Anda di halaman 1dari 13

DINAMIKA PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH DALAM

MENGEMBANGKAN DUNIA USAHA1

THE DYNAMICS OF SHARIAH BANKING IN SUPPORTING ENTRE-


PRISES

Muhammad Soekarni
peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

ABSTRAK
Tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis perkembangan pembiayaan yang telah dijalankan oleh perbankan
syariah. Analisis difokuskan pada fluktuasi nilai pembiayaan yang telah berhasil disalurkan berdasarkan jenis
penggunaan, sektor usaha, dan akad/skim pembiayaan. Analisis dilakukan pada tingkat makro dan mikro. Analisis
makro menggunakan data Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, sedangkan analisis mikro berdasarkan pada
studi kasus salah satu bank syariah. Kinerja pembiayaan perbankan syariah, khususnya BUS dan UUS, secara makro
cukup menggembirakan. Prestasi ini ditunjukkan oleh tingginya laju pertumbuhan pembiayaan; nilai pembiayaan
non lancar masih berada dalam batas aman yang ditetapkan BI dan cenderung semakin kecil pada dua tahun terakhir;
dan penyaluran pembiayaan untuk keperluan pembiayaan modal kerja dan investasi yang terus bertambah. Namun
demikian, alokasi pembiayaan untuk konsumsi telah mengalami pertumbuhan yang sangat cepat semenjak tahun
2008 sehingga porsi pembiayaan untuk menopang kegiatan produktif mulai mengalami penurunan. Kelemahan lain
yang perlu mendapat perhatian adalah skim pembiayaan yang masih dinominasi oleh akad berbasis perdagangan
(murabahah), dan masih terkonsentrasinya pembiayaan pada UKM dan sektor jasa.
Kata Kunci : Pembiayaan, Bank Syariah, Skema Pemrosesan

ABSTRACT
This paper discusses Islamic banking financing distributed by type of use, the business sector, and schemes.
Analysis is performed at the macro and the micro level. Macro analysis uses secondary data from Islamic Banking
Directorate of Bank Indonesia, while the micro analysis is based on case studies of one Islamic bank. Performance
of Islamic banking financing, particularly distributed by Sharia Commercial Bank and Sharia Business Unit
Operations, at the macro level was quite good. This achievement demonstrated by the highly growth rate of financing;
non performing financing still within safe limits set by BI and tend to get smaller in the past two years, and the
distribution of financing for the working capital and investment continues to grow. However, while the allocation
of financing for consumption has increased rapidly since the year 2008, the portion to support productive activities
began to decline. Moreover, financing scheme still nominated by the trade-based contract (murabaha), and was
concentrated on SME’s level and service sectors.
Keywords : Islamic Banking, Financing Scheme, Business Sektor

1
Materi yang disajikan pada tulisan ini diangkat dari hasil penelitian DIPA Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengeta-
huan Indonesia (P2E-LIPI) Tahun 2011dengan tema: Peranan dan Tantangan Perbankan Syariah Dalam Pengembangan
Usaha menengah dan Besar

69
PENDAHULUAN usaha, kesempatan kerja, dan peningkatan
pendapatan) adalah mudharabah dan musyarakah.
Dalam perekonomian yang sedang berkembang,
Akan tetapi, akad yang masih banyak digunakan
masyarakat selalu membutuhkan modal finansial
oleh perbankan syariah adalah akad perdagangan
untuk membuka usaha baru dan memperluas
(murabahah, salam, dan istishna).
bisnis yang sudah berjalan. Para pelaku usaha
biasanya memperoleh modal finansial dari bank. Kedua, adanya kecenderungan peningkatan
Hal ini disebabkan oleh akses terhadap perbankan pembiayaan yang bermasalah (non lancar).
relatif lebih mudah dan jaringan kantornya lebih Hal ini penting mendapat perhatian karena
luas di berbagai daerah mulai dari kota sampai perbankan nampaknya mengalami kesulitan
desa. Lembaga keuangan non bank seperti untuk pembiayaan non lancar tersebut, terutama
pasar modal, modal ventura, koperasi, asuransi, pada pembiayaan yang disalurkan kepada
perusahaan dana pensiun dan pegadaian memang UMKM. Hal ini menunjukkan bahwa risiko
semakin berkembang. Namun demikian peran pembiayaan untuk UMKM memang relatif lebih
bank masih cukup dominan dalam memasok besar.
kebutuhan dana bagi berbagai lapisan masyarakat, Ketiga, masih terbatasnya pembiayaan yang
terutama dunia usaha. disalurkan kepada usaha berskala menengah
Semenjak tahun 1992, dunia perbankan di dan besar. Perbankan syariah, baik Bank Umum
Indonesia makin bervariasi dengan kehadiran Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah
perbankan syariah. Bank syariah ini memiliki (UUS), selama ini lebih banyak mengalokasikan
karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh pembiayaan kepada Usaha Kecil dan Menengah
perbankan konvensional. Dalam sistem perbankan (UKM) dibandingkan dengan pembiayaan untuk
konvensional, bank selain berperan sebagai selain UKM. Fenomena tersebut dari satu sisi
jembatan antara pemilik dana dan dunia usaha, menunjukkan bahwa perbankan syariah telah
juga masih menjadi penyekat antara kedua memberikan perhatian lebih besar kepada sektor
belah pihak karena tidak adanya transferability UKM.
risk dan return. Tidak demikian halnya dengan Tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis
sistem perbankan syariah. Pada perbankan perkembangan pembiayaan yang telah dijalankan
syariah, bank menjadi mitra investasi, wakil, oleh perbankan syariah, khususnya BUS dan
atau pemegang amanat (custodian) dari pemilik UUS, selama periode 2006-2011. Analisis
dana atas investasi di sektor riil. Investasi tersebut difokuskan pada fluktuasi nilai pembiayaan
difasilitasi dengan skema bagi hasil (mudharabah) yang telah berhasil disalurkan berdasarkan
dan kemitraan (musyarakah). Dengan skema jenis penggunaan, sektor usaha, dan akad/skim
tersebut keberhasilan dan risiko dunia usaha pembiayaan. Unit analisis dibagi menjadi dua
didistribusikan kepada pemilik dana sehingga yaitu tingkat makro dan mikro. Analisis makro
dapat menciptakan suasana yang harmoni antara pembiayaan perbankan syariah diwakili oleh
keduanya. Selain itu, perbankan syariah juga BUS dan UUS menggunakan data Direktorat
memfasilitasi kegiatan distribusi melalui skema Perbankan Syariah Bank Indonesia. Sedangkan
pembiayaan jual beli (murabahah) dan sewa- pada tingkat mikro, analisis berdasarkan pada
menyewa (ijarah) (Machmud, 2010: 7). data sekunder yang bersumber dari laporan resmi
Namun demikian, perbankan syariah juga Bank Syariah Berkah (nama samaran) serta hasil
masih menghadapi berbagai tantangan dan wawancara dengan pihak manajemen dan nasabah
hambatan. Beberapa contoh tantangan dan pembiayaan pada bank yang sama.
hambatan yang berkaitan dengan aspek pembiayaan
adalah sebagai berikut. Pertama, masih kecilnya
porsi pembiayaan yang menggunakan akad bagi
hasil (musyarakah dan mudharabah). Padahal,
sebagaimana dijelaskan Karnaen (2007), akad
pembiayaan yang mempunyai dampak langsung
pada pertumbuhan ekonomi (berupa peluang

