Syarifah Alawiyah-Fuf
Syarifah Alawiyah-Fuf
Relasi Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain di SMAN 79
Jakarta Selatan
Skripsi
Oleh
SYARIFAH ALAWIYAH
NIM: 101032221718
2009M./ 1430H.
AGAMA DAN INTERAKSI SOSIAL
Studi Kasus Relasi Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain
di SMAN 79 Jakarta Selatan
Skripsi
Oleh:
SYARIFAH ALAWIYAH
NIM:101032221718
Di bawah Bimbingan
1430 H./2008 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Anggota
Penguji I Penguji II
Pembimbing
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga
selalu dilimpahkan pada Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam,
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis
hadapi, namun banyak pula pelajaran yang didapat. Berkat motivasi dan bantuan dari
semua pihak akhirnya penulis dapat mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapi.
Merupakan sebuah penantian yang cukup lama bagi penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi untuk mencapai gelar kesarjanaan Strata 1 (S1) pada jurusan Sosiologi
Agama ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada mereka yang telah membimbing dan membantu penulis dalam
suka maupun duka untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Adapun ucapan terima kasih
1. Prof. Dr. M. Amin Nurdin, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
beserta seluruh civitas Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah mengarahkan,
2. Dra. Ida Rosyidah, MA., selaku ketua jurusan Sosiologi Agama dan juga sebagai
Filsafat beserta seluruh stafnya yang telah memberikan palayanan dengan baik.
5. Drs. A. Sukarno selaku kepala sekolah di SMAN 79 Jakarta Selatan dan Harjono
S.pd selaku wakil kepala sekolah bagian humas di SMAN 79 yang telah bersedia
Tusadiyah dan Anis Nur Husna) dan aktifis Rohkris (Canang Karismantio,
tentang rohis dan rohkris pada penulis. Semoga Allah membalas amal baik kalian
semua.
6. Kedua orang tua penulis, Bapak Muhammad Nasir dan Ibu Paridah yang
senantiasa menyemangati penulis untuk giat menyelasaikan skripsi ini dan tak
untuk suami dan anakku tercinta Luekman Hakim, S.Ag dan Sahla Qobilatil Ilmi
7. Terima kasih untuk sahabatku Nia Novitasari dan Laila Masyitoh yang tidak
Dila, Supri, Amin, Nourma, Samsul, Seha, Imas, Nining, Ani, Eltri,
pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Hanya Allah SWT yang dapat membalas jasa-jasa mereka yang telah
memberikan perhatiannya pada penulis. Teriring doanya semoga penulis dapat membalas
Berbagai macam kekurangan pasti terdapat dalam penulisan tugas akhir ini,
untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap agar karya ini
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
D. Metodologi Penelitian………………………………. 8
E. Sistematika Penulisan………………………………. 11
1. Pengertian Agama……………………………… 14
4. Pengertian Keberagamaan……………………… 22
5. Dimensi Keberagamaan………………………... 24
1. Pengertian Toleransi…………………………... 37
Islam………………………………………….. 41
Kristen………………………………………… 44
3. Struktur Kelembagaannya……………………... 57
LINGKUNGAN SEKOLAH
A. Kesimpulan………………………………………….. 94
B. Saran-saran………………………………………….. 94
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
lain. Ia dituntut hidup bersama dan berdampingan dengan orang lain dalam upaya
mencapai tujuan hidupnya. Tanpa bantuan orang lain, manusia tidak akan dapat
kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang secara bersama-sama ditaati oleh seluruh
anggota masyarakatnya. Tatanan kehidupan, norma dan adat istiadat tersebut merupakan
dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka yang pada gilirannya membentuk
sosial, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial. Dengan
demikian, interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial dimana dalam proses
tersebut terjadi hubungan sosial yang dinamis baik antara individu, antara kelompok
1
1
M. Arifin Noor; Ilmu Sosial Dasar, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), h. 85
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2001), cet.
Ke-32, h. 67
Proses interaksi sosial terjadi melalui empat hal yaitu, imitasi, sugesti,
3
identifikasi, simpati. Proses-proses tersebut mengandung banyak kelebihan dan
oleh pelbagai perbedaan-perbedaan seperti: suku bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama.
agama, hal ini disebabkan oleh sikap saling curiga dan salah faham dari satu penganut
agama terhadap sikap dan prilaku agama lain. Oleh karena itu masyarakat dituntut untuk
bersikap toleran agar tercipta kehidupan yang harmonis antar umat beragama dan setiap
agama mengakui eksistensi agama-agama lain dan saling menghormati hak asasi
penganutnya.
faktor. Secara kategoris-simplistis hal itu dapat dibedakan ke dalam dua faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi seseorang
dalam bersikap yang disebabkan atas dasar pemahaman keagamaan terhadap agamanya.
Demikian pula sikap eksklusifisme, dan kesalahpahaman terhadap ajaran agama sendiri
telah menjadikan agama sebagai ancaman bagi pemeluk agama lainnya. Tidak hanya
faktor internal, faktor lain seperti sikap hedonitas dan oportunitas dengan mengatas
yang berkepanjangan.4
3
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, h. 69
Indonesia merupakan negara yang memberikan kebebasan kepada warganya
dengan sikap toleransi dan saling menghargai antar pemeluk agama. Kenyataan ini
Ambon, Poso, Madura dan lain-lain. Konflik dan pertikaian ini terjadi karena
kemajemukan masyarakat Indonesia yang diperparah lagi oleh kesenjangan sosial dan
ekonomi yang tajam dan belum tumbuhnya budaya multikultural yang lebih
Misalnya kasus kerusuhan Ambon dapat dilihat sebagai bagian dari disharmonisitas yang
terpendam disebabkan pertentangan ekonomi dan status sosial selama Orde Baru.
Sebagian besar petani Ambon beragama Kristen, sementara itu pelaku bisnis papan
bawah dan papan atas dimonopoli oleh kelompok masyarakat yang beragama Islam.
Kelompok ini didukung oleh orang Bugis-Makassar dan orang-orang Ambon keturunan
Arab. Sedangkan para pejabat yang duduk di birokrasi pemerintah dan angkatan
bersenjata mayoritas dikuasai oleh penduduk yang beragama Kristen. Pembagian okupasi
ini seakan sebuah division of labaour (pembagian lapangan kerja) yang telah mentradisi
sejak Maluku jatuh ke tangan Belanda. Kemiskinan yang dialami kelompok petani
Ambon di zaman orde baru telah menjatuhkan prestise mereka dihadapan kelompok
okupasi lainnya, khususnya pendatang muslim. Ketika terjadi ekspansi terhadap lahan
4
Said Agil Husen Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: PT Ciputat Press,
2005), Cet.ke 3, h. Pengantar Editor
sehingga mengakibatkan keseimbangan sosial tersebut goyah. Sesungguhnya pertarungan
pertarungan itu selalu dikemas dalam bungkus agama agar ia kelihatan sakral dan mudah
melestarikannya.
Kerusuhan-kerusuhan ini menimbulkan korban harta dan jiwa, selain itu juga
yang tak kalah penting adalah rusaknya harmoni kehidupan masyarakat yang telah
terbentuk sekian lama. Kecurigaan dan dendam melanda berbagai kelompok masyarakat.
Masyarakat kini telah kehilangan panutan dan norma hidup berbangsa dan bernegara
sehingga dapat hidup berdampingan di antara sesama. Sikap toleran ini harus
dikembangkan oleh segenap lapisan masyarakat dalam semua sendi kehidupan berbangsa
dilihat dari aspek latar belakang agamanya. Madrasah lebih bersifat singularis, yakni
semua guru, tenaga kependidikan dan para siswanya beragama Islam. Sedangkan para
guru, tenaga kependidikan dan siswa di sekolah bersifat pluralis, yakni terdiri atas
berbagai latar belakang agama. Suasana semacam itu menuntut tumbuh kembangnya
agama saja. Kebanyakan sekolah-sekolah tersebut menerima siswa dengan latar agama
yang berbeda-beda. Salah satunya di SMAN 79 Jakarta. Di sekolah ini jumlah siswa non
5
Sumber data hasil observasi
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi dalam menyiapkan
generasi penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi antara sesama murid,
terutama yang tidak seagama (jika diperlukan) hanya terbatas dalam membantu
menyiapkan sarana yang diperlukan untuk upacara yang dimaksud, dan bukan ikut
Salah satunya adalah organisasi kegamaan yaitu, Rohis (Rohani Islam) dan Rohkris
(Rohani Kristen). Dalam organisasi ini, siswa-siswi muslim dan non muslim dibina untuk
mendalami ajaran agamanya. Selain itu dalam organisasi ini juga, siswa-siswi ini
diajarkan cara berorganisasi dan berinteraksi dengan sesama, sebagai bekal nantinya
hidup di masyarakat. Selain itu, siswa-siswi yang ikut dalam organisasi ini diharapkan
dapat menerapkan ajaran agama dalam kehidupan mereka sehari-hari, terlebih lagi cara
mereka berinteraksi dengan lingkungan. Dalam hal ini, cara mereka berinteraksi dengan
Hal ini amat menarik untuk dikaji lebih jauh, terutama untuk memahami
pandangan siswa-siswi muslim yang aktif dalam organisasi rohis (rohani Islam) terhadap
siswa-siswi non muslim begitu juga memahami pandangan siswa-siswi non muslim yang
aktif dalam organisasi rohkris (rohani Kristen) terhadap siswa-siswi muslim. Serta
bagaimana mereka mampu memahami setiap perbedaan yang ada di antara mereka. Dari
uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisa dalam sebuah penelitian berbentuk
skripsi yang diberi judul “Agama dan Interaksi Sosial: Studi Kasus Relasi Aktivis
Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama lain di SMAN 79 Jakarta
Selatan.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
berkaitan dengan stratifikasi sosial, solidaritas sosial, bahkan terkadang agama dikait-
kaitkan dengan konflik sosial yang pernah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Agama juga tidak dapat dipisahkan dari interaksi sosial pemeluknya, karena
agama merupakan pedoman hidup yang oleh mereka dijadikan sebagai acuan utama
Setiap ajaran agama –agama apa pun- akan menuntun pemeluknya untuk
membangun sebuah relasi yang harmonis dengan sesama pemeluk agama maupun
pemeluk agama lain, maka dari itu setiap pemeluk agama selalu berusaha menjalin
Maka dari itu dalam penelitian ini, penulis hanya akan membatasi masalah pada
hubungan agama dengan interaksi sosial, dalam hal ini relasi antar pemeluk suatu agama
adalah: “ Bagaimanakah hubungan agama dan interaksi sosial, dalam hal ini relasi aktivis
rohis dan aktivis rohkris dengan pemeluk agama lain di SMAN 79 Jakarta Selatan?”
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk memperkaya kajian ilmu pengetahuan tentang paradigma, konsep, dan teori
tentang kehidupan keberagamaan dan pola interaksi siswa yang berlatar belakang
beda agama.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi pengkajian dan pengembangan teori
sosiologi agama.
Hasil penelitian ini menjadi penting bagi para ahli sosiologi agama untuk memikirkan
Untuk memperluas wawasan intelektual tentang fungsi lembaga sekolah bagi kehidupan
beragama
Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat
diamati.6
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),
h. 3
Pendekatan Kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini mengambil bentuk
studi kasus. Studi ini dilakukan sebagai nilai tambah pada pengetahuan kita secara unik
Bentuk studi kasus dapat diperoleh dari laporan hasil pengamatan, catatan pribadi,
biografi orang yang diteliti dan keterangan dari orang yang mengetahui tentang hal itu.
Dalam skripsi ini, penulis memilih studi kasus terhadap relasi aktivis Rohis dan aktivis
2. Subyek Penelitian
penelitian menunjuk kepada orang atau individu ataupun kelompok yang dijadikan unit
Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah anggota aktivis Rohis beserta
pengurusnya dan juga anggota aktivis Rohkris beserta pengurusnya di SMAN 79 Jakarta
Selatan. Mengenai subjek yang akan diteliti, penulis menetapkan 12 orang informan
yakni 6 orang informan aktivis Rohis yang terdiri dari 2 orang dari pengurus dan 4 orang
dari anggota Rohis dan juga 6 orang informan aktivis Rohkris yang terdiri dari 2 orang
7
Sanapiah Faisal, format-format penelitian sosial ( Jakarta: Rajawali Press, 2003 ), h. 109
Menurut Strauss, tidak ada ketentuan buku mengenai jumlah minimal subjek
yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian kualitatif, apabila data yang diperoleh sudah
cukup memadai, maka dapat diambil subjek dalam jumlah kecil dalam penelitian ini
penulis memilih jumlah subjek yang sama antara aktivis Rohis dan aktivis Rohkris yaitu
6 orang supaya terjadi keseimbangan dalam pengumpulan data dan juga menurut penulis
Selainitu juga penulis memilih informan dari para anggota dan pengurus Rohis
dan Rohkris di SMAN 79 Jakarta Selatan, karena mereka mengetahui tentang Rohis dan
Rohkris sehingga memudahkan penulis untuk menggali lebih banyak informasi yang
a. Pengamatan (observasi)
Tabrani, adalah satu proses mengamati dan mendengar dalam kerangka untuk
sebagai pengamat yaitu pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta
tetapi melakukan fungsi pengamat. Ia sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur
dalam arti sesungguhnya. Penulis hanya mengamati kegiatan Rohis dan Rohkris di
8
Imam Suprayogo, dan Tabroni, Metodologi Penelitian Agama, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001), h. 167
SMAN 79 Jakarta Selatan. Penulis melakukan observasi selama 8 bulan, terhitung dari
bulan September 2008 sampai bulan April 2009. dalam penelitian ini penulis ikut serta
kurang lebih sebanyak 5 kali pertemuan dalam kegiatan keagamaan di SMAN 79 Jakarta
Selatan.
hari Selasa dan Jum'at. Kegiatan keagamaan Rohis yang dilaksanakn setiap hari selasa
dipimpin oleh Pembina Rohis yaitu Drs. H. Syihabuddin. Kegiatan ini dilaksanakan di
masjid sekolah, semua anggota rohis duduk melingkar, barisan akwat dan ikhwan
terpisah. Kemudian Pembina Rohis membacakan satu surat dari juz amma kemudian
diikuti oleh anggota rohis. Setelah membaca al-Qur'an dilanjutkan dengan belajar tajwid,
setiap anggota Rohis ditanya oleh Pembina Rohis tentang tajwid yang ada dalam
yang dipimpin Pembina Rohkris yaitu Ibu Dra. Loine Simanjuntak. Setelah seluruh
anggota rohkris berkumpul di kelas Pembina Rohkris memulai kegiatan dengan membaca
doa kemudian memberikan materi al-Kitab dan menjelaskan setelah itu diadakan tanya
jawab.
mereka kurang aktif dan malu-malu apabila diwawancarai, mereka takut tidak bisa
menjawab, jadi penulis kesulitan untuk menggali dan mendapatkan informasi dari
mereka. Penulis juga mengalami kesulitan dalam mencari referensi tentang toleransi antar
Keterangan yang mendalam dapat digali dengan cara mewawancarai informan. Melihat
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan
informan9.
wawancara tak berstruktur, dimana bentuk wawancara seperti ini bersifat luwes. Selain
itu susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada
saat wawancara disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pada saat wawancara
berlangsung. Wawancara juga dapat mengungkap sosial budaya (agama, suku, gender,
c. Metode Kepustakaan
berbagai literatur-literatur yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Baik itu berupa
buku, majalah, koran ataupun jurnal metode ini diharapkan dapat menunjang gagasan
primer yaitu hasil dari wawancara dan pengamatan di lapangan, serta mendukung teori-
teori yang relevan, yang sebelumnya telah dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan
permasalah yang hendak penulis bahas untuk kemudian penulis jadikan rujukan.
4. Instrumen Penelitian
9
Deddy Mulyana, Metodologi penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Sosial lainnya, (Bandung: PT. Remaja, 2001), Cet Ke-1, h.138
10
Deddy Mulyana, Metodologi penelitian Kualitatif, h. 181
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
meliputi: pedoman wawancara, tape recorder, dan buku catatan. Penggunaan pedoman
wawancara dimaksudkan supaya wawancara berjalan terarah dan tidak keluar dari
permasalahan yang telah dirumuskan. Sementara tape recorder digunakan unuk merekam
subyek, dan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam atau terlewati dalam
wawancara.
5. Analisisa Data
Analisa data merupakan salah satu langkah penting untuk memperoleh temuan-
temuan hasil penelitian. Dalam penelitian, data yang terkumpul akan dianalisis secara
kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi partisipasi wawancara dan dokumen
tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian, kemudian dianalisis secara komparatif yaitu
membandingkan data yang diperoleh dari aktifis Rohis dan Rohkris agar data yang
kepada orang lain. Pelaksanaan analisisnya dilakukan pada saat masih di lapangan dan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for
Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
Sistematika Penelitian
penulisan skripsi ini, maka penulis akan menjelaskannya dalam sistematika penulisan
sebagai berikut:
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bab, tiap bab dibagi menjadi sub-
bab, dan setiap sub-bab mempunyai pembahasan masing-masing yang mana antara satu
Bab II : Kajian teori tentang pengertian agama, dan keberagamaan yang terdiri
Bab III : Gambaran umum objek penelitian yang meliputi institusi SMAN 79
tujuan, dan program dan sekilas rohkris yang terdiri dari sejarah, tujuan
dan program kegiatannya, serta minat siswa terhadap kegiatan
keagamaan.
