nopember 2008.
70
Rohis SMAN 79 Jakarta, Proposal Program Kerja periode 2008-2009
mendalam dan meningkatkan dakwah Islam. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari

Jum’at setelah shalat Jum’at bertempat di masjid yang dipimpin oleh alumni SMAN

79 dan diikuti oleh anggota Rohis. Mentor memberikan foto copy materi yang akan

dibahas kemudian menjelaskan dan diadakan tanya jawab.

b. BTAQ (belajar membaca Al Qur’an), materi yang dipelajari yaitu cara membaca Al

Qur’an yang baik dan mempelajari ilmu tajwid. Kegaiatan ini bertujuan agar anggota

Rohis dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Kegiatan ini dilaksanakan

setiap hari Selasa setelah siswa-siswi selesai kegiatan belajar mengajar yang

bertempat di masjid. Kegiatan ini dipimpin oleh pembina Rohis yaitu Bpk. Drs. H.

Syihabuddin dan diikuti oleh anggota Rohis kelas X dan XI. Dalam kegiatan ini buku

yang digunakan hanyalah al-Quran.

c. BCA (Belajar Ceramah Agama), kegiatan ini bertujuan agar kemampuan berbicara di

depan umum dapat terlatih lagi. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jum’at minggu

ke IV bertempat di masjid yang dipandu oleh alumni SMAN 79 yang diikuti oleh

anggota Rohis kelas X dan XI

d. Kerja bakti di masjid, kegiatan ini bertujuan agar masjid menjadi lebih bersih dan

nyaman. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu minggu ke III dan diikuti oleh

seluruh anggota dan pengurus Rohis.

Kegiatan-kegiatan Keagamaan Lainnya adalah :

a. Silaturrahim antar Rohis sekolah, bertujuan untuk meningkatkan silaturrahim antar

elemen Rohis yang diikuti oleh Rohis SMAN 3, SMAN 37, SMAN 43, SMAN 26

dan SMAN 8 yang dilaksanakan setelah Ramadhan.


b. Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, bertujuan untuk meningkatkan

kepedulian terhadap hari besar Islam yang diikuti oleh seluruh warga SMAN 79 yang

beragama Islam yang dilaksanakan pada bulan Maret 2008.

c. Buka puasa bersama, bertujuan mempererat tali silaturrahim antar anggota Rohis

yang diikuti oleh seluruh intern Rohis yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan

d. Rihlah, bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang tempat-

tempat kebudayaan Islam yang diikuti oleh seluruh intern Rohis yang dilaksanakan

pada bulan Januari 2008

Struktur Organisasi Rohis

Struktur organisasi Rohis SMAN 79 Jakarta terdiri dari Pembina, Pembimbng,

Vokalis, Ketua Rohis, Ketua Keputrian, Sekretaris I dan II, Bendahara, Humas, Dakwah,

Kaderisasi dan Syiar. Pembina terdiri dari Bapak Kepala Sekolah yang mempunayi tugas

memberikan nasihat yang arif dan bijakasana bagi kepentingan pengembangan

organisasi. Sedang pembimbing Rohisnya adalah Drs. H. Syihabuddin yang sangat

dibutuhkan untuk membimbing dan mengarahkan dalam menjalankan kegiatan Rohis

SMAN 79 Jakarta. Vokalis adalah vorum komunikasi alumni Rohis yang bertugas

memberikan pengarahan untuk program-program Rohis.

Humas bertugas sebagai koordinasi segala kegiatan yang ada di Rohis dan

mempublikasikannya. Contoh : Apabila ada kegiatan Rohis maka tugas humas adalah

mempublikasikan kegiatan tersebut di madding dan juga menyebarluaskannya melalui

Jarkom (jaringan komunikasi) melalui SMS atau telephon. Adapun dakwah bertugas

membuat acara-acara yang bersifat intern Rohis yang bertujuan untuk menguatkan
jasadiyah dan ruhiyah anggota Rohis. Programnya adalah MABIT (Malam Bina Iman

dan Takwa), Rihlah dan kajian-kajian.

Kaderisasi bertugas membuat acara-acara yang bersifat rekrutmen yang

bertujuan supaya remaja-remaja SMAN 79 tertarik ke Rohis. Programnya adalah

mentoring, belajar membaca Al Qur’an, belajar ceramah agama, dan mutabaah (aktifitas

ibadah). Sedangkan syiar bertugas membuat acara-acara yang bersifat ekstern seperti

PHBI (Perigatan Hari-hari Besar Islam); Isra Miraj, Maulid Nabi Muhammad SAW,

Santunan anak-anak yatim piatu dan lain-lain.

Kewajiban setiap pengurus yakni melaksanakan kebijaksanaan dan tugas-

tugasnya yang telah diterapkan dalam musyawarah bersama anggota Rohis yang lain.

STRUKTUR ORGANISASI ROHIS


PRIODE : 2008 – 2009

Pembimbing
Drs. H. Syihabuddin

Vokalis
Rifki Handarto

Ketua Rohis Ketua Keputrian


Fajar Susanto Amalia Hadi

Sekretaris Bendahara
Sarvita Zulaeha Setianingsih
Evi Lisdiani

Humas Dakwah Kaderisasi Syiar


Andita Mega, M.Arif R, Anisa K, Qashiratuthor
Febri, Rina Rian H, Siti F Ardhesti fiin, Tubagus
Iman
C. Sekilas Tentang Rohkris: Sejarah, Tujuan dan Program

1. Sejarah Rohkris

Sejarah berdirinya Rohkris tidak diketahui sama seperti sejarah berdirinya

Rohis. Rohkris merupakan salah satu sie dari OSIS. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu

Dra. Loine Simanjuntak, Pembina Rohkris berikut ini: “ Saya kurag tahu tentang sejarah

Rohkris karena baru tahun ini saya ditunjuk sebagai Pembina Rohkris. Saya hanya tahu

Rohkris itu merupakan salah satu sie dari OSIS.” 71

2. Tujuan Rohkris

Rohkris adalah Rohani Kristen, kegiatan keagamaan ini termasuk salah satu dari

kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan oleh sekolah. Menurut pembimbing Rohkris

yaitu Ibu Dra. Loine Simanjuntak:

“Tujuan diadakan kegiatan keagamaan Rohkris adalah sebagai wadah bagi siswa
Kristen untuk memperdalam ilmu keagamaan Kristen dan untuk memperdalam
keagamaan siswa-siswi yang beragama Kristen. Rohkris juga mempunyai manfaat
supaya prilaku siswa-siswi Kristen sesuai dengan ajaran Kristen yang telah
diharapkan.”72

3. Program Kegiatan Keagamaan Rohkris

71
Wawancara pribadi dengan Ibu Loine Simanjuntak, Pembina Rohkris, Jakarta, 14 November
2008
72
Wawancara pribadi dengan Ibu Loine Simanjuntak, Pembina Rohkris, Jakarta, 14 November
2008
Rohkris mempunyai beberapa kegiatan keagamaan diantaranya :73

a. PDPA (Persekutuan Doa dan Pendalaman Al Kitab), kegiatan ini bertujuan agar

siswa-siswi yang beragama Kristen lebih memahami dan mendalami Al Kitab.

Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jum’at setelah shalat Jum’at bertempat di kelas

yang di pimpin oleh pembimbing Rohkris yaitu Dra. Loine Simanjunjak.

Pembimbing Rohkris memberikan materi mengenai Al Kitab kemudian menjelaskan.

b. Renungan pagi, kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu dan Kamis di pagi

hari sebelum siswa-siswi memulai kegiatan belajar mengajar bertempat di kelas.

Renungan pagi ini dipimpin oleh pembimbing Rohkris dengan kegiatan membaca

doa kemudian menyanyi dilanjutkan dengan membaca Al Kitab dan di tutup dengan

membaca doa.

c. Natal, dirayakan di sekolah pada tanggal 19 desember 2008 bekerja sama dengan

Rohkris SMAN 43. Acaranya terdiri dari ibadah, drama, nyanyi dan liturgy yaitu

pembacaan naskah-naskah al-kitab. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mempererat

hubungan kita sesama orang Kristen dan juga untuk lebih mengerti arti natal.

d. Paskah, yaitu kenaikan tuhan Yesus, setelah disalib namanya Jum’at Agung.

Kemudian dibangkitkan setelah 3 hari dari penyaliban namanya Paskah. Di sekolah,

kita mengadakannya tetapi biasanya kita gabung dengan kegiatan ret-ret yaitu

kegiatan mengasingkan diri untuk merenungkan Al Kitab. Kegiatan ini diisi dengan

membaca Al Kitab, menyanyi dan membaca doa.

Struktur Organisasi Rohkris

Struktur organisasi Rohkris SMAN 79 Jakarta terdiri dari Pembina,

Pembimbing, Ketua Rohkris, Wakil Ketua Rohkris, Bendahara dan Sekretaris.


73
Wawanara pribadi dengan Jessica Simanjuntak, Ketua Rohkris, Jakarta, 14 November 2008
STRUKTUR ORGANISASI ROHKRIS
PRIODE : 2008 – 2009

Pembina
Kepala Sekolah

Pembimbing
Dra.Loine S

Ketua Rohkris Wakil Ketua


Jessica Simanjuntak Dwi Anastasia S

Sekretaris Bendahara
Yuliana Merry Kadhita

D.Minat Siswa Terhadap Kegiatan Keagamaan di Sekolah

Minat siswa terhadap Rohis cukup bagus dan anggotanya cukup lumayan yaitu

sekitar 38 orang,74 tetapi ada kegiatan ekstrakurikuler yang lain yang anggotanya lebih

banyak. Kebanyakan alasan mereka mengikuti Rohis adalah ingin mengetahui tentang

Islam, tentang kebudayaan-kebudayaan Islam. Alasan mereka mengikuti Rohis juga

berbeda-beda seperti yang diungkapkan oleh Amalia Hadi, Ketua Keputrian di Rohis

menjelaskan: “Saya mengikuti Rohis karena teman dekat banyak yang masuk ke Rohis,

74
Data terlampir pada lampiran
karena itu saya tertarik juga untuk ikut serta dalam kegiatan Rohis, selain itu untuk

menambah pengetahuan saya tentang Rohis.”75

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Fajar Susanto, Ketua Rohis: “Saya

masuk Rohis bertujuan ingin memperdalam ilmu agama selain itu juga bisa menambah

teman.”76 Hal senada juga diungkapkan oleh Anis Nur Husna, aktivis rohis: “Saya

mengikuti Rohis karena mau menambah wawasan tentang Islam.”77

Minat siswa terhadap Rohkris cukup bagus. Semua siswa yang beragama

Kristen aktif di Rohkris jumlahnya sekitar 13 orang, tetapi karena berbarengan dengan

kegiatan ekstrakurikuler lain yang diadakan pada hari yang sama yaitu hari Jum’at maka

mereka berkurang intensitasnya di Rohkris.

Ada beberapa alasan mereka aktif di Rohkris di antaranya seperti yang

diungkapkan oleh aktifis Rohkris yang bernama Dwi Anastasia, Wakil Ketua Rohkris

menjelaskan: “ Saya aktif di Rohkris karena keinginan dari hati saya, karena kita sebagai

umat beragama wajib mendekatkan diri kepada Tuhan, selain itu juga bisa dijadikan

sarana pelayanan kepada Tuhan”. 78

Hal serupa juga diungkapkan oleh aktifis Rohkris lainnya yang bernama Jessica

Simanjuntak, Ketua Rohkris menjelaskan: “ Rohkris adalah sebuah wadah untuk orang

Kristen bersatu menyuarakan hatinya dan juga rasa keingintahuan saya tentang agama

Kristen yang menyebabkan saya masuk ke sini.”79 Sedangkan menurut Canang

75
Wawancara pribadi dengan Amalia Hadi, Ketua Keputrian Rohis, Jakarta, 7
Nopember 2008.
76
Wawancara pribadi dengan Fajar Susanto, Ketua Rohis, Jakarta, 7 Nopember 2008.
77
Wawancara pribadi dengan Anis Nur Husna, Jakarta, 7 Nopember 2008
78
Wawancara pribadi dengan Dwi Anastasia, Wakil Ketua Rohkris, Jakarta, 14
November 2008.
79
Wawancara pribadi dengan Jessica Simanjuntak, Ketua Rohkris, Jakarta, 14
Nopember 2008
Karismantio aktifis Rohkris juga menjelaskan: “ kegiatan Rohkris merupakan kewajiban

dari sekolah dan saya masuk Rohkris atas kemauan diri sendiri.” 80

80
Wawancara pribadi dengan Canang Karismantio, Jakarta, 14 November 2008.
BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Intensitas Aktifis Rohis dan Aktifis Rohkris dalam Kegiatan Keagamaa di

SMAN 79 Jakarta Selatan

Rutinitas atau intensitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menjelaskan

tentang seberapa sering informan aktifis Rohis dan Aktifis Rohkris dalam mengikuti

kegiatan keagamaan di sekolah seperti Rohis dan Rohkris.

Intensitas atau rutinitas informan aktifis Rohis dalam mengikuti kegiatan Rohis

yang diadakan setiap hari Selasa dan Jum’at yang bertempat di Masjid sekolah itu hampir

semuanya mengaku aktif di Rohis, kecuali apabila ada halangan mereka tidak hadir,

seperti yang diungkapkan oleh beberapa aktifis Rohis berikut ini.

Amalia Hadi aktifis Rohis menjelaskan: “ Waktu kelas X sih, pasif banget, malas

datang, pokoknya suka cabut deh! Dah gitu cabutnya kompakan, tetapi sekarang kelas XI

tidak lagi, karena tengsin sama adik-adik kelas yang mempunyai semangat 45. Amel

tidak hadir apabila ada halangan seperti les.”81

Hal senada juga diungkapkan oleh Bagas Febriansyah Wijaya aktifis Rohis

berikut ini: “ Sekarang masih aktif walaupun setiap hari Selasa tidak pernah datang

karena waktu kegiatan Rohis terlalu sore dan tempat tinggal jauh jadi sama orang tua

tidak diizinkan ikut Rohis, tetapi setiap hari Jum’at saya selalu datang karena waktu

kegiatannya siang hari.”82

Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, informan lainnya seperti

Nurhalimah Tusadiyah, Fajar Susanto, Ahmad Affandi dan Anis Nurhusna menyatakan

81
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi, Jakarta, 7 Nopember 2008.
82
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya, Jakarta, 7
75
Nopember 2008.
hal yang sama. Selama masih bisa datang dan diberi waktu luang oleh Allah SWT

mereka akan berusaha untuk selalu aktif di Rohis.

Sementara itu, intensitas informan aktifis Rohkris dalam mengikuti kegiatan

Rohkris yang dilaksanakan setiap hari Jum’at yang bertempat di kelas itu berbeda-beda,

ada beberapa informan mengaku bahwa mereka jarang mengikuti kegiatan Rohkris tetapi

sebagian besar informan mengaku aktif mengikuti Rohkris.