70 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 22, No. 1, 2014


TINJAUAN PUSTAKA Sementara itu, nilai pembiayaan investasi
tumbuh dari Rp 4,37 trilyun tahun 2006 menjadi
Analisis Makro Pembiayaan yang Rp 13,42 trilyun tahun 2010. Laju pertumbuhan
Disalurkan BUS dan UUS pembiayaan investasi tersebut hampir sama
Nilai pembiayaan yang disalurkan perbankan dengan pembiayaan modal kerja yaitu sekitar
syariah kepada masyarakat telah mengalami 69 persen pertahun. Namun pangsa pembiayaan
perkembangan yang cukup signifikan, baik untuk penggunaan investasi hanya sekitar 20
secara total maupun menurut jenis penggunaan. persen. Pangsa ini lebih kecil dibandingkan
Total pembiayaan yang disalurkan oleh BUS pangsa pembiayaan modal kerja yang hampir
dan UUS tumbuh 2,3 kali lipat, yaitu dari Rp mencapai 47 persen tahun 2010. Porsi pembiayaan
20,4 trilyun tahun 2006 menjadi Rp 68,2 trilyun untuk konsumsi juga lebih kecil dibanding porsi
tahun 2010. Meskipun belum genap satu tahun, modal kerja, namun lebih besar dibanding
nilai pembiayaan BUS dan UUS tahun 2011 porsi pembiayaan investasi. Akan tetapi, laju
telah tumbuh 36 persen menjadi Rp 92,8 trilyun. pertumbuhan pembiayaan untuk tujuan konsumsi
Pembiayaan tersebut terdiri dari tiga kelompok ini sangat cepat yaitu melebih tiga kali lipat atau
penggunaan yaitu modal kerja, investasi dan sekitar 101 persen pertahun selama periode 2006-
konsumsi. Porsi pembiayaan untuk modal 2010. Akibat cepatnya laju pertumbuhannya,
kerja lebih besar dibandingkan dengan porsi nilai dan pangsa pembiayaan konsumsi sudah
pembiayaan investasi dan konsumsi. Namun melebihi nilai dan pangsa pembiayaan untuk
demikian, laju pertumbuhan pembiayaan untuk jenis penggunaan modal kerja pada tahun 2011
konsumsi relatif lebih cepat dibandingkan laju per September.
pertumbuhan modal kerja dan investasi. Ada tiga hal yang perlu digarisbawahi dalam
Rincian perkembangan pembiayaan menurut mencermati data yang disajikan dalam Gambar 1
jenis penggunaan disajikan dalam Gambar 1 di diatas. Pertama, laju pertumbuhan pembiayaan
bawah ini. BUS dan UUS telah menyalurkan untuk investasi dan modal perbankan syariah
pembiayaan untuk modal kerja sebesar Rp (BUS dan UUS) telah mengalami kemajuan
10,4 trilyun atau mencapai 50,9 persen dari yang cukup signifikan yaitu masing-masingnya
total pembiayaan yang disalurkan tahun 2006. melebihi dua kali lipat selama periode 2006-2010.
Pembiayaan modal kerja ini meningkat pesat Prestasi tersebut sudah melebihi laju pertumbuhan
menjadi Rp 31,9 trilyun (46,7 persen) tahun 2010. kredit perbankan konvensional yang hanya
Artinya telah terjadi peningkatan diatas 2 kali tumbuh sekitar 1,1 untuk kredit modal kerja dan
lipat atau sekitar 69 persen pertahun selama kurun 1,3 kali lipat untuk kredit investasi dalam periode
waktu 3 tahun yang dianalisis. yang sama. Keberhasilan tersebut tentunya
didorong oleh berbagai faktor antara lain:
Gambar 1. Perkembangan Pembiayaan
BUS dan UUS menurut Jenis Penggunaan 1. Semakin kondusifnya situasi dan kondisi
perekonomian nasional. Hal ini ditunjuk-
45,000
kan oleh tingkat pertumbuhan ekonomi
40,000
35,000
berdasarkan harga konstan sekitar 5-6,5
30,000 persen pertahun dalam lima tahun terakhir.
Rp Miliar

25,000 2. Meningkatnya kepercayaan masyarakat


20,000 terhadap perbankan syariah. Peningkatan
15,000 kepercayaan masyarakat tersebut bisa
10,000 dilihat dari segi pendanaan dalam bentuk
5,000 peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK).
0 Sebagai contoh, pertumbuhan DPK per-
2006 2008 2010 2011 (Sep) bankan syariah telah mengalami peningka-
tan menjadi sebesar 39,16 persen diband-
Modal Kerja Investasi Konsumsi
ingkan periode yang sama tahun 2009
Sumber: www.bi.go.id. Diolah sebesar 35,19 persen. Faktor pendorong