Bab IV : Berbicara tentang pengolahan dan analisa data yang meliputi intensitas
interaksi sosial aktivis Rohis dan aktivis Rohkri dengan pemeluk agama
lain.
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Agama
Menurut Dadang Kahmad, agama dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Sangsekerta a yang berarti tidak dan gama berarti kacau. Berdasarkan akar katanya,
agama mengandung pengertian tata aturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak
kacau. Dalam hal ini, agama dikaitkan dengan peraturan yang mengatur kehidupan
manusia.11
pada dasarnya aturan-aturan tersebut bersumber pada etos dan pandangan hidup. Karena
itu juga, aturan-aturan dan perturan-peraturan yang ada dalam agama lebih menekankan
pada hal-hal yang normatif atau yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan, dan bukannya
berisikan petunjuk-petunjuk yang bersifat praktis dan teknis dalam hal manusia
Agama dalam pengertian sosiologis adalah gejala sosial yang umum dan dimiliki
oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu
11
Bernard Raho, Sosiologi : Sebuah Pengantar (Surabaya: Syilvia, 2004), cet. 1, h.118.
12
Roland Robertsoon, Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta: PT. Rajawali
Pers, 1988), cet.1, h. v.
16
aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat. Agama
juga bisa dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakat di samping unsur-unsur
yang lain, seperti kesenian, bahasa, sistem mata pencaharian, sistem peralatan, dan sistem
organisasi sosial.13
Dalam Kamus Sosiologi, pengertian agama ada tiga macam, yaitu (1)
Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual; (2) Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek
spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan (3) Ideologi mengenai hal-hal yang
bersifat supranatural.14
agama adalah sistem kepercayaan dan peribadatan yang digunakan oleh berbagai bangsa
keengganan untuk menyerah kepada kematian, menyerah dalam menghadapi frustasi, dan
berfungsi sebagai salah satu alternatif untuk menghadapi persoalan hidup, mengatasi rasa
frustasi. 15
untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam
semesta. Agama telah menimbulkan khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk
membenarkan kekejaman yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat
13
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet. 2, h. 14.
14
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h. 129.
15
Bernard Raho, Sosiologi : Sebuah Pengantar, h.119.
membangkitkan kebahagian batin tetapi juga pada waktu yang sama menimbulkan
Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh
Thomas F.O. Dea, memakai definisi yang banyak dipakai dalam teori
fungsional. Agama ialah pendayagunaan sarana. Sarana supra empiris untuk maksud-
Dari beberapa definisi di atas, jelas tergambar bahwa agama merupakan suatu
hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada di luar
jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya yang supra natural sehingga diharapkan
2. Fungsi Agama
Adapun yang dimaksud dengan fungsi agama adalah peran agama dalam
secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena
16
Bernard Raho, Sosiologi : Sebuah Pengantar, h.120.
17
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h.129.
18
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: PT. Kanisus, 1983), h.34.
19
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h.130.
pengamatan dapat disimpulkan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi manusia
dihadapkan pada tiga hal, yakni ketidakpastian, ketidakmampuan dan kelangkaan. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka manusia akan lari pada agama. Berikut inilah fungsi
(meditasi), pendalaman rohani dan lain-lain. Untuk melaksanakan tugas itu ditunjuk
sejumlah fungsionaris seperti dukun, kyai, pendeta, imam, nabi dan lain-lain. Mengenai
yang disebut nabi ini penunjukkannya dilakukan oleh Tuhan. Kebenaran ajaran mereka
harus diterima karena tak ada yang keliru, hal tersebut diyakini oleh para penganutnya
bahwa mereka dapat berhubungan langsung dengan “yang gaib” dan “yang sakral” serta
maupun sesudah mati. Usaha untuk mencapai cita-cita tertinggi (yang tumbuh dari naluri
manusia sendiri) itu tidak boleh dipandang ringan begitu saja. Jaminan untuk itu mereka
temukan dalam agama. Agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara
20
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 38-57.
b. Agama sanggup mendamaikan kembali “yang salah” dengan Tuhan dengan
Agama ikut bertanggung jawab akan adanya norma-norma susila yang baik yang
berlaku di masyarakat. Karena hal itulah, agama menyeleksi kaidah-kaidah susila yang
ada dan mengukuhkan yang baik sebagai kaidah yang baik dan menolak kaidah yang
buruk untuk ditinggalkan sebagai larangan atau tabu. Agama juga memberikan sanksi-
sanksi yang harus dijatuhkan bagi orang yang melanggarnya dan melakukan pengawasan
Mengenai fungsi ini, jika kita menyoroti keadaan persaudaraan dalam satu jenis
golongan beragama saja misalnya umat Islam tersendiri, umat Kristen tersendiri maka
tugas “memupuk persaudaraan”. Karena baik agama Islam maupun Kristen masing-
masing berhasil mempersatukan sekian banyak bangsa yang berbeda ras dan
kebudayaannya dalam satu keluarga besar dimana mereka menemukan ketentraman dan
kedamaian.
bentuk. Jadi fungsi transformatif (yang dilakukan kepada agama) berarti mengubah
bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru. Ini berarti mengubah
nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru. Sementara itu transformasi berarti
mengubah kesetiaan manusia kepada nilai-nilai adat yang kurang manusiawi dan
Thomas F. O’Dea menyebutkan ada enam fungsi agama, yaitu : (1) sebagai
pendukung pelipur lara dan perekonsiliasi, (2) sarana hubungan transendental melalui
pemujaan dan upacara adat, (3) penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada, (4)
pengoreksi fungsi yang sudah ada, (5) pemberi identitas diri dan (6) pendewasaan
agama. 21
Horton dan Hunt membedakan fungsi agama jadi dua yakni fungsi manifes dan
fungsi laten. Menurut mereka fungsi manifes agama berkaitan dengan segi doktrin, ritual
aturan dalam agama. Namun yang perlu juga diketahui adalah fungsi laten agama. Dalam
hal ini Durkheim terkenal karena pandangannya bahwa agama mempunyai fungsi positif
bagi integrasi masyarakat, baik pada tingkat mikro maupun makro. Pada tingkat mikro,
menurut Durkheim fungsi agama ialah untuk menggerakkan kita dan membantu kita
untuk hidup, karena menurutnya melalui komunikasi dengan Tuhan orang yang beriman
bukan saja mengetahui kebenaran yang tidak diketahui oleh orang kafir tetapi juga
menjadi seseorang yang lebih kuat. Di segi makro agama pun menjalankan fungsi positif,
memperkuat perasaan serta ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan masyarakat
tersebut. Melalui upacara agama yang dilakukan secara berjamaah maka persatuan dan
21
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h.130.
22
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: LPFE UI, 2000), h. 71.
3. Ruang Lingkup Agama
Dilihat dari sudut pemahaman manusia, agama memiliki dua segi yang
Pertama, segi kejiwaan (Psychological State), yaitu suatu kondisi subjektif atau
kondisi dalam jiwa manusia berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh penganut agama.
Kondisi inilah yang biasa disebut kondisi agama, yakni kondisi patuh dan taat kepada
yang disembah. Kondisi ini bisa dikatakan sebagai emosi yang dimiliki oleh setiap
seseorang merupakan inti kebergamaan, sehingga di hati mereka bisa bangkit rasa
seseorang menjadi orang yang sholeh dan takwa. Segi psikologis ini sangat sulit diukur
dan susah diamati karena merupakan milik pribadi pemeluk agama. Pengungkapan
keberagamaan segi psikologis ini baru bisa dipahami ketika telah menjadi sesuatu yang
Kedua, segi objektif (Objective State), yaitu segi luar yang disebut juga kejadian
objektif, yang merupakan dimensi empiris dari agama. Keadaan ini muncul ketika agama
dinyataka oleh penganutnya dalam berbagai ekspresi, baik ekspresi teologis, ritual
maupun persekutuan. Segi objektif inilah yang bisa dipelajari dengan menggunakan
metode ilmu sosial. Segi kedua ini mencakup adat istiadat, upacara keagamaan,
sebagai objek sosiologis terdapat tiga pembatasan dalam kawasan ini, yaitu:24
yang hendak dicapai masih dapat dicapai dengan kekuatan manusia itu sendiri. Manusia
tidak perlu lari pada kekuatan supra-empiris. Dengan akal budinya dan dibantu oleh
teknolgi maka manusia dapat berhasil. Tetapi hal ini pada tingkatnya akan berbeda di
masyarakat. Terutama masyarakat yang lebih terbelakang (primitif), mereka lebih cepat
Kedua, Kawasan “Hijau” meliputi daerah usaha di mana manusia merasa aman
dalam artian akhlak (moral). Dalam kawasan ini tindak langkah manusia diatur oleh
norma-norma rasional yang mendapat legitimasi dari agama. Misalnya hal ihwal yang
diatur oleh peraturan-peraturan manusia yang dibenarkan oleh agama yang dianutnya.
Dengan adanya legitimasi dari agama maka hilanglah rasa bimbang dan keraguan yang
semula membayanginya.
Ketiga, Kawasan “gelap” meliputi daerah usaha di mana manusia secara radikal
dan total mengalami kegagalan yang disebabkan ketidakmampuan mutlak manusia itu
sendiri. Apapun daya manusia sendiri di daerah ini menghadapi suatu “titik putus”
(breaking point) yang tidak mungkin disambung lagi dengan kekuatannya sendiri. Satu-
satunya jalan keluar dari kesulitan ini ialah mengadakan komunikasi dengan kekuatan
yang ada di luar yang mengatasi segala kekuatan alam. Kawasan ini disebut daerah
“gelap” karena rasio manusia tidak sanggup menangkap hakekat (subtansi) kekuatan luar
Istilah keberagamaan disebut juga religiusitas. Kata religiusitas berasal dari kata
religious dan mendapat akhiran-ity. Dalam kamus John M. Echol dan Hassan Shadily,
mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dalam semua aspek
kehidupan. 26
penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang (penganut agama) yang
adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dan hanya kepada-Nya
manusia merasa bergantung, berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya Tuhan
dan kekuasaan-Nya maka akan semakin tinggi tingkat keberagamaannya. Jadi menurut
Fuat Nashori dan Rachmi D.M. keberagamaan adalah seberapa jauh pengetahuan,
seberapa kokoh keyakinan, seberapa mantap pelaksanaan ibadah, kaidah, dan seberapa
25
John M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990), h.
90.
26
Muhammad Djamaluddin, Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi, (Yogyakarta: UGM
Press, 1995), h.44.
27
Djamaluddin Ancok, Psikologi Islami : Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi
(Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 76.
28
Fuat Nashori dan Rachmi Diana Mucharam, Mengembangkan kretivitas dalam Prespektif
Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), h. 68.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keberagamaan adalah
manusia. Aktifitas keagamaan tidak saja terjadi pada saat seseorang melakukan ritual
saja, melainkan juga ketika seseorang melakukan aktifitas yang lain dalam kehidupan.
a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial).
keagamaan.
c. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan yang tidak
terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri dan
ancaman kematian.
5. Dimensi Keberagamaan
manusia aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku
ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan
supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat
mata, tapi juga aktivitas yang tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu,
29
Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995),
cet. 2, h. 34.
keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan
Menurut C.Y. Glock dan R. Stark (Robertson, 1998) ada lima macam dimensi
keberagamaan yaitu :
teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut.
diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu berpariasi
tidak hanya di antara agama-agama, tetapi seringkali juga di antara tradisi-tradisi dalam
agama yang sama. Di dalam Islam dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat
menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, nabi atau rasul, kitab-kitab Allah,
Dimensi ini mencakup prilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan
keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting yaitu : a. Ritual, mengacu kepada
seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktik-praktik suci yang semua
ritual itu diwujudkan dalam kebaktian di gereja, persekutuan suci, baptis, dan perkawinan
dan semacamnya. b. Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada
perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik,
semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan
kontemplasi personal yang relatif sepontan, informal, dan khas pribadi. Ketaatan di
haji, membaca Al Qur’an, do’a, zikir, ibadah qurban, I’tikaf di masjid di bulan Puasa, dan
sebagainya.
seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan
subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (bahwa ia akan mencapai suatu
seseoang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan. Dalam Islam dimensi ini
terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan do’a-do’anya sering
pasrah diri kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan shalat atau berdo’a,
perasaan tergetar ketika mendengar azan atau ayat-ayat Al Qur’an, perasaan syukur
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling
ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan
satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi
pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan.
kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. Dalam Islam dimensi ini
menyangkut pengetahuan tentang isi Al Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani
dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun iman) hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan
sebagainya.
dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis
seharusnya berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas
sebatas mana konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan, atau
semata-mata berasal dari agama. Dalam Islam dimensi ini menunjuk pada seberapa
tingkatan muslim berperilaku dimotifasi oleh ajaran agamanya. Dimensi ini meliputi
perilaku suka menolong, bekerja sama, berderma, berlaku jujur, menjaga amanat, tidak
membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat, manusia
dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang
Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi) dan inter
(antara). Jadi, interaksi adalah tindakan yang dilakukan di antara dua atau lebih orang,
Menurut H. Bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih
individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Definisi ini menggambarkan
kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial antara dua atau lebih manusia itu. 31
30
Bernard Raho, Sosiologi - Sebuah Pengantar, h.33.
31
W.A.Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1996), Cet.13, h.57.
32
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), h. 61.
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa
interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan
secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok
sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan
atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk
mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya.
33
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
a. Kontak Sosial
Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama),
dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harfiah adalah bersama-sama
menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, tetapi
ada juga orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya
misalnya dengan cara berbicara, orang-orang dapat berhubungan satu dengan lainya
Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau skunder. Kontak primer terjadi
apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti
misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum dan seterusnya.
telegrap, radio dan seterusnya. Dalam hal si A menelephon si B maka terjadi kontak
33
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 60-61.
34
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 64.
35
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 65.
sekunder langsung, akan tetapi apabila si A meminta tolong kepada si B supaya
diperkenalkan dengan gadis C, maka kontak tersebut bersifat skunder tidak langsung. 36
b. Komunikasi
apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.
kelompok manusia atau orang perorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain
Menurut Hartly dalam bukunya Sarito Wirawan, ada beberapa jenis komunikasi,
yaitu komunikasi antar individu dengan individu, antar individu dengan massa, misalnya
dalam pidato dan kuliah. Dan komunikasi antar kelompok atau antar massa, misalnya
terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai
keramah-tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin
menunjukkan kemenangan.
36
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 66.
37
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 67.
38
Sarito Wirawan, Psikologi Sosial : Individu dan Teori-teori Psikolgi Sosial, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1999), cet. 2, h.193.
3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
(competition) dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). 39
a. Kerjasama (cooperation)
interaksi sosial yang pokok. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan
terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-
group-nya). Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang
mengancam atau ada tindakan-tindakan lain yang menyinggung kesetian yang secara
tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau
segolongan orang.
sistem pendidikan Indonesia yang tradisional, seseorang sejak kecil telah ditanamkan
etika kehidupan agar dia selalu hidup rukun, terutama dengan keluarganya dan lebih luar
lagi dengan orang-orang lainnya di dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya
39
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.70.
40
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.73.
suatu pandangan hidup, bahwa seseorang tidak mungkin hidup sendiri tanpa kerjasama
dengan orang lain. Pandangan hidup demikian ditingkatkan dalam taraf kemasyarakatan,
kepentingan umum.
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu
bersangkutan.
d. Koalisi (coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut
kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan
tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
b. Persaingan (competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum
(baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik
atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman
atau kekerasan. 41
suatu tujuan tertentu. Suatu ciri dari persaingan adalah perjuangan menyingkirkan pihak
lawan itu dilakukan secara damai atau secara fair-play, artinya selalu menjunjung tinggi
batas keharusan. Persaingan dapat terjadi dalam segala bidang kehidupan, misalnya :
bersifat disosiatif. Apabila seorang dokter, ahli hukum, guru dan seterusnya membina
karirnya dalam masyarakat, maka tujuannya adalah untuk pribadi sendiri dan relasinya,
adalah juga untuk mengadakan kerjasama agar persaingan antara mereka sendiri sedapat
pertikaian. Hasil-hasil suatu persaingan dapat berhubungan erat dengan berbagai faktor
antara lain :
1. Keperibadian seseorang. Apabila persaingan dilakukan secara jujur, maka hal itu
akan dapat memperkembangkan rasa sosial dalam diri seseorang. Seseorang hampir
tak mungkin bersaing dengan orang lain tanpa mengenal lawannya dengan baik.
41
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.91
42
Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi Pemgangunan,
h.121.