Sebagian besar informan mengaku aktif mengikuti kegiatan Rohkris seperti yang

diungkapkan oleh Dwi Anastasia Silalahi aktifis Rohkris berikut ini: “ Kehadiran hampir

99% paling klo tidak bisa datang karena mendadak ada acara, saya rajin mengikuti PDPA

(persekutuan doa dan pendalaman alkitab).”83

Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas , informan lainnya pun seperti

Canang Karismantio, Demonsky Ambonness Rassel dan Jessica Simanjuntak

menyatakan hal yang sama. Mereka juga selalu mengikuti kegiatan Rohkris yang

dilaksanakan setiap hari Jum’at di SMAN 79 Jakarta.

Pendapat berbeda diungkapakan oleh sebagian kecil informan lainnya seperti

George Alexander dan Megawati Immanela. Mereka tidak selalu mengikuti kegiatan

Rohkris. Seperti yang diungkapkan oleh Megawati Immanela aktifis Rohkris: “ Gak

terlalu aktif banget, paling Cuma ikutin kegiatan rutinnya aja.”84

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan ditemukan pada aktifis Rohis

mayoritas terlibat aktif dalam aktifitas keagamaan yang diadakan di sekolah. Sementara

aktifis Rohkris dari beberapa informan ditemukan kurang terlibat aktif dalam aktifitas

83
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Ana Stasia S, Jakarta, 14 Nopember 2008.
84
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela, Jakarta, 14 Nopember 2008.
keagamaan yang diadakan di sekolah akan tetapi sebagian besar terlibat aktif dalam

aktifitas Rohkris.

B. Keberagamaan Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan

manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seorang melakukan perilaku

ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan

supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat

mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu,

keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi.

Menurut Glock dan Stark, ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu,

dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik),

dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial) dan dimensi

pengetahuan agama (intelektual).

Di sini penulis akan membahas 3 dimensi keberagamaan yaitu dimensi

keyakinan, dimensi peribadatan atau praktek agama dan dimensi pengetahuan.

a. Dimensi Keyakinan

Keyakinan dalam beragama merupakan hal yang sangat penting. Keyakinan

adalah pondasi awal yang harus dibentuk untuk dapat menjalankan agama dengan baik.

Tanpa keyakinan, seseorang tidak dapat menjalankan setiap ajaran agama yang dianutnya

secara sempurna.

Keyakinan dalam beragama dimulai dari keyakinan mereka terhadap Tuhan

pencipta alam. Agama apapun pasti mengajarkan pentingnya meyakini akan adanya
Tuhan. Semua informan baik aktifis Rohis maupun aktifis Rohkris mengaku meyakini

adanya Tuhan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Amalia Hadi aktivis Rohis (Rohani Islam).

Ia mengaku percaya dengan adanya Tuhan yang telah menciptakan alam semesta ini.

Sebagaimana yang diungkapkan olehnya:

“ Tuhan adalah yang menciptakan alam semesta ini, Dia yang mengatur
matahari terbit dari Timur ke Barat. Saya percaya dengan adanya Tuhan. Tuhan bisa
dirasakan. Dia tidak bisa dilihat, tidak juga bisa disentuh, tapi dia terasa dekat, lebih
dekat dari kulit kita. Kita harus mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Setelah aktif di Rohis keyakinan saya terhadap Tuhan sama saja karena saya sudah
diajarkan sejak di Madrasah Ibtidaiyah.” 85

Aktivis Rohis, Bagas Febriansyah Wijaya juga mengungkapkan hal yang sama:

“Tuhan adalah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Saya percaya
dengan adanya Tuhan karena Tuhanlah yang menciptakan saya. Kita harus beribadah
kepadanya. Setelah aktif di Rohis keyakinan saya terhadap Tuhan lebih kuat dari
sebelumnya, karena di Rohis lebih banyak lagi hal-hal yang tidak diajarkan pada
pelajaran agama di sekolah.” 86

Sementara itu hal senada juga diungkapkan oleh Jessica Simanjuntak aktivis

Rohkris (Rohani Kristen):

“Tuhan adalah sesuatu hal yang tidak bisa kita lihat dengan mata tapi bisa kita
lihat mujizat yang diberikannya. Saya percaya dengan adanya tuhan karena
mujizatnya dan hal-hal yang dilakukannya nyata. Kita harus berdoa, membaca
alkitab dan menerapkan hidup kita untuk hidup di jalan Dia. Setelah aktif di Rohkris
saya semakin setia sama Tuhan, klo saya lagi dapat masalah saya lebih percaya pada
Tuhan.” 87

Aktivis Rohkris’ Demonsky Ambonness Rassel mengungkapkan pendapat yang

tidak jauh berbeda. Ia percaya akan adanya Tuhan karena Dialah yang menciptakan bumi

beserta isinya. Sebagaimana yang diungkapkan: “Tuhan adalah pencipta bumi beserts

85
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi, Jakarta, 7 Nopember 2008.
86
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya, Jakarta, 7
Nopember 2008.
87
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak, Jakarta, 14 Nopember 2008.
isinya, yang berkuasa atas segalanya. Saya percaya dengan adanya Tuhan karena tanpa

Dia , tidak mungkin saya bisa hidup sampai sekarang dan tidak bisa isi angket ini. Setelah

aktif di Rohkris saya semakin percaya Tuhan itu ada.” 88

Setiap umat beragama yang meyakini keberadaan Tuhan pasti percaya bahwa

setiap kesenangan, kesulitan, musibah dan lain sebagainya merupakan bagian dari takdir

Tuhan yang tidak dapat dihindari. Takdir merupakan ketentuan atau ketetapan Tuhan

yang diberikan pada makhluknya.

Dalam Islam takdir adalah kepastian atau ketentuan. Yaitu suatu ketentuan yang

telah ditetap Allah SWT kepada setiap hambaNya. Ketentuan ini tidak mengikat terhadap

apapun juga, cukuplah dengan kehendak Allah maka itu akan terjadi dan rangkuman isi

takdir ini sudah selesai pada zaman azali pada saat kitab Lauh Mahfudz dan sudah tertulis

di dalamnya perkara-perkara apa saja yang akan menimpa tiap makhluknya bahkan

sampai penentuan apakah ia termasuk penghuni surga atau neraka.89

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa aktivis Rohis dan Rohkris,

sebagian dari mereka paham atau mengetahui tentang adanya takdir Tuhan, dan informan

dalam penelitian ini mengaku meyakini akan adanya takdir Tuhan. Beberapa di antaranya

adalah :

Nurhalimah Tusadiyah aktivis Rohis menjelaskan :

“Takdir adalah ketetapan Tuhan. Saya yakin dengan adanya takdir Tuhan
karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi hari ini, hari esok, dan

88
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Demonsky Ambonness Rassel, Jakarta, 14
Nopember 2008.

89
Wiki, Takdir dalam Agama Islam, artikel diakses tanggal 26 Desember 2008, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Takdir
seterusnya. Karena kita berada dalam takdir Allah yang manusia tidak bisa
memprediksi secara pasti karena manusia adalah makhluk yang mempunyai
keterbatasan dalam segala hal. Dalam menyikapi takdir Tuhan yang baik kita
hendaknya bersyukur dan menggunakan apa yang kita miliki atau potensi kita
digunakan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan dalam menyikapi takdir Allah yang
buruk hendaknya kita menerima dan lapang dada serta yakin bahwa Allah
memberikan yang terbaik untuk kita semua. Setelah aktif di Rohis keyakinan saya
terhadap takdir Tuhan semakin bertambah, saya yakin takdir Tuhan ada yang baik
dan buruk, ada yang bisa dirubah dan juga tidak bisa dirubah.” 90

Fajar Susanto aktivis Rohis menjelaskan :

“Takdir adalah ketentuan Tuhan seperti bencana alam, kematian dan lain-lain.
Saya percaya dengan adanya takdir Tuhan karena semuanya sudah terjadi seperti
kematian dan bencana alam. Apapun takdir Tuhan baik takdir baik maupun takdir
buruk kita harus tetap terus beribadah kepada-Nya. Setelah aktif di Rohis saya
tambah percaya bahwa semuanya sudah ditentukan oleh Tuhan.” 91

Dwi Anastasia Silalahi aktivis Rohkris menjelaskan : “Takdir adalah ketentuan

Tuhan. Saya yakin atau percaya apapun yang Tuhan takdirkan untuk saya itu adalah yang

terbaik. Apapun yang Tuhan takdirkan baik takdir baik maupun takdir buruk kita harus

bersyukur dan berdoa. Setelah aktif di Rohkris saya semakin berserah diri dengan takdir

Tuhan.” 92

Aktivis Rohkris, Canang Karismantio menjelaskan:

”Takdir adalah ketentuan Tuhan seperti kematian, semua orang ditakdirkan akan
meninggal. Saya percaya dengan adanya takdir Tuhan karena segala sesuatu itu
sudah direncanakan Tuhan. Setelah aktif di Rohkris saya mengalami perubahan
terhadap rohani saya, ya tentunya pasti lebih lagi yang tadinya hanya berpikir oh itu
hanya kerja saya selama ini tapi ternyata itu memang ada campur tangan Tuhan yang
lebih untuk kegiatan kita sehari-hari.” 93

90
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Halimah Tusadiyah, Jakarta, 7 Nopember 2008.
91
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Fajar Susanto, Jakarta, 7 Nopember 2008.
92
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Ana Stasia S, Jakarta, 14 Nopember 2008.
93
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio, Jakarta, 14 Nopember 2008.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa aktivis

Rohis dan aktivis Rohkris percaya dengan adanya Tuhan dan percaya dengan adanya

takdir Tuhan. Setelah para informan aktif mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah

seperti Rohis dan Rohkris, sebagian besar informan mengalami perubahan, mereka

semakin percaya dengan adanya Tuhan sang pencipta dan ada juga yang tidak mengalami

perubahan karena sudah diajarkan sejak di Madrasah Ibtidaiyah. Mengenai takdir Tuhan,

para informan semakin yakin bahwa segala takdir Tuhanlah yang menentukannya.

b. Dimensi Ritual

Ritual menurut bahasa berarti upacara keagamaan. Secara istilah, ritual berarti

suatu sistem upacara magis (gaib) atau religius. Sifat magis dalam ritual itu berbentuk

kata-kata khusus dan bersifat rahasia yang biasanya terikat dengan suatu tindakan

penting.

Dalam kamus Teologi, Gerald o’collins dan Edward G. Farrugia mengartikan

ritual sebagai catatan resmi yang berisikan doa-doa dan peraturan mengenai apa yang

harus dilakukan dalam perayaan sakramen, upacara penguburan, pengucapan kaul publik,

pemberkatan gereja, dan upacara-upacara keagamaan lainnya.

Setiap agama memiliki ritual yang berbeda-beda. Dengan demikian ritual agama

yang dijalankan oleh umat Islam dan umat Kristen berbeda pula. Shalat adalah salah satu

ritual agama yang wajib dijalankan oleh umat Islam. Sementara ritual agama yang rutin

dijalankan oleh umat kristiani salah satunya adalah kebaktian di gereja.


Shalat dan kebaktian di gereja adalah salah satu cara mendekatkan diri pada

pencipta-Nya. Setiap umat Islam dan umat Kristiani yang berusaha menjalankan setiap

ajaran agama dengan sebaik mungkin, pasti tidak akan lalai apalagi sampai tidak

menjalankan shalat atau kebaktian. Tidak hanya shalat dan kebaktian di gereja saja ritual

agama yang dijalankan oleh umat Islam dan umat Kristiani, masih ada ritual agama

lainnya, seperti dalam agama Islam ada ritual puasa, zakat, haji, membaca Al Qur’an,

zikir, I’tikaf di masjid pada bulan puasa dan lain-lain. Sedangkan dalam agama kristiani

ada ritual persekutuan suci, baptis, perkawinan dan lain-lain.

Pentingnya menjalankan ritual agama juga sangat disadari oleh semua informan

dalam penelitian ini, seperti diungkapkan oleh beberapa informan di bawah ini :

Aktivis rohis, Anis Nur Husna menjelaskan: “ Menjalakan ritual adalah penting

karena itu merupakan perintah dari Tuhan. Sebelum saya aktif di Rohis saya menjalankan

ritual bermalas-malasan tetapi setelah aktif di Rohis ritual saya tambah rajin, tepat waktu

dan tidak ditunda-tunda.” 94

Aktivis Rohis, Achmad Affandi menjelaskan : “Melaksanakan ibadah adalah

penting karena itu adalah bekal yang akan kita bawa di akhirat nanti. Sebelum aktif di

Rohis ritual saya berantakan dan hidup saya sangat terpojokkan karena pergaulan tetapi

setelah aktif di Rohis ritual saya bertambah bagus dan hidup saya lebih bermakna.” 95

Aktivis Rohkris, Megawati Immanela menjelaskan : “Melaksanaka ritual adalah

penting karena ritual sebagai ucapan syukur atas berkat Tuhan selama seminggu.

94
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Anis Nur Husna, Jakarta, 7 Nopember 2008.
95
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Achmad Affandi, Jakarta, 7 Nopember 2008.
Sebelum aktif Rohkris dan sesudahnya ritual saya baik-baik saja tidak mengalami

perubahan.” 96

Aktivis Rohkris, George Alexander menjelaskan: “ Melaksanakan ritual adalah

penting karena itu sebagai ucapan syukur atas berkat Tuhan selama seminggu. Sebelum

aktif di Rohkris ritual saya malas-malasan ke gereja tetapi setelah aktif di Rohkris saya

bertambah rajin ke gereja.” 97

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan baik aktifis Rohis maupun

aktifis Rohkris dapat diketahui bahwa melaksanakan ritual adalah penting karena perintah

Tuhan, sebagai bekal diakhirat dan juga sebagai tanda syukur kepada Tuhan. Ritual

aktifis Rohis dan aktifis Rohkris mengalami perubahan setelah mereka aktif di organisasi

keagamaan, seperti mereka semakin rajin melaksanakan ajaran agamanya. Ada juga yang

tidak mengalami perubahan karena sebelum dan sesudah aktif di Rohkris ritualnya baik-

baik saja. Ketaatan aktivis Rohis dan aktivis Rohkris sama saja tidak ada yang lebih taat

karena setelah mereka aktif dalam kegitan keagamaan mereka mengalami perubahan

dalam hal ibadahnya, semakin lebih rajin beribadah.

c. Dimensi Pengetahuan

Bagi para pemeluk agama, pengetahuan tentang agama sangatlah penting.

Pengetahuan tentang agama membantu setiap pemeluk agama memahami ajaran agama

yang dianutnya dengan baik. Pengetahuan tentang agama bisa didapati dari mana saja.

Seperti pengajian, kajian-kajian keagamaan, buku-buku tentang agama, dan lain-lain.