DINAMIKA PEMBIAYAAN PERBANKAN.........(Muhammad Soekarni) │ 71


lain antara lain dipengaruhi oleh semakin induknya. Sejalan dengan itu, jaringan kan-
luasnya jangkauan pelayanan perbankan tor BUS mengalami pertambahan dari 349
syariah yaitu telah mencapai 103 kabu- buah pada tahun 2006 menjadi 1.349 buah
paten/kota dan 33 propinsi di Indonesia tahun 2011. Penambahan jumlah BUS dan
pada tahun 2010. jaringan kantornya ini menjadikan akses
3. Keberanian para pimpinan BUS dalam masyarakat terhadap BUS menjadi sema-
ekspansi pembiayaan, walaupun ha- kin lebih mudah.
rus mengambil berbagai risiko, misalnya Kedua, struktur pembiayaan perbankan
berkaitan dengan masalah likuiditas. Sejak syariah berdasarkan jenis penggunaan semakin
2005 sampai saat ini, Financing to Deposit mengarah kepada kegiatan yang bersifat
Ratio (FDR) BUS selalu lebih tinggi dari konsumtif, sehingga bagian penggunaan
90 persen, bahkan sempat menyentuh untuk kegiatan produktif semakin mengecil.
angka 103,65 persen pada tahun 2008. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada
Padahal menurut anjuran Bank Indonesia, perbankan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa
rasio ideal FDR itu berada pada kisaran tujuan utama bank syariah menyalurkan investasi
angka 90 persen. Dari satu sisi, tingginya dan simpanan masyarakat ke sektor riil dengan
FDR menunjukkan keseriusan perbankan tujuan produktif dalam bentuk investasi belum
syariah dalam menyalurkan pembiayaan. berhasil diwujudkan.
Namun dari sisi lain, tingkat FDR yang Ketiga, Dalam pembiayaan yang digunakan
cenderung diatas tingkat yang dianjurkan untuk kegiatan produktif juga masih didominasi
BI tersebut mengandung potensi risiko oleh pembiayaan modal kerja seperti untuk
masalah likuiditas. Masalah likuiditas pembelian persediaan atau stok barang
BUS dan UUS ini akan semakin berbahaya dagangan, serta menggantikan modal yang
jika dikaitkan dengan Dana Pihak Ketiga tertanam pada piutang. Sedangkan yang
(DPK) yang umumnya adalah dana-dana digunakan untuk investasi seperti pembelian
jangka pendek. Sebagai contoh, porsi dana mesin produksi, pembangunan gudang,
deposito BUS untuk jangka waktu 1 bulan perluasan pabrik, pendirian ruko, pembelian
terhadap total dana deposito di BUS men- peralatan dan penggunaan lain yang ditujukan
capai 70,2 persen. Dengan posisi seperti untuk meningkatkan kapasitas produksi
ini, risiko missmatch BUS sangatlah besar masih mendapatkan porsi yang relatif kecil.
karena pembiayaan umumnya berjangka Kecenderungan ini semakin terlihat semenjak
waktu lebih dari satu tahun, sedangkan tahun 2010.
dana pihak ketiga mayortas berjangka
waktu satu bulan (Hidayat , 2009). Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan
4. Pertumbuhan jumlah dan kantor cabang Golongan Pembiayaan dan Sektor Ekonomi
BUS dan UUS. Jumlah BUS bertambah Pembiayaan yang disalurkan perbankan idealnya
dari 6 pada tahun 2006 menjadi 11 tahun dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat
2011. Dua BUS baru yang berdiri pada yang membutuhkan sehingga dampaknya bagi
tahun 2008 adalah PT. Bank Bukopin Sya- perkembangan ekonomi akan terasa lebih luas dan
riah yang secara resmi mendapatkan izin merata. Alokasi pembiayaan perbankan syariah,
operasi syariah dari Bank Indonesia pada khususnya BUS dan UUS, sejauh ini masih
Oktober 2008 dan PT. BRI Syariah yang lebih banyak ditujukan pada pelaku Usaha Kecil
resmi mulai beroperasi sejak 1 Januari dan Menengah (UKM). Nilai pembiayaan yang
2009. Kehadiran dua bank ini menyusul diperoleh UKM tahun 2006 mencapai Rp 14,9
tiga BUS pendahulunya yaitu PT Bank trilyun atau sekitar 73 persen dari total pembiayaan
Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah yang disalurkan. Sedangkan penerima pembiayaan
Mandiri dan PT. Bank Mega Syariah. Seba- selain UKM hanya mendapat porsi 27 persen.
gian dari BUS yang baru merupakan hasil Usaha skala Menengah Besar (UMB) termasuk
pemisahan UUS dari bank konvensional dalam kelompok selain UKM tersebut. Dengan

72 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 22, No. 1, 2014


demikian porsi pembiayaan perbankan syariah pembiayaan dari bank karena berbagai hambatan
yang disalurkan kepada UMB tentunya lebih kecil mulai dari kebijakan pemerintah, kebijakan
dari 27 persen. Walaupun total pembiayaan yang perbankan hingga masalah internal UMKM nya
disalurkan perbankan syariah telah mengalami sendiri. Salah satu kebijakan yang selama ini
pertumbuhan diatas dua kali lipat, namun porsi dikeluhkan oleh UMKM berkaitan dengan akses
pembiayaan yang disalurkan kepada kelompok pembiayaan adalah kewajiban untuk menyediakan
selain UKM hampir tidak mengalami perubahan. jaminan. UMKM yang baru tumbuh tentunya
Hal ini memberikan indikasi bahwa perbankan belum mempunyai aset berharga untuk dijadikan
syariah memang cukup konsisten berpihak kepada agunan yang disayaratkan oleh bank.
UKM. Selain itu, dana yang berhasil dihimpun Menurut catatan Chotim dan Thamrin (1997)
perbankan syariah juga masih terbatas, sehingga masalah kesulitan UMKM untuk mengakses
belum memungkinkan bagi perbankan bebas riba kredit atau pembiayaan dari bank memang sudah
ini untuk menyalurkan pembiayaan dengan porsi terjadi sejak lama. Sebagai contoh, pada masa
yang lebih besar kepada UMB. Risiko yang harus Order Baru pemerintah telah mengeluarkan
ditanggung jelas lebih besar apabila menyalurkan berbagai regulasi melalui Paket Januari (Pakjan)
pembiayaan kepada UMB dibandingkan dengan 1990 sebagai lanjutan dari deregulasi perbankan
pembiayaan untuk UKM. Paket Oktober 1988. Namun demikian, banyak
Gambar 2. Pembiayaan BUS dan UUS Berdasar- bank yang tidak mengeluarkan kredit usaha
kan Golongan Pembiayaan kecil (KUK) sebagaimana disyaratkan dalam
Pakjan. Rasio alokasi kredit 20 persen KUK
dari bank-bank swasta sejak Pakjan, sebagai
70,000 refleksi permintaan kredit tidak sepenuhnya dapat
60,000 tercapai. Selama dekade 1990-an, pertumbuhan
50,000 KUK senantiasa di bawah pertumbuhan kredit
Rp Milyar

