Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ANALOGI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM SIRKULASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ZAZILLA AQDIS FATEQAH


NIM : 61608100823165
TINGKAT :1

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
2023
 Pengertian Sistem Sirkulasi
Sistem peredaran darah atau sistem sirkulasi merupakan salah satu sistem tubuh yang menyusun
tubuh manusia. Salah satu fungsi utamanya adalah mengangkut makanan dan zat- zat sisa
metabolisme tubuh.30 Pada prinsipnya, sistem peredaran darah memiliki tiga komponen pokok
yaitu:
a. Darah, berfungsi sebagai medium pengangkut untuk nutrisi, oksigen dan zat sisa
metabolisme.
b. Jantung, berfungsi memompa darah.
c. Pembuluh darah, berfungsi sebagai saluran yang mengedarkan darah.
Darah merupakan cairan tubuh yang sangat penting dan harus selalu tersedia dalam jumlah yang
cukup. Adapun fungsi darah yang penting, antara lain:
a. Sebagai pembawa zat- zat makanan dari sistem pencernaan keseluruh tubuh
b. Mengangkut oksigen dari paru- paru keseluruh tubuh
c. Mengangkut sisa- sisa metabolisme, misalnya karbon dioksida, dari seluruh tubuh
keorgan- organ eksresi misalnya paru- paru.
d. Mengangkut hormon dari kelenjar hormon keorgan sasaran.
e. Memelihara keseimbangan cairan tubuh.
f. Mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme atau zat asing lain, yang
dijalankan oleh sel- sel darah putih dan leukosit.
g. Memelihara suhu tubuh (suhu tubuh manusia dipertahankan pada kondisi normal,
yaitu sekitar 37°C).

 Pengertian Anemia
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia
dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan sel
darah merah melalui perdarahan kronin atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah
berlebihan. (Corwin, 2001 : 119)

 Obat Anti Anemia


Obat anti anemia adalah obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi (Fe)
untuk memulihkan kekurangan sel darah merah.Selain zat besi, vitamin B12 sering diberikan
untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah mencapai stadium
akut dan parah adalah dengan transfusidarah. (Tarwoto, 2007)

 Golongan Obat Anti Anemia


 Zat Besi (Fe)
1. Hemafort
2. Hufabion
3. Sangobion
4. Maltofer
5. Novabion

 Vitamin B12 (Sianokobalamin)


1. Cyanocobalamine
2. Vitamin B12
3. Becombion Syrup
4. Betominplex
5. Neurobion 5000

 Asam Folat
1. Folic Acid
2. Asam Folat
3. Folavit
4. Afolat
5. Lifolat

 Indikasi Obat Anti Anemia


 Zat Besi (Fe)
Besi di butuhkan untuk produksi hemoglobin ( Hb ) untuk pencegahan dan pengobatan
anemia. Karena defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang
lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia hipokronik
mikrositik. Penggunakan diluar indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit
penimbunan besi dan keracunan besi.

 Vitamin B12 (Sianokobalamin)


Indikasi cyanocobalamin sebagai vitamin B12 sintetik adalah untuk mengatasi anemia
pernisiosa dan defisiensi vitamin B12. Vitamin B12 merupakan salah satu vitamin B
neurotropik yang juga dapat bermanfaat untuk terapi neuropati perifer, misalnya pada
pasien diabetes mellitus.

 Asam Folat
Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil, dan dapat menyebabkan defisiensi
asam folat bila tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari makanannya.
Wanita hamil membutuhkan sekurang-kurangnya 500 mg asam folat per hari
suplementasi asam folat di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Folat terdapat
dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau
yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan makanan.
 Mekanisme Kerja Obat
 Zat Besi ( Fe)
1. Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan
jejenum proksimal; makin ke distal, absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih
mudah di absorpsi dalam bentuk fero.
2. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang
sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya
ion feri akan masuk kedalam plasma dengan perantara transferin, atau diubah
menjadi feritin dan di simpan dalam sel mukosa usus.
3. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi
rendah, maka lebih banyak Fe di ubah menjadi feritin. Setelah di absorpsi, Fe
dalam tubuh akan di ikat dalam transferin (siderofilin ), suatu beta 1-globulin
glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke
sumsum tulang dan depot Fe.

 Vitamin B12 (Sianokobalamin)


1. Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK . Kadar
dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM. Absorpsi
ini berlangsung dengan 2 mekanisme yaitu dengan perantaraan faktor instrinsik
castle (fic) dan absorpsi secara langsung.
2. Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat dengan
protein plasma sebagian besar terikat pada beta-globulin (transkobalaminII),
Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein (transkobalamin I) daninter-alfa-
glikoprotein ( transkobalamin III)
3. vitamin B12 yang terikat pada transkobalamin II akan di angkut ke berbagai
jaringan, terutama hati yang merupakan gudang utama penyimpanan vitamin B12
(50-90% ). Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml
dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.

 Asam Folat
1. Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian proksimal
usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi, sedangkan
pada kadar tinggi absorpsi dapat berlangsung secar difusi.
2. Walaupun terdapat gangguan pada usus halus, absorpsi folat biasanya masih
mencukupi kebutuhan terutama sebagai PmGA.