Seperti diungkapkan dua aktifis Rohis di bawah ini :Aktivis Rohis, Amalia Hadi

menjelaskan :

96
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela, Jakarta, 14 Nopember 2008.
97
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris George Alexander, Jakarta, 14 Nopember 2008.
“Saya belajar agama dari kecil sebelum sekolah TK sudah diajarkan hafalan al
fatihah, al ikhlas, al falaq, dan an nass sama orang tua. Saya juga dapat ilmu agama
dari pengasuh waktu masih kecil, sekolah dan keluarga. Untuk mendalami ilmu
agama saya membaca buku, mendengar ceramah, bertanya pada guru, dan saya
kadang-kadang mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di televisi, biasanya hanya
di bulan puasa seperti rahasia sunah yang ditayangkan di Trans TV. Setelah aktif di
Rohis pengetahuan sama saja sih, soalnya amel sekolah dasarnya di Madrasah
Ibtidaiyah jadi sama saja yang didapatkan di MI dulu paling Cuma masukan-
masukan saja.” 98

Aktivis Rohis, Fajar Susanto menjelaskan : “ Saya belajar agama dari sekolah

dasar dan TPA. Saya juga dapat ilmu agama dari orang tua. Acara keagamaan di televisi

cukup bagus tetapi saya tidak pernah mengikutinya. Biasanya untuk memperdalam ilmu

agama saya rutin mengikuti pengajian. Setelah aktif di Rohis alhamdulillah pengetahuan

saya bertambah sedikit demi sedikit.” 99

Aktifis Rohkris, Jessica Simanjuntak menjelaskan :

“ Saya belajar agama dari kecil karena orang tua selalu mengajak saya ke gereja
dan di sekolah TK juga diajarkan agama. Untuk mendalami ilmu agama saya aktif di
Rohkris di sekolah, mengikuti acara-acara di gereja dan juga saya mengikuti acara
keagamaan yang ada di televisi seperti solusi dalam hambatan hidup di O’chanel.
Dalam agama saya diajarkan banyak hal, tapi yang paling sering diajarkan adalah
“kasih” kita harus saling mengasihi dengan sesama. Setelah saya aktif di Rohkris
pengetahuan agama saya lebih meningkat. Kita jadi lebih sabar.” 100

Aktivis Rohkris, Canang Karismantio menjelaskan:

“Saya belajar agama sejak masuk sekolah minggu. Saya dapat ilmu agama dari
keluarga dan gereja. Untuk mendalami ilmu agama saya ikut Rohkris di sekolah.
Dalam agama saya diajarkan banyak hal, seperti saling mengasihi sesama manusia,
saling mengampuni, tidak boleh berbohong dan lain-lain. Setelah aktif di Rohkris
pengetahuan bertambah, semakin giat untuk mendekatkan diri pada tuhan.” 101

98
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi.
99
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Fajar Susanto.
100
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak.
101
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa informan

mendapatkan ilmu agama sejak kecil dari orang tua. Setelah informan aktif dalam

kegiatan keagamaan sebagian besar informan mendapatkan penambahan pengetahuan

agama ada juga yang tidak mendapatkan penambahan karena sudah didapatkan dari

Madrasah Ibtidaiyah jadi sekarang hanya masukan-masukan saja.

Berdasarkan tiga poin di atas yaitu keyakinan, ritual dan pengetahuan, dapat

dilihat bahwa antara aktifis Rohis dan aktifis Rohkris sama-sama mempunyai keyakinan

yang kuat terhadap agamanya masing-masing hal ini dapat dilihat dari semakin

meningkatnya keyakinan setelah aktif dalam kegiatan keagamaan di sekolah, dalam hal

ritual, aktifis Rohis dan aktifis Rohkris juga sama-sama taat dalam ritualnya hal ini dapat

dilihat dari semakin giatnya mereka melaksanakan ibadah dan dalam pengetahuan

keagamaan, aktifis Rohis dan aktifis Rohkris sama-sama memiliki pengetahuan yang

cukup memadai tentang keagamaannya masing-masing, hal tersebut dapat dilihat dari

pendidikan agama yang ditanamkan pada mereka sejak kecil.

C. Interaksi Sosial Aktifis Rohis dan Aktifis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri mereka

membutuhkan orang lain dalam kehidupan mereka. Dalam interaksi diperlukan adanya

kontak dan komunikasi, kontak dan komunikasi diperlukan untuk terjadinya interaksi

sosial.

Adapun interaksi sosial yang akan dibahas dalam penelitian ini dibagi menjadi

dua, yaitu :
1. Interaksi sosial yang menyangkut kontak dan komunikasi informan yang

menghasilkan kerja sama, konflik dan persaingan/kompetisi.

a. Interaksi aktifis Rohis dan aktifis Rohkris dengan pemeluk agama lain di sekolah

Di lingkungan sekolah interaksi yang baik dengan sesama warga sekolah harus

terwujud setiap saat. Karena interaksi yang terjalin dengan baik akan menciptakan

suasana yang harmonis di sekolah.

Seluruh informan baik itu aktifis Rohis maupun aktifis Rohkris mengaku

berteman dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan agama. Sebagaimana

diungkapkan oleh beberapa informan di bawah ini: Ahmad Affandi aktifis Rohis

menjelaskan: “ Saya mempunyai teman berbeda agama cukup banyak, karena beda

agama bukan berarti pergaulan kita harus dibatasi.” 102 Hal serupa juga diungkapkan oleh

Amalia Hadi aktifis Rohis menjelaskan: “ Saya mempunyai teman berbeda agama di

sekolah kira-kira delapan orang. Menurut saya tidak ada yang patut diperbedakaan dalam

pergaulan sama aja kok! Asal sama-sama saling menghormati.” 103

Sedangkan menurut aktifis Rohkris yang diungkapkan oleh Jessica Simanjuntak

menjelaskan : “ Saya mempunyai teman yang berbeda agama banyak tidak bisa dihitung,

karena sekolah negeri didominasi oleh agama Islam dan juga perbedaan agama bukan

hambatan untuk berteman.” 104 Hal senada juga diungkapkan oleh aktifis Rohkris yang

lain yaitu Demonsky Ambonness Rassel menjelaskan : “ Saya mempunyai teman yang

berbeda agama di sekolah banyak sekali karena mayoritas muridnya beragama lain.”105

102
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Ahmad Affandi.
103
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi.
104
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak.
105
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Demonsky Ambonnes Rassel, Jakarta, 14
Nopember 2008.
Para informan baik aktifis rohis maupun aktifis rohkris mengaku berusaha

menjalin interaksi dengan baik dengan teman-teman seagama maupun yang berbeda

agama di lingkungan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Nurhalimah Tusadiyah

seorang aktifis Rohis menjelaskan : “ hubungan saya dengan teman berbeda agama di

sekolah baik-baik saja karena dengan berteman dengan orang yang berbeda agama harus

ada toleransi beragama.” 106

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Dwi Anastasia aktifis Rohkris

menjelaskan : “ hubungan saya dengan teman yang berbeda agama di sekolah baik-baik

saja, karena dalam berinteraksi kami saling menghargai satu sama lain.” 107

Walaupun berbeda agama aktifis Rohis dan Rohkris jarang terlibat konflik

dengan teman yang berbeda agama. Mereka justru terlibat kerjasama yang baik dalam

kegiatan-kegiatan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Nurhalimah Tusadiyah aktifis

Rohis menjelaskan :

“ kami tidak pernah terlibat konflik. Kegiatan yang biasa kami lakukan bersama
seperti bermain, diskusi dalam belajar, dan sharing. Kita juga pernah bertukar pikiran
mengenai sopan santun, pendidikan, kebiasaan sehari-hari dan teman tentang
keagamaan juga pernah seperti dalam dua agama mempunyai keyakinan yang
berbeda-beda maka saya dan teman saya saling memberitahu kebiasan beragama
masing-masing.” 108

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Dwi Anastasia aktifis Rohkris

menjelaskan.

” Kami tidak pernah mengalami konflik dengan teman beda agama tentang
masalah agama tetapi biasanya dalam masalah tugas sekolah kemudian kita saling
bicara dan masalahpun selesai. Biasanya saya melakukan kegiatan-kegiatan dengan
teman yang berbeda agama di sekolah banyak seperti kerja kelompok, jalan bareng,
berorganisasi, kadang-kadang kami juga bertukar pikiran tentang pelajaran, guru-

106
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Nurhalimah Tusadiyah.
107
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Anastasia.
108
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Nurhalimah Tusadiyah.
guru di sekolah, keluarga, cinta, dan masalah lainnya. Tema tentang keagamaan juga
pernah didiskusikan tapi hanya sekedar numpang lewat saja, tidak pernah
diperpanjang.”109

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan dapat diketahui bahwa

aktifis Rohis dan aktifis Rohkris berteman dengan siapa saja tanpa memandang

perbedaan agama dan juga mereka berusaha menjalin hubungan yang baik dengan teman

seagama maupun teman yang berbeda agama di lingkungan sekolah.

b. Interaksi aktifis Rohis dan aktifis Rohkris dengan pemeluk agama lain di masyarakat.

Dalam sebuah masyarakat, dalam kaitanya dengan manusia sebagai makhluk

sosial, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial. Dengan

demikian, interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial dimana proses tersebut

terjadi hubungan sosial yang dinamais baik antara individu, antara kelompok maupun

antara individu dan kelompok.

Berdasarkan hasil wawancara ada beberapa informan aktifis Rohis seperti

Amalia Hadi dan Anis Nur Husna., mereka mengaku kurang bergaul di lingkungan

masyarakat tempat mereka tinggal, karena mereka kebanyakan menghabiskan waktu di

sekolah dan di tempat les sehingga hubungan mereka dengan teman yang berbeda agama

tidak ada dan juga di lingkungan tempat tinggal mereka mayoritas beragama yang sama.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Anis Nur Husna aktifis Rohis berikit ini: ”

saya kurang tahu teman yang berbeda agama di lingkungan masyarakat karena saya

kurang bergaul di lingkungan tempat tinggal saya dan selalu pulang sekolah pada sore

hari.” 110

109
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Anastasia.
110
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Anis Nur Husna.
Sementara itu, hal yang berbeda diungkapkan oleh mayoritas aktifis Rohis yang

lain seperti Achmad Affandi, Nurhalimah Tusadiyah, Fajar Susanto, dan Bagas

Febriansyah Wijaya. Mereka mengaku mempunyai teman yang berbeda agama di

lingkungan masyarakat dan hubungan mereka juga baik-baik saja. Seperti yang

diungkapkan oleh Bagas Febriansyah Wijaya aktifis Rohis berikut ini: ” saya mempunyai

teman yang berbeda agama delapan orang, mereka adalah teman –teman saya saat SMP.

Hubungan saya dengan mereka cukup baik karena saya selalu berusaha untuk

menghormati mereka.” 111

Sementara itu, hubungan aktifis Rohkris dengan teman yang berbeda agama di

lingkungan masyarakat baik-baik saja, mereka saling mengenal dan bertegur sapa.

Mereka mempunyai teman yang berbeda agama sangat banyak karena masyarakat di

lingkungan mereka tinggal mayoritas berbeda agama.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa aktifis Rohkris berikut ini.

Megawati Immanela aktifis Rohkris menjelaskan: ” saya mempunyai teman yang berbeda

agama di lingkungan rumah saya banyak banget soalnya klo temenan ya temenan aja gak

lihat dari agamanya. Hubungan saya dengan mereka baik-baik saja tidak pernah ada

masalah, karena memang tidak ada masalah.” 112

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Canang Karismantio aktifis Rohkris, ia

menjelaskan:

“ saya mempunyai teman yang berbeda agama di lingkungan masyarakat banyak


karena interaksi perlu juga di masyarakat. Akan tetapi saya tidak terlalu aktif di
masyarakat karena kehabisan waktu di sekolah. Hubungan saya cukup baik dengan
mereka, kami sering bertegur sapa. Misalnya hari-hari besar keagamaan kami saling

111
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya.
112
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela.
bersilaturrahmi, apabila idul fitri saya sendiri yang mengunjungi mereka dan apabila
natal merekalah yang mengunjungi saya.” 113

2. Interaksi sosial yang berkaitan dengan sensitifitas beragama. Diantaranya

keikutsertaan pemeluk agama dalam perayaan hari-hari besar keagamaan pemeluk

agama lain, pernikahan beda agama dan pengucapan salam.

Interaksi informan yang berkaitan hal-hal yang bersifat sensitif terdapat sedikit

perbedaan. Berdasarkan hasil penelitian, interaksi aktifis Rohkris di SMAN 79 Jakarta

cenderung lebih terbuka jika dibandingkan dengan aktifis Rohis. Sebagian besar aktifis

Rohkris pernah ikut membantu perayaan hari besar agama Islam, seperti peringatan

maulid Nabi, Isra’ mi’raj. merekapun tidak segan untuk memberikan salam ataupun

ucapan selamat hari raya kepada agama lain.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Canang Karismantio aktifis Rohkris:

“ saya pernah membantu teman yang berbeda agama dalam kegiatan


keagamaannya seperti acara Isra’ mi’raj yang diadakan di sekolah. Saya hanya
membantu mempersiapkan acara Isra’ mi’raj tetapi tidak mengikuti acaranya karena
mereka membutuhkan bantuan. Menurut saya ucapan salam dan ucapan selamat hari
raya kepada agama lain tidak ada masalah, karena kita hanya mengucapkan selamat
saja dan juga untuk memberikan suatu kehangatan kepada mereka. Saya pernah
mengucapkannya kepada tetangga saya ketika mereka merayakan hari raya
keagamaannya.” 114

Seluruh aktifis Rohkris juga tidak segan untuk memberikan salam ataupun

ucapan selmat hari raya kepada agama lain. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu

aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak, menurutnya: “ bagi saya mengucapkan selamat hari

raya kepada agama lain adalah sebuah ungkapan rasa menghormati satu sama lain, jadi

bagi saya tidak ada salahnya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain.

113
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio.
114
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio.
Pengucapan salam kepada agama lain adalah hal wajar karena itu sebagai tanda

penghormatan untuk mereka.” 115

Keterbukaan ini didasari oleh keyakinan mereka terhadap ajaran agama yang

mengajarkan mereka untuk selalu mengasihi dengan sesama, menghormati, menghargai

dan lain-lain.

Hal tersebut diatas berdasarkan pendapat Dwi Anastasia aktifis Rohkris sebagai

berikut:

“ agama saya mengajarkan banyak hal seperti ajaran kasih, kita harus saling
mengasihi dengan siapapun tanpa memandang perbedaan agama, lemah lembut,
rendah hati, toleransi dan lain-lain. Jadi menurut saya ucapan salam dan selamat hari
raya kepada agama lain adalah hal yang wajar karena saya menghargai hari-hari
besar agama lain.” 116

Namun sebagian kecil informan aktifis Rohkris seperti Jessica Simanjuntak dan

Demonsky Ambonnas Rassel tidak pernah membantu kegiatan keagamaan agama lain.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jessica Simanjuntak berikut ini: “ saya tidak pernah

membantu kegiatan keagamaan agama lain karena dalam keagmaannya mereka berarti

berusaha dengan dibantu oleh apa yang dipercayainya, bukan lagi orang lain.”117

Untuk masalah kawin beda agama, terjadi perbedaan pendapat juga. Ada

beberapa aktifis Rohkris yang setuju dengan kawin beda agama ada juga yang tidak

setuju dengan kawin beda agama.