40,000 UKM total, bahkan pada tahun 1991-1992 pertumbuhan


30,000 KUK sempat negatif.
20,000 Selain
UKM
Lebih lanjut Chotim dan Thamrin
10,000
menyebutkan bahwa di sisi penawaran kredit
0
atau sisi perbankan salah satu hambatan terbesar
2006 2008 2010 2011 (Sep)
adalah adanya hambatan struktural dan psikologis
Tahun dari pihak bank untuk menyalurkan kredit ke
UMKM. Beberapa hambatan itu diantaranya
Sumber: www.bi.go.id. diolah adalah persepsi inferior tentang potensi usaha
kecil, khususnya yang berada di pedesaan;
Pola pembiayaan BUS yang lebih banyak
usaha kecil diidentikkan sebagai usaha yang
dialokasikan kepada golongan UKM ini menurut
kurang prospektif, nilai modalnya kecil,
Hidayat (2009) justeru sangat menggembirakan
ekspansinya lambat dan penggunaan teknologi
mengingat selama ini akses mereka untuk
usang yang mudah diungguli pesaing. Dalam
mendapatkan kredit dari bank sangatlah terbatas.
aspek manajemen, usaha kecil identik dengan
Porsi alokasi pembiayaan yang dilakukan BUS
perencanaan yang tidak terintegrasi dengan
ini cukup kontras bila dibandingkan dengan pola
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
penyaluran kredit yang dilakukan oleh Bank
Umum Konvensional. Pada tahun 2005, porsi Dalam perspektif empiris, penelitian di
kredit Bank Umum Konvensional untuk skala beberapa bidang usaha UMKM di Yogyakarta
UMKM hanya 15,2 persen dari total kredit yang yang dilakukan oleh Adam (2001), Hermanto
disalurkannya. Porsi kredit tersebut bahkan telah (2001), Firmansyah (2001) dan Sarana (2001)
turun menjadi 10,9 persen pada tahun 2008. juga menghasilkan temuan yang sama bahwa
pengusaha skala IKRT dan UMKM belum
Banyak studi yang menjelaskan tentang
mempunyai akses yang mudah untuk mengajukan
sulitnya UMKM dalam mengakses kredit atau
kredit ke bank. Hasil penelitian terbaru yang

DINAMIKA PEMBIAYAAN PERBANKAN.........(Muhammad Soekarni) │ 73


dilakukan oleh Hidayat (2008) di sektor jasa besarnya porsi pembiayaan yang diterima sektor
pariwisata juga menemukan masalah yang jasa dunia usaha dan sektor lainnya yatu mencapai
sama yaitu terbatasnya akses UMKM terhadap 74 persen. Sementara itu, pangsa pembiayaan
perbankan. Kalaupun sejak tahun 2007 pemerintah untuk sektor perdagangan, restoran dan hotel
mulai meluncurkan kebijakan program Kredit mengalami penurunan menjadi 6 persen.
Usaha Rakyat (KUR) dengan memberikan Penyebaran pembiayaan yang terkonsentrasi
bantuan asuransi jaminan, dalam prakteknya pada sektor tersier sebagaimana dikemukakan
masih banyak UMKM yang dipersulit ketika diatas menunjukkan peran perbankan syariah
mengajukan KUR (Hidayat, 2009). dalam membantu mempercepat perkembangan
Alokasi pembiayaan perbankan syariah sektor tradable (pertanian, pertambangan dan
juga dapat ditelusuri menurut sektor usaha. Pada industri) belum begitu signifikan. Struktur
Tabel 2.1 dibawah ini terlihat bahwa penerima pembiayaan BUS dan UUS ini sejalan dengan
pembiayaan BUS dan UUS tersebar disemua struktur perekonomian Indonesia yang lebih
sektor usaha mulai dari kelompok sektor primer, didominasi oleh sektor jasa. Namun demikian,
sekunder dan tersier. Alokasi pembiayaan porsi sektor pertanian dan industri manufaktur
terbesar mengalir ke sektor jasa dan sektor dalam PDB masih relatif lebih besar. Dari
lainnya yaitu meliputi 62 persen dari total nilai sudut pandang makro, kedepannya peran
pembiayaan pada tahun 2006. Sektor lain yang perbankan syariah dalam membantu sektor
cukup menonjol adalah perdagangan, hotel dan tradable diharapkan bisa meningkat sehingga
restoran yaitu mendapatkan porsi 15 persen dari potensi sumberdaya alam yang dimiliki semakin
total pembiayaan tahun 2006. Sedangkan sektor termanfaatkan dan kesempatan kerja produktif
pertanian dan pertambangan; sektor konstruksi; makin terbuka luas.
dan sektor industri pangsa masing-masingnya
tidak lebih dari 8 persen. Berdasarkan data Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan
terakhir dari BI (September 2011), perubahan Akad Pembiayaan
struktur pembiayaan BUS dan UUS menurut Skim atau akad yang digunakan oleh perbankan
sektor ekonomi ini ditunjukkan oleh semakin syariah dalam menyalurkan pembiayaan secara

Tabel 1 Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Milyar)

No. Sektor 2006 2008 2010 2011 (Sept)


Pertanian dan Pertambangan 1,076 2,142 2,882 3,485
1
Pangsa (%) 5 6 4 4
Industri 940 1,340 2,337 2,898
2
Pangsa (%) 5 4 3 3
Konstruksi 1,637 3,368 4,194 5,539
3
Pangsa (%) 8 9 6 6
Perdag, Restoran dan Hotel 3,041 4,426 7,609 8,736
4
Pangsa (%) 15 12 11 9
Pengangkutan, Pergud & Kom 1165 2759 3696 3474
5
Pangsa (%) 6 7 5 4
Jasa dan lainnya 12,586 24,160 47,463 68,707
6
Pangsa (%) 62 63 70 74
Total 20,445 38,195 68,181 92,839
Pangsa (%) 100 100 100 100
Sumber: www.bi.go.id. diolah