Persaingan menyangkut terjadinya kontak dengan kata lain komunikasi, oleh karena
seseorang tentu ingin mengetahui sifat-sifat, cara-cara kerja dan perilaku dari
lawannya. Oleh karena itu persaingan dapat memperluas pandangan seseorang, dapat
2. Kemajuan; dalam masyarakat yang sedang berkembang dan maju, orang perorangan
seorang untuk bekerja keras supaya dapat memberikan sahamnya bagi pembangunan
masyarakat.
kelompok tak akan goyah. Lain halnya apabila persaingan tersebut mempunyai
terlalu cepat tadi merupakan faktor utama disorganisasi karena masyarakat hampir
pula mendorong untuk suatu kerjasama. Misalnya antara beberapa perusahaan tertentu,
mungkin beberapa perusahaan itu akan melakukan kerjasama untuk menyingkirkan satu
43
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 94-95.
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan
pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta
4. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara
Walaupun pertentangan merupakan suatu proses disosistif yang agak tajam akan
tetapi pertentangan sebagai salah satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi positif
dimana dua atau beberapa pendapat yang berbeda diketengahkan dan dipertahankan oleh
berbagai pihak.
sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam strukutur sosial
44
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 98-103.
1. Pertentangan pribadi. Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulai berkenalan
bertambah erat.
3. Perubahan kepribadian.
1. Pengertian Toleransi
Istilah toleransi berasal dari bahasa inggris, yaitu : “Tolerance” berarti sikap
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran”
yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.
kepercayaan, kebiasaan dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan
dengan pendirianya.46
Jadi toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak
mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut
agama-agama lain.
Tanda-tanda bahwa ada sikap dan suasana toleansi di antara sesama manusia
1. Mengakui hak orang lain, maksudnya ialah suatu sikap mental yang mengakui hak
setiap orang di dalam menentukan sikap atau tingkah laku dan nasibnya masing-
45
Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: PT. Ciputat Press,
2005), cet. 3, h. 13.
46
Abdu Fattah, Toleransi Beragama dalam Perspektif Al Qur’an, Artikel diakses tanggal 25
Oktober 2008, dari http: // Fahdamjad.files.wordpress.com
47
Faridfann, Toleransi dalam Perspektif Agama-agama dan Upacara Ritual Seremonial, artikel
diakses tanggal 25 Oktober 2008, dari http://faridfann.wordpress.com
masing, tentu saja sikap atau perilaku yang di jalankan itu tidak melanggar hak orang
lain.
kepercayaan, yang telah tertanam dalam hati dan dikuatkan dengan landasan baik
yang berupa wahyu maupun pemikiran yang rasional karena keyakinan seseorang ini
tidak akan mudah untuk dirubah atau dipengaruhi. Bahkan kalau diganggu, sampai
didengungkan oleh mantan Menteri Agama Prof. Dr. H. Mukti Ali dengan maksud
bahwa perbedaan tidak harus ada permusuhan karena perbedaan selalu ada
4. Saling mengerti, ini merupakan salah satu unsur toleransi yang paling penting, sebab
dengan tidak adanya saling pengertian ini tentu tidak akan terwujud toleransi.
5. Kesadaran dan kejujuran, menyangkut sikap, jiwa dan kesadaran batin seseorang
yang sekaligus juga adanya kejujuran dalam bersikap sehingga tidak terjadi
pertentangan antara sikap yang dilakukan dengan apa yang terdapat dalam bathinnya.
6. Falsafah Pancasila, itu merupakan suatu landasan yang telah diterima oleh segenap
manusia Indonesia, merupakan tata hidup yang pada hakekatnya adalah merupakan
konsesus dan diterima praktis oleh Bangsa Indonesia atau lebih dari itu adalah dasar
negara kita.
3. Dasar-dasar Toleransi
Pada hakekatnya semua agama mempunyai ajaran yang menjadi dasar adanya
perintah toleransi ini, seperti yang telah diuraikan di bawah ini :48
yang berasal dari Yesus Kritus, akan tetapi dalam masalah toleransi umat beragama
keduanya mempunyai pandangan yang berbeda. Dari segi ajaran agama pihak gereja
Katolik mempunyai masalah yang perlu dicatat sehubungan dengan pluralisme agama,
ialah :
a. Hubungan persaudaraan dan persatuan. Umat Katolik di tengah dunia harus berperan
sebagai tanda dan sarana persatuan dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia
c. Ada pancaran kebenaran, kebaikan dan kesucian di luar gereja. Meski mengakui
melaksanakan ajaran ilahi, umat Katolik diajak belajar dari kebaikan agama lain.
Gereja Katolik tidak menolak apapun yang dalam agama serba benar dan suci.
kerukunan merupakan perintah utama dalam melaksanakan kehendak Tuhan dan setiap
umat Kristen mempunyai tugas kewajiban untuk mencari dan mengusahakan perdamaian.
48
Faridfann, Toleransi dalam Perspektif Agama-agama dan Upacara Ritual Seremonial, artikel
diakses tanggal 25 Oktober 2008, dari http://faridfann.wordpress.com
mempersembahkan kurban syukurnya yang berupa uang yang disisihkan dalam empat
b. Orang-orang miskin
c. Membangun gereja
d. Pekabaran Injil
toleransi artinya dalam bidang ibadah juga terdapat toleransi, karena Islam Adalah agama
Fitrah, sesuai dengan naluri. Maka inti ajaran Islam memang amat ringan. Seperti
Di atas itu adalah ayat yang menunjukkan bahwa menganut suatu agama tidak
ada paksaan, termasuk umat Islam tidak boleh memaksa orang lain untuk mengikuti
agamanya.
49
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Surya Cipta Aksara Surabaya, 1993), h. 63.
4. Toleransi Antar Umat Beragama dalam Perspektif Islam
Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama, yang didasarkan kepada;
setiap agama menjadi tanggungjawab pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai bentuk
ibadat (ritual) dengan sistem dan cara tersendiri yang dibebankan serta menjadi
sikap keberagaman pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak
Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat agama, toleransi hendaknya dapat
dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama
masing-masing tanpa adanya paksaan dan tekanan dari satu pihak ke pihak lain, baik
Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga, baik
dengan tetangga yang seiman maupun tidak seiman dengan kita. Sikap toleransi ini
direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong
menolong. Kita bersahabat dengan mereka, saling silaturahmi, menjalin kerja sama dan
sebagainya.
Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak
dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak
!#(/ X QDB?b9cd@ a
"!#e& ! 7ABO^K '@ 7A'
i2 DBfg@Bh 'H
OeHlm9', jHk 7ABg @
)j 8 7Ap7m' % nBCoO,H
" !*Co-☺ N^Bh /
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al
Mumtahanah [60] : 8).50
ada tiga agenda besar yang memerlukan perhatian semua pihak. Pertama, meningkatkan
pemahaman keagamaan ummat bahwa misi agama adalah rahmatan lil alamin
(membawa rahmat bagi semesta) harus dijabarkan secara luas. Jika ini diabaikan, tak
semangat jihad berubah menjadi fundamentalisme radikal yang justru merusak sendi-
ke arah yang lebih adil, beradab dan demokratis. Ketiga, menghilangkan kelembagaan
dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu : hubungan secara
dengan bentuk ibadah sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama.
Kedua adalah hubungan antara manusia dengan sesamanya. Pada hubungan ini
tidak hanya terbatas pada lingkungan suatu agama saja, tetapi juga berlaku kepada orang
50
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara Surabaya, 1993), h.
924.
51
Nur Achmad, Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman, (Jakarta: Kompas, 2001), cet
1, h. 119.
52
Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 14.
yang tidak seagama, yaitu dalam bentuk kerjasama dalam masalah-masalah
upacara-upacara keagamaan baik dalam bentuk ibadah (ritual) maupun dalam bentuk
peringatan (ceremonial) tidak hanya terbatas pada rumah-rumah atau tempat resmi
masing-masing agama, tetapi juga pada tempat-tempat lain seperti di kantor-kantor dan di
sekolah-sekolah. Di sini berlaku toleransi, yaitu berupa fasilitas atau izin mempergunakan
tempat dari atasan atau kepala sekolah (beragama lain) yang bersangkutan.
penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi antara sesama murid,
terutama yang tidak seagama (jika diperlukan) hanya terbatas dalam membantu
menyiapkan sarana yang diperlukan untuk upacara yang dimaksud, bukan ikut
dengan cara,53 pertama, setiap penganut agama mengakui eksistensi agama-agama lain
dan menghormati segala hak asasi penganutnya. Kedua, dalam pergaulan bermasyarakat,
setiap golongan umat beragama menampakkan sikap saling mengerti, menghormati dan
menghargai.
Bagi umat Kristen dan Katolik, toleransi kehidupan intern dan antar umat
sesungguhnya telah tercermin dalam panggilan gereja. Yang oleh gereja sendiri diberi
batas. Khususnya bila gereja memihak salah satu golongan. Gereja sering terlalu puas diri
dengan karya-karya sosial, yang bahkan dilakukan tanpa mengikut sertakan golongan
53
Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 16-17.
lain, gereja memang dipanggil, tetapi tidak atau belum senantisa diintegrasikan dengan
kenyataan kongkrit.
membangun toleransi, menurut tokoh agama Kristen dan Katolik, ada lima pokok
mendasar dari panggilannya. Pertama, fungsi agama, apa pun agamanya adalah menuntut
Kedua, ia merupakan sarana bagi manusia agar dapat melakukan dialog cinta
kasih dengan lebih mudah, lebih sempurna, memberikan kemudahan bagi manusia untuk
dengan kekuatan ilahi, sebutlah rahmat-Nya yang ada dalam agama itu.
“awas kamu berdosa”, “tindakanmu salah”, “kamu mesti minta ampun dan bertobat”.
Keempat, orang yang hidup tanpa ikatan dengan satu agama, bisa terjadi bahwa lama
Umat Kristen mempunyai kitab Injil yang berisi berita suka cita tentang
keselamatan serta hidup kekal dan sejati yang ditawarkan oleh Tuhan Allah kepada
manusia berdosa melalui kehadiran dan penjelmaan-Nya di dalam diri Yesus Kristus.
Tetapi keyakinan itu tida mesti dan tidak perlu membuat orang Kristen lebih selamat atau
54
Nur Achmad, Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman, (Jakarta: Kompas, 2001),
cet 1, h. 119.
lebih unggul dari orang atau umat beragama lain, atau menilai bahwa agama dan
Umat Kristen membuang atau menjauhkan diri dari sikap arogan dan eksklusif
dalam berinteraksi dengan saudara-saudaranya Muslim. Kiranya tidak lagi terucap dari
mulut orang-orang Kristen kata-kata yang bernada cemooh dan merendahkan, entah
menyangkut kitab suci, isi ajaran dan keyakinan, maupun menyangkut tokoh Islam.
Umat Kristen perlu tetap menjaga jatidiri atau identitas, tanpa harus melecehkan
agama umat beragama lain. Kaum Muslim lebih menghargai orang Kristen yang tetap
Karena itu – kendati tetap penting menghadiri acara-acara umat Islam, bila diundang,
atau acara-acara yang bersifat antar-agama – orang Kristen tidak perlu ikut-ikutan dalam
ritual Islam, misalnya mengucapkan doa dan melakukan gerakan-gerakan yang bersifat
ritual.
55
Jan S Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, (Jakarta Gunung Mulia,
2004), cet. 1, h. 605.
BAB III
1. Sejarah Berdirinya
menengah atas yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Sekolah ini terletak di jalan
letaknya jauh dari keramaian dan kebisingan kendaraan umum, sehingga masih kondusif
dalam proses belajar mengajar yang berlangsung sehari-hari. Sekolah ini dibangun di atas
areal tanah seluas + 2000. Sebelah Utara sekolah berbatasan dengan SDN. Sebelah Barat
makam Menteng Pulo. Sebelah Selatan Apartemen Puri Casablanca. Sebelah Timur
SMAN 79 pada awalnya adalah anak cabang dari SMAN 8. Pada saat itu
namanya SMAN 8 Filial, yang dimulai pada bulan Juli 1980. Pada saat itu banyak lulusan
dari SMP yang ingin masuk ke SMAN 8, karena kapasitas terbatas maka dibukalah anak
cabang SMAN 8 dengan nama SMAN 8 filial. Sekolah ini belum mempunyai bangunan
sendiri sehingga masih menumpang di sekolah dasar yang terletak di daerah Tebet Timur
Proses belajar mengajar dilaksanakan pada siang hari yaitu dimulai dari jam
13.00 sampai jam 17.00. pada saat itu SMAN 8 filial mempunyai 2 jurusan yaitu jurusan
IPA dan jurusan IPS, dengan kepala sekolah Bapak Drs. Udit Maulana.
Pada bulan Juli 1985 SMAN 8 Filial mendapat penunggalan untuk berubah
nama menjadi SMAN 79 Jakarta, karena telah memiliki siswa yang cukup banyak dan
telah mampu untuk berdiri sendiri. Semula sekolah tersebut menumpang di Sekolah
Dasar dengan kepala sekolah Bapak Drs. Eman Kisman. Kemudian Bapak Kepala
Sekolah berusaha untuk mendapatkan gedung baru yaitu bekerja sama dengan POMG
mengupayakan kepada pemerintah daerah DKI Jakarta untuk mendapatkan gedung baru.
Kemudian pada bulan Juli 1987, dilakukan penyerahan gedung SMAN 79 yang beralamat
di Jalan Menteng Pulo Ujung, Menteng Atas Setia Budi Jakarta Selatan dan ketika itu
SMAN 79 Jakarta sejak berdiri tahun 1980 hingga sekarang telah mengalami 11
priode pergantian kepala sekolah. Priode pertama dipimpin oleh kepala sekolah Bapak
Drs. Udit Maulana dari tahun 1980-1981 dan dilanjutkan oleh Ibu Yub Hadi.S sampai
tahun 1983. Dua priode kepemimpinan di atas, sekolah ini masih bernama SMAN 8
Filial. Kemudian pada tahun 1983 atau priode ke-3 yang dipimpin oleh kepala sekolah
56
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 2 September 2008.
57
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 2 September 2008.
Bapak Drs. Eman Kisman sekolah ini berganti nama menjadi SMAN 79 Jakarta. Setelah
itu telah terjadi pergantian kepala sekolah sebanyak 8 kali hingga sekarang yang dipimpin
potensi peserta didik secara optimal dan mempunyai visi “Unggul dalam Prestasi
berdasarkan Kultur Iptek, Imtak dan 7K”. (keamanan, kebersihan, keindahan, ketertiban,
58
Tahun 1980 – 1981 : Bapak Drs. Udit Maulana, tahun 1981 – 1983 : Ibu Yub, Hadi S,
tahun 1983 – 1991 : Bapak Drs. Eman Kisman, tahun 1991 – 1995 : Ibu Hj. Srirahayu, Sumadi MM,
tahun 1995 – 1996 : Bapak Prohanta Sastradipura, tahun 1996 – 1998 : Ibu Drs. Hj. Jasni Yakub,
tahun 1998 – 2000 : Ibu Drs. Hj. Mutinah, tahun 2000 – 2002 : Bapak Drs. Soekarno, tahun 2002 –
2003 : Bapak Drs. H. Tahir Husein, tahun 2003 – 2005 : Bapak Drs. Hermanto M.M, tahun 2005 –
sekarang : Bapak Drs. A. Soekarno
4. Menumbuhkan budaya bangsa dalam berbudi pekerti dan bertata krama, sehingga
b. Data Guru
Sekolah yang berkualitas tidak lepas dari fungsi guru sebagai pengajar dan
organisator yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan organisasi sekolah secara
Di sekolah SMAN 79 Jakarta terdapat 56 guru, yang terdiri dari 23 guru laki-laki
dan 33 guru perempuan. Berdasarkan data tersebut di sekolah ini mayoritas dibimbing
Jakarta mayoritas pengajarnya perempuan adalah pada waktu SMAN 79 Jakarta baru
berdiri yang merupakan filial dari SMAN 8 mendapatkan drop atau surat keputusan yang
Para guru di sini hampir semua sudah sarjana atau lulusan S1 yang berjumlah 48
orang dan lulusan D3 berjumlah 5 orang, bahkan ada lulusan S2 atau yang disebut doktor
berjumlah 3 orang.60
59
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009.
60
Data terlampir pada lampiran I.
Tebel 1: Jumlah dan latar belakang pendidikan
Mayoritas guru negeri mengajar di sekolah sesuai dengan surat keputusan (SK)
yang ditetapkan oleh pemerintah. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Harjono S.Pd
berikut ini:
“Sebenarnya saya waktu itu ditempatkan di mana saja tidak masalah inikan
sesuai dengan SK nya. Kebetulan pada waktu itu memang saya di tempatkan di
SMAN 79 Jakarta. Sebenarnya awal SK saya di SMAN 8, karena SMAN 79
merupakan filial dari SMAN 8 maka saya dan beberapa teman saya dipindahkan SK
nya ke SMAN 79 Jakarta.”61
Sementara itu pendapat senada diungkapkan oleh Ibu Dra. Loine Simanjuntak
berikut ini: “ Saya mengajar di SMAN 79 karena sudah ditetapkan sesuai dengan surat
keputusan, awalnya saya mengajar di SMAN 8 Filial kemudian pindah ke gedung baru
dan berubah nama menjadi SMAN 79 Jakarta. Akhirnya SK saya dipindahkan ke SMAN
79 Jakarta.”62
Para guru mempunyai tugas yang sangat penting di antaranya membuat program
semesteran, membuat program satuan pelajaran, silabus dan lain-lain, serta melaksanakan
kegiatan pembelajaran dan membuat naskah soal ulangan harian, blok, semesteran dan
61
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009.