Beberapa aktifis Rohkris yang setuju dengan kawin beda agama diantaranya

seperti George Alexander, Dwi Anastasia da Demonsky Ambonness Rassel. Mereka

berpendapat kawin beda agama biasa saja selama ada rasa saling menghargai dan ada

115
Wawancara pribadi dengan aktifis rohkris Jessica Simanjuntak
116
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Anastasia.
117
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak
sikap toleransi. Seperti yang diungkapkan oleh George Alexander aktifis Rohkris: “

kawin beda agama adalah hal yang biasa saja selama kita saling menghargai dan ada

sikap toleransi”. 118

Sementara itu, hal yang berbeda diungkapkan oleh sebagian informan aktifis

Rohkris lainnya seperti Jessica Simanjuntak, Canang Karismantio dan Megawati

Immanela, mereka tidak setuju dengan kawin beda agama seperti yang diungkapkan oleh

Megawati Immanela: “… saya tidak setuju dengan kawin beda agama karena susah untuk

menyatukan dua prinsip.” 119

Sementara itu interaksi aktifis Rohis yang berkaitan dengan hal-hal yang sensitif

agama sedikit lebih tertutup, mayoritas informan aktifis Rohis yaitu Amalia Hadi,

Nurhalimah Tusadiyah, Anis Nur Husna, Bagas Febriansyah Wijaya dan Achmad

Affandi. Mereka tidak pernah sekalipun memberikan ucapan selamat hari raya bagi

penganut agama lain karena itu dilarang oleh agama. Seperti yang diungkapkan oleh

Amalia Hadi salah satu aktifis Rohis menjelaskan: “ saya tidak pernah mengucapkan

selamat hari raya kepada agama lain, apabila kita mengucapkan selamat hari raya (natal.

nyepi dan lain-lain)itu sama saja merayakannya karena dalam agama islam dilarang. Saya

diajarkan oleh kakak sepupu yang guru agama dan kakak alumni Rohis.” 120

Hal senada juga diungkapkan oleh Nurhalimah Tusadiyah aktifis Rohis

menjelaskan: “ tidak boleh mengucapkan selamat natal sebab dalam surat al-Kafirun

telah dijelaskan. Kita boleh menghormati agama lain tetapi kita tidak boleh ikut semua

118
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris George Alexander.
119
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela.
120
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi.
apa-apa yang diajarkan di agama lain. Intinya bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

Sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru liqo dan mentoring Rohis.”121

Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Fajar Susanto aktifis Rohis. Ia

menyatakan bahwa mengucapkan selamat natal kepada agama lain adalah boleh.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fajar Susanto aktifis rohis berikut ini: “ boleh

mengucapkan selamat natal kan untuk menjalin kerukunan antar umat beragama, yang

non Islam aja mengucapkan selamat hari raya idul fitri, kenapa tidak. Saya diajarkan dari

guru dan orang tua juga.” 122

Mengenai pengucapan salam kepada agama lain sebagian besar informan aktifis

Rohis mengaku boleh karena untuk menghormati mereka yang berbeda agama akan

tetapi tidak boleh mengucapkan assalamu’alaikum hanya dengan mengucapkan selamat

pagi, selamat sore dan lain-lain. Seperti yang diungkapkan oleh Anis Nurhusna aktifis

Rohis sebagai berikut: “ menurut saya, kita harus mengucapkan salam kepada siapa saja,

walaupun berbeda agama, tetapi kita harus tahu letak perbedaannya, misalnya tidak

mengucapkan Assalamu’alaikum kepada yang berbeda agama tapi mengucapkan selamat

pagi dan sebagainya.” 123

Pendapat yang sama diungkapkan oleh Fajar Susanto dan Ahmad Affandi aktifis

Rohis. Mereka tidak membolehkan mengucapkan Assalamu’alaikum apalagi menjawab

salam. Seperti ytang diungkapkan oleh Ahmad Affandi aktifis Rohis berikut ini: “ maaf,

kami juga tidak boleh mengucapkan salam apalagi menjawab salam.” 124

121
Wawancara pribadi dengan aktifis rohis Nurhalimah Tusadiyah
122
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Fajar Susanto.
123
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Anis Nur Husna.
124
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Ahmad Affandi.
Mayoritas aktifis Rohis tidak setuju dengan keikutsertaan membantu pemeluk

agama lain dalam kegiatan keagamaannya dan pernikahan beda agama yang saat ini

marak terjadi dikalangan artis. Seperti yang diungkapkan oleh Fajar Susanto aktifis Rohis

berikut ini: “ saya tidak pernah membantu mereka dalam kegiatan keagamaannya, kalau

membantu berarti membantu mempersiapkan hari raya agama lain dong.”125

Semantara itu pendapat Nurhaliman Tusadiyah aktifis Rohis mengenai kawin

beda agama tidak setuju. Berikut ini pendapatnya: “ saya tidak setuju dengan kawin beda

agama, karena dalam islam menikah dengan beda agama akan menimbulkan kontroversi

dikedua belah pihak dan sama saja dengan berzina.” 126

Hal senada juga diungkapkan oleh aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya: “

saya tidak setuju dengan kawin beda agama karena hal itu dilarang oleh agama saya.” 127

Berdasarkan hasil wawancara, penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi

aktifis Rohis da aktifis Rohkris dengan teman yang berbeda agama baik itu di lingkungan

sekolah maupun di lingkungan masyarakat berjalan dengan baik, meskipun ada batasan-

batasan yang diterapkan masing-masing informan.

Setiap agama pasti mengajarkan kebaikan, maka dari itu perilaku yang

disandarkan pada ajaran agama adalah perilaku yang baik dapat menciptakan interaksi

yang harmonis. Agama tidak pernah berhenti dalam mengatur tata kehidupan manusia

karena itu kerukunan dan toleransi antara umat bergama: bukan sekedar hidup

berdampingan yang pasif saja akan tetapi lebih dari itu; untuk berbuat baik, dan berlku

adil antara satu sama lain. Bagi umat Islam dan agama lainnya seyogyanya perbedaan

125
Wawancara pribadi dengan aktifis rohis Fajar Susanto
126
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Nurhaliman Tusadiyah.
127
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya.
agama jangan sampai menghalangi untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap manusia

tanpa diskriminasi agama dan kepercayaan.

Mayoritas informan baik itu aktifis Rohis maupun aktifis Rohkris mengaku

mengetahui makna toleransi. Seperti yang diungkapkan oleh aktifis Rohis Ahmad

Affandi berikut ini: “ saling menghargai, saling membantu dan tolong menolong,

bersikap baik, ramah dan tidak mengganggu. Umat Kristen ke gereja kami tidak ganggu

dan kami ke masjid mereka tidak boleh ganggu.”128

Pendapat aktifis Rohis yang lain diungkapkan oleh Anis Nurhusna berikut ini: “

toleransi itu seperti menghargai orang lain. Jika hari minggu ada tugas kelompok dengan

teman yang berbeda agama kita harus membolehkan teman tersebut untuk pergi ke

gereja. Setelah itu baru kita mengerjakan tugas kelompok.”129

Sementara itu pendapat informan aktifis Rohkris diungkapkan oleh Dwi

Anastasia Silalahi berikiut ini: “ toleransi itu saling menghargai satu dengan yang lainnya

tanpa pandang bulu. Seperti bila ada yang sedang beribadah menghargai dengan tidak

rebut.” 130

Pendapat informan aktifis Rohkris lainnya diungkapkan oleh George

Alexander berikut ini: “ saling menghargai tanpa mencampuradukkan agama atau ikut-

ikutan agama lain seperti tidak mengikuti ibadah agama lain.”131

Ada dua macam penafsiran tentang konsep toleransi ini, yakni penafsiran

negative dan penafsiran positif. Yang pertama menyatakan bahwa toleransi itu hanya

mensyaratkan cukup dengan membiarkan dan tidak menyakiti orang /kelompok lain

128
Wawanara pribadi dengan aktifis rohis Ahmad Affandi.
129
Wawancara pribadi dengan aktifis rohos Anis Nur Husna
130
Wawancara pribadi dengan aktifis rohkris Dwi Anastasia Silalahi
131
Wawancara pribadi dengan aktifis rohkris George Alexander
tolernsi ini tidak melahirkan kerja sama. Yang kedua menyatakan bahwa toleransi itu

membutuhkan lebih dari sekedar ini. Ia membutuhkan adanya bantuan dan dukungan

terhadap keberadaan orang /kelompok lain .

Toleransi negative Toleransi positif


No Interaksi
Islam Kristen Islam Kristen
1. Interaksi sosial dalam Seluruh Seluruh aktifis
masalah aktivis Rohis rohkris
kemasyarakatan
2. Interaksi sensitive
agama
a. ucapan selamat Mayoritas Minoritas Seluruh aktifis
hari raya agama aktivis aktivis rohkris
lain Rohis Rohis: Fajar
seperti Susanto
Amalia
Hadi,
Nurhalimah
Tusadiyah,
Anis Nur
Husna,
Ahmad
Affandi dan
Bagas
Febriansyah
Wijaya

b. ucapan salam Seluruh Seluruh aktifis


kepada agama lain aktifis rohis rohkris

c. membantu Seluruh Minoritas Mayoritas


kegiatan aktifis rohis aktivis aktifis rohkris
keagamaan lain Rohkris: seperti Dwi
Jessica Anastasia,
Simanjuntak Megawati
dan Immanela,
Demonsky Canang
Ambonness Karismantio
dan George
Alexander

d. kawin beda agama Seluruh Sebagian Sebagian


aktifis rohis aktifis aktifis rohkris
Rohkris: seperti George
Jessica Alexander,
Simanjuntak Dwi Anastasia
, Canang Silalahi dan
Karismantio Demonsky
dan Ambonnes
Megawati Rassel
Immanela

Berdasarkan tabel di atas, bila dilihat dari interaksi social kemasyarakatan,

penulis dapat menyimpulkan bahwa aktifis Rohis dan aktifis Rohkris sama-sama

memiliki toleransi yang positif yaitu toleransi yang membutuhkan bantuan dan dukungan

orang lain yaitu toleransi yang melahirkan kerja sama. Sementara itu dalam hal yang

berkaitan dengan interaksi yang bersifat sensitive agama seperti pengucapan selamat hari

raya kepada agama lain, pengucapan salam kepada agama lain dan lain-lain, aktifis

Rohkris lebih ke toleransi positif atau terbuka sedangkan aktifis Rohis lebih tertutup atau

lebih ke toleransi negative yaitu toleransi yang hanya membiarkan pemeluk agama lain,

toleransi yang tidak melahirkan kerja sama.

Toleransi aktifis Rohkris, jika dilihat dari waktu sebelum aktif dan sesudah aktif

dalam kegiatan keagamaan dapat disimpulkan bahwa mereka tidak mengalami perubahan
dalam hal toleransi pergaulan, mereka terbuka dengan pemeluk agama lain, karena agama

mereka tidak membatasi dalam pergaulan. Sedangkan pada aktifis Rohis terjadi

perubahan toleransi setelah aktif di Rohis mereka lebih tertutup dengan pemeluk agama

lain.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan Agama dan Interaksi sosial

aktifis Rohis dan aktifis Rohkris dengan teman yang berbeda agama di SMAN 79 Jakarta

Selatan dapat disimpulkan:

1. Aktifis Rohis dan aktifis Rohkris di SMAN 79 meyakini agama yang dianutnya dan

selalu berusaha menggali pengetahuan ajaran agamanya guna menjalankan agama

dengan baik dan benar.

2. Aktifis Rohis dan aktifis Rohkris di SMAN 79 selalu berusaha menjalankan ritual

agama yang dianutnya dengan sebaik mungkin.


3. Aktifis Rohis dan aktifisRrohkris di SMAN 79 selalu berusaha menjalin relasi yang

baik dengan teman seagama dan berbeda agama, karena mereka menyadari betul

interaksi yang terjalin dengan baik dapat menciptakan kerukunan.

B. SARAN-SARAN

1. Aktifis Rohis dan aktifis Rohkris di SMAN 79 diharapkan dapat menerapkan nilai-

nilai luhur yang terkandung dalam ajaran agama mereka dalam kehidupan mereka

sehari-hari yang mereka dapatkan dari kegiatan Rohis maupun Rohkris.

2. SMAN 79 Jakarta Selatan diharapkan dapat membukukan sejarah Rohis maupun

Rohkris dari awal berdirinya dan perkembangannya sehingga generasi penerus dapat

mngetahui sejarah Rohis maupun Rohkris


99
DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaluddin. Psikologi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Azra, Azyumardi. Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam: Bingkai Gagasan yang Berserak.

Bandung: Nuansa, 2005, cet.1.

B. Taneko, Soleman. Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi

Pembangunan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.

Djamaluddin, Muhammad. Religiusitas dan Strees Kerja pada Polisi. Yogyakarta: UGM

Press, 1995.

Echol, Jhon M dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1990.

H. Thoules, Robert. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1995, cet.2.

Helmanita, Karlina. Pluralisme dan Inklusivisme Islam di Indonesia: Kearah Dialog

Lintas Agama. Jakarta: PBB UIN dan KAS, 2003, cet.1.

Hendropuspito. Sosiologi Agama. Yogyakarta: PT. Kanisius, 1983.

Husin Al Munawar, Said Agil. Fiqih Hubungan antar Agama; Ciputat: PT. Ciputat Press,

2005, cet.3.

Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, cet. 2.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Sosial lainnya. Bandung: PT. Remaja, 2001, cet.1.

Nashori, Fuat dan Mucharam, Rachmy Diana. Mengembangkan Kreativitas dalam

Persektif Psikologi Islami. Yogyakarta: Menara Kudus, 2002.


101
Raho, Bernard. Sosiologi: Sebuah Pengantar. Surabaya: Sylvia, 2004, cet. 1.

Robertson, Roland. Agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis. Jakarta: PT.

Rajawali Press, 1988, cet. 1.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001,

cet.32.

Sunarto Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: LPFE UI, 2000.

Wirawan Sarito. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta:

Balai Pustaka, 1999, cet. 2.