 Cara penggunaan dan dosis obat


 Zat Besi ( Fe)
I. Cara penggunaan
1. Suplemen zat besi sebaiknya dikonsumsi saat perut kosong, setidaknya 1 jam
sebelum atau 2 jam setelah makan. Telan tablet, kaplet, kapsul atau kapsul lunak
dengan bantuan air putih.
2. Untuk zat besi dalam bentuk tablet kunyah, bisa mengunyahnya terlebih dahulu
sebelum ditelan.
3. Untuk zat besi dalam bentuk tablet effervescent dan serbuk, larutkan terlebih
dahulu ke dalam segelas air sebelum dikonsumsi.
4. Suplemen zat besi bentuk sirup perlu dikocok terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi. Gunakan sendok takar yang tersedia pada kemasan suplemen agar
dosisnya tepat.
II. Dosis Obat
Tujuan: Pengobatan anemia defisiensi besi
1. Dewasa: 65–200 mg, 2–3 kali sehari.
2. Anak-anak: 3–6 mg/kgBB, 3 kali sehari. Dosis maksimal 200 mg tiap hari. Dosis
maksimal adalah 200 mg tiap hari.
3. Lansia: 15–50 mg tiap hari.

Tujuan: Pencegahan anemia defisiensi besi


1. Dewasa: 65 mg tiap hari.
2. Bayi usia ≥4 bulan: 1 mg/kgBB tiap hari.
3. Anak usia ≥6 bulan – <2 tahun: 10–12,5 mg tiap hari selama 3 bulan berturut-
turut.
4. Anak usia 2 – <5 tahun: 30 mg tiap hari selama 3 bulan berturut-turut.
5. Anak usia ≥5 tahun: 30–60 mg setiap hari selama 3 bulan berturut-turut.

 Vitamin B12 (Sianokobalamin)


I. Cara penggunaan
1. Suplemen vitamin B12 sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan perut kosong, kira-
kira 1–2 jam sebelum atau sesudah makan. Telan tablet atau kapsul vitamin B12
secara utuh dengan segelas air putih. Jangan membelah, mengunyah, atau
menggerus suplemen.
2. Sementara itu, vitamin B12 dalam bentuk tablet kunyah tidak boleh ditelan secara
langsung, tetapi harus dikunyah sampai benar-benar larut. Untuk vitamin B12
tablet larut (effervescent), larutkan 1 tablet dengan segelas air putih dan tunggu
sampai benar-benar larut sebelum diminum.
3. Vitamin B12 dalam bentuk sirop dikonsumsi dengan menggunakan sendok takar
yang disertakan di dalam kemasan. Jangan menggunakan sendok makan biasa
karena dosisnya akan berbeda.
II. Dosis Obat
Kondisi: Anemia pernisiosa
1. Dewasa: 2.000 mcg per hari.
2. Anak-anak: 1.000 mcg per hari atau tiap 2 minggu sekali.
Kondisi: Anemia megaloblastik
1. Dewasa: 50–150 mcg per hari.

Kondisi: Kekurangan vitamin B12


1. Dewasa: 25–2000 mcg per hari.
2. Anak-anak: 0,5–3 mcg per hari.

 Asam Folat
I. Cara penggunaan
Asam folat dapat dikonsumsi bersama atau tanpa makanan. Telan tablet dengan
bantuan segelas air putih. Usahakan untuk mengonsumsinya pada waktu yang sama
setiap harinya agar efek pengobatan maksimal.

II. Dosis Obat


Tujuan: Mencegah dan mengatasi kekurangan asam folat
1. Dosis awal: 250–1.000 mcg per hari.
2. Dosis pemeliharaan: 250 mcg per hari.
3. Ibu hamil dan menyusui: 800 mcg per hari atau 400 mcg, 2 kali sehari.

Tujuan: Sebagai suplemen vitamin pada ibu hamil


1. Dosis: 100–1.000 mcg per hari.

Tujuan: Mencukupi asupan ketika kebutuhan asam folat meningkat


1. Dosis: 500–1.000 mcg per hari.

 Kontraindikasi Obat
 Zat Besi (Fe)
Zat besi dikontraindikasikan pada hipersensitivitas, hemokromatosis, anemia hemolitik,
hemosiderosis, ulkus peptikum aktif, enteritis regional dan kolitis ulseratif. Pasien yang
mendapat transfusi darah berulang atau preparat besi parenteral juga tidak disarankan
mengonsumsi Zat besi.
Peringatan :
Penggunaan Zat besi harus berhati-hati pada pasien dengan hemoglobinopati, gangguan
penyimpanan atau absorpsi besi, riwayat ulkus peptikum, dan post gastrektomi.
Penggunaan Zat besi tidak boleh melebihi dosis yang disarankan. Penggunaan melebihi
dosis 20 mg/kg dapat menyebabkan toksisitas, termasuk gagal ginjal dan iron-induced
coagulopathy.
 Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Kontraindikasi cyanocobalamin adalah reaksi hipersensitivitas atau anafilaksis terhadap
obat atau komponen obat ini, terutama pada pemberian secara parenteral. Jika pasien
hendak menerima sediaan intranasal sebelum dapat menoleransi sediaan parenteral,
lakukan intradermal test terlebih dahulu (terutama pada pasien yang dicurigai memiliki
risiko anafilaksis terhadap cyanocobalamin).
Peringatan :
Terapi intensif terhadap pasien anemia megaloblastik yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin B12 perlu dilakukan dengan hati-hati karena berisiko menimbulkan hipokalemia
dan kematian mendadak. Pasien seperti ini juga mungkin mengalami trombositosis.

 Asam Folat
Kontraindikasi asam folat adalah reaksi hipersensitivitas terhadap asam folat beserta
formulasinya. Asam folat juga dikontraindikasikan pada pasien yang telah menunjukkan
intoleransi sebelumnya terhadap obat tersebut.
Peringatan :
Asam folat tidak diindikasikan untuk anemia pernisiosa, maupun sebagai monoterapi
untuk anemia megaloblastik yang hanya disebabkan oleh defisiensi vitamin B12.
Penggunaan suplementasi asam folat pada pasien anemia yang penyebabnya belum jelas
sebaiknya tidak dilakukan, karena dapat menyamarkan gejala hematologik dan dapat
memperparah komplikasi neurologisnya.

Anda mungkin juga menyukai