62
Wawancara pribadi dengan Ibu Dra. Loine Simanjuntak, Jakarta, 9 Januari 2009.
ujian sekolah, juga membimbing siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar seperti
mengadakan tanya jawab di luar jam pelajaran apabila siswa kurang memahami materi,
c. Data Siswa
656 orang siswa: kelas I berjumlah 274 orang, kelas II berjumlah 189 orang dan kelas III
berjumlah 193 orang, keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Kelas I
Agama
No Kelas L P Jumlah
Islam Kristen
I I-1 21 19 40 38 2
I-2 20 20 40 40 -
I-3 18 22 40 40 -
I-4 19 20 39 39 -
I-5 19 21 40 40 -
I-6 19 21 40 38 2
I-7 22 13 35 35 -
Jumlah 138 136 274 270 4
Sumber Data Arsip SMAN 79 Tahun 2008-2009
Berdasarkan tabel data siswa kelas I jumlah siswa yang masuk ke sekolah
SMAN 79 meningkat tahun ini dibandingkan tahun kemarin yaitu 274 siswa sedangkan
tahun kemarin yaitu 189 siswa. Jumlah siswa laki-laki di sekolah ini lebih banyak yaitu
138 siswa dibandingkan jumlah siswa perempuan yaitu 136 siswa. Jumlah siswa muslim
Tabel Kelas II
Agama
No Kelas L P Jumlah
Islam Kristen
II II – IPA1 18 22 40 37 3
II – IPA2 16 21 37 35 2
II – IPS1 22 15 37 36 1
II – IPS2 22 17 39 37 2
II – IPS3 23 13 36 34 2
Jumlah 101 88 189 179 10
Sumber Data Arsip SMAN 79 Tahun 2008-2009
Berdasarkan tabel data siswa kelas II di atas jumlah siswa laki-laki 101 orang
dan jumlah siswa perempuan 88 orang. Sedangkan siswa yang beragama Islam berjumlah
179 dan siswa yang beragama Kristen berjumlah 10 orang. Di kelas II ini siswa-siswi
sudah dapat menentukan jurusan yang diminati, yaitu jurusan IPA dan jurusan IPS.
Jurusan IPA terdapat 2 kelas dengan jumlah siswa 77 orang dan jurusan IPS terdapat 3
Agama
No Kelas L P Jumlah
Islam Kristen
IIIIII – IPA1 21 16 37 34 3
III – IPA2 17 20 37 35 2
III – IPS1 24 16 40 37 3
III – IPS2 20 20 40 37 3
III – IPS3 22 17 39 39 -
Jumlah 104 89 193 182 11
Jumlah Total 343 313 656 631 25
Sumber Data Arsip SMAN 79 Tahun 2008-2009
Berdasarkan tabel data siswa kelas III di atas jumlah siswa laki-laki 104 dan
jumlah siswa perempuan 89 orang. Sedangkan jumlah siswa yang beragama Islam 182
orang dan siswa yang beragama Krisren 11 orang. Di kelas III ini terdapat 2 jurusan yaitu
2 kelas jurusan IPA dengan jumlah siswa 74 orang dan 3 kelas jurusan IPS dengan
Berdasarkan table data siswa dari kelas I, kelas II dan kelas III di atas dapat
dilihat bahwa jumlah siswa laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah siswa
perempuan. Hal tersebut di atas ditentukan berdasarkan minat siswa yang masuk ke
SMAN 79 Jakarta dan juga berdasarkan NEM. Seperti yang diungkapakn oleh Bapak
Harjono S.Pd yang menjabat wakil kepala sekolah bagian humas/sapras berikut ini:
Nurhalimah Tusadiyah: “ Memang saya diterima di sini, karena NEM saya dapatnya di
sini. Awalnya biasalah kita memilih sekolah yang terbaik pilihan pertama saya adalah di
Hal senada juga diungkapkan oleh Canang Karismantio berikut ini: “ tujuan saya
sekolah adalah menuntut ilmu. Sekolahan memang banyak pilihan dan akhirnya saya
Jakarta sebanyak 9 kegiatan antara lain: Rohis (Rohani Islam), Rohkris (Rohani Kristen),
PMR, Mading, Paskibra, Sispala, Kesenian terdiri dari seni tari, seni musik dan teater,
Olahraga terdiri dari futsal, bulu tangkis, basket, tae kwon do dan pencak silat serta yang
63
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009.
64
Wawancara pribadi dengan Nurhalimah Tusadiyah, Jakarta, 9 Januari 2009.
65
Wawancara pribadi dengan Canang Karismantio, Jakarta, 9 Januari 2009.
Ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang mengikuti berbagai perlombaan dan
Tabel 3: Kejuaraan
Lantai dasar terdiri dari ruangan operasional sekolah seperti ruangan kepala sekolah dan
wakilnya, ruangan guru, ruangan tata usaha, ruangan laboratorium, ruangan BP/BK, kelas
dan lain-lain. Lantai dua terdiri dari kelas-kelas, perpustakaa dan koperasi sedangkan di
perangkat komputer, sebuah kipas angin, televisi berukuran 21 inci dan setiap guru
mempunyai loker dan meja pribadi. Ruangan guru bersebelahan dengan ruangan kepala
sekolah dan wakilnya agar memudahkan komunikasi antar guru dengan kepala
sekolahnya.
Sekolah ini mempunyai lapangan yang cukup luas tetapi sayang sebagian
lapangan digunakan untuk parkir kendaraan karena tempat parkir kurang cukup memadai
untuk menampung kendaran guru dan siswa-siswa. Sekolah ini juga mempunyai 17 kelas
yang terdiri dari 7 kelas digunakan untuk kelas I, 5 kelas digunakan untuk kelas II dan 5
kelas lagi digunakan untuk kelas III. Salah satu dari kelas tersebut digunakan untuk
kegiatan Rohkris yang dilaksanakan setiap hari Jum’at setelah kegiatan belajar mengajar.
Sarana dan prasarana sekolah yang lain yaitu sebuah masjid berlantai dua yang terletak di
belakang sekolah, akan tetapi bangunannya kurang besar sehingga tidak dapat
menampung siswa-siswi muslim yang ingin melaksanakan ibadahnya. Selain itu juga
masjid digunakan untuk kegiatan Rohis yang dilaksanakan setiap hari Selasa dan Jum’at
Adapun sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan di sekolah ini antara lain
negeri pada umumnya yang terdiri dari satu orang kepala sekolah dan tiga orang wakil
kepala sekolah, yaitu wakil kurikulum, wakil kesiswaan, wakil humas/sapras. Selain itu
dalam hal administrasi kepala sekolah dibantu oleh seorang kepala TU. Kepala sekolah
juga dapat berkoordinasi dengan komite sekolah. yang bertugas sebagai pemimpin
terhadap guru dan staf administrasi maksudnya adalah mendorong para guru dan staf
sekolah yang kondusif serta membantu guru, tenaga administrasi, murid, dan orang tua
murid untuk mempersatukan kehendak, pikiran dan tindakan untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki.
kegitan belajar mengajar siswa di sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Harjono
S.Pd yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah bagian humas/sapras berikut ini:
66
Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009.
Wakil Kurikulum : Menyusun program pengajaran, menyusun jadwal pelajaran,
kurikulum.
Koord Perpus : Menyusun rencana pengembangan dan bertanggungjawab
administrasi perpustakaan.
Kepala TU
Suroso
1. Sejarah Rohis
bahwa tidak mengetahui secara jelas tentang sejarah berdirinya Rohis dan Rohkris di
SMAN 79 karena tidak pernah dibukukan, yang mereka ketahui bahwa Rohis dan
berikut ini: “Sejarah Rohis saya tidak begitu paham dan berdirinya saya kurang tahu juga
kebetulan saya disini pengajar junior yang saya tahu Rohis merupakan bagian dari
kegiatan OSIS.”67
Pendapat senada juga diungkapkan oleh mantan Pembina Rohis yaitu Bapak
Abdul Gofur berikut ini: “Sejarah Rohis sebenarnya sudah lama berdiri sebelum saya
mengajar disini yaitu kira-kira tahun 1987, awal sejarah Rohis saya tidak tahu. Kemudian
pada tahun 1997 saya mulai mengajar di SMAN 79 dan langsung ditunjuk menjadi
2. Tujuan Rohis
teguh pada Al Qur’an dan Al Hadits. Organisasi ini bertujuan menyiapkan kader-kader
tujuan memberikan pengkajian yang lebih tentang ilmu keagamaan dan moral kepada
siswa-siswi di sekolah.
67
Wawancara pribadi dengan Bapak Drs. H. Sihabuddin, Pembina Rohis SMAN 79, Jakarta, 11
Nopember 2008.
68
Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Gofur, Jakarta, 11 November 2008
Bapak Drs. H. Syihabuddin selaku pembina Rohis berpendapat mengenai Rohis
“Rohis adalah Rohani Islam, Rohis adalah suatu kegiatan anak-anak muslim di
sekolah untuk mengadakan kegiatan yang bersifat keislaman. Rohis merupakan
bagian dari OSIS. Tujuan diadakannya Rohis di SMAN 79 agar siswa yang muslim
dan berminat untuk mengembangkan tentang keislamannya baik dalam masalah-
masalah keagamaan maupun dalam masalah sosial keislaman ini dapat ditampung
dan dibina.”69
diwajibkan untuk siswa-siswi yang beragama Islam. Kegiatan Rohis ini diadakan dua kali
dalam seminggu yaitu setiap hari Selasa dan hari Jum’at yang bertempat di masjid
yang baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
mengontrol sikap dan tingkah laku dalam bergaul di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
kesemuanya ini tidak dapat lepas dari adanya pemprograman yang telah direncanakan,
berikut ini uraian program kerja khususnya kegiatan keagamaan yang ada di Rohis
SMAN 79 Jakarta.70
Kegiatan Rutin
a. Mentoring, materi yang dipelajari yaitu tentang pengetahuan Islam seperti sejarah
kebudayaan Islam, kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan Islam lebih
69
Wawancara pribadi dengan Bapak Drs. H. Sihabuddin, Pembina Rohis SMAN 79, Jakarta, 11
Nopember 2008.
70
Rohis SMAN 79 Jakarta, Proposal Program Kerja periode 2008-2009
mendalam dan meningkatkan dakwah Islam. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari
Jum’at setelah shalat Jum’at bertempat di masjid yang dipimpin oleh alumni SMAN
79 dan diikuti oleh anggota Rohis. Mentor memberikan foto copy materi yang akan
b. BTAQ (belajar membaca Al Qur’an), materi yang dipelajari yaitu cara membaca Al
Qur’an yang baik dan mempelajari ilmu tajwid. Kegaiatan ini bertujuan agar anggota
Rohis dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Kegiatan ini dilaksanakan
setiap hari Selasa setelah siswa-siswi selesai kegiatan belajar mengajar yang
bertempat di masjid. Kegiatan ini dipimpin oleh pembina Rohis yaitu Bpk. Drs. H.
Syihabuddin dan diikuti oleh anggota Rohis kelas X dan XI. Dalam kegiatan ini buku
c. BCA (Belajar Ceramah Agama), kegiatan ini bertujuan agar kemampuan berbicara di
depan umum dapat terlatih lagi. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jum’at minggu
ke IV bertempat di masjid yang dipandu oleh alumni SMAN 79 yang diikuti oleh
d. Kerja bakti di masjid, kegiatan ini bertujuan agar masjid menjadi lebih bersih dan
nyaman. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu minggu ke III dan diikuti oleh
elemen Rohis yang diikuti oleh Rohis SMAN 3, SMAN 37, SMAN 43, SMAN 26
kepedulian terhadap hari besar Islam yang diikuti oleh seluruh warga SMAN 79 yang
c. Buka puasa bersama, bertujuan mempererat tali silaturrahim antar anggota Rohis
yang diikuti oleh seluruh intern Rohis yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan
tempat kebudayaan Islam yang diikuti oleh seluruh intern Rohis yang dilaksanakan
Vokalis, Ketua Rohis, Ketua Keputrian, Sekretaris I dan II, Bendahara, Humas, Dakwah,
Kaderisasi dan Syiar. Pembina terdiri dari Bapak Kepala Sekolah yang mempunayi tugas
SMAN 79 Jakarta. Vokalis adalah vorum komunikasi alumni Rohis yang bertugas
Humas bertugas sebagai koordinasi segala kegiatan yang ada di Rohis dan
mempublikasikannya. Contoh : Apabila ada kegiatan Rohis maka tugas humas adalah
Jarkom (jaringan komunikasi) melalui SMS atau telephon. Adapun dakwah bertugas
membuat acara-acara yang bersifat intern Rohis yang bertujuan untuk menguatkan
jasadiyah dan ruhiyah anggota Rohis. Programnya adalah MABIT (Malam Bina Iman
mentoring, belajar membaca Al Qur’an, belajar ceramah agama, dan mutabaah (aktifitas
ibadah). Sedangkan syiar bertugas membuat acara-acara yang bersifat ekstern seperti
PHBI (Perigatan Hari-hari Besar Islam); Isra Miraj, Maulid Nabi Muhammad SAW,
tugasnya yang telah diterapkan dalam musyawarah bersama anggota Rohis yang lain.
Pembimbing
Drs. H. Syihabuddin
Vokalis
Rifki Handarto
Sekretaris Bendahara
Sarvita Zulaeha Setianingsih
Evi Lisdiani
1. Sejarah Rohkris
Rohis. Rohkris merupakan salah satu sie dari OSIS. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Dra. Loine Simanjuntak, Pembina Rohkris berikut ini: “ Saya kurag tahu tentang sejarah
Rohkris karena baru tahun ini saya ditunjuk sebagai Pembina Rohkris. Saya hanya tahu
2. Tujuan Rohkris
Rohkris adalah Rohani Kristen, kegiatan keagamaan ini termasuk salah satu dari
“Tujuan diadakan kegiatan keagamaan Rohkris adalah sebagai wadah bagi siswa
Kristen untuk memperdalam ilmu keagamaan Kristen dan untuk memperdalam
keagamaan siswa-siswi yang beragama Kristen. Rohkris juga mempunyai manfaat
supaya prilaku siswa-siswi Kristen sesuai dengan ajaran Kristen yang telah
diharapkan.”72
71
Wawancara pribadi dengan Ibu Loine Simanjuntak, Pembina Rohkris, Jakarta, 14 November
2008
72
Wawancara pribadi dengan Ibu Loine Simanjuntak, Pembina Rohkris, Jakarta, 14 November
2008
Rohkris mempunyai beberapa kegiatan keagamaan diantaranya :73
a. PDPA (Persekutuan Doa dan Pendalaman Al Kitab), kegiatan ini bertujuan agar
Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jum’at setelah shalat Jum’at bertempat di kelas
b. Renungan pagi, kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu dan Kamis di pagi
Renungan pagi ini dipimpin oleh pembimbing Rohkris dengan kegiatan membaca
doa kemudian menyanyi dilanjutkan dengan membaca Al Kitab dan di tutup dengan
membaca doa.
c. Natal, dirayakan di sekolah pada tanggal 19 desember 2008 bekerja sama dengan
Rohkris SMAN 43. Acaranya terdiri dari ibadah, drama, nyanyi dan liturgy yaitu
hubungan kita sesama orang Kristen dan juga untuk lebih mengerti arti natal.
d. Paskah, yaitu kenaikan tuhan Yesus, setelah disalib namanya Jum’at Agung.
kita mengadakannya tetapi biasanya kita gabung dengan kegiatan ret-ret yaitu
kegiatan mengasingkan diri untuk merenungkan Al Kitab. Kegiatan ini diisi dengan
Pembina
Kepala Sekolah
Pembimbing
Dra.Loine S
Sekretaris Bendahara
Yuliana Merry Kadhita
Minat siswa terhadap Rohis cukup bagus dan anggotanya cukup lumayan yaitu
sekitar 38 orang,74 tetapi ada kegiatan ekstrakurikuler yang lain yang anggotanya lebih
banyak. Kebanyakan alasan mereka mengikuti Rohis adalah ingin mengetahui tentang
berbeda-beda seperti yang diungkapkan oleh Amalia Hadi, Ketua Keputrian di Rohis
menjelaskan: “Saya mengikuti Rohis karena teman dekat banyak yang masuk ke Rohis,
74
Data terlampir pada lampiran
karena itu saya tertarik juga untuk ikut serta dalam kegiatan Rohis, selain itu untuk
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Fajar Susanto, Ketua Rohis: “Saya
masuk Rohis bertujuan ingin memperdalam ilmu agama selain itu juga bisa menambah
teman.”76 Hal senada juga diungkapkan oleh Anis Nur Husna, aktivis rohis: “Saya
Minat siswa terhadap Rohkris cukup bagus. Semua siswa yang beragama
Kristen aktif di Rohkris jumlahnya sekitar 13 orang, tetapi karena berbarengan dengan
kegiatan ekstrakurikuler lain yang diadakan pada hari yang sama yaitu hari Jum’at maka
diungkapkan oleh aktifis Rohkris yang bernama Dwi Anastasia, Wakil Ketua Rohkris
menjelaskan: “ Saya aktif di Rohkris karena keinginan dari hati saya, karena kita sebagai
umat beragama wajib mendekatkan diri kepada Tuhan, selain itu juga bisa dijadikan
Hal serupa juga diungkapkan oleh aktifis Rohkris lainnya yang bernama Jessica
Simanjuntak, Ketua Rohkris menjelaskan: “ Rohkris adalah sebuah wadah untuk orang
Kristen bersatu menyuarakan hatinya dan juga rasa keingintahuan saya tentang agama
75
Wawancara pribadi dengan Amalia Hadi, Ketua Keputrian Rohis, Jakarta, 7
Nopember 2008.