Abdu Fattah. Toleransi Beragama dalam Perspektif Al Qur’an, Artikel diakses tanggal 25

Oktober 2008, dari http://Fahdamjad.files.wordpress.com

Faridfann. Toleransi dalam Perspektif Agama-agama dan Upacara Ritual Seremonial,

artikel diakses tanggal 25 Oktober 2008, dari http://faridfann.wordpress.com

Singgih SAptadi. Fenomena Tampilnya Aliran-aliran Sesat: Sempalan dari Islam di

Indonesia, Artikel diakses tanggal 25 Oktber2008, dari

http://Swaramuslim.Net/emore.php?id

Wiki. Takdir dalam Agama Islam, artikel diakses tanggal 26 Desember 2008, dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Takdir

Wawancara pribadi:

Bapak Syihabuddin, Pembina rohis SMAN 79 tanggal 11 november

Aktifis Rohis Achmad Affandi, Jakarta, 7 Nopember 2008.

Aktifis Rohis Amalia Hadi, Jakarta, 7 Nopember 2008.

Aktifis Rohis Anis Nur Husna, Jakarta, 7 Nopember 2008.


Aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya, Jakarta, 7 Nopember 2008.

Aktifis Rohis Fajar Susanto, Jakarta, 7 Nopember 2008

Aktifis Rohis Halimah Tusadiyah, Jakarta, 7 Nopember 2008.

Ibu Loine S, Pembina Rohkris, Jakarta, 14 November 2008

Aktifis Rohkris Canang Karismantio, Jakarta,14 Nopember 2008.

Aktifis Rohkris Catherin Romambo Mogot Pandin, Jakarta, 14 Nopember 2008.

Aktifis Rohkris Demonsky Ambonness Rassel, Jakarta, 14 Nopember 2008.

Aktifis Rohkris Dwi Ana Stasia S, Jakarta, 14 Nopember 2008.

Aktifis Rohkris George Alexander, Jakarta,14 Nopember 2008.

Aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak, Jakarta, 14 Nopember 2008.


PEDOMAN WAWANCARA
"Agama dan Interaksi Sosial : Studi Kasus Relasi Aktivis Rohis dan Aktivis
Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain di SMAN 79 Jakarta Selatan"

I. Profil Informan
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Agama :
d. Kelas :
e. Alamat :
f. Pendidikan Orang Tua :
g. Pekerjaan Orang Tua :
h. Tanggal Wawancara :
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohis?
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama? seperti apa?
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Lampiran 1
Wawancara dengan pengurus SMAN 79 Jakarta Selatan
I. Profil Informan
a. Nama : Harjono S.pd
b. Pendidikan : S1
c. Jabatan : Wakil kepala sekolah bagian humas
d. Waktu wawancara : 4 Agustus 2008
II. Pertanyaan
1). Kapan SMAN 79 Jakarta Selatan berdiri?
Jawab: SMAN 79 berdiri tahun 1980.
2). Bagaimana latar belakang berdirinya SMAN 79?
Jawab: SMAN 79 pada awalnya adalah anak cabang dari SMAN 8. pada saat itu banyak
lulusan dari SMP yang ingin masuk ke SMAN 8, karena kapasitas terbatas maka
dibukalah anak cabang SMAN 8 dengan nama SMAN 8 filial. Sekolah ini belum
mempunyai bangunan sendiri sehingga masih menumpang di Sekolah Dasar yang
terletak di daerah Tebet Timur dalam II G Jakarta Selatan. Pada bulan Juli 1985
SMAN 8 filial mendapat penunggalan untuk berubah nama menjadi SMAN 79
Jakarta, karena telah memilki siswa yang cukup banyak dan telah mampu berdiri
sendiri. Kemudian bapak kepala sekolah berusaha untuk mendapatkan gedung
baru yaitu bekerja sama dengan POMG mengupayakan kepada pemerintah daerah
DKI Jakarta untuk mendapatkan gedung baru. Kemudian pada bulan Juli 1987,
dilakukan penyerahan gedung SMAN 79 yang beralamat di jalan Menteng Pulo
Ujung, Menteng Atas Setia Budi Jakarta Selatan dan ketika itu kepala sekolahnya
Bapak Drs. Eman Kisman
3). Apakah visi dan misi didirikannya SMAN 79?
Jawab: Visi dari SMAN 79 Jakarta adalah “Unggul dalam Prestasi berdasarkan kultur
Iptek, Imtak dan 7K” (keamanan, kebersihan, keindahan, ketertiban,
kekeluargaan, kerindangan dan kenyamanan). Adapun misi dari SMAN 79
sebagai berikut: mengadakan kegiatan keagamaan secara rutin dan teratur untuk
menumbuhkan penghayatan dan penerapan keimanan dan ketakwaan,
melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif melalui pendalaman
materi dan remedial, menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada
siswa, guru dan karyawan sehingga dapat bersaing pada lingkungan seprofesi,
menumbuhkan budaya bangsa dalam berbudi pekerti dan bertatakrama, sehingga
menjadi sumber kearifan dalam bertindak dan mewujudkan lingkungan yang
indah, asridan nyaman.
4). Sejak berdiri, berapakalikah terjadi pergantian kepala sekolah?
Jawab: SMAN 79 Jakarta sejak berdirinya tahun 1980 hingga sekarang telah mengalami
11 priode pergantian kepala sekolah. Tahun 1980-1981: Bapak Drs. Udit
Maulana, tahun 1981-1983: Ibu Yub, Hadi S, tahun 1983-1991: Bapak Drs. Eman
Kisman, tahun 1991-1995: Ibu Hj. Srirahayu, Sumardi M.M, tahun 1995-1996:
Bapak Prohanta Sastradipura, tahun 1996-1998: Ibu Dra. Hj. Jasni Yakub, tahun
1998-2000: Ibu Dra. Hj. Mutinah, tahun 2000-2002: Bapak Drs. Soekarno, tahun
2002-2003: Bapak Drs. H Tahir Husein, tahun 2003-2005: Bapak Drs. Hermanto
MM, tahun 2005-sekarang: Drs. A. Soekano
5). Berapa jumlah guru dan latar belakang pendidikannya?
Jawab: SMAN 79 Jakarta terdapat 56 guru yang terdiri dari 23 guru laki-laki dan 33 guru
perempuan. Lulusan S1 48 orang terdiri dari 19 guru laki-laki dan 28 guru
perempuan dan lulusan D3 5 orang terdiri dari 3 guru laki-laki dan 2 guru
perempuan serta ada lulusan S2 3 orang terdiri dari 1 guru laki-laki dan 2 guru
perempuan.
6). Berapa jumlah siswa dari kelas X hingga kilas XII?
Jawab: Jumlah keseluruhan siswa SMAN 79 Jakarta berjumlah 656 orang. Kelas X
berjumlah 274 siswa terdiri dari 138 siswa laki-laki dan 136 siswa perempuan.
Siswa Muslim 270 dan siswa Kristen 4. Sementara kelas XI berjumlah 189 siswa
terdiri dari 101 siswa laki-laki dan 88 siswa perempuan. Siswa Muslim 179 dan
siswa Kristen 10. Sedangkan kelas XII berjumlah 193 siswa terdiri dari 104 siswa
laki-aki dan 89 siswa perempuan. Siswa Muslim182 dan siswa Kristen 11.
7). Apa saja kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di SMAN 79?
Jawab: Kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di SMAN 79 sebanyak 9 kegiatan antara
lain: Rohis (rohani Islam), Rohkris (rohani Kristen), PMR, Mading, Paskibra,
Sispala, Kesenian teridiri dari seni tari, musik dan teater, Olah raga terdiri dari
futsal, bulu tangkis, basket, tae kwon do dan pencak silat serta yang terakhir
adalah Scaint. Kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan setiap hari jum’at setelah
selesai kegiatan belajar mengajar.
8). Sarana dan prasarana apa sajakah yang ada di SMAN 79?
Jawab: Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan di sekolah ini antara lain: kelas
berjumlah 17 ruangan, laboratorium IPA, komputer dan bahasa, perpustakaan,
ruang BP/BK, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang UKS, ruang TU, studio
band, ruang internet, kantin, koperasi, ruang OSIS, pos satpam, ruang alat-alat
olah raga, masjid, lapangan dan ruang wakil kepala sekolah
Lampiran 2
Wawancara dengan Pembina Rohis SMAN 79 Jakarta
I. Profil Informan
a. Nama : Drs. H. Syihabuddin
b. Pendidikan : S1
c. Jabatan : Pembina Rohis
d. Waktu Wawancara : 11 November 2008
II. Pertanyaan
1). Kapan berdirinya Rohis?
Jawab: Sejarah Rohis saya tidak begitu paham dan berdirinya saya kurang tahu juga,
kebetulan saya di sini pengajar junior yang saya tahu Rohis merupakan bagian
dari kegiatan OSIS.
2). Apakan pengertian Rohis dan tujuannya?
Jawab: Rohis adalah Rohani Islam, Rohis adalah suatu kegiatan anak-anak muslim di
sekolah untuk mengadakan kegiatan yang bersifat keislaman. Rohis merupakan
bagian dari OSIS. Tujuan diadakannya Rohis di SMAN 79 agar siswa muslim
yang berminat untuk mengembangkan tentang keislamannya baik dalam masalah-
masalah keagamaan maupun dalam masalah social keislaman ini dapat ditampung
dan dibina.
3). Apa saja kegiatan keagamaan yang terdapat di Rohis?
Jawab: setiap hari selasa ada kegiatan belajar membaca al-Quran yang dipimpin oleh saya
sendiri dan setiap hari jum'at ada mentoring yang dipelajari yaitu tentang
pengetahuan Islam yang dipimpin oleh alumni Rohis sendiri serta ada beberapa
kegiatan lain seperti peringatan hari-hari besar Islam, buka puasa dan lain-lain.
4). Bagaimana minat siswa terhadap Rohis?
Jawab: Minat siswa terhadap Rohis cukup bagus dan anggotanya cukup lumayan tetapi
ada kegiatan ekstrakulikuler yang lain yang anggotanya lebih banyak.
Kebanyakan alas an mereka mengikuti Rohis adalah ingin mengetahui tentang
Islam dan kebudayaan-kebudayaan Islam.
5). Bagaimana intensitas keterlibatan siswa di Rohis?
Jawab: Cukup bagus
Lampiran 3
Wawancara dengan Pembina Rohis SMAN 79 Jakarta Selatan
I. Profil Informan
a. Nama : Dra. Loine Simanjuntak
b. Pendidikan : S1
c. Jabatan : Pembina Rohkris
d. Waktu wawancara : 14 November 2008
II. Pertanyaan
1). Kapan berdirinya Rohkris?
Jawab: Saya kurang tahu tentang sejarah Rohkris karena baru tahun ini saya ditunjuk
sebagai Pembina Rohkris. Saya hanya tahu Rohkris itu merupakan salah satu dari
sie OSIS..
2). Apakan pengertian Rohkris dan tujuannya?
Jawab: Rohkris adalah Rohani Kristen, kegiatan keagamaan ini termasuk salah satu dari
kegiatan ekstrekulikuler yang diwajibkan oleh sekolah. Tujuan diadakan kegiatan
keagamaan Rohkris adalah sebagai wadah bagi siswa Kristen untuk
memperdalam ilmu keagamaan dan juga mempunyai manfaat supaya prilaku
siswa-siswi Kristen sesuai dengan ajaran Kristen yang telah diharapkan.
3). Apa saja kegiatan keagamaan yang terdapat di Rohkris?
Jawab: PDPA ( persekutuan do'a dan pendalaman al-Kitab ) yang dilaksanakan setiap
hari Jum'at, renungan pagi yang dilaksanakan setiap hari selasa, rabu dan kamis di
pagi hari sebelum siswa-siswi memulai kegiatan belajar mengajar, Natal, Paskah
dan Ret-ret.
4). Bagaimana minat siswa terhadap Rohkris?
Jawab: Minat siswa terhadap Rohkris cukup bagus, semua siswa yang beragama Kristen
aktif di Rohkris, tetapi karena berbarengan dengan kegiatan ekstrakulikuler lain
yang diadakan pada hari yang sama yaitu hari jum'at maka mereka berkurang
intensitasnya di Rohkris.
5). Bagaimana intensitas keterlibatan siswa di Rohkris?
Jawab: Kira-kira 80%. Karena berbarengan dengan kegiatan-kegiatan OSIS yang lain jadi
berbenturan waktunya mungkin klo tidak berbarebgan mereka sepenuhnya ikut
Rohkris.
Lampiran 4
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Amalia Hadi
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Agama : Islam
d. Kelas : XI IPA 2
e. Alamat : Jl. Bangka Raya Rt.06 Rw. 07 No. 43 b Jakarta Selatan
f. Pendidikan Orang Tua : Sarjana
g. Pekerjaan Orang Tua : Pegawai Swasta
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: Kelas X, teman dekat saya banyak yang masuk Rohis, karena itu saya tertarik
untuk ikut serta dalam kegiatan Rohis, selain itu untuk menambah pengetahuan
tentang Islam.
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Waktu kelas X sih, pasif banget, malas dateng ke Rohis, pokoknya suka cabut
deh! Dah gitu cabutnya kompakan, tetapi sekarang kelas XI ga lagi, habis tengsin
ma adik-adik kelas yang punya semangat 45. Amel tidak hadir apabila ada
halangan seperti ada les.
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: Iya, sebagai Ketua Keputrian dan Wakil Ketua Rohis.
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan, yang menciptakan alam semesta ini. Dia yang mengatur Matahari terbit
dari Timur ke Barat. Saya percaya dengan adanya Tuhan, karena Tuhan bisa
dirasakan, Dia tidak bisa dilihat, tidak juga bisa disentuh, tetapi Dia terasa dekat,
lebih dekat dari kulit kita. Kita harus mengerjakan perintahnya dan menjauhi
larangannya.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Setelah aktif di Rohis keyakinan saya terhadap Tuhan sama saja karena saya
sudah diajarkan sejak di Madrasah Ibtidaiyah.
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Takdir adalah ketentuan dari Allah. Misalnya saya diajak si A ke Bogor juga
diajak si B ke Ragunan, kemudian saya memilih ikut si A, ternyata di tengah jalan
mobilnya kecelakaan. Jika dalam hati saya berfikir “Wah tau gitu lebih baik ikut
si B ke Ragunan” itu tidak boleh. Karena sesuatu yang terjadi pada kita sudah
menjadi kehendak Allah SWT. Saya percaya dengan takdir Tuhan, karena takdir
sudah menjadi kehendak Allah SWT. Apapun takdir Tuhan baik itu takdir baik
maupun takdir buruk kita harus menerima dan berdoa agar selalu didekatkan pada
kebaikan dan dijauhkan dari segala keburukan.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: Mengalami perubahan, dulu aku percaya banget dengan ramalan-ramalan yang
ada di majalah, tetapi sekarangkan kata pembimbing Rohis tidak boleh karena itu
mendahului takdir Tuhan, jadi Amel tidak percaya lagi.
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, untuk mendekatkan diri kepada Allah dan juga sudah merupakan
kewajiban.
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohis?
Jawab: Tetap sama saja atau tidak ada perubahan yang signifikan. Sebelum dan sesudah
masuk Rohis selalu shalat 5 waktu dan mengaji.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Berjalan lancar, pagi sebelum belajar tadarusan dan siang istirahat ke-2 shalat
Dzuhur
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Tidak bergaul di lingkungan masyarakat sekitar rumah, paling cuma shalat Idul
Fitri bareng.
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak sebelum sekolah TK sudah diajarkan hafalan al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq
dan An Nas sama orang tua. Saya juga dapat ilmu agama dari pengasuh waktu
masih kecil, sekolah dan keluarga.
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: Untuk mendalami ilmu agama saya membaca buku, mendengar ceramah,
bertanya pada guru dan saya kadang-kadang mengikuti kegiatan keagamaan yang
ada di televisi, biasanya hanya di bulan puasa seperti rahasia sunnah yang
ditayangkan di Trans TV.
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Sama saja sih soalnya Amel sekolah dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah, paling
cuma masukan-masukan saja.
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Kira-kira delapan orang. Menurut saya tidak ada yang patut diperbedakan, sama
aja kok! Asal sama-sama saling menghormati.
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Sangat baik, dua dari delapan teman beda agama itu adalah sahabat saya.
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Belajar kelompok bareng, hang out, nonton, berenang, mengerjakan tugas, drama
dan kami pernah bertukar pikiran mengenai masalah pelajaran, tempat wisata atau
belanja, hobi, kebiasan, sampai masalah cowok he..he.. tema tentang agama juga
pernah, paling tentang tata pelaksanaan hari besar dan ibadah, misalnya klo Nyepi
apa saja yang dikerjakan? Tujuannya apa?
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama? seperti apa?
Jawab: Pernah, waktu itu dia lupa janji sama Amel, tetapi itu bukan hanya berlaku untuk
yang beda agama aja, itu berlaku for any body. Hari ini diamin sekali. Besoknya
sudah ketawa haha…hihi….. lagi deh.
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Tidak ada, karena saya kurang bergaul di lingkungan tempat tinggal saya, ruang
lingkup pergaulan saya terbatas, hanya di sekolah dan di tempat les.
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: biasa saja, karena saya kurang bergaul di lingkungan rumah saya.