74 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 22, No. 1, 2014


garis besar bisa dibagi ke dalam dua kelompok, Pembiayaan murabahah dapat dimanfaatkan
yaitu pembiayaan dengan akad yang berbasis nasabah untuk memenuhi kebutuhan barang-
penyertaan modal dan akad berbasis perdagangan. barang produktif maupun konsumtif termasuk
Pembiayaan yang berbasis penyertaan modal untuk pengadaan barang berdasarkan pesanan dari
umumnya dilakukan dalam bentuk akad pihak ketiga dengan bukti Surat Perintah Kerja/
mudharabah dan musyarakah. Sementara Kontrak Kerja dari dari Instansi Pemerintah/
akad yang berbasis perdagangan meliputi akad BUMN/BUMD serta pihak swasta yang kredibel.
murabahah, salam, dan istishna. Perbankan syariah idealnya lebih banyak
Tabel 2 dibawah ini menunjukkan bahwa menggunakan akad penyertaan modal dalam
BUS dan UUS lebih banyak menggunakan akad menyalurkan pembiayaan. Akad atau skim
berbasis perdagangan, terutama murabahah. penyertaan modal, baik mudharabah maupun
Perimbangan porsi kelompok akad penyertaan musyarakah mempunyai dampak langsung
modal dan kelompok akad lainnya belum pada pertumbuhan ekonomi berupa tumbuhnya
mengalami perubahan yang cukup berarti dari peluang usaha baru, kesempatan kerja baru
tahun 2006 sampai 2010. Porsi akad penyertaan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Akan
modal sedikit mengalami peningkatan dari 31 tetapi, penerapan akad penyertaan modal tersebut
persen menjadi 34 persen. Sedangkan akad sangat dipengaruhi oleh pada akhlak, moral, dan
perdagangan dan akad lainnya berkurang dari 69 kejujuran nasabah. Pada kedua jenis pembiayaan
persen menjadi 66 persen. Terjadinya pergeseran tersebut, bank syariah sangat rawan terhadap
komposisi akad tersebut lebih disebabkan oleh mereka yang beritikad tidak baik. Dengan
berkurangnya porsi akad murabahah dari 62 pembiayaan tersebut, bisa saja terjadi nasabah
persen menjadi 55 persen, dan meningkatnya melaporkan keadaan usaha yang tidak sebenarnya.
porsi akad qard dari 1,2 persen menjadi 6,9 persen Misalnya suatu usaha yang untung dilaporkan
selama periode 2006-2010. rugi sehingga bank tidak memperoleh keuntungan
Kelebihan murabahah dibanding produk (Karnaen , 2007: 96). Hal ini merupakan suatu
sejenis non syariah selain sesuai syariah (prinsip tantangan yang perlu dihadapi oleh perbankan
jual beli) adalah jumlah angsuran tetap tidak syariah dengan cara mempertajam kejelian dalam
berubah walaupun terjadi fluktuasi suku bunga.
Tabel 2. Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan Akad Pembiayaan (Rp Milyar)
Jenis Akad 2006 2008 2010 2011 (Sep)
Nilai 2,335 7,411 8,631 10,020
Mudharabah
Pangsa (%) 11.4 19.4 12.7 10.8
Nilai 4,062 6,205 14,624 17,379
Musyarakah
Pangsa (%) 19.9 16.2 21.4 18.7
Nilai 12,624 22,486 37,508 49,883
Murabahah
Pangsa (%) 61.7 58.9 55.0 53.7
Nilai 337 369 347 335
Istishna
Pangsa (%) 1.6 1.0 0.5 0.4
Nilai 836 765 2,341 3,209
Ijarah
Pangsa (%) 4.1 2.0 3.4 3.5
Nilai 250 959 4,731 12,013
Qardh
Pangsa (%) 1.2 2.5 6.9 12.9
Nilai 20,445 38,195 68,181 92,839
Total
Pangsa (%) 100 100 100 100
Sumber: www.bi.go.id. Diolah

DINAMIKA PEMBIAYAAN PERBANKAN.........(Muhammad Soekarni) │ 75


Tabel 3. Pembiayaan Non Lancar - Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Jenis Penggunaan 2006 2008 2010 2011 (Sept)
Nilai 604 871 1,070 1,947
Modal Kerja
Pangsa (%) 62.1 57.8 51.9 59.9
Nilai 258 489 521 706
Investasi
Pangsa (%) 26.5 32.4 25.3 21.7
Nilai 110 148 470 601
Konsumsi
Pangsa (%) 11.3 9.8 22.8 18.5
Nilai 972 1,508 2,061 3,253
Total
Pangsa (%) 100 100 100 100

Sumber: www.bi.go.id. Diolah


Berdasarkan Jenis Penggunaan (Dalam Rp Milyar)

Tabel 4. Pembiayaan Non Lancar - Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Golongan Pembiayaan

Golongan Pembiayaan 2006 2008 2010 2011 (Sept)

NilaiRp) 725 985 1.824 2.821


UKM
Pangsa (%) 74.7 65.3 88,5 86,7
Nilai 246 524 237 432
Selain UKM
Pangsa (%) 25.3 34.7 11,5 13,3
Nilai 971 1.509 2.061 3.253
Total
Pangsa (%) 100 100 100 100
Sumber: www.bi.go.id. Diolah

menilai kelayakan calon nasabah pembiayaan dan NPF yang diterapkan oleh Bank Indonesia sebesar
memperkuat pengawasan. 5 persen, perkembangan NPF perlu diwaspadai
oleh BUS dan UUS dengan cara menyalurkan
Kinerja Pembiayaan pembiayaan lebih selektif dan hati-hati.
Kinerja pembiayaan BUS yang salah satunya Ketika ditelusuri menurut jenis penggunaan
dicirikan oleh indikator Pembiayaan Tidak Lancar pembiayaan, pembiayaan non lancar selama
(Non Performing Financing, NPF) dalam lima periode 2006-2011 lebih banyak terjadi pada
tahun terakhir ini mengalami fluktuasi dengan pembiayaan modal kerja, setelah itu diikuti
kecenderungan semakin membaik. Dari tahun oleh pembiayaan investasi dan konsumsi.
2006 ke 2010 NPF gabungan antara BUS dan Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3, pada posisi
UUS mengalami penurunan dari 4,8 persen September 2011, pembiayaan non lancar modal
menjadi 3,0 persen. Selanjutnya pada tahun 2010 kerja hampir menyumbang 60 persen dari Rp
kembali meningkat menjadi 3,5 persen. Menurut 3,2 trilyun pembiayaan non lancar. Sedangkan
kriteria penilaian BI untuk peringkat rasio NPF2, sumbangan pembiayaan investasi dan konsumsi
BUS dan UUS berada pada peringkat 2, yaitu 2% masing-masingnya adalah sekitar 22 persen dan
≤ NPF < 5%. Walaupun masih berada pada posisi 19 persen.
yang relatif aman dan berada pada batas toleransi
2
Peringkat 1 = NPF < 2%; Peringkat 2 = 2% ≤ NPF <
5%; Peringkat 3 = 5% ≤ NPF < 8%; Peringkat 4 = 8%
≤ NPF < 12%; dan Peringkat 5 = NPF ≥ 12%.