76
Wawancara pribadi dengan Fajar Susanto, Ketua Rohis, Jakarta, 7 Nopember 2008.
77
Wawancara pribadi dengan Anis Nur Husna, Jakarta, 7 Nopember 2008
78
Wawancara pribadi dengan Dwi Anastasia, Wakil Ketua Rohkris, Jakarta, 14
November 2008.
79
Wawancara pribadi dengan Jessica Simanjuntak, Ketua Rohkris, Jakarta, 14
Nopember 2008
Karismantio aktifis Rohkris juga menjelaskan: “ kegiatan Rohkris merupakan kewajiban
dari sekolah dan saya masuk Rohkris atas kemauan diri sendiri.” 80
80
Wawancara pribadi dengan Canang Karismantio, Jakarta, 14 November 2008.
BAB IV
Rutinitas atau intensitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menjelaskan
tentang seberapa sering informan aktifis Rohis dan Aktifis Rohkris dalam mengikuti
Intensitas atau rutinitas informan aktifis Rohis dalam mengikuti kegiatan Rohis
yang diadakan setiap hari Selasa dan Jum’at yang bertempat di Masjid sekolah itu hampir
semuanya mengaku aktif di Rohis, kecuali apabila ada halangan mereka tidak hadir,
Amalia Hadi aktifis Rohis menjelaskan: “ Waktu kelas X sih, pasif banget, malas
datang, pokoknya suka cabut deh! Dah gitu cabutnya kompakan, tetapi sekarang kelas XI
tidak lagi, karena tengsin sama adik-adik kelas yang mempunyai semangat 45. Amel
Hal senada juga diungkapkan oleh Bagas Febriansyah Wijaya aktifis Rohis
berikut ini: “ Sekarang masih aktif walaupun setiap hari Selasa tidak pernah datang
karena waktu kegiatan Rohis terlalu sore dan tempat tinggal jauh jadi sama orang tua
tidak diizinkan ikut Rohis, tetapi setiap hari Jum’at saya selalu datang karena waktu
Nurhalimah Tusadiyah, Fajar Susanto, Ahmad Affandi dan Anis Nurhusna menyatakan
81
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi, Jakarta, 7 Nopember 2008.
82
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya, Jakarta, 7
75
Nopember 2008.
hal yang sama. Selama masih bisa datang dan diberi waktu luang oleh Allah SWT
Rohkris yang dilaksanakan setiap hari Jum’at yang bertempat di kelas itu berbeda-beda,
ada beberapa informan mengaku bahwa mereka jarang mengikuti kegiatan Rohkris tetapi
Sebagian besar informan mengaku aktif mengikuti kegiatan Rohkris seperti yang
diungkapkan oleh Dwi Anastasia Silalahi aktifis Rohkris berikut ini: “ Kehadiran hampir
99% paling klo tidak bisa datang karena mendadak ada acara, saya rajin mengikuti PDPA
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas , informan lainnya pun seperti
menyatakan hal yang sama. Mereka juga selalu mengikuti kegiatan Rohkris yang
George Alexander dan Megawati Immanela. Mereka tidak selalu mengikuti kegiatan
Rohkris. Seperti yang diungkapkan oleh Megawati Immanela aktifis Rohkris: “ Gak
mayoritas terlibat aktif dalam aktifitas keagamaan yang diadakan di sekolah. Sementara
aktifis Rohkris dari beberapa informan ditemukan kurang terlibat aktif dalam aktifitas
83
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Ana Stasia S, Jakarta, 14 Nopember 2008.
84
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela, Jakarta, 14 Nopember 2008.
keagamaan yang diadakan di sekolah akan tetapi sebagian besar terlibat aktif dalam
aktifitas Rohkris.
manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seorang melakukan perilaku
ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan
supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat
mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu,
Menurut Glock dan Stark, ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu,
a. Dimensi Keyakinan
adalah pondasi awal yang harus dibentuk untuk dapat menjalankan agama dengan baik.
Tanpa keyakinan, seseorang tidak dapat menjalankan setiap ajaran agama yang dianutnya
secara sempurna.
pencipta alam. Agama apapun pasti mengajarkan pentingnya meyakini akan adanya
Tuhan. Semua informan baik aktifis Rohis maupun aktifis Rohkris mengaku meyakini
adanya Tuhan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Amalia Hadi aktivis Rohis (Rohani Islam).
Ia mengaku percaya dengan adanya Tuhan yang telah menciptakan alam semesta ini.
“ Tuhan adalah yang menciptakan alam semesta ini, Dia yang mengatur
matahari terbit dari Timur ke Barat. Saya percaya dengan adanya Tuhan. Tuhan bisa
dirasakan. Dia tidak bisa dilihat, tidak juga bisa disentuh, tapi dia terasa dekat, lebih
dekat dari kulit kita. Kita harus mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Setelah aktif di Rohis keyakinan saya terhadap Tuhan sama saja karena saya sudah
diajarkan sejak di Madrasah Ibtidaiyah.” 85
Aktivis Rohis, Bagas Febriansyah Wijaya juga mengungkapkan hal yang sama:
“Tuhan adalah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Saya percaya
dengan adanya Tuhan karena Tuhanlah yang menciptakan saya. Kita harus beribadah
kepadanya. Setelah aktif di Rohis keyakinan saya terhadap Tuhan lebih kuat dari
sebelumnya, karena di Rohis lebih banyak lagi hal-hal yang tidak diajarkan pada
pelajaran agama di sekolah.” 86
Sementara itu hal senada juga diungkapkan oleh Jessica Simanjuntak aktivis
“Tuhan adalah sesuatu hal yang tidak bisa kita lihat dengan mata tapi bisa kita
lihat mujizat yang diberikannya. Saya percaya dengan adanya tuhan karena
mujizatnya dan hal-hal yang dilakukannya nyata. Kita harus berdoa, membaca
alkitab dan menerapkan hidup kita untuk hidup di jalan Dia. Setelah aktif di Rohkris
saya semakin setia sama Tuhan, klo saya lagi dapat masalah saya lebih percaya pada
Tuhan.” 87
tidak jauh berbeda. Ia percaya akan adanya Tuhan karena Dialah yang menciptakan bumi
beserta isinya. Sebagaimana yang diungkapkan: “Tuhan adalah pencipta bumi beserts
85
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi, Jakarta, 7 Nopember 2008.
86
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya, Jakarta, 7
Nopember 2008.
87
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak, Jakarta, 14 Nopember 2008.
isinya, yang berkuasa atas segalanya. Saya percaya dengan adanya Tuhan karena tanpa
Dia , tidak mungkin saya bisa hidup sampai sekarang dan tidak bisa isi angket ini. Setelah
Setiap umat beragama yang meyakini keberadaan Tuhan pasti percaya bahwa
setiap kesenangan, kesulitan, musibah dan lain sebagainya merupakan bagian dari takdir
Tuhan yang tidak dapat dihindari. Takdir merupakan ketentuan atau ketetapan Tuhan
Dalam Islam takdir adalah kepastian atau ketentuan. Yaitu suatu ketentuan yang
telah ditetap Allah SWT kepada setiap hambaNya. Ketentuan ini tidak mengikat terhadap
apapun juga, cukuplah dengan kehendak Allah maka itu akan terjadi dan rangkuman isi
takdir ini sudah selesai pada zaman azali pada saat kitab Lauh Mahfudz dan sudah tertulis
di dalamnya perkara-perkara apa saja yang akan menimpa tiap makhluknya bahkan
sebagian dari mereka paham atau mengetahui tentang adanya takdir Tuhan, dan informan
dalam penelitian ini mengaku meyakini akan adanya takdir Tuhan. Beberapa di antaranya
adalah :
“Takdir adalah ketetapan Tuhan. Saya yakin dengan adanya takdir Tuhan
karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi hari ini, hari esok, dan
88
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Demonsky Ambonness Rassel, Jakarta, 14
Nopember 2008.
89
Wiki, Takdir dalam Agama Islam, artikel diakses tanggal 26 Desember 2008, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Takdir
seterusnya. Karena kita berada dalam takdir Allah yang manusia tidak bisa
memprediksi secara pasti karena manusia adalah makhluk yang mempunyai
keterbatasan dalam segala hal. Dalam menyikapi takdir Tuhan yang baik kita
hendaknya bersyukur dan menggunakan apa yang kita miliki atau potensi kita
digunakan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan dalam menyikapi takdir Allah yang
buruk hendaknya kita menerima dan lapang dada serta yakin bahwa Allah
memberikan yang terbaik untuk kita semua. Setelah aktif di Rohis keyakinan saya
terhadap takdir Tuhan semakin bertambah, saya yakin takdir Tuhan ada yang baik
dan buruk, ada yang bisa dirubah dan juga tidak bisa dirubah.” 90
“Takdir adalah ketentuan Tuhan seperti bencana alam, kematian dan lain-lain.
Saya percaya dengan adanya takdir Tuhan karena semuanya sudah terjadi seperti
kematian dan bencana alam. Apapun takdir Tuhan baik takdir baik maupun takdir
buruk kita harus tetap terus beribadah kepada-Nya. Setelah aktif di Rohis saya
tambah percaya bahwa semuanya sudah ditentukan oleh Tuhan.” 91
Tuhan. Saya yakin atau percaya apapun yang Tuhan takdirkan untuk saya itu adalah yang
terbaik. Apapun yang Tuhan takdirkan baik takdir baik maupun takdir buruk kita harus
bersyukur dan berdoa. Setelah aktif di Rohkris saya semakin berserah diri dengan takdir
Tuhan.” 92
”Takdir adalah ketentuan Tuhan seperti kematian, semua orang ditakdirkan akan
meninggal. Saya percaya dengan adanya takdir Tuhan karena segala sesuatu itu
sudah direncanakan Tuhan. Setelah aktif di Rohkris saya mengalami perubahan
terhadap rohani saya, ya tentunya pasti lebih lagi yang tadinya hanya berpikir oh itu
hanya kerja saya selama ini tapi ternyata itu memang ada campur tangan Tuhan yang
lebih untuk kegiatan kita sehari-hari.” 93
90
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Halimah Tusadiyah, Jakarta, 7 Nopember 2008.
91
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Fajar Susanto, Jakarta, 7 Nopember 2008.
92
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Ana Stasia S, Jakarta, 14 Nopember 2008.
93
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio, Jakarta, 14 Nopember 2008.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa aktivis
Rohis dan aktivis Rohkris percaya dengan adanya Tuhan dan percaya dengan adanya
takdir Tuhan. Setelah para informan aktif mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah
seperti Rohis dan Rohkris, sebagian besar informan mengalami perubahan, mereka
semakin percaya dengan adanya Tuhan sang pencipta dan ada juga yang tidak mengalami
perubahan karena sudah diajarkan sejak di Madrasah Ibtidaiyah. Mengenai takdir Tuhan,
para informan semakin yakin bahwa segala takdir Tuhanlah yang menentukannya.
b. Dimensi Ritual
Ritual menurut bahasa berarti upacara keagamaan. Secara istilah, ritual berarti
suatu sistem upacara magis (gaib) atau religius. Sifat magis dalam ritual itu berbentuk
kata-kata khusus dan bersifat rahasia yang biasanya terikat dengan suatu tindakan
penting.
ritual sebagai catatan resmi yang berisikan doa-doa dan peraturan mengenai apa yang
harus dilakukan dalam perayaan sakramen, upacara penguburan, pengucapan kaul publik,
Setiap agama memiliki ritual yang berbeda-beda. Dengan demikian ritual agama
yang dijalankan oleh umat Islam dan umat Kristen berbeda pula. Shalat adalah salah satu
ritual agama yang wajib dijalankan oleh umat Islam. Sementara ritual agama yang rutin
pencipta-Nya. Setiap umat Islam dan umat Kristiani yang berusaha menjalankan setiap
ajaran agama dengan sebaik mungkin, pasti tidak akan lalai apalagi sampai tidak
menjalankan shalat atau kebaktian. Tidak hanya shalat dan kebaktian di gereja saja ritual
agama yang dijalankan oleh umat Islam dan umat Kristiani, masih ada ritual agama
lainnya, seperti dalam agama Islam ada ritual puasa, zakat, haji, membaca Al Qur’an,
zikir, I’tikaf di masjid pada bulan puasa dan lain-lain. Sedangkan dalam agama kristiani
Pentingnya menjalankan ritual agama juga sangat disadari oleh semua informan
dalam penelitian ini, seperti diungkapkan oleh beberapa informan di bawah ini :
Aktivis rohis, Anis Nur Husna menjelaskan: “ Menjalakan ritual adalah penting
karena itu merupakan perintah dari Tuhan. Sebelum saya aktif di Rohis saya menjalankan
ritual bermalas-malasan tetapi setelah aktif di Rohis ritual saya tambah rajin, tepat waktu
penting karena itu adalah bekal yang akan kita bawa di akhirat nanti. Sebelum aktif di
Rohis ritual saya berantakan dan hidup saya sangat terpojokkan karena pergaulan tetapi
setelah aktif di Rohis ritual saya bertambah bagus dan hidup saya lebih bermakna.” 95
penting karena ritual sebagai ucapan syukur atas berkat Tuhan selama seminggu.
94
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Anis Nur Husna, Jakarta, 7 Nopember 2008.
95
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Achmad Affandi, Jakarta, 7 Nopember 2008.
Sebelum aktif Rohkris dan sesudahnya ritual saya baik-baik saja tidak mengalami
perubahan.” 96
penting karena itu sebagai ucapan syukur atas berkat Tuhan selama seminggu. Sebelum
aktif di Rohkris ritual saya malas-malasan ke gereja tetapi setelah aktif di Rohkris saya
aktifis Rohkris dapat diketahui bahwa melaksanakan ritual adalah penting karena perintah
Tuhan, sebagai bekal diakhirat dan juga sebagai tanda syukur kepada Tuhan. Ritual
aktifis Rohis dan aktifis Rohkris mengalami perubahan setelah mereka aktif di organisasi
keagamaan, seperti mereka semakin rajin melaksanakan ajaran agamanya. Ada juga yang
tidak mengalami perubahan karena sebelum dan sesudah aktif di Rohkris ritualnya baik-
baik saja. Ketaatan aktivis Rohis dan aktivis Rohkris sama saja tidak ada yang lebih taat
karena setelah mereka aktif dalam kegitan keagamaan mereka mengalami perubahan
c. Dimensi Pengetahuan
Pengetahuan tentang agama membantu setiap pemeluk agama memahami ajaran agama
yang dianutnya dengan baik. Pengetahuan tentang agama bisa didapati dari mana saja.
Seperti diungkapkan dua aktifis Rohis di bawah ini :Aktivis Rohis, Amalia Hadi
menjelaskan :
96
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela, Jakarta, 14 Nopember 2008.
97
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris George Alexander, Jakarta, 14 Nopember 2008.
“Saya belajar agama dari kecil sebelum sekolah TK sudah diajarkan hafalan al
fatihah, al ikhlas, al falaq, dan an nass sama orang tua. Saya juga dapat ilmu agama
dari pengasuh waktu masih kecil, sekolah dan keluarga. Untuk mendalami ilmu
agama saya membaca buku, mendengar ceramah, bertanya pada guru, dan saya
kadang-kadang mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di televisi, biasanya hanya
di bulan puasa seperti rahasia sunah yang ditayangkan di Trans TV. Setelah aktif di
Rohis pengetahuan sama saja sih, soalnya amel sekolah dasarnya di Madrasah
Ibtidaiyah jadi sama saja yang didapatkan di MI dulu paling Cuma masukan-
masukan saja.” 98
Aktivis Rohis, Fajar Susanto menjelaskan : “ Saya belajar agama dari sekolah
dasar dan TPA. Saya juga dapat ilmu agama dari orang tua. Acara keagamaan di televisi
cukup bagus tetapi saya tidak pernah mengikutinya. Biasanya untuk memperdalam ilmu
agama saya rutin mengikuti pengajian. Setelah aktif di Rohis alhamdulillah pengetahuan
“ Saya belajar agama dari kecil karena orang tua selalu mengajak saya ke gereja
dan di sekolah TK juga diajarkan agama. Untuk mendalami ilmu agama saya aktif di
Rohkris di sekolah, mengikuti acara-acara di gereja dan juga saya mengikuti acara
keagamaan yang ada di televisi seperti solusi dalam hambatan hidup di O’chanel.