21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: tidak ada
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Bersikap secara baik-baik. Ada batasannya hanya dalam masalah keagamaan.
Dalam kegiatan keagamaan itu sudah menjadi urusan masing-masing misalnya
menolak undangan ke pesta Natal atau Valentine.
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Tidak boleh lah. Soalnya klo kita mengucapkan selamat Natal berarti kita
merayakan Natal. Saya diajarkan sama kakak sepupu saya yang guru agama dan
juga dari kakak alumni Rohis.
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: Tidak, kalau kita mengucapka selamat hari raya ( natal, nyepi ) itu sama saja kita
merayaknnya!
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Tidak apa-apa! Tetapi bukan “Assalamua’laikum” melainkan selamat pagi, siang,
sore, malam.
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Jarang, saya lebih suka yang to the point!
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Tidak, saya tidak tahu dan tidak mau tahu, tetapi masih toleransi waktu misalnya
tidak bisa mengajak dia berenang di minggu pagi karena dia harus ke Gereja.
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: Pro dan kontra. Pro = apabila laki-laki muslim menikahi wanita non Muslim dan
kontra = apabila wanita muslim dinikahi laki-laki non Muslim.
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lainnya, saya tahu dari
guru PPKN
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Saling menghargai satu dengan yang lainnya. Seperti tidak mengganggu waktu
ibadahnya, saling tolong-menlong, dan lain-lain
Lampiran 5
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Nurhaliman Tusadiyah
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Agama : Islam
d. Kelas :X5
e. Alamat : Jl. Kampung Melayu Besar Rt01 Rw 02 No. 17 Gang.
Masjid I Jakarta Selatan
f. Pendidikan Orang Tua : SMA
g. Pekerjaan Orang Tua : Guru mengaji
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: Saat masuk SMA, karena saya ingin belajar untuk berorganisasi secara Islami
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Selama saya masih bisa datang dan diberi waktu luang oleh Allah SWT, saya
akan berusaha untuk selalu aktif di Rohis.
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: Tidak hanya sebagai anggota
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Zat yang menciptakan semua makhluk, termasuk saya sebagai ciptaannya. Saya
percaya dengan adanya Allah, karena saya tidak akan ada jika tidak ada yang
menciptakan saya yaitu Allah SWT semesta alam.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Semakin lebih mendalam, semakin tahu hakikat kita dalam hidup ini, dalam
berorganisasi, dalam menjalankan kehidupan menjadi lebih terarah sesuai dengan
ajaran Islam tentunya
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Takdir adalah ketetapan Tuhan. Saya yakin dengan adanya takdir Tuhan karena
kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi hari ini, hari esok, dan seterusnya.
Karena kita berada dalam takdir Allah yang manusia tidak bisa memprediksi
secara pasti karena manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan dalam
segala hal. Dalam menyikapi takdir Tuhan yang baik kita hendaknya bersyukur
dan menggunakan apa yang kita miliki atau potensi kita digunakan dengan
sebaik-baiknya. Sedangkan dalam menyikapi takdir Allah yang buruk hendaknya
kita menerima dan lapang dada serta yakin bahwa Allah memberikan yang terbaik
untuk kita semua.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: Keyakinan saya terhadap takdir Tuhan semakin bertambah, saya yakin takdir
Tuhan ada yang baik dan buruk, ada yang bisa dirubah dan juga tidak bisa.
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, karena ibadah merupakan bukti kita sebagai orang yang beriman.
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohis?
Jawab: Alhamdulillah saya sudah bisa mengutamakan yang wajib dan mencoba lebih giat
dalam melaksanakan ibadah sunnah. Sebelum aktif di Rohis sering melanggar dan
mencampuradukkan antara yang benar dan yang salah tetapi setelah aktif di Rohis
menjadi lebih terarah dan manjadi yang terbaik dalam ibadah.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Kegiatan agama di sekolah saya berjalan dengan baik yaitu IMTAQ dan 15 menit
sebelum pelajaran dimulai kita bertadarus bersama.
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Cukup baik, saya aktif di TPA atau halaqoh
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak kecil, saya diajarkan dari ayah, ibu, Taman Pendidikan Al-Qur’an, sekolah,
masyarakat dan teman.
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: Dengan cara aktif di Rohis, mengikui pengajian dan lain-lain
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Pengetahuan lebih bertambah, lebih berwawasan, dan lebih dalam dari sebelum-
sebelumnya.
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Kira-kira lima belas orang, karena saya berada di sekolah dan saya harus bisa
bersosialisasi dengan baik agar tercipta kerukunan antar umat beragama.
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Baik-baik saja karena dalam berteman dengan orang yang beda agama harus ada
toleransi beragama.
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Bermain, diskusi dalam belajar, sharing dan kita juga pernah bertukar pikiran
mengenai sopan santun, pendidikan, kebiasaan sahari-hari. Tema tentang
keagaman juga pernah seperti dalam dua agama mempunyai keyakinan yang
berbeda-beda maka saya dan teman saya saling memberitahu kebiasaan beragama
masing-masing.
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa?
Jawab: Pernah, hanya kesalapahaman terhadap suatu masalah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Tiga orang, di lingkungan tempat tinggal saya lebih banyak beragama Islam
daripada non Islam, walau demikian suatu saat pasti akan membutuhkan
pertolongan orang lain.
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Berjalan dengan baik, karena dalam bergaul kita harus berteman dan mengenal
siapa saja.
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di masyarakat?
Jawab: Bermain dan saling menolong jika ada kesulitan di antara kita.
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Berteman dengan baik boleh saja asalkan tidak melanggar ajaran Islam seperti
bermain, belajar bersama dan lain-lain. Ada batasannya, tidak mengikuti ajaran
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam

23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Tidak boleh sebab dalam surat al-Kafirun telah dijelaskan bahwa kita boleh
menghormati agama lain tetapi kita tidak boleh ikut semua apa-apa yang
diajarkan agama lain. Intinya bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Saya
diajarkan oleh guru liqo dan mentoring Rohis
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: tidak karena dalam Islam diharamkan atau tidak diperbolehkan.
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Mengucapkan salam kepada agama lain boleh saja asal jangan mengucapkan
Assalamu’alaikum.
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Pernah, karena saat menelpon saya terburu-buru dan tanpa disadari saya
mengucapkan salam.
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Tidak, karena dalam Islam dalam masalah agama kita tidak boleh
mempermainkan, jika kita ikut kegiatan yang berbeda dengan agama kita maka
sama saja kita termasuk ke dalam agama tersebut.
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: Tidak setuju, karena dalam Islam menikah dengan beda agama akan
menimbulkan kontroversi di kedua belah pihak dan sama saja dengan berzina.
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Adanya saling pengertian, saling menghormati antar sesama manusia terutama
dalam beragama yang berbeda dan lain sebagainya.Mulai dari SD, SMP hingga
SMA sudah diajarkan
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Saling memahami antar sesama yang mempunyai perbedaan. Contohnya
memberikan kebebasan agama lain dalam beribadah
Lampiran 6
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Bagas Febriansyah Wijaya
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Agama : Islam
d. Kelas :X6
e. Alamat : Jl. Gandaria I No. 89 A
f. Pendidikan Orang Tua : SMA
g. Pekerjaan Orang Tua : Karyawan Swasta
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: Pertengahan bulan Ramadhan kelas X, karena saya ingin menambah pengetahuan
tentang Islam
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Saya aktif dalam keanggotaan dengan cara datang setiap ada kegiatan. Walaupun
hari selasa tidak pernah datang karena waktunya terlalu sore jadi sama orang tua
tidak boleh datang karena rumahnya jauh, tetapi setiap hari Jum’at saya selalu
datang
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: Belum hanya sebagai anggota
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan adalah yang menciptkan alam semesta beserta isinya, saya percaya dengan
adanya Tuhan, Karena saya percaya Tuhan lah yang menciptakan saya.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Keyakinan lebih kuat dari sebelumnya, karena di rohis lebih banyak tahu lagi hal-
hal yang tidak diajarkan pada pelajaran agama di sekolah.
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Segala sesuatu yang sudah ditentukan oleh Allah. Saya percaya karena saya
mengimaninya
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: Saya tambah yakin bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Ya penting, supaya mendapat pahala dari Allah SWT
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis?
Jawab: Sebelum aktif di rohis, shalat saya masih banyak yang terlewatkan, tetapi setelah
aktif di rohis menjadi lebih baik.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Saya membaca tadarus sebelum memulai pelajaran
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Saya mengikuti pengajian
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak sekolah dasar, saya dapat ilmu agama dari sekolah dan pengajian
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: aktif di rohis, privat pengajian dan mendengarkan kultum
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Alhamdulillah sekarang bertambah tidak seperti dulu, di rumah ada privat
pengajian dan di sekolah ada rohis
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Empat orang, tiga orang adalah teman sekelas dan yang satu lagi teman searah
saat pulang sekolah.
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Cukup baik karena saya selalu berusaha menghormati teman saya yang berbeda
agama.
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Kerja kelompk, belajar bersama dan kita juga pernah bertukar pikiran tentang
pelajaran sekolah, klo tentang agam tidak pernah
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa?
Jawab: Tidak pernah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Delapan orang, karena mereka adalah teman saya saat SMP
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Cukup baik karena saya berusaha untuk menghormati mereka
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: Bermain
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: saling menghormati, ada batasannya tidak boleh menyinggung agama lain seperti
tidak boleh menghina agama lain.
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Tidak boleh karena itu sama saja ikut merayakan Natal, saya tahu dari mentor dan
orang tua.
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: Tidak pernah, karena tidak boleh
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Klo dia yang mengucapkan kita jawab wa’alaikum tetapi klo kita yang
mengucapkan tidak boleh.
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: tidak pernah Karen adilarang agama
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Tidak, karena kita yang berbeda agama tidak boleh ikut campur
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: tidak boleh
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: saling menghargai saya tahu dari pelajaran
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: saling menghargai seperti tidak mengganggu ketika teman sedang beribadah
Lampiran 7
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Fajar Susanto
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Agama : Islam
d. Kelas : XI IPS 3
e. Alamat : Jl. Kebon Baru 4 RT01 Rw10 No. 5 Kebon Baru Tebet
Jakarta Selatan
f. Pendidikan Orang Tua : Sarjana
g. Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: Sejak masuk SMA, untuk menambah ilmu dan juga bisa mencari teman
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Kelas X masih bolong-bolong, sekarang alhamdulillah sekarang aktif
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: pernah, sebagai Ketua Rohis
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Allah yang menciptakan manusi, alam semesta dan kita harus yakin bahwa Allah
itu ada.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Alhamdulillah keyakinan saya semakin bertambah kepada Allah
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Tuhan sudah berkehendak, kita tidak bisa merubahnya. Saya percaya dengan
takdir Tuhan, karena manusia harus terima takdir Allah.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: semakin yakin bahwa semuanya sudah ditentukan oleh Allah.
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, karenaitu hubungan saya dengan Allah, klo kita tidak bisa berhubungan
dengan Allah nanti kita dikasi siksa yang amat pedih.
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis?
Jawab: Alhamdulillah ana sudah melaksanakan shalat tepat waktunya, zikir dan berdoa.
Sebelum aktif di rohis masih kurng baik, malas-malasan.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Setiap pagi tadarusan
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Saya mengaji di TPQ ( taman pendidikan qur’an)
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak TK, saya dapat ilmu agama dari buku agama, pengajian dan juga orang tua
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: dengan aktif di Rohis dan ikut pengajian di rumah
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Alhamdulillah pengetahuan agama meningkat sedikit demi sedikit
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Banyak, karena berteman tidak memandang agamanya
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: baik-baik saja
17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: bermain futsal bersama, kerja kelompok
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa?
Jawab: tidak pernah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: ada beberapa karena kebanyakan masyarakat disana beragama Islam
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: baik-baik saja
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: nongkrong bareng klo ada acara 17 an
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: harus saling menghormati
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Menurut ana , untuk membina toleransi antar umat beragama jadi boleh-boleh
saja. Orang non Islam aja mengucapkan selamat hari raya idul fitri masa kita
tidak. Saya diajarkan dari guru dan oaring tua.
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: pernah kepada teman
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Tidak boleh, kecuali dia yang mengucapkan salam baru kita jawab.
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Tidak pernah, dilarang sama agama
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Tidak pernah, itu sama saja kita ikut merayakannya
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: Tidak setuju
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: saling menghargai saya tahu dari pelajaran
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: tidak boleh menghina agama lain
Lampiran 8
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Achmad Affandi
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Agama : Islam
d. Kelas :X6
e. Alamat : Jl. KH Abdullah Syafi’I Rt06 Rw02 No. 21 Mangga
Selatan
f. Pendidikan Orang Tua : SLTA
g. Pekerjaan Orang Tua : Karyawan Swasta
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: Kelas 2 SMP, karena waktu itu iman saya sedikit goyah karena pergaulan
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: 99% aktif
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: Tidak pernah hanyasebagai anggota
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan itu banyak tetapi Allah SWT Ahab (esa) Cuma satu. Saya percaya kepada
Allah, karena saya yakin bahwa Allah lah yang menciptakan segalanya
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: bertambah yakin
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Takdir adalah ketentuan Allah. Contohnya kematian, setiap makhuk yang
bernafas dan bernyawa pasti akan mati. Saya percaya dengan takdir Allah karena
sebagian telah terbukti.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: semakin percaya klo semua sudah ditentukan
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, karena itulah bekal yang akan kita bawa di akhirat nanti.
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis?
Jawab: Sebelum masuk rohis hidup saya sangat terpojokkan karena pergaulan tetapi
setelah aktif di rohis hidup saya lebih bermakna.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Shalat zuhur rutin, tadarusa dan shalat dhuha.
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: ikut pengajian
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: sejak umur 4 tahun dari TPA, dimana pertama kali saya menimba ilmu

13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?