76 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 22, No. 1, 2014


Sementara itu, pada Tabel 4 diatas terlihat pembiayaan yang disalurkan oleh BUS dan UUS
dengan jelas bahwa pembiayaan non lancar secara nasional selama tahun 2010.
BUS dan UUS menurut golongan pembiayaan Berdasarkan akad atau skim, pembiayaan
ternyata didominasi oleh UKM. NPF UKM pada Bank Syariah Berkah sampai dengan Desember
tahun 2006 menyumbang hampir 75 persen dari 2010 didominasi oleh pembiayaan dengan
total pembiayaan yang bermasalah. Lima tahun skim murabahah, yaitu sebesar Rp2,553 triliun
kemudian, kondisi ini bukannya mengalami atau 71,75 persen dari total pembiayaan yang
perbaikan, melainkan justeru semakin parah. disalurkan. Selanjutnya pembiayaan dengan skim
Sumbangan UKM terhadap pembiayaan non musyarakah sebesar Rp624,8 miliar atau 17,56
lancar pada posisi September 2011 naik menjadi persen. Sedangkan pembiayaan dengan skim
86,7 persen. Ketika porsi pembiayaan non lancar mudharabah sebesar Rp87,3 miliar atau hanya
semakin besar untuk kelompok UKM, porsi mencapai 2,45 persen dari total pembiayaan.
pembiayaan non lancar pada kelompok nasabah Untuk lebih jelasnya dapat disimak tabel berikut.
selain UKM justeru mengalami penurunan.
Hal ini mengindikasikan besarnya risiko yang Tabel 5. Pembiayaan Bank Syariah Berkah
Berdasarkan Akad(Dalam Jutaan Rupiah)
terkandung dalam pembiayaan UKM. Oleh karena
itu, mungkin sebaiknya perbankan syariah mulai Uraian Desember 2009 Desember 2010*
Murabahah 2.473.721 2.553.092
secara bertahap memperbesar porsi pembiayaan Mudharabah 84.741 87.327
Musyarakah 516.844 624.820
bagi kelompok usaha selain UKM, termasuk Lainnya 190.167 293.249
untuk UMB.
*Periode 19 Juni-31 Desember
Gambaran Produk dan Nilai Pembiayaan
Sumber: Laporan Tahunan Bank Syariah Berkah, 2010
Bank Syariah Berkah3
Sebelum beroperasi sebagai Bank Umum
Syariah (BUS) yang berdiri secara independen, Struktur pembiayaan Bank Syariah Berkah
Bank Syariah Berkah telah beroperasi sebagai sebagaimana ditunjukkan Tabel 5 diatas tidak jauh
UUS dengan menawarkan berbagai produk berbeda dengan struktur pembiayaan BUS dan
perbankan syariah. Bank Syariah Berkah saat ini UUS secara keseluruhan, terutama untuk porsi
melayani nasabah melalui lebih dari 50 kantor skim murabahah dan musyarakah. Akan tetapi,
cabang di seluruh Indonesia yang didukung oleh porsi skim mudharabah Bank Syariah Berkah
jaringan dan teknologi berupa layanan cabang, masih jauh dibawah total porsi skim mudharab
ATM, internet banking, dan call center. Cabang- BUS dan UUS yang hampir mencapai 13 persen
cabang Bank Syariah Berkah sebagai Delivery pada tahun 2010. Hal ini berkaitan erat dengan
Channel Perbankan Syariah terhubung melalui strategi dan sektor usaha yang menjadi target
jaringan teknologi canggih di seluruh nusantara. pembiayaan Bank Syariah Berkah.
Pembiayaan Bank Syariah Berkah selama Berdasarkan sektor usaha, pembiayaan Bank
tahun 2010 untuk semua segmen usaha mencapai Syariah Berkah per Desember 2010 disalurkan
Rp 3,558 triliun. Nilai pembiayaan tersebut telah kepada sektor-sektor potensial dan prospektif
mengalami peningkatan yang cukup signifikan seperti jasa dunia usaha sebesar 9,63 persen,
sebesar hampir Rp 425 miliar dibandingkan konstruksi 7,43 persen dan perdagangan 6,84
posisi Juni 2010 saat dilaksanakannya spin off. persen. Pembiayaan sektor lain-lain terdiri dari
Pembiayaan tersebut didominasi oleh segmen sektor perumahan, kendaraan, alat-alat rumah
ritel konsumtif sebesar Rp2,163 triliun (60,81%) tangga dan lainnya. Porsi terbesar terdapat
dari seluruh pembiayaan. Meskipun telah pada subsektor perumahan yaitu sebesar 79,45
mengalami pertumbuhan cukup signifikan, namun persen dari total sektor lain-lain. Segmentasi
kontribusi nilai pembiayaan Bank Syariah Berkah pembiayaan Bank Syariah Berkah dibagi menjadi
tersebut baru mencapai 5,3 persen terhadap total komersial, ritel produktif, ritel konsumtif, dan
kartu pembiayaan. Strategi penyaluran dana tahun
2010 difokuskan pada bisnis ritel konsumer.
3
Bagian ini dielaborasi dari Laporan Tahunan (Annual
Report) Bank Syariah Berkah Tahun 2010

DINAMIKA PEMBIAYAAN PERBANKAN.........(Muhammad Soekarni) │ 77


Pembiayaan Komersial tungkan. Namun demikian, pembiayaan
Untuk mendukung pertumbuhan pembiayaan, mikro membutuhkan SDM lebih banyak,
Bank Syariah Berkah membantu nasabah karena proses yang harus dijalankan untuk
komersial (menengah) dalam menyalurkan pembiayaan 100 milyar sama saja dengan
pembiayaan baik untuk investasi maupun modal nasabah yang mengajukan 5 milyar. Akan
kerja dengan pembiayaan lebih dari Rp10 miliar. tetapi, untuk pembiayaan yang lebih besar
Total pembiayaan komersial yang telah disalurkan analisanya harus lebih tajam dan perangkat
kepada nasabah sampai dengan Desember 2010 analisanya pun berbeda.
sekitar Rp672,2 milliar, meningkat sebesar Rp166
miliar dibandingkan saat dilaksanakannya spin Sektor usaha yang dibiayai mencakup
off. Porsi pembiayaan komersial adalah sebesar sektor prospektif dan sedang berkembang
18,89 persen dari total pembiayaan Bank Syariah seperti pertambangan, konstruksi dan sektor
Berkah. Pembiayaan untuk dunia usaha kategori pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi.
UMB nampaknya termasuk dalam pembiayaan Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah
komersial ini. komersial, Bank Syariah Berkah berusaha selektif
Berikut ini akan disampaikan beberapa memilih sektor usaha dan meningkatkan prinsip
informasi tentang pembiayaan komersial prudential banking. Selain itu Bank Syariah
berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat di Berkah juga berusaha menjaga pembiayaan yang
Kantor Pusat Bank Syariah Berkah: telah berjalan dengan melakukan komunikasi
1. Nilai pembiayaan non ritel (komersial) secara aktif dan berkesinambungan serta
dikelola di kantor pusat dibawah divisi melakukan kunjungan secara intensif untuk
komersial. Jadi semua proses persetujuan mengetahui permasalahan yang dihadapi. Hal ini
ada di pusat meskipun mungkin nasa- semata-mata agar dapat meminimalisasikan risiko
bahnya ada di cabang. dan permasalahan yang mungkin timbul.
2. Analisa untuk nasabah korporat ini harus Bank Syariah Berkah bekerjasama dengan
lebih tajam dan lebih lebih complicated bank-bank syariah lainnya dalam rangka
sehingga tidak bisa disamakan dengan pembiayaan sindikasi kepada beberapa perusahaan
analisa nasabah ritel. untuk sektor komunikasi, jasa, perdagangan, dan
sektor transportasi udara. Total pembiayaan
3. Asset Bank Syariah Berkah belum begitu
sindikasi per Desember 2010 mencapai Rp 92,8
besar, baru sekitar 6 triliun. Sedangkan
miliar.
pembiayaan ke sektor non ritel (komersial)
ini nilainya besar. Dari sisi lain Bank Sya- Pembiayaan Ritel Produktif
riah Berkah masih ingin mengoptimalkan
intermediasi ke daerah-daerah untuk pem- Pembiayaan ritel produktif Bank Syariah Berkah
biayaan mikro dan ritel. Oleh karena itu, mencakup fasilitas pembiayaan produktif yang
sementara ini rasio portfolio untuk pembi- ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
ayaan komersial masih sekitar 20 persen. usaha-usaha produktif (modal kerja dan investasi)
dan disalurkan kepada pengusaha yang baru
4. Potensi pembiayaan komersial ini sebena-
merintis usahanya. Penyaluran pembiayaan
rnya masih sangat besar. Namun untuk
kategori ini didominasi oleh sektor perdagangan.
masuk lebih jauh pada segmen ini membu-
Pembiayaan ini mengalami peningkatan sebesar
tuhkan penanganan yang lebih intensif.
31,9 persen atau sebesar Rp75,438 miliar
5. Nasabah korporat lebih sensitif terhadap menjadi Rp311,534 miliar dari posisi Juni
tingkat margin atau bagi hasil. Sedangkan 2010 sebesar Rp236,096 miliar. Produk ini
pembiayaan pada segmen mikro biasanya memiliki keunggulan yaitu syarat pengajuan yang
tidak terlalu sensitif terhadap margin atau sederhana dan proses yang cepat. Sementara ada
bagi hasil. pula pembiayaan yang ditujukan untuk usaha
6. Proses pembiayaan mikro lebih sederhana, (produktif ) nasabah yang sepenuhnya dikelola
margin atau bagi hasilnya lebih mengun- oleh cabang dengan pembiayaan sampai dengan