Dalam agama saya diajarkan banyak hal, tapi yang paling sering diajarkan adalah
“kasih” kita harus saling mengasihi dengan sesama. Setelah saya aktif di Rohkris
pengetahuan agama saya lebih meningkat. Kita jadi lebih sabar.” 100
“Saya belajar agama sejak masuk sekolah minggu. Saya dapat ilmu agama dari
keluarga dan gereja. Untuk mendalami ilmu agama saya ikut Rohkris di sekolah.
Dalam agama saya diajarkan banyak hal, seperti saling mengasihi sesama manusia,
saling mengampuni, tidak boleh berbohong dan lain-lain. Setelah aktif di Rohkris
pengetahuan bertambah, semakin giat untuk mendekatkan diri pada tuhan.” 101
98
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi.
99
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Fajar Susanto.
100
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak.
101
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa informan
mendapatkan ilmu agama sejak kecil dari orang tua. Setelah informan aktif dalam
agama ada juga yang tidak mendapatkan penambahan karena sudah didapatkan dari
Berdasarkan tiga poin di atas yaitu keyakinan, ritual dan pengetahuan, dapat
dilihat bahwa antara aktifis Rohis dan aktifis Rohkris sama-sama mempunyai keyakinan
yang kuat terhadap agamanya masing-masing hal ini dapat dilihat dari semakin
meningkatnya keyakinan setelah aktif dalam kegiatan keagamaan di sekolah, dalam hal
ritual, aktifis Rohis dan aktifis Rohkris juga sama-sama taat dalam ritualnya hal ini dapat
dilihat dari semakin giatnya mereka melaksanakan ibadah dan dalam pengetahuan
keagamaan, aktifis Rohis dan aktifis Rohkris sama-sama memiliki pengetahuan yang
cukup memadai tentang keagamaannya masing-masing, hal tersebut dapat dilihat dari
C. Interaksi Sosial Aktifis Rohis dan Aktifis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri mereka
membutuhkan orang lain dalam kehidupan mereka. Dalam interaksi diperlukan adanya
kontak dan komunikasi, kontak dan komunikasi diperlukan untuk terjadinya interaksi
sosial.
Adapun interaksi sosial yang akan dibahas dalam penelitian ini dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Interaksi sosial yang menyangkut kontak dan komunikasi informan yang
a. Interaksi aktifis Rohis dan aktifis Rohkris dengan pemeluk agama lain di sekolah
Di lingkungan sekolah interaksi yang baik dengan sesama warga sekolah harus
terwujud setiap saat. Karena interaksi yang terjalin dengan baik akan menciptakan
Seluruh informan baik itu aktifis Rohis maupun aktifis Rohkris mengaku
diungkapkan oleh beberapa informan di bawah ini: Ahmad Affandi aktifis Rohis
menjelaskan: “ Saya mempunyai teman berbeda agama cukup banyak, karena beda
agama bukan berarti pergaulan kita harus dibatasi.” 102 Hal serupa juga diungkapkan oleh
Amalia Hadi aktifis Rohis menjelaskan: “ Saya mempunyai teman berbeda agama di
sekolah kira-kira delapan orang. Menurut saya tidak ada yang patut diperbedakaan dalam
menjelaskan : “ Saya mempunyai teman yang berbeda agama banyak tidak bisa dihitung,
karena sekolah negeri didominasi oleh agama Islam dan juga perbedaan agama bukan
hambatan untuk berteman.” 104 Hal senada juga diungkapkan oleh aktifis Rohkris yang
lain yaitu Demonsky Ambonness Rassel menjelaskan : “ Saya mempunyai teman yang
berbeda agama di sekolah banyak sekali karena mayoritas muridnya beragama lain.”105
102
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Ahmad Affandi.
103
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi.
104
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak.
105
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Demonsky Ambonnes Rassel, Jakarta, 14
Nopember 2008.
Para informan baik aktifis rohis maupun aktifis rohkris mengaku berusaha
menjalin interaksi dengan baik dengan teman-teman seagama maupun yang berbeda
seorang aktifis Rohis menjelaskan : “ hubungan saya dengan teman berbeda agama di
sekolah baik-baik saja karena dengan berteman dengan orang yang berbeda agama harus
menjelaskan : “ hubungan saya dengan teman yang berbeda agama di sekolah baik-baik
saja, karena dalam berinteraksi kami saling menghargai satu sama lain.” 107
Walaupun berbeda agama aktifis Rohis dan Rohkris jarang terlibat konflik
dengan teman yang berbeda agama. Mereka justru terlibat kerjasama yang baik dalam
Rohis menjelaskan :
“ kami tidak pernah terlibat konflik. Kegiatan yang biasa kami lakukan bersama
seperti bermain, diskusi dalam belajar, dan sharing. Kita juga pernah bertukar pikiran
mengenai sopan santun, pendidikan, kebiasaan sehari-hari dan teman tentang
keagamaan juga pernah seperti dalam dua agama mempunyai keyakinan yang
berbeda-beda maka saya dan teman saya saling memberitahu kebiasan beragama
masing-masing.” 108
menjelaskan.
” Kami tidak pernah mengalami konflik dengan teman beda agama tentang
masalah agama tetapi biasanya dalam masalah tugas sekolah kemudian kita saling
bicara dan masalahpun selesai. Biasanya saya melakukan kegiatan-kegiatan dengan
teman yang berbeda agama di sekolah banyak seperti kerja kelompok, jalan bareng,
berorganisasi, kadang-kadang kami juga bertukar pikiran tentang pelajaran, guru-
106
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Nurhalimah Tusadiyah.
107
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Anastasia.
108
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Nurhalimah Tusadiyah.
guru di sekolah, keluarga, cinta, dan masalah lainnya. Tema tentang keagamaan juga
pernah didiskusikan tapi hanya sekedar numpang lewat saja, tidak pernah
diperpanjang.”109
aktifis Rohis dan aktifis Rohkris berteman dengan siapa saja tanpa memandang
perbedaan agama dan juga mereka berusaha menjalin hubungan yang baik dengan teman
b. Interaksi aktifis Rohis dan aktifis Rohkris dengan pemeluk agama lain di masyarakat.
sosial, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial. Dengan
demikian, interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial dimana proses tersebut
terjadi hubungan sosial yang dinamais baik antara individu, antara kelompok maupun
Amalia Hadi dan Anis Nur Husna., mereka mengaku kurang bergaul di lingkungan
sekolah dan di tempat les sehingga hubungan mereka dengan teman yang berbeda agama
tidak ada dan juga di lingkungan tempat tinggal mereka mayoritas beragama yang sama.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Anis Nur Husna aktifis Rohis berikit ini: ”
saya kurang tahu teman yang berbeda agama di lingkungan masyarakat karena saya
kurang bergaul di lingkungan tempat tinggal saya dan selalu pulang sekolah pada sore
hari.” 110
109
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Anastasia.
110
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Anis Nur Husna.
Sementara itu, hal yang berbeda diungkapkan oleh mayoritas aktifis Rohis yang
lain seperti Achmad Affandi, Nurhalimah Tusadiyah, Fajar Susanto, dan Bagas
lingkungan masyarakat dan hubungan mereka juga baik-baik saja. Seperti yang
diungkapkan oleh Bagas Febriansyah Wijaya aktifis Rohis berikut ini: ” saya mempunyai
teman yang berbeda agama delapan orang, mereka adalah teman –teman saya saat SMP.
Hubungan saya dengan mereka cukup baik karena saya selalu berusaha untuk
Sementara itu, hubungan aktifis Rohkris dengan teman yang berbeda agama di
lingkungan masyarakat baik-baik saja, mereka saling mengenal dan bertegur sapa.
Mereka mempunyai teman yang berbeda agama sangat banyak karena masyarakat di
Megawati Immanela aktifis Rohkris menjelaskan: ” saya mempunyai teman yang berbeda
agama di lingkungan rumah saya banyak banget soalnya klo temenan ya temenan aja gak
lihat dari agamanya. Hubungan saya dengan mereka baik-baik saja tidak pernah ada
menjelaskan:
111
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya.
112
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela.
bersilaturrahmi, apabila idul fitri saya sendiri yang mengunjungi mereka dan apabila
natal merekalah yang mengunjungi saya.” 113
Interaksi informan yang berkaitan hal-hal yang bersifat sensitif terdapat sedikit
cenderung lebih terbuka jika dibandingkan dengan aktifis Rohis. Sebagian besar aktifis
Rohkris pernah ikut membantu perayaan hari besar agama Islam, seperti peringatan
maulid Nabi, Isra’ mi’raj. merekapun tidak segan untuk memberikan salam ataupun
Seluruh aktifis Rohkris juga tidak segan untuk memberikan salam ataupun
ucapan selmat hari raya kepada agama lain. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu
aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak, menurutnya: “ bagi saya mengucapkan selamat hari
raya kepada agama lain adalah sebuah ungkapan rasa menghormati satu sama lain, jadi
bagi saya tidak ada salahnya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain.
113
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio.
114
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio.
Pengucapan salam kepada agama lain adalah hal wajar karena itu sebagai tanda
Keterbukaan ini didasari oleh keyakinan mereka terhadap ajaran agama yang
dan lain-lain.
Hal tersebut diatas berdasarkan pendapat Dwi Anastasia aktifis Rohkris sebagai
berikut:
“ agama saya mengajarkan banyak hal seperti ajaran kasih, kita harus saling
mengasihi dengan siapapun tanpa memandang perbedaan agama, lemah lembut,
rendah hati, toleransi dan lain-lain. Jadi menurut saya ucapan salam dan selamat hari
raya kepada agama lain adalah hal yang wajar karena saya menghargai hari-hari
besar agama lain.” 116
Namun sebagian kecil informan aktifis Rohkris seperti Jessica Simanjuntak dan
Demonsky Ambonnas Rassel tidak pernah membantu kegiatan keagamaan agama lain.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jessica Simanjuntak berikut ini: “ saya tidak pernah
membantu kegiatan keagamaan agama lain karena dalam keagmaannya mereka berarti
berusaha dengan dibantu oleh apa yang dipercayainya, bukan lagi orang lain.”117
Untuk masalah kawin beda agama, terjadi perbedaan pendapat juga. Ada
beberapa aktifis Rohkris yang setuju dengan kawin beda agama ada juga yang tidak
Beberapa aktifis Rohkris yang setuju dengan kawin beda agama diantaranya
berpendapat kawin beda agama biasa saja selama ada rasa saling menghargai dan ada
115
Wawancara pribadi dengan aktifis rohkris Jessica Simanjuntak
116
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Anastasia.
117
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak
sikap toleransi. Seperti yang diungkapkan oleh George Alexander aktifis Rohkris: “
kawin beda agama adalah hal yang biasa saja selama kita saling menghargai dan ada
Sementara itu, hal yang berbeda diungkapkan oleh sebagian informan aktifis
Immanela, mereka tidak setuju dengan kawin beda agama seperti yang diungkapkan oleh
Megawati Immanela: “… saya tidak setuju dengan kawin beda agama karena susah untuk
Sementara itu interaksi aktifis Rohis yang berkaitan dengan hal-hal yang sensitif
agama sedikit lebih tertutup, mayoritas informan aktifis Rohis yaitu Amalia Hadi,
Nurhalimah Tusadiyah, Anis Nur Husna, Bagas Febriansyah Wijaya dan Achmad
Affandi. Mereka tidak pernah sekalipun memberikan ucapan selamat hari raya bagi
penganut agama lain karena itu dilarang oleh agama. Seperti yang diungkapkan oleh
Amalia Hadi salah satu aktifis Rohis menjelaskan: “ saya tidak pernah mengucapkan
selamat hari raya kepada agama lain, apabila kita mengucapkan selamat hari raya (natal.
nyepi dan lain-lain)itu sama saja merayakannya karena dalam agama islam dilarang. Saya
diajarkan oleh kakak sepupu yang guru agama dan kakak alumni Rohis.” 120
menjelaskan: “ tidak boleh mengucapkan selamat natal sebab dalam surat al-Kafirun
telah dijelaskan. Kita boleh menghormati agama lain tetapi kita tidak boleh ikut semua
118
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris George Alexander.
119
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela.
120
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi.
apa-apa yang diajarkan di agama lain. Intinya bagimu agamamu dan bagiku agamaku.
Sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru liqo dan mentoring Rohis.”121
menyatakan bahwa mengucapkan selamat natal kepada agama lain adalah boleh.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fajar Susanto aktifis rohis berikut ini: “ boleh
mengucapkan selamat natal kan untuk menjalin kerukunan antar umat beragama, yang
non Islam aja mengucapkan selamat hari raya idul fitri, kenapa tidak. Saya diajarkan dari
Mengenai pengucapan salam kepada agama lain sebagian besar informan aktifis
Rohis mengaku boleh karena untuk menghormati mereka yang berbeda agama akan
pagi, selamat sore dan lain-lain. Seperti yang diungkapkan oleh Anis Nurhusna aktifis
Rohis sebagai berikut: “ menurut saya, kita harus mengucapkan salam kepada siapa saja,
walaupun berbeda agama, tetapi kita harus tahu letak perbedaannya, misalnya tidak
Pendapat yang sama diungkapkan oleh Fajar Susanto dan Ahmad Affandi aktifis
salam. Seperti ytang diungkapkan oleh Ahmad Affandi aktifis Rohis berikut ini: “ maaf,
kami juga tidak boleh mengucapkan salam apalagi menjawab salam.” 124
121
Wawancara pribadi dengan aktifis rohis Nurhalimah Tusadiyah
122
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Fajar Susanto.
123
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Anis Nur Husna.
124
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Ahmad Affandi.
Mayoritas aktifis Rohis tidak setuju dengan keikutsertaan membantu pemeluk
agama lain dalam kegiatan keagamaannya dan pernikahan beda agama yang saat ini
marak terjadi dikalangan artis. Seperti yang diungkapkan oleh Fajar Susanto aktifis Rohis
berikut ini: “ saya tidak pernah membantu mereka dalam kegiatan keagamaannya, kalau
beda agama tidak setuju. Berikut ini pendapatnya: “ saya tidak setuju dengan kawin beda
agama, karena dalam islam menikah dengan beda agama akan menimbulkan kontroversi
Hal senada juga diungkapkan oleh aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya: “
saya tidak setuju dengan kawin beda agama karena hal itu dilarang oleh agama saya.” 127
aktifis Rohis da aktifis Rohkris dengan teman yang berbeda agama baik itu di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakat berjalan dengan baik, meskipun ada batasan-
Setiap agama pasti mengajarkan kebaikan, maka dari itu perilaku yang
disandarkan pada ajaran agama adalah perilaku yang baik dapat menciptakan interaksi
yang harmonis. Agama tidak pernah berhenti dalam mengatur tata kehidupan manusia
karena itu kerukunan dan toleransi antara umat bergama: bukan sekedar hidup
berdampingan yang pasif saja akan tetapi lebih dari itu; untuk berbuat baik, dan berlku
adil antara satu sama lain. Bagi umat Islam dan agama lainnya seyogyanya perbedaan
125
Wawancara pribadi dengan aktifis rohis Fajar Susanto
126
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Nurhaliman Tusadiyah.
127
Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya.
agama jangan sampai menghalangi untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap manusia
Mayoritas informan baik itu aktifis Rohis maupun aktifis Rohkris mengaku
mengetahui makna toleransi. Seperti yang diungkapkan oleh aktifis Rohis Ahmad
Affandi berikut ini: “ saling menghargai, saling membantu dan tolong menolong,
bersikap baik, ramah dan tidak mengganggu. Umat Kristen ke gereja kami tidak ganggu
Pendapat aktifis Rohis yang lain diungkapkan oleh Anis Nurhusna berikut ini: “
toleransi itu seperti menghargai orang lain. Jika hari minggu ada tugas kelompok dengan
teman yang berbeda agama kita harus membolehkan teman tersebut untuk pergi ke
Anastasia Silalahi berikiut ini: “ toleransi itu saling menghargai satu dengan yang lainnya
tanpa pandang bulu. Seperti bila ada yang sedang beribadah menghargai dengan tidak
rebut.” 130
Alexander berikut ini: “ saling menghargai tanpa mencampuradukkan agama atau ikut-
Ada dua macam penafsiran tentang konsep toleransi ini, yakni penafsiran
negative dan penafsiran positif. Yang pertama menyatakan bahwa toleransi itu hanya
mensyaratkan cukup dengan membiarkan dan tidak menyakiti orang /kelompok lain
128
Wawanara pribadi dengan aktifis rohis Ahmad Affandi.