Jawab: Tekun dalam belajar ilmu agama atau mengaji.
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: semakin bertambah
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Ya, mungkin tidak bisa dihitung, karena beda agama bukan berarti pergaulan kita
dibatasi
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Baik, karena kita tidak pernah saling mengejek , akan tetapi kita saling bertukar
pikiran.
17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Belajar bersama, tukar pikiran dan saling mengingatkan, mungkin tentang agama
kita masing-masing dan itu tidak ada hal-hal yang menyinggung. Kita juga pernah
ikut siskamling, membuat acara 17 agustus bersama dan lin-lain
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa?
Jawab: Tidak pernah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Kalau di masyarakat lebih banyak, karena dalam masyarakat lebih luas
lingkungannya disbanding di seklah
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Sangat baik, karena kita tidak pernah saling ejek.
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: Tukar pikiran dan bermain bersama.
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Bersikap baik, ramah dan tidak ganggu. Umat Kristen ke gereja, kami tidak
ganggu dan kami ke Masjid mereka tidak boleh ganggu. Ada batasannya seperti
jangan sampai kita saling mengejek untuk mengajak ke agama masing-masing
yang dianggao\p benar. Lakum dinukum wa liyadin (agamamu agamamu dan
agamaku agamaku).
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Maaf, kaau kami sebagai umat Islam tidak boleh mengucapkan selamat natal
kepada agama lain.
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: Tidak pernah, kareena memang begitu agama kami mengajarkannya yaitu haram.
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Kami juga tidak boleh mengucapkannya apalagi menjawab
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Tidak pernah, karena agama mu agama mud an agama ku agamaku
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: tidak pernah
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: tidak boleh
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Saling membantu, bermasyarakat dan saling tolong menolong, saya tahu dari
guru.
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Membantu mengingatkannya, seperti mengingatkannya untuk beribadah

Lampiran 9
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Anis Nur Husna
b. Jenis Kelamin Perempuan
c. Agama : Islam
d. Kelas :X3
e. Alamat : Jl. Menteng Atas Rt. 04 Rw. 13 No. 5
f. Pendidikan Orang Tua : SLTA
g. Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: waktu kelas X, karena mau menambah pengetahuan tentang Islam
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Aktif di Rohis, saya selalu mengikuti kegiatan-kegiatan rohis.
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: Belum pernah hanya sebagai anggota
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan itu Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, saya percaya dengan adanya
Tuhan , karena adanya langit, bumi beserta isinya itu semua adalah karunia Tuhan
kepada kita.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Saya lebih yakin klo Allah itu memang benar-benar Tuhan, kayakinan saya lebih
bertambah semanjak saya ikut rohis karena di rohis itu ada ceramah, baca al-
Qur’an dan juga sering diajak untuk mengikuti MABIT
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Takdir adalah ketentuan Allah, seperti diciptakan alam semesta. Saya percaya
dengan takdir Tuhan karena semua yang kita miiki di bumi ini karena takdir
Tuhan.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: Saya tambah yakin bahwa hidup saya diatur sama Than, tidak ada yang
menentukan takdir selain Allah.
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, karena itu merupakan perintah dari Allah
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis?
Jawab: Sebelum masuk rohis saya tetap mengerjakan shalat tetapi setelah aktif di rohis
saya tambah rajin dan tepat waktu, tidak menunda-nunda waktu.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Saya tetap menjalankan kegiatan keagamaan di sekolah seperti shalat, IMTAQ
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Saya tidak aktif dalam kegiatan keagamaan di masyarakat.

12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?


Jawab: Sejak saya masih kecil, dari orang tua, sekolah dan lain-lain
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: aktif di Rohis
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Semakin bertambah. Sepeerti awalnya saya tidak tahu apabila mengidolakan artis
itu dilarang, saya mengidolakannya. Kata mentor saya apabila mengidolakan artis
itu sama saja kita menyembah berhala.
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Saya tidak tahu, yang jelas dikelas ada tiga orang yang berbeda agama. Saya
berada di sekolh dan harus bersosialisasi.
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Baik-baik saja tidak ada masalah, karena kita semua saling menghargai.
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Kita ngobrol-ngobrol, belajar bersama, bertukar pikiran tentang pelajaran jika ada
pelajaran yang tidak dimengerti. Kita tidak pernah membahas tentang agama
karena kita tidak mau menyinggung tentang agama orang lain.
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa?
Jawab: Tidak pernah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Saya kurang tahu karena saya kurang bergaul di lingkungan masyarakat.
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Tidak ada Karen asaya kurang bergaul.
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: Tidak ada
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Kita harus saling mengharagai, tidak boleh saling mengejek antara agama yang
satu dengan agama yang lain. Ada batasannya seperti tidak menyinggung agam
yang berbeda dengan kita.
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Dalam Islam mengucapkan selamat Natal itu tidak boleh. Saya diajari oleh
mentor saya yaitu kak Reni dan orang tua juga tidak membolehkan.
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: Tidak pernah karena di dalam Islam tidak diperbolehkan.
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Apabila salam seperti selamat siang, sore atau malam itu sih boleh saja untuk
menghormati mereka. Akan tetapi apabila mengucapkan Assalamu’alaikum tidak
boleh.
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Pernah, karena kita harus mengucapkan salam kepada siapa saja, walaupun yang
berbeda agama. Tapi kita harus tahu letaj\k perbedaannya, misalnya tidak
mengucapkan “Assalamu’alaikum WR. WB” kepada yang berbeda agama tapi
mengucapkan selamat pagi dan lain-lain.
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Tidak pernah

28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?