78 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 22, No. 1, 2014


sebesar Rp10 miliar. Total pembiayaan ritel dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
produktif per Desember 2010 sebesar Rp722,4 biaya setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah
miliar atau memiliki porsi 20,3 persen dari total Haji (BPIH) yang ditentukan oleh Departemen
pembiayaan Bank Syariah Berkah. Agama, agar mendapatkan nomor seat porsi
haji pada pendaftaran ke SISKOHAT. Total
Pembiayaan Ritel Konsumtif
pembiayaan Talangan Haji Bank Syariah Berkah
Pembiayaan Ritel Konsumtif Bank Syariah sampai dengan Desember 2010 sebesar Rp59,3
Berkah terdiri dari berbagai program. Total miliar atau meningkat sebesar Rp22,8 miliar dari
pembiayaan ritel konsumtif tahun 2010 sebesar posisi Juni 2010 sebesar Rp36,5 miliar. Posisi
Rp2,163 triliun atau memiliki porsi 60,81 persen Desember 2009 sebesar Rp25 miliar.
dibandingkan total pembiayaan. Pembiayaan ini Pembiayaan ritel konsumtif Bank Syariah
meningkat sebesar Rp259,2 miliar dalam 6 bulan Berkah juga melayani pembiayaan kendaraan,
sejak spin off. Posisi Desember 2009 sebesar pembiayaan fleksi dan multiguna dengan jumlah
Rp1,851 triliun. Perkembangan pembiayaan outstanding per Desember 2010 sebesar Rp507,5
ritel konsumtif ini dipengaruhi beberapa faktor miliar meningkat Rp51,4 miliar dari posisi Juni
antara lain tingginya permintaan konsumen 2010 sebesar Rp456 miliar. Pada Desember 2009
yang didorong oleh meningkatnya daya beli pembiayaan lainnya sebesar Rp457 miliar.
dan kecepatan proses serta besaran angsuran Dalam rangka merealisasikan visi dan
yang relatif terjangkau. Beberapa contoh produk melaksanakan misi Bank Syariah Berkah, maka
pembiayaan Bank Syariah Berkah yang masuk manajemen memutuskan bahwa fokus kegiatan
kategori ritel konsumtif ini antara lain pembiayaan bisnis pada tahun 2011 masih mempertahankan
untuk perumahan dan talangan haji. fokus ritel konsumer. Pertimbangan faktor
Untuk lebih meningkatkan ekspansi eksternal dan asumsi kondisi ekonomi dalam
pembiayaan ritel konsumtif, Bank Syariah Berkah pemilihan fokus bisnis ini adalah pasar dalam
telah mengembangkan sistem otomasi untuk negeri yang masih cukup besar, pertumbuhan
proses pembiayaan ritel konsumtif sehingga dapat pembiayaan konsumer yang konsisten meningkat
lebih mempersingkat proses pembiayaan. Selain dan tingkat NPF konsumer yang cenderung rendah.
itu dilakukan kerja sama dengan pengembang Pertimbangan faktor internal dalam pemilihan
antara lain PT Ciputra Residence (Ciputra Group), fokus bisnis ini adalah kapabilitas internal Bank
PT Sinar Puspa Persada (Intiland Group), PT Syariah Berkah yang lebih siap mengelola
Karya Bangun Mandiri dan masih banyak yang pembiayaan ritel konsumer dibandingkan dengan
lainnya untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi pembiayaan produktif.
para nasabah dengan dengan berbagai pilihan Langkah-langkah strategis yang dicanangkan
tipe, harga, dan lokasi. Selain itu Bank Syariah pada tahun 2011 untuk mendukung pencapaian
Berkah juga menjalin kerjasama dengan agen visi dan misi perusahaan serta target tahun 2011
properti dalam meningkatkan pemasaran produk antara lain sebagai berikut:
perumahan ini. Posisi Desember 2010, pembiayaan
a. Internalisasi budaya kerja Amanah dan
perumahan Bank Syariah Berkah adalah sebesar
Jamaah sehingga larut menjadi perilaku.
Rp1,656 triliun atau mencapai 76,55 persen dari
total pembiayaan ritel konsumtif. Pembiayaan b. Strategi penghimpunan dana dilakukan
perumahan ini telah meningkat lebih dari Rp200 melalui pengembangan bisnis (akuisisi &
miliar dibandingkan posisi Juni 2010 sebesar retensi) melalui kerjasama pihak ketiga
Rp1,448 triliun. Sedangkan pada tahun 2009 total dan unit bisnis; pengembangan dan pelak-
portofolio pembiayaan perumahan ini baru sebesar sanaan program-program seperti loyalty,
Rp1,394 triliun. hadiah, promo, dan lain sebagainya;
Dalam kaitannya dengan produk talangan c. pembentukan sales team Kantor Cabang
haji, nasabah Bank Syariah Berkah yang sudah Syariah dan Delivery Channel; pengem-
memiliki Tabungan dapat mengajukan fasilitas bangan fitur produk; dan marketing com-
pembiayaan Talangan Haji. Pembiayaan tersebut munication.