129
Wawancara pribadi dengan aktifis rohos Anis Nur Husna
130
Wawancara pribadi dengan aktifis rohkris Dwi Anastasia Silalahi
131
Wawancara pribadi dengan aktifis rohkris George Alexander
tolernsi ini tidak melahirkan kerja sama. Yang kedua menyatakan bahwa toleransi itu
membutuhkan lebih dari sekedar ini. Ia membutuhkan adanya bantuan dan dukungan
penulis dapat menyimpulkan bahwa aktifis Rohis dan aktifis Rohkris sama-sama
memiliki toleransi yang positif yaitu toleransi yang membutuhkan bantuan dan dukungan
orang lain yaitu toleransi yang melahirkan kerja sama. Sementara itu dalam hal yang
berkaitan dengan interaksi yang bersifat sensitive agama seperti pengucapan selamat hari
raya kepada agama lain, pengucapan salam kepada agama lain dan lain-lain, aktifis
Rohkris lebih ke toleransi positif atau terbuka sedangkan aktifis Rohis lebih tertutup atau
lebih ke toleransi negative yaitu toleransi yang hanya membiarkan pemeluk agama lain,
Toleransi aktifis Rohkris, jika dilihat dari waktu sebelum aktif dan sesudah aktif
dalam kegiatan keagamaan dapat disimpulkan bahwa mereka tidak mengalami perubahan
dalam hal toleransi pergaulan, mereka terbuka dengan pemeluk agama lain, karena agama
mereka tidak membatasi dalam pergaulan. Sedangkan pada aktifis Rohis terjadi
perubahan toleransi setelah aktif di Rohis mereka lebih tertutup dengan pemeluk agama
lain.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
aktifis Rohis dan aktifis Rohkris dengan teman yang berbeda agama di SMAN 79 Jakarta
1. Aktifis Rohis dan aktifis Rohkris di SMAN 79 meyakini agama yang dianutnya dan
2. Aktifis Rohis dan aktifis Rohkris di SMAN 79 selalu berusaha menjalankan ritual
baik dengan teman seagama dan berbeda agama, karena mereka menyadari betul
B. SARAN-SARAN
1. Aktifis Rohis dan aktifis Rohkris di SMAN 79 diharapkan dapat menerapkan nilai-
nilai luhur yang terkandung dalam ajaran agama mereka dalam kehidupan mereka
Rohkris dari awal berdirinya dan perkembangannya sehingga generasi penerus dapat
Azra, Azyumardi. Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam: Bingkai Gagasan yang Berserak.
Djamaluddin, Muhammad. Religiusitas dan Strees Kerja pada Polisi. Yogyakarta: UGM
Press, 1995.
Echol, Jhon M dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1990.
H. Thoules, Robert. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995, cet.2.
Husin Al Munawar, Said Agil. Fiqih Hubungan antar Agama; Ciputat: PT. Ciputat Press,
2005, cet.3.
Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, cet. 2.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Robertson, Roland. Agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis. Jakarta: PT.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001,
cet.32.
Wirawan Sarito. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta:
Abdu Fattah. Toleransi Beragama dalam Perspektif Al Qur’an, Artikel diakses tanggal 25
http://Swaramuslim.Net/emore.php?id
Wiki. Takdir dalam Agama Islam, artikel diakses tanggal 26 Desember 2008, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Takdir
Wawancara pribadi:
I. Profil Informan
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Agama :
d. Kelas :
e. Alamat :
f. Pendidikan Orang Tua :
g. Pekerjaan Orang Tua :
h. Tanggal Wawancara :
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohis?
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama? seperti apa?
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Lampiran 1
Wawancara dengan pengurus SMAN 79 Jakarta Selatan
I. Profil Informan
a. Nama : Harjono S.pd
b. Pendidikan : S1
c. Jabatan : Wakil kepala sekolah bagian humas
d. Waktu wawancara : 4 Agustus 2008
II. Pertanyaan
1). Kapan SMAN 79 Jakarta Selatan berdiri?
Jawab: SMAN 79 berdiri tahun 1980.
2). Bagaimana latar belakang berdirinya SMAN 79?
Jawab: SMAN 79 pada awalnya adalah anak cabang dari SMAN 8. pada saat itu banyak
lulusan dari SMP yang ingin masuk ke SMAN 8, karena kapasitas terbatas maka
dibukalah anak cabang SMAN 8 dengan nama SMAN 8 filial. Sekolah ini belum
mempunyai bangunan sendiri sehingga masih menumpang di Sekolah Dasar yang
terletak di daerah Tebet Timur dalam II G Jakarta Selatan. Pada bulan Juli 1985
SMAN 8 filial mendapat penunggalan untuk berubah nama menjadi SMAN 79
Jakarta, karena telah memilki siswa yang cukup banyak dan telah mampu berdiri
sendiri. Kemudian bapak kepala sekolah berusaha untuk mendapatkan gedung
baru yaitu bekerja sama dengan POMG mengupayakan kepada pemerintah daerah
DKI Jakarta untuk mendapatkan gedung baru. Kemudian pada bulan Juli 1987,
dilakukan penyerahan gedung SMAN 79 yang beralamat di jalan Menteng Pulo
Ujung, Menteng Atas Setia Budi Jakarta Selatan dan ketika itu kepala sekolahnya
Bapak Drs. Eman Kisman
3). Apakah visi dan misi didirikannya SMAN 79?
Jawab: Visi dari SMAN 79 Jakarta adalah “Unggul dalam Prestasi berdasarkan kultur
Iptek, Imtak dan 7K” (keamanan, kebersihan, keindahan, ketertiban,
kekeluargaan, kerindangan dan kenyamanan). Adapun misi dari SMAN 79
sebagai berikut: mengadakan kegiatan keagamaan secara rutin dan teratur untuk
menumbuhkan penghayatan dan penerapan keimanan dan ketakwaan,
melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif melalui pendalaman
materi dan remedial, menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada
siswa, guru dan karyawan sehingga dapat bersaing pada lingkungan seprofesi,
menumbuhkan budaya bangsa dalam berbudi pekerti dan bertatakrama, sehingga
menjadi sumber kearifan dalam bertindak dan mewujudkan lingkungan yang
indah, asridan nyaman.
4). Sejak berdiri, berapakalikah terjadi pergantian kepala sekolah?
Jawab: SMAN 79 Jakarta sejak berdirinya tahun 1980 hingga sekarang telah mengalami
11 priode pergantian kepala sekolah. Tahun 1980-1981: Bapak Drs. Udit
Maulana, tahun 1981-1983: Ibu Yub, Hadi S, tahun 1983-1991: Bapak Drs. Eman
Kisman, tahun 1991-1995: Ibu Hj. Srirahayu, Sumardi M.M, tahun 1995-1996:
Bapak Prohanta Sastradipura, tahun 1996-1998: Ibu Dra. Hj. Jasni Yakub, tahun
1998-2000: Ibu Dra. Hj. Mutinah, tahun 2000-2002: Bapak Drs. Soekarno, tahun
2002-2003: Bapak Drs. H Tahir Husein, tahun 2003-2005: Bapak Drs. Hermanto
MM, tahun 2005-sekarang: Drs. A. Soekano
5). Berapa jumlah guru dan latar belakang pendidikannya?
Jawab: SMAN 79 Jakarta terdapat 56 guru yang terdiri dari 23 guru laki-laki dan 33 guru
perempuan. Lulusan S1 48 orang terdiri dari 19 guru laki-laki dan 28 guru
perempuan dan lulusan D3 5 orang terdiri dari 3 guru laki-laki dan 2 guru
perempuan serta ada lulusan S2 3 orang terdiri dari 1 guru laki-laki dan 2 guru
perempuan.
6). Berapa jumlah siswa dari kelas X hingga kilas XII?
Jawab: Jumlah keseluruhan siswa SMAN 79 Jakarta berjumlah 656 orang. Kelas X
berjumlah 274 siswa terdiri dari 138 siswa laki-laki dan 136 siswa perempuan.
Siswa Muslim 270 dan siswa Kristen 4. Sementara kelas XI berjumlah 189 siswa
terdiri dari 101 siswa laki-laki dan 88 siswa perempuan. Siswa Muslim 179 dan
siswa Kristen 10. Sedangkan kelas XII berjumlah 193 siswa terdiri dari 104 siswa
laki-aki dan 89 siswa perempuan. Siswa Muslim182 dan siswa Kristen 11.
7). Apa saja kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di SMAN 79?
Jawab: Kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di SMAN 79 sebanyak 9 kegiatan antara
lain: Rohis (rohani Islam), Rohkris (rohani Kristen), PMR, Mading, Paskibra,
Sispala, Kesenian teridiri dari seni tari, musik dan teater, Olah raga terdiri dari
futsal, bulu tangkis, basket, tae kwon do dan pencak silat serta yang terakhir
adalah Scaint. Kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan setiap hari jum’at setelah
selesai kegiatan belajar mengajar.
8). Sarana dan prasarana apa sajakah yang ada di SMAN 79?
Jawab: Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan di sekolah ini antara lain: kelas
berjumlah 17 ruangan, laboratorium IPA, komputer dan bahasa, perpustakaan,
ruang BP/BK, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang UKS, ruang TU, studio
band, ruang internet, kantin, koperasi, ruang OSIS, pos satpam, ruang alat-alat
olah raga, masjid, lapangan dan ruang wakil kepala sekolah
Lampiran 2
Wawancara dengan Pembina Rohis SMAN 79 Jakarta
I. Profil Informan
a. Nama : Drs. H. Syihabuddin
b. Pendidikan : S1
c. Jabatan : Pembina Rohis
d. Waktu Wawancara : 11 November 2008
II. Pertanyaan
1). Kapan berdirinya Rohis?
Jawab: Sejarah Rohis saya tidak begitu paham dan berdirinya saya kurang tahu juga,
kebetulan saya di sini pengajar junior yang saya tahu Rohis merupakan bagian
dari kegiatan OSIS.
2). Apakan pengertian Rohis dan tujuannya?
Jawab: Rohis adalah Rohani Islam, Rohis adalah suatu kegiatan anak-anak muslim di
sekolah untuk mengadakan kegiatan yang bersifat keislaman. Rohis merupakan
bagian dari OSIS. Tujuan diadakannya Rohis di SMAN 79 agar siswa muslim
yang berminat untuk mengembangkan tentang keislamannya baik dalam masalah-
masalah keagamaan maupun dalam masalah social keislaman ini dapat ditampung
dan dibina.
3). Apa saja kegiatan keagamaan yang terdapat di Rohis?
Jawab: setiap hari selasa ada kegiatan belajar membaca al-Quran yang dipimpin oleh saya
sendiri dan setiap hari jum'at ada mentoring yang dipelajari yaitu tentang
pengetahuan Islam yang dipimpin oleh alumni Rohis sendiri serta ada beberapa
kegiatan lain seperti peringatan hari-hari besar Islam, buka puasa dan lain-lain.
4). Bagaimana minat siswa terhadap Rohis?
Jawab: Minat siswa terhadap Rohis cukup bagus dan anggotanya cukup lumayan tetapi
ada kegiatan ekstrakulikuler yang lain yang anggotanya lebih banyak.
Kebanyakan alas an mereka mengikuti Rohis adalah ingin mengetahui tentang
Islam dan kebudayaan-kebudayaan Islam.
5). Bagaimana intensitas keterlibatan siswa di Rohis?
Jawab: Cukup bagus
Lampiran 3
Wawancara dengan Pembina Rohis SMAN 79 Jakarta Selatan
I. Profil Informan
a. Nama : Dra. Loine Simanjuntak
b. Pendidikan : S1
c. Jabatan : Pembina Rohkris
d. Waktu wawancara : 14 November 2008
II. Pertanyaan
1). Kapan berdirinya Rohkris?
Jawab: Saya kurang tahu tentang sejarah Rohkris karena baru tahun ini saya ditunjuk
sebagai Pembina Rohkris. Saya hanya tahu Rohkris itu merupakan salah satu dari
sie OSIS..
2). Apakan pengertian Rohkris dan tujuannya?
Jawab: Rohkris adalah Rohani Kristen, kegiatan keagamaan ini termasuk salah satu dari
kegiatan ekstrekulikuler yang diwajibkan oleh sekolah. Tujuan diadakan kegiatan
keagamaan Rohkris adalah sebagai wadah bagi siswa Kristen untuk
memperdalam ilmu keagamaan dan juga mempunyai manfaat supaya prilaku
siswa-siswi Kristen sesuai dengan ajaran Kristen yang telah diharapkan.
3). Apa saja kegiatan keagamaan yang terdapat di Rohkris?
Jawab: PDPA ( persekutuan do'a dan pendalaman al-Kitab ) yang dilaksanakan setiap
hari Jum'at, renungan pagi yang dilaksanakan setiap hari selasa, rabu dan kamis di
pagi hari sebelum siswa-siswi memulai kegiatan belajar mengajar, Natal, Paskah
dan Ret-ret.
4). Bagaimana minat siswa terhadap Rohkris?
Jawab: Minat siswa terhadap Rohkris cukup bagus, semua siswa yang beragama Kristen
aktif di Rohkris, tetapi karena berbarengan dengan kegiatan ekstrakulikuler lain
yang diadakan pada hari yang sama yaitu hari jum'at maka mereka berkurang
intensitasnya di Rohkris.
5). Bagaimana intensitas keterlibatan siswa di Rohkris?
Jawab: Kira-kira 80%. Karena berbarengan dengan kegiatan-kegiatan OSIS yang lain jadi
berbenturan waktunya mungkin klo tidak berbarebgan mereka sepenuhnya ikut
Rohkris.
Lampiran 4
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Amalia Hadi
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Agama : Islam
d. Kelas : XI IPA 2
e. Alamat : Jl. Bangka Raya Rt.06 Rw. 07 No. 43 b Jakarta Selatan
f. Pendidikan Orang Tua : Sarjana
g. Pekerjaan Orang Tua : Pegawai Swasta
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: Kelas X, teman dekat saya banyak yang masuk Rohis, karena itu saya tertarik
untuk ikut serta dalam kegiatan Rohis, selain itu untuk menambah pengetahuan
tentang Islam.
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Waktu kelas X sih, pasif banget, malas dateng ke Rohis, pokoknya suka cabut
deh! Dah gitu cabutnya kompakan, tetapi sekarang kelas XI ga lagi, habis tengsin
ma adik-adik kelas yang punya semangat 45. Amel tidak hadir apabila ada
halangan seperti ada les.
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: Iya, sebagai Ketua Keputrian dan Wakil Ketua Rohis.
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan, yang menciptakan alam semesta ini. Dia yang mengatur Matahari terbit
dari Timur ke Barat. Saya percaya dengan adanya Tuhan, karena Tuhan bisa
dirasakan, Dia tidak bisa dilihat, tidak juga bisa disentuh, tetapi Dia terasa dekat,
lebih dekat dari kulit kita. Kita harus mengerjakan perintahnya dan menjauhi
larangannya.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Setelah aktif di Rohis keyakinan saya terhadap Tuhan sama saja karena saya
sudah diajarkan sejak di Madrasah Ibtidaiyah.
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Takdir adalah ketentuan dari Allah. Misalnya saya diajak si A ke Bogor juga
diajak si B ke Ragunan, kemudian saya memilih ikut si A, ternyata di tengah jalan
mobilnya kecelakaan. Jika dalam hati saya berfikir “Wah tau gitu lebih baik ikut
si B ke Ragunan” itu tidak boleh. Karena sesuatu yang terjadi pada kita sudah
menjadi kehendak Allah SWT. Saya percaya dengan takdir Tuhan, karena takdir
sudah menjadi kehendak Allah SWT. Apapun takdir Tuhan baik itu takdir baik
maupun takdir buruk kita harus menerima dan berdoa agar selalu didekatkan pada
kebaikan dan dijauhkan dari segala keburukan.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: Mengalami perubahan, dulu aku percaya banget dengan ramalan-ramalan yang
ada di majalah, tetapi sekarangkan kata pembimbing Rohis tidak boleh karena itu
mendahului takdir Tuhan, jadi Amel tidak percaya lagi.
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, untuk mendekatkan diri kepada Allah dan juga sudah merupakan
kewajiban.
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohis?
Jawab: Tetap sama saja atau tidak ada perubahan yang signifikan. Sebelum dan sesudah
masuk Rohis selalu shalat 5 waktu dan mengaji.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Berjalan lancar, pagi sebelum belajar tadarusan dan siang istirahat ke-2 shalat
Dzuhur
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Tidak bergaul di lingkungan masyarakat sekitar rumah, paling cuma shalat Idul
Fitri bareng.
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak sebelum sekolah TK sudah diajarkan hafalan al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq
dan An Nas sama orang tua. Saya juga dapat ilmu agama dari pengasuh waktu
masih kecil, sekolah dan keluarga.
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: Untuk mendalami ilmu agama saya membaca buku, mendengar ceramah,
bertanya pada guru dan saya kadang-kadang mengikuti kegiatan keagamaan yang
ada di televisi, biasanya hanya di bulan puasa seperti rahasia sunnah yang
ditayangkan di Trans TV.
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Sama saja sih soalnya Amel sekolah dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah, paling
cuma masukan-masukan saja.
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Kira-kira delapan orang. Menurut saya tidak ada yang patut diperbedakan, sama
aja kok! Asal sama-sama saling menghormati.
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Sangat baik, dua dari delapan teman beda agama itu adalah sahabat saya.
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Belajar kelompok bareng, hang out, nonton, berenang, mengerjakan tugas, drama
dan kami pernah bertukar pikiran mengenai masalah pelajaran, tempat wisata atau
belanja, hobi, kebiasan, sampai masalah cowok he..he.. tema tentang agama juga
pernah, paling tentang tata pelaksanaan hari besar dan ibadah, misalnya klo Nyepi
apa saja yang dikerjakan? Tujuannya apa?