Jawab: Menurut saya itu tidak boleh, karena syarat nikah itu diantaranya adalah seiman
dan seagama.
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Toleransi itu seperti menghargai oaring lain. Saya tahu dari orang tua.
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Seperti menghargai orang lain. Contohnya jika hari minggu ada tugas kelompok
dengan teman yang beda agama, kita harus membolehkan teman tersebut untuk
pergi ke gereja, setelah itu baru kita mengerjakan tugas kelompok.
Lampiran 10
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Dwi Anastasia
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Agama : Kristen Protestan
d. Kelas : XI IPA 1
e. Alamat : Jln. Armeria 2, perumahan Taman Cileungsi (Bogor)
f. Pendidikan Orang Tua : SLTA
g. Pekerjaan Orang Tua : wiraswasta
h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa?
Jawab: Sejak masuk kelas 1 SMA tapi di SMP juga sudah mengikuti Rohkris, keinginan
dari hati saya, karena kita sebagai umat beragama wajib mendekatkan diri kepada
Tuhan , selain itu juga bisa dijadikan sarana pelayanan.
2) Seberapa aktif anda dalam Rohkris?
Jawab: Kehadiran sih hamper 99% paling klo ga dating karena mendadak ada acara, saya
rajin mengikuti PDPA.
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohkris? Sebagai apa?
Jawab: Saya sekarang menduduki jabatan sebagai wakil ketua Rohkris
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan itu hakim yang adil dan juru selamat terbaik tiada yang terbaik selain Dia.
Saya percaya dengan adnya Tuhan karena untuk saya semua dan segala sesuatu
yang terjadi di dalam hidup saya adalah atas kehendak Tuhan baik yang susah dan
apalagi yang menyenangkan.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: Pendapat saya tentang Tuhan lebih mendalam jadi saya lebih tahu tentang
maknanya kenapa Tuhan ada di dunia, menyelamatkan kita sampai di salib nebus
dosa kita. Jadi saya lebih memahami aja tentang agama
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Saya yakin apapun yang Tuhan takdirkan untuk saya itu dalah yang terbaik. Saya
percaya dengan takdir Tuhan karena apapun yang terjadi dalam hidup saya itu
adalah hal yang terbaik yang Tuhan berikan.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris?
Jawab: Setiap yang sudah terjadi yang dikasi Tuhan adalah yang terbaik.
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, dengan ibadah kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohkris?
Jawab: Sama saja tetap setia kepada Tuhan
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Cukup aktif
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Cukup aktif
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak saya umur 5 tahun, saat saya sudah bisa tulis baca. Saya belajar dari orang
tua dan sekolah minggu (gereja)
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: dengan cara mengikuti saat teduh dan renungan pagi di sekolah, ke gereja,
membaca al Kitab dan menyanyikan lagu-lagu rohani.
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: Pengetahuan bertambah, nilai-nilai agama jadi naik dan ada kerinduan untuk
selalu membaca al Kitab.
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Sangat banyak, hampir di setiap kelas, karena but saya mereka semua sama
seperti saya dan mereka enak untuk diajak berteman.
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Baik. Karena kami saling menghargai satu sama lain
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Kerja kelompok, jalan bareng dan berorganisasi. Kami juga pernah bertukar
pikiran tentang pelajaran, guru-guru di sekolah, keluarga , cinta dan masalah
lainnya, terkadang masalah agama juga tapi hanya sekedar numpang lewat saja
tidak diperpanjang.
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama? seperti apa?
Jawab: tidak pernah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Sangat banyak, karena buat saya mereka semua sama seperti saya dan mereka
enak untuk diajak berteman.
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Baik, karena kami saling menghargai satu dengan yang lain.
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: Jalan bareng
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Tetap saling menghargai, batasannya tidak menyinggung perasaan.
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Wajar
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: pernah, karena saya menghargai hari-hari besar agama lain.
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Itu hal yang biasa da wajar.
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Pernah, karena itu hal yang wajar dan biasa
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Pernah, karena kita sebagai manusia harus saling menolong dan kita diciptakan
sebagai makhluk sosial
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: Menurut saya wajar selama menjunjung tinggi toleransi agama
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Toleransi itu saling menghargai satu sama lain, saya tahu dari pelajaran KWN
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Saling menghargai tanpa pandang bulu. Contohnya bila teman saya sedang
beribadah saya mneghargainya dengan tidak rebut.
Lampiran 11
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Jessica Simanjuntak
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Agama : Kristen Protestan
d. Kelas : XI IPS 3
e. Alamat : Jln. Tebet Timur Dalam Raya No. 119
f. Pendidikan Orang Tua : S2
g. Pekerjaan Orang Tua : Pensiunan
h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa?
Jawab: Semenjak 1 SMA, Rohkris adalah sebuah wadah untuk orang Kristen bersatu
menyuarakan hatinya dan menyebabkan rasa keingintahuan saya besar masuk
kesini
2) Seberapa aktif anda dalam Rohkris?
Jawab: Saya selalu mengikuti Rohkris jika tidak ada halangan yang tidak bisa
ditinggalkan
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohkris? Sebagai apa?
Jawab: Ketua Rohkris angkatan 2008-2009 di SMAN 79 Jakarta
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan adalah sesuatu hal yang tidak bisa kita lihat dengan mata tapi bisa kita lihat
mu’jizat yang diberikanNya. Saya percaya dengan adanya Tuhan karena mu’jizat
dan hal-hal yang dilakukanNya nyata
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: Semakin setia sama Tuhan klo saya dapat masalah saya percaya pada Tuhan
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Takdir adalah apa tindakan Tuhan untuk kita kedepannya nanti tapi sering disalah
artikan seperti pasrah dengan nasib atau takdir. Saya percaya dengan takdir Tuhan
karena masa depan kita sudah ditentukannya.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris?
Jawab: Saya percaya bahwa takdir itu bisa dirubah jika kita bersunggu-sungguh
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Tergantung bagaimana orang itu melaksanakannya seberapa besar kesungguhan
orang tersebut, tergantung kesiapan hati masing-masing
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohkris?
Jawab: Sebelum aktif di Rohkris malas-malasan dan jarang ke gereja tetapi setelah aktif
saya rajin ke gereja dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Aktif
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Aktif
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak saya kecil. Pertama tentu dari orang tua, gereja dan sekolah
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: Aktif di Rohkris, acara-acara di gereja dan tentunya menerapkan apa yang telah
kita pelajari kedalam kehidupan kita.
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: Pengetahuan saya lebih meningkat, kita jadi lebih tambah sabar
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Banyak tidak bisa dihitung, Karena sekolah negeri didomonasi dengan agama
Islam, perbedaan agama bukan hambatan untuk berteman
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Baik, bagi saya perbedaan agama bukan pembatas kita untuk berteman dengan
siapapun, jadi saya tidak akan memilih teman berdasarkan agamnya kecuali yang
sudah sesat atau fanatic.
17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Pencinta alam (sispala), kita juga pernah bertukar pikiran tentang pelajaran,
hobby, teman atau acara televise.
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama ? seperti apa?
Jawab: Pernah, ada beberapa teman fanatic agama menyindir dan mencemooh agama
lainnya dan menyebabkan pertengkaran solusinya kita saling bicara satu dengan
lainnya untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut.
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Banyak tidak bisa dihitung, di Jakarta ini masyarakat hidup secara majemuk, jadi
perbedaan agama bukan jadi satu alas an untuk menjadi pembatas kita dalam
berteman.
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Baik, berteman itu tidak boleh pandang bulu
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di masyarakat?
Jawab: berkumpul bersama-sama dan ngobrol-ngobrol
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Tetap saling menghargai, batasannya tidak menyinggung perasaan apabila kita
mengobrol sehari-hari sabaiknya tidak melakukan pembicaraan yang menyangkut
keagamaan.
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Bagi saya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain adalah salah satu
wujud toleransi beragama.
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: Pernah, bagi saya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain adalah
sebuah ungkapan rasa menghormati satu sama lain, jadi bagi saya tidak ada
salahnya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain.
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: itu hal yang wajar untuk menghormati mereka
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Pernah, itu hal yang wajar untuk menghormati mereka
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Tidak, dalam keagamaannya mereka berarti berusaha dengan dibantu oleh apa
yang dipercayainya, bukan lagi orang lain.
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: sangat tidak setuju
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Toleransi adalah hal saling menghargai satu sama lain, saya tahu dari pelajaran
dan dari lingkungan.
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Menghargai perbedaan antara agama lain dan perbedaan itu tidak menjadi
permusuhan, klo saya sedang ngobrol dengan teman beda agama tidak pernah
menyinggung atau menjelek-jelekkan agamanya
Lampiran 12
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Megawati Immanela
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Agama : Kristen Protestan
d. Kelas : XI IPS 3
e. Alamat : Jln. Tebet Barat 1,a, No. 20 Rt02/02, Tebet Jakarta
Selatan
f. Pendidikan Orang Tua : SLTA
g. Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta
h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa?
Jawab: saat menjadi siswa SMAN 79, karena diwajibkan
2) Seberapa aktif anda dalam Rohkris?
Jawab: gak terlalu aktif banget, paling Cuma ikutin kegiatan-kegiatan rutin aja.
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohkris? Sebagai apa?
Jawab: tidak pernah
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Pencipta bumi beserta isinya yang berkuasa atas segalanya. Iya dong saya percaya
tanpa dia gak mungkin aku bisa hidup sampai sekarang dan gak bisa isi angket ini
deh he he he.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: tambah yakin
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Ketentuan Tuhan. Percaya dengan takdir Tuhan karena segala sesuatu itu sudah
direncanakan Tuhan.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris?
Jawab: tambah yakin
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: penting, sebagai ucapan syukur atas berkat Tuhan selama seminggu
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohkris?
Jawab: baik-baik saja
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Baik-baik saja , klo pagi saat teduh
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: klo di lingkungan rumah sih tidak ada
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: sejak kecil, dari keluarga, gereja dan sekolah
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: ikut Rohkris dan aktif di gereja
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: bertambah
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: banyak banget, karena mayoritas murudnya memang beragama lain.
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Baik-baik saja karena memang gak ada masalah apa-apa
17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Ngobrol, becanda, ngerjain PR bareng. Kita juga pernah tukar pikiran tentang
cowok,pelajaran, sekolah dallain-lain
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama ? seperti apa?
Jawab: Pernah beda pendapat dan nyolot-nyolotan solusinya berdamai, sebelum puasakan
biasanya ada acara minta maaf, nah dia minta maaf deh sama aku ha ha ha.
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: banyak banget. Soalnya klo temenan ya temenan aja gak lihat dari agamanya
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: baik- baik aja karena memang baik-baik saja
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: ngobrol, bercanda dan lain-lain
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: saling mengasihi klo ada orang yang jahat sama kita, kita harus mengampuninya
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: bagus itu! Artinya kita menghormati hari raya mereka
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: pernah dong! Ya kan menghormatinya
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: hal yang wajar
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: pernah, iseng he he
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: pernah, ya ngebantu dia. Contohnya, pas mereka puasa, kita bantu mereka nahan
hawa nafsu
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: gak setuju!
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: saling menghormati dan menghargai. Dari buku, sekolah, temen-temen dan lain-
lain
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Menghormati temen yang sedang puasa, ketika teman saya sedang puasa, saya
tidak makan di depannya
Lampiran 13
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Demonsky Ambonness Rassel
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Agama : Kristen Protestan
d. Kelas :X1
e. Alamat : Tanjung Barat
f. Pendidikan Orang Tua : D3
g. Pekerjaan Orang Tua : Karyawan Swasta
h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa?
Jawab: Dari kelas 1 SMP, pertama memang diwajibkan sekolah, kedua disuruh oleh
orang tua dan keyakinan saya memang di agama Kristen
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Aktif sekali, apabila ada kegiatan pasti ikut
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: tidak pernah
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan adalah pencipta kita, pelindung dan penjaga. Saya yakin dengan adanya
Tuhan, Karena Tuhan baik klo punya masalah kita dapat mengadu .
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: semakin yakin
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: ketentuan Tuhan. Saya percaya karena segala sesuatu Tuhan yang tentukan
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris?
Jawab: tambah yakin
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: penting, karena kita harus mengucap syukur kepada Tuhan
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohkris?
Jawab: sama aja sering melaksanakannya
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: aktif di Rohkris
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: tidak ada
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: sejak kecil dari oaring tua dan teman yang seiman
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: membaca al Kitab, do’a dan tukar pikiran dengan teman-teman
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: bertambah
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Banyak sekali karena mungkin dari mereka, saya dapat menambah pengetahuan
dan dapat bertukar pikiran
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: baik-baik saja
17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Belajar bersama, mengerjakan tugas bersama di rumah teman beda agama. Saya
juga pernah tukar pikiran tentang sekolah, pelajaran dan lain-lain
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama? seperti apa?
Jawab: tidak pernah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: banyak karena mayoritas adalah Islam
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Baik-baik sata
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di masyarakat?
Jawab: ngobrol-ngobrol aja ketika ada acara 17-an sering nongkrong bareng
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Kita selalu berbuat baik, bertegur sapa dan menghormati agama lain. Ada
batasannya jangan suka berbohong
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Boleh saja sebagai tanda penghormatan
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: Pernah, tanda hormat
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Boleh
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Pernah ketika masuk ke rumah teman yang beda agama
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: tidak pernah, Karen a waktunya kurang
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: Boleh-boleh saja
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: saling menghargai. Saya tahu dari pelajaran
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Saling menghargai, ketika saya belajar bersama di rumah teman beda agama telah
tiba waktu shalat saya kasi waktu untuk teman shalat
Lampiran 14
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : George Alexander
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Agama : Kristen Protestan
d. Kelas :X1
e. Alamat : Jln. Kebon Baru 3 Tebet
f. Pendidikan Orang Tua : SMA
g. Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta
h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa?
Jawab: Pertama mason SMAN 79. jalan Tuhan dan diwajibkan oleh sekolah
2) Seberapa aktif anda dalam Rohkris?
Jawab: Lumayan tidak terlalu aktif
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohkris? Sebagai apa?
Jawab: belum
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan adalah pencipta, saya percaya adanya Tuhan karena dia yang telah
menciptakan
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: semakin percaya
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: KetentuanTuhan. Saya percaya adanya takdir Tuhan karena saya sekolah disini
adalah takdir Tuhan
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris?
Jawab: tambah yakin
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: penting karena memang diwajibkan
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohkris?
Jawab: lebih rajin setelah aktif di Rohkris
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: cukup baik, seperti ikut Rohkris
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: cukup baik seperti ikut kebaktian, persekutuan do’a dan lain-lain
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: waktu masuk SD, dari sekolah, gereja dan orang tua tentunya
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: ke gereja dan membaca al Kitab
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: bertambah
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: banyak, mayoritas agama Islam
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: lumayan, intinya walaupun berbeda agama tidak boleh membeda-bedakan teman
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Bermain futsal, belajar kelompok, ngobrol tentang cewe, bola dan lain-lain. Kita
juga pernah ngobrol tentang kegiatan Rohkris apa saja dan Rohis kegiatannya apa
saja
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa?
Jawab: tidak pernah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Banyak, mayoritas beragama Islam
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: baik-baik saja dan lumayan aktif dimasyarakat
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: kerja bakti, bermain futsal dan nongkrong bareng
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Harus saling menghargai, tidak membeda-bedakan agama lain. Ada batasannya
tidak boleh melecehkan agama lain
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Boleh saja, itu berarti menghargai
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: Pernah, karena saya mempunyai pacar yang beda agama
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Boleh saja
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Pernah itu merupakan toleransi
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Pernah, ketika ada acara maulid Nabi di kelurahan dan kebetulan saya sebagai
sekretaris
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: Biasa saja klo selama saling menghargai dan ada toleransi
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Saling menghargai, saya tahu dari kamus, pelajaran Bahasa Indonesia dan
Sosiologi
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Tidak mencampuradukkan agama atau ikut-ikutan, seperti ketika teman saya
shalat maka saya membiarkan dia shalat tanpa ikut shalat
Lampiran 15
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Canang Karismantio
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Agama : Kristen Protestan
d. Kelas : XI
e. Alamat : Ciracas Cibubur Jakarta Timur
f. Pendidikan Orang Tua : S1
g. Pekerjaan Orang Tua : Pegawai Swasta
h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa?
Jawab: Masuk Kelas 1 SMA, diwajibkan oleh sekolah dan juga kemauan sendiri
2) Seberapa aktif anda dalam Rohkris?
Jawab:Aktif
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohkris? Sebagai apa/
Jawab: Tidak pernah hanya sebagai perwakilan dari Rohkris untuk OSIS
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Pedoman hidup saya , Tuhan adalah juru selamat saya, klo kita percaya kita akan
diselamatkan makanya saya percaya
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: Mengalami perubahan lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan lebih aktif dalam
kegiatan keagamaan seperti pagi saat teduh, aktif di Rohkris
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Satu kenyataan yang tuhan berikan kepada kita, saya percaya klo takdir itu bisa
dirubah klo kita ada kemauan.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris?
Jawab: Mengalami perubahan terhadap rohani sendiri ya tentunya pasti lebih lagi yang
tadinya hanya berpikir oh itu hanya kerja keras saya selama ini tapi ternyata itu
memang ada campur tangan Tuhan yang lebih untuk kegiatan kita sehari-hari.
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, karena dengan ibadah itu kita mendekatkan diri pada Tuhan dan sebagai
tanda syukur atas apa yang telah Tuhan berikan sekarang
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis?
Jawab: Hampir sama saja ya tapi sebelum aktif , tanggung jawab belum daharuskan,
tetapi setelah aktif Rohkris ada tanggung jawab yang lebih lagi, kita setia tidak
pada Tuhan.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Cukup dijalani dan aktif
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Aktif, suka mengadakan ibadah bareng setiap 2 bulan sekali
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak lahir, kita dituntun oleh orang tua dan dibina untuk mengerti agama, belajar
dari gereja, sekolah dan dari buku seperti al Kitab
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: Aktif di Rohkris
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris?
Jawab: Pengetahuan bertambah semakin giat untuk mendekatkan diri pada Tuhan, setiap
hari kita diajarkan dan didisiplinkan untuk saat teduh.
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Banyak, klo berteman tidak ada salahnya untuk tidak melihat dari segi ras, suku
dan agamanya jadi ya baik-baik saja
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Baik-baik saja
17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Kerja kelompok, ngobrol, main futsal bareng, diskusi masalah sekolah, cewa dan
lain-lain dan saya juga pernah membantu mempersiapkan acara Isra’ mi’raj di
sekolah
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa?
Jawab: Tidak pernah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Banyak, tetapi tidak terlalu aktif di masyarakat karena kehabisan waktu, tetpi
interaksi perlu juga di masyarakat.
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Cukup baik, saling bertegur sapa misalnya klo hari raya kita saling
bersilaturrahmi, apabila idul fitri saya sendiri yang mengunjungi mereka dan
apabila natal mereka yang mengunjungi saya
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di masyarakat?
Jawab: Klo libur kita nongkrong di pos siskamling
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Menjalin hubungan yang baik dengan sesama agama maupun dengan yang beda
agama. Ada batasannya tidak boleh mengganggu pemeluk agama lain beribadah
misalnya apabila teman sedang shalat kita berhenti dulu melakukan kegiatan
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Tidak ada masalah sebab kita hanya mengucapkan selamat saja
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: Pernah, ketetangga untuk menghormati mereka
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Boleh saja untuk memberikan suatu kehangatan kepada mereka
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Pernah untuk saling menghormati saja
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Pernah yaitu acara Isra’ mi’raj di sekolah, karena mereka membutuhkan bantuan
kita
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: Tidak setuju karena susah untuk menyatukan pemikiran dan prinsip

29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Menghargai orang lain, saya tahu dari pelajarandi sekolah
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Orang lain tidak merasa diganggu haknya misalnya waktu rapat Osis, teman izin
untuk beribadah maka kita hentikan dulu rapatnya
NAMA-NAMA ANGGOTA AKTIVIS ROHIS
SMAN 79 JAKARTA

1. FAJAR FITRIANI KELAS X-1


2. VIDIANSYAH RAHMAN KELAS X-1
3. CINDY CALLAQ CARROW KELAS X-2
4. DIANA MAULIDINA KELAS X-2
5. HADAWIYAH KELAS X-2
6. MOHAMAD HANDAL ISLAMI KELAS X-2
7. ANIS NUR HUSNA KELAS X-3
8. DAMAR NAGORO PATI KELAS X-3
9. DEWI FERANTIKA KELAS X-3
10. GILANG RAMADHAN PUTRA KELAS X-3
11. HAFIZH FADHILAH RACHIM KELAS X-3
12. RAHMATULAH KELAS X-3
13. FEBRIANA EGIRIAWAN KELAS X-4
14. INDAH RAISYAH RIANA KELAS X-4
15. KUN MAR'ATI FADILAH KELAS X-5
16. NURHALIMAH TUSADIYAH KELAS X-5
17. ACHMAD AFFANDI KELAS X-6
18. ANDRI SETIADI KELAS X-6
19. BILAL MALIKI KELAS X-6
20. MAULANA PRAHAJI KELAS X-6
21. SYUKRON JAYA KELAS X-6
22. VERI KRISTIANTO KELAS X-6
23. BAYU RIZKI ADNAN KELAS X-7
24. BOMA SURYANANDA KELAS X-7
25. MUHAMMAD IBNU RUSDI KELAS X-7
26. ANDITA MEGA PRIANTIWI KELAS XI-IPA-1
27. ANNISA KHIFAH KELAS XI-IPA-1
28. QOSHIRATUTHARFI'IN KELAS XI-IPA-1
29. SITI FAJAR MAESTRANI KELAS XI-IPA-1
30. AMALIA HADI KELAS XI-IPA-2
31. DELIMA KELAS XI-IPA-2
32. EVI LISDIANI KELAS XI-IPA-2
33. RIKA ARIESTA KELAS XI-IPA-2
34. SARVITA ZULAIHA KELAS XI-IPA-2
35. SETYA NINGSIH KELAS XI-IPA-2
36. ARDHESTY POERNAMA KELAS XI-IPS-2
37. FEBRY TRIANI KELAS XI-IPS-2
38. FAJAR SUSANTO KELAS XI-IPS-3
NAMA-NAMA ANGGOTA AKTIVIS ROHKRIS
SMAN 79 JAKARTA

1. DEMONSKY AMBONESS RASSEL KELAS X-1

2. GEORGE ALEXANDER KELAS X-1

3. ANDY ANDRE OCTOSAN KELAS X-6

4. REALINO RESA KUSUMA WARAN KELAS X-6

5. DWIANA STASIA SILALAHI KELAS XI-IPA-1

6. MRR. OKTANILA PARAMESWARI KELAS XI-IPA-1

7. RAMLI SAIBUN HASUDUNGAN KELAS XI-IPA-1

8. MERRY KADHITA KELAS XI-IPA-2

9. YULYANA KELAS XI-IPA-2

10. CANANG KARISMANTIO KELAS XI-IPS-1

11. SEPTIAN PANGIHUTAN KELAS XI-IPS-2

12. JESSICA SIMANJUNTAK KELAS XI-IPS-3

13. MEGAWATI IMMANELA KELAS XI-IPS-3

Anda mungkin juga menyukai