DINAMIKA PEMBIAYAAN PERBANKAN.........(Muhammad Soekarni) │ 79


d. Peningkatan fee based income antara lain Namun demikian, ada beberapa catatan yang
melalui pengembangan remittance & trade perlu mendapat perhatian pemerintah dan pihak
finance. manajemen perbankan syariah. Pertama, alokasi
e. Strategi pengembangan pembiayaan pembiayaan untuk konsumsi telah mengalami
melalui pengembangan outlet micro pertumbuhan yang sangat cepat semenjak tahun
banking sebagai bagian dari organisasi 2008. Hal ini menyebabkan porsi pembiayaan
kantor cabang; pengembangan kerjasama konsumsi mulai mendominasi struktur pembiayaan
dengan institusi bisnis; implementasi EFO BUS dan UUS menurut jenis penggunaan
di Kantor Cabang Syariah yang baru; sehingga porsi pembiayaan untuk menopang
pengembangan outlet rahn; pengembangan kegiatan produktif mulai mengalami penurunan.
produk dan fitur produk; club deal dengan Kedua, terkait dengan skim pembiayaan
induk perusahaan; sindikasi dengan bank yang masih dinominasi oleh akad berbasis
umum syariah lainnya; serta optimalisasi perdagangan, terutama murabahah. Meskipun
kapabilitas SDM pembiayaan. hal ini tidak salah secara hukum dan ketentuan
fikih, namun idealnya, akad yang berbasis
f. Strategi peningkatan kualitas pembiayaan
penyertaan modal seyogyanya makin didorong
dilakukan melalui peningkatan kualitas ad-
agar kehadiran perbankan syariah menjadi
vis pembiayaan, peningkatan monitoring
lebih berarti dalam mendorong pertumbuhan
pembiayaan, optimalisasi Unit Collection
ekonomi dan pemerataan pendapatan. Ketiga,
& Remedial, dan pelatihan Collection &
masih terkonsentrasinya pembiayaan pada UKM
Recovery.
dan sektor jasa. Idealnya, perbankan syariah
kedepannya semakin mendorong pembiayaan
Kualitas pembiayaan yang disalurkan secara berimbang baik antar kelompok usaha
Bank Syariah Berkah tahun 2010 berdasarkan (UKM dan selain UKM), maupun untuk sektor
pembiayaan bermasalah (Non Performing jasa dengan sektor tradable seperti pertanian,
Financing, NPF) tahun 2009 agak menurun. NPF pertambangan dan perindustrian.
pada posisi Desember 2009 sebesar 2,35 persen. Sementara itu, karakteristik pembiayaan
Namun, NPF (Gross) Per Desember 2010 Bank yang disalurkan oleh Bank Syariah Berkah
Syariah Berkah mencapai 3,59 persen, menurun hampir sejalan dengan gambaran dan karakteristik
sebesar 0,58 persen dari posisi Juni 2010 sebesar pembiayaan BUS dan UUS secara keseluruhan.
4,17 persen. Penurunan kinerja produk-produk Nilai pembiayaan Bank Syariah Berkah
pembiayaan tersebut perlu menjadi perhatian telah mengalami pertumbuhan yang cukup
agar tidak berkembang menjadi masalah yang signifikan, namun sumbangannya pada total
lebih serius. pembiayaan BUS dan UUS masih relatif kecil.
Skim pembiayaan sangat didominasi oleh akad
KESIMPULAN murabahah. Sedangkan porsi akad mudharabah
masih sangat kecil dan jauh dibawah porsi akad
Kinerja pembiayaan BUS dan UUS secara
mudharabah BUS dan UUS. Hal ini terkait erat
makro cukup menggembirakan. Prestasi
dengan strategi yang dijalankan Bank Syariah
ini ditunjukkan oleh tiga indikator berikut.
Berkah dalam pembiayaan yang lebih fokus pada
Pertama, laju pertumbuhan pembiayaan yang
bisnis ritel konsumtif. Sedangkan pembiayaan
disalurkan lebih tinggi dibandingkan dengan laju
untuk UMB masih relatif kecil yaitu dibawah
pertumbuhan kredit perbankan nasional. Kedua,
20 persen, meskipun potensi pembiayaan untuk
nilai pembiayaan non lancar masih berada dalam
segmentasi menegah besar cukup tinggi. Hal ini
batas aman yang ditetapkan BI (dibawah 5 persen)
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain masih
dan untuk cenderung semakin kecil pada dua
relatif kecilnya asset yang dimiliki Bank Syariah
tahun terakhir. Ketiga, penyaluran pembiayaan
Berkah; analisa kelayakan untuk pembiayaan
oleh BUS dan UUS untuk keperluan pembiayaan
UMB harus lebih tajam dan lebih complicated;
modal kerja dan investasi yang terus bertambah.
keinginan mengoptimalkan intermediasi ke

80 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 22, No. 1, 2014


daerah-daerah untuk pembiayaan mikro dan
ritel; dan margin atau bagi hasilnya yang kurang
menarik dibandingkan dengan margin yang
dijanjikan pembiayaan ritel untuk UMKM.

DAFTAR PUSTAKA
Chotim, Erna Ermawati & Juni Thamrin (ed).
1997. Diskusi Ahli: Pemberdayaan &
Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di
Indonesia. Bandung., Akatiga
Hidayat, Agus Syarip. 2008. Permasalahan dan
tantangan UMKM Bidang Jasa Pendukung
Sektor Pariwisata di DI. Yogyakarta. Bab III
dalam Buku Peran Intermediasi Perbankan
dalam Pemberdayaan UMKM (penyunting:
Teddy Lesmana). LIPI, Jakarta.
Hidayat, Agus Syarip. 2009. ”Peranan Bank
Umum Syariah Dalam Mendorong
Perkembangan Sektor Riil”. Dalam
Soekarni, M. (Ed.), Peranan Dan
Tantangan Perbankan Syariah Dalam
Mengembangkan Sektor Riil (Studi Kasus
UMKM Sektor Pertanian, Industri Dan
Jasa Komersial). Jakarta: Pusat Penelitian
Ekonomi-LIPI
Perwataatmadja Karnaen A., dan Hendri Tanjung.
2007. Bank Syariah: Teori, Praktik dan
Peranannya.Celestial Publishing, Jakarta.
Machmud, Amir dan Rukmana. 2010. Bank
Syariah: Teori, Kebijakan, dan Studi
Empiris di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Bank Indonesia. 2011. ”Statistik Perbankan
Syariah (Islamic Banking Statistics)
(Diunduh dari www.bi.go.id.)

DINAMIKA PEMBIAYAAN PERBANKAN.........(Muhammad Soekarni) │ 81

Anda mungkin juga menyukai