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama? seperti apa?
Jawab: Pernah, waktu itu dia lupa janji sama Amel, tetapi itu bukan hanya berlaku untuk
yang beda agama aja, itu berlaku for any body. Hari ini diamin sekali. Besoknya
sudah ketawa haha…hihi….. lagi deh.
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Tidak ada, karena saya kurang bergaul di lingkungan tempat tinggal saya, ruang
lingkup pergaulan saya terbatas, hanya di sekolah dan di tempat les.
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: biasa saja, karena saya kurang bergaul di lingkungan rumah saya.
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: tidak ada
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Bersikap secara baik-baik. Ada batasannya hanya dalam masalah keagamaan.
Dalam kegiatan keagamaan itu sudah menjadi urusan masing-masing misalnya
menolak undangan ke pesta Natal atau Valentine.
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Tidak boleh lah. Soalnya klo kita mengucapkan selamat Natal berarti kita
merayakan Natal. Saya diajarkan sama kakak sepupu saya yang guru agama dan
juga dari kakak alumni Rohis.
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: Tidak, kalau kita mengucapka selamat hari raya ( natal, nyepi ) itu sama saja kita
merayaknnya!
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Tidak apa-apa! Tetapi bukan “Assalamua’laikum” melainkan selamat pagi, siang,
sore, malam.
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Jarang, saya lebih suka yang to the point!
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Tidak, saya tidak tahu dan tidak mau tahu, tetapi masih toleransi waktu misalnya
tidak bisa mengajak dia berenang di minggu pagi karena dia harus ke Gereja.
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: Pro dan kontra. Pro = apabila laki-laki muslim menikahi wanita non Muslim dan
kontra = apabila wanita muslim dinikahi laki-laki non Muslim.
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lainnya, saya tahu dari
guru PPKN
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Saling menghargai satu dengan yang lainnya. Seperti tidak mengganggu waktu
ibadahnya, saling tolong-menlong, dan lain-lain
Lampiran 5
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Nurhaliman Tusadiyah
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Agama : Islam
d. Kelas :X5
e. Alamat : Jl. Kampung Melayu Besar Rt01 Rw 02 No. 17 Gang.
Masjid I Jakarta Selatan
f. Pendidikan Orang Tua : SMA
g. Pekerjaan Orang Tua : Guru mengaji
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: Saat masuk SMA, karena saya ingin belajar untuk berorganisasi secara Islami
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Selama saya masih bisa datang dan diberi waktu luang oleh Allah SWT, saya
akan berusaha untuk selalu aktif di Rohis.
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: Tidak hanya sebagai anggota
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Zat yang menciptakan semua makhluk, termasuk saya sebagai ciptaannya. Saya
percaya dengan adanya Allah, karena saya tidak akan ada jika tidak ada yang
menciptakan saya yaitu Allah SWT semesta alam.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Semakin lebih mendalam, semakin tahu hakikat kita dalam hidup ini, dalam
berorganisasi, dalam menjalankan kehidupan menjadi lebih terarah sesuai dengan
ajaran Islam tentunya
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Takdir adalah ketetapan Tuhan. Saya yakin dengan adanya takdir Tuhan karena
kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi hari ini, hari esok, dan seterusnya.
Karena kita berada dalam takdir Allah yang manusia tidak bisa memprediksi
secara pasti karena manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan dalam
segala hal. Dalam menyikapi takdir Tuhan yang baik kita hendaknya bersyukur
dan menggunakan apa yang kita miliki atau potensi kita digunakan dengan
sebaik-baiknya. Sedangkan dalam menyikapi takdir Allah yang buruk hendaknya
kita menerima dan lapang dada serta yakin bahwa Allah memberikan yang terbaik
untuk kita semua.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: Keyakinan saya terhadap takdir Tuhan semakin bertambah, saya yakin takdir
Tuhan ada yang baik dan buruk, ada yang bisa dirubah dan juga tidak bisa.
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, karena ibadah merupakan bukti kita sebagai orang yang beriman.
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohis?
Jawab: Alhamdulillah saya sudah bisa mengutamakan yang wajib dan mencoba lebih giat
dalam melaksanakan ibadah sunnah. Sebelum aktif di Rohis sering melanggar dan
mencampuradukkan antara yang benar dan yang salah tetapi setelah aktif di Rohis
menjadi lebih terarah dan manjadi yang terbaik dalam ibadah.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Kegiatan agama di sekolah saya berjalan dengan baik yaitu IMTAQ dan 15 menit
sebelum pelajaran dimulai kita bertadarus bersama.
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Cukup baik, saya aktif di TPA atau halaqoh
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak kecil, saya diajarkan dari ayah, ibu, Taman Pendidikan Al-Qur’an, sekolah,
masyarakat dan teman.
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: Dengan cara aktif di Rohis, mengikui pengajian dan lain-lain
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Pengetahuan lebih bertambah, lebih berwawasan, dan lebih dalam dari sebelum-
sebelumnya.
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Kira-kira lima belas orang, karena saya berada di sekolah dan saya harus bisa
bersosialisasi dengan baik agar tercipta kerukunan antar umat beragama.
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Baik-baik saja karena dalam berteman dengan orang yang beda agama harus ada
toleransi beragama.
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Bermain, diskusi dalam belajar, sharing dan kita juga pernah bertukar pikiran
mengenai sopan santun, pendidikan, kebiasaan sahari-hari. Tema tentang
keagaman juga pernah seperti dalam dua agama mempunyai keyakinan yang
berbeda-beda maka saya dan teman saya saling memberitahu kebiasaan beragama
masing-masing.
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa?
Jawab: Pernah, hanya kesalapahaman terhadap suatu masalah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Tiga orang, di lingkungan tempat tinggal saya lebih banyak beragama Islam
daripada non Islam, walau demikian suatu saat pasti akan membutuhkan
pertolongan orang lain.
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Berjalan dengan baik, karena dalam bergaul kita harus berteman dan mengenal
siapa saja.
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di masyarakat?
Jawab: Bermain dan saling menolong jika ada kesulitan di antara kita.
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: Berteman dengan baik boleh saja asalkan tidak melanggar ajaran Islam seperti
bermain, belajar bersama dan lain-lain. Ada batasannya, tidak mengikuti ajaran
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Tidak boleh sebab dalam surat al-Kafirun telah dijelaskan bahwa kita boleh
menghormati agama lain tetapi kita tidak boleh ikut semua apa-apa yang
diajarkan agama lain. Intinya bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Saya
diajarkan oleh guru liqo dan mentoring Rohis
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: tidak karena dalam Islam diharamkan atau tidak diperbolehkan.
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Mengucapkan salam kepada agama lain boleh saja asal jangan mengucapkan
Assalamu’alaikum.
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Pernah, karena saat menelpon saya terburu-buru dan tanpa disadari saya
mengucapkan salam.
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Tidak, karena dalam Islam dalam masalah agama kita tidak boleh
mempermainkan, jika kita ikut kegiatan yang berbeda dengan agama kita maka
sama saja kita termasuk ke dalam agama tersebut.
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: Tidak setuju, karena dalam Islam menikah dengan beda agama akan
menimbulkan kontroversi di kedua belah pihak dan sama saja dengan berzina.
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Adanya saling pengertian, saling menghormati antar sesama manusia terutama
dalam beragama yang berbeda dan lain sebagainya.Mulai dari SD, SMP hingga
SMA sudah diajarkan
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Saling memahami antar sesama yang mempunyai perbedaan. Contohnya
memberikan kebebasan agama lain dalam beribadah
Lampiran 6
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Bagas Febriansyah Wijaya
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Agama : Islam
d. Kelas :X6
e. Alamat : Jl. Gandaria I No. 89 A
f. Pendidikan Orang Tua : SMA
g. Pekerjaan Orang Tua : Karyawan Swasta
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: Pertengahan bulan Ramadhan kelas X, karena saya ingin menambah pengetahuan
tentang Islam
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Saya aktif dalam keanggotaan dengan cara datang setiap ada kegiatan. Walaupun
hari selasa tidak pernah datang karena waktunya terlalu sore jadi sama orang tua
tidak boleh datang karena rumahnya jauh, tetapi setiap hari Jum’at saya selalu
datang
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: Belum hanya sebagai anggota
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan adalah yang menciptkan alam semesta beserta isinya, saya percaya dengan
adanya Tuhan, Karena saya percaya Tuhan lah yang menciptakan saya.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Keyakinan lebih kuat dari sebelumnya, karena di rohis lebih banyak tahu lagi hal-
hal yang tidak diajarkan pada pelajaran agama di sekolah.
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Segala sesuatu yang sudah ditentukan oleh Allah. Saya percaya karena saya
mengimaninya
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: Saya tambah yakin bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Ya penting, supaya mendapat pahala dari Allah SWT
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis?
Jawab: Sebelum aktif di rohis, shalat saya masih banyak yang terlewatkan, tetapi setelah
aktif di rohis menjadi lebih baik.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Saya membaca tadarus sebelum memulai pelajaran
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Saya mengikuti pengajian
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak sekolah dasar, saya dapat ilmu agama dari sekolah dan pengajian
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: aktif di rohis, privat pengajian dan mendengarkan kultum
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Alhamdulillah sekarang bertambah tidak seperti dulu, di rumah ada privat
pengajian dan di sekolah ada rohis
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Empat orang, tiga orang adalah teman sekelas dan yang satu lagi teman searah
saat pulang sekolah.
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: Cukup baik karena saya selalu berusaha menghormati teman saya yang berbeda
agama.
17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: Kerja kelompk, belajar bersama dan kita juga pernah bertukar pikiran tentang
pelajaran sekolah, klo tentang agam tidak pernah
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa?
Jawab: Tidak pernah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Delapan orang, karena mereka adalah teman saya saat SMP
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: Cukup baik karena saya berusaha untuk menghormati mereka
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: Bermain
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: saling menghormati, ada batasannya tidak boleh menyinggung agama lain seperti
tidak boleh menghina agama lain.
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Tidak boleh karena itu sama saja ikut merayakan Natal, saya tahu dari mentor dan
orang tua.
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: Tidak pernah, karena tidak boleh
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Klo dia yang mengucapkan kita jawab wa’alaikum tetapi klo kita yang
mengucapkan tidak boleh.
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: tidak pernah Karen adilarang agama
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Tidak, karena kita yang berbeda agama tidak boleh ikut campur
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: tidak boleh
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: saling menghargai saya tahu dari pelajaran
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: saling menghargai seperti tidak mengganggu ketika teman sedang beribadah
Lampiran 7
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Fajar Susanto
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Agama : Islam
d. Kelas : XI IPS 3
e. Alamat : Jl. Kebon Baru 4 RT01 Rw10 No. 5 Kebon Baru Tebet
Jakarta Selatan
f. Pendidikan Orang Tua : Sarjana
g. Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: Sejak masuk SMA, untuk menambah ilmu dan juga bisa mencari teman
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Kelas X masih bolong-bolong, sekarang alhamdulillah sekarang aktif
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: pernah, sebagai Ketua Rohis
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Allah yang menciptakan manusi, alam semesta dan kita harus yakin bahwa Allah
itu ada.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Alhamdulillah keyakinan saya semakin bertambah kepada Allah
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Tuhan sudah berkehendak, kita tidak bisa merubahnya. Saya percaya dengan
takdir Tuhan, karena manusia harus terima takdir Allah.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: semakin yakin bahwa semuanya sudah ditentukan oleh Allah.
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, karenaitu hubungan saya dengan Allah, klo kita tidak bisa berhubungan
dengan Allah nanti kita dikasi siksa yang amat pedih.
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis?
Jawab: Alhamdulillah ana sudah melaksanakan shalat tepat waktunya, zikir dan berdoa.
Sebelum aktif di rohis masih kurng baik, malas-malasan.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Setiap pagi tadarusan
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Saya mengaji di TPQ ( taman pendidikan qur’an)
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: Sejak TK, saya dapat ilmu agama dari buku agama, pengajian dan juga orang tua
13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama?
Jawab: dengan aktif di Rohis dan ikut pengajian di rumah
14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Alhamdulillah pengetahuan agama meningkat sedikit demi sedikit
15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa?
Jawab: Banyak, karena berteman tidak memandang agamanya
16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah?
Jawab: baik-baik saja
17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah?
Jawab: bermain futsal bersama, kerja kelompok
18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa?
Jawab: tidak pernah
19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: ada beberapa karena kebanyakan masyarakat disana beragama Islam
20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa?
Jawab: baik-baik saja
21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat?
Jawab: nongkrong bareng klo ada acara 17 an
22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama?
Adakah batasannya? Seperti apa?
Jawab: harus saling menghormati
23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain?
Jawab: Menurut ana , untuk membina toleransi antar umat beragama jadi boleh-boleh
saja. Orang non Islam aja mengucapkan selamat hari raya idul fitri masa kita
tidak. Saya diajarkan dari guru dan oaring tua.
24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa?
Jawab: pernah kepada teman
25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain?
Jawab: Tidak boleh, kecuali dia yang mengucapkan salam baru kita jawab.
26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa?
Jawab: Tidak pernah, dilarang sama agama
27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya?
Alasannya mengapa?
Jawab: Tidak pernah, itu sama saja kita ikut merayakannya
28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama?
Jawab: Tidak setuju
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: saling menghargai saya tahu dari pelajaran
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: tidak boleh menghina agama lain
Lampiran 8
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Achmad Affandi
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Agama : Islam
d. Kelas :X6
e. Alamat : Jl. KH Abdullah Syafi’I Rt06 Rw02 No. 21 Mangga
Selatan
f. Pendidikan Orang Tua : SLTA
g. Pekerjaan Orang Tua : Karyawan Swasta
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: Kelas 2 SMP, karena waktu itu iman saya sedikit goyah karena pergaulan
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: 99% aktif
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: Tidak pernah hanyasebagai anggota
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan itu banyak tetapi Allah SWT Ahab (esa) Cuma satu. Saya percaya kepada
Allah, karena saya yakin bahwa Allah lah yang menciptakan segalanya
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: bertambah yakin
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Takdir adalah ketentuan Allah. Contohnya kematian, setiap makhuk yang
bernafas dan bernyawa pasti akan mati. Saya percaya dengan takdir Allah karena
sebagian telah terbukti.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: semakin percaya klo semua sudah ditentukan
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, karena itulah bekal yang akan kita bawa di akhirat nanti.
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis?
Jawab: Sebelum masuk rohis hidup saya sangat terpojokkan karena pergaulan tetapi
setelah aktif di rohis hidup saya lebih bermakna.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Shalat zuhur rutin, tadarusa dan shalat dhuha.
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: ikut pengajian
12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana?
Jawab: sejak umur 4 tahun dari TPA, dimana pertama kali saya menimba ilmu
Lampiran 9
Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79
I. Profil Informan
a. Nama : Anis Nur Husna
b. Jenis Kelamin Perempuan
c. Agama : Islam
d. Kelas :X3
e. Alamat : Jl. Menteng Atas Rt. 04 Rw. 13 No. 5
f. Pendidikan Orang Tua : SLTA
g. Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta
h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008
II. Pertanyaan
1) Kapan masuk Rohis? Mengapa?
Jawab: waktu kelas X, karena mau menambah pengetahuan tentang Islam
2) Seberapa aktif anda dalam Rohis?
Jawab: Aktif di Rohis, saya selalu mengikuti kegiatan-kegiatan rohis.
3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa?
Jawab: Belum pernah hanya sebagai anggota
4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa?
Jawab: Tuhan itu Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, saya percaya dengan adanya
Tuhan , karena adanya langit, bumi beserta isinya itu semua adalah karunia Tuhan
kepada kita.
5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis?
Jawab: Saya lebih yakin klo Allah itu memang benar-benar Tuhan, kayakinan saya lebih
bertambah semanjak saya ikut rohis karena di rohis itu ada ceramah, baca al-
Qur’an dan juga sering diajak untuk mengikuti MABIT
6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa?
Jawab: Takdir adalah ketentuan Allah, seperti diciptakan alam semesta. Saya percaya
dengan takdir Tuhan karena semua yang kita miiki di bumi ini karena takdir
Tuhan.
7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis?
Jawab: Saya tambah yakin bahwa hidup saya diatur sama Than, tidak ada yang
menentukan takdir selain Allah.
8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa?
Jawab: Penting, karena itu merupakan perintah dari Allah
9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis?
Jawab: Sebelum masuk rohis saya tetap mengerjakan shalat tetapi setelah aktif di rohis
saya tambah rajin dan tepat waktu, tidak menunda-nunda waktu.
10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah?
Jawab: Saya tetap menjalankan kegiatan keagamaan di sekolah seperti shalat, IMTAQ
11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat?
Jawab: Saya tidak aktif dalam kegiatan keagamaan di masyarakat.
29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu?
Jawab: Menghargai orang lain, saya tahu dari pelajarandi sekolah
30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya?
Jawab: Orang lain tidak merasa diganggu haknya misalnya waktu rapat Osis, teman izin
untuk beribadah maka kita hentikan dulu rapatnya
NAMA-NAMA ANGGOTA AKTIVIS ROHIS
SMAN 79 JAKARTA