K3 - Tugas Parameter Titik Kritis Pembuatan Tablet Dan Granul

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR KERJA

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

Parameter Titik Kritis Pembuatan Tablet dan Granul

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Levani Angelica (208114113)

Mustika Ratna Sabatini (218114115)

KD. Jody Nata Nugraha (218114123)

Salsabillah Junizar Putri Wahyudi (218114131)

Diajeng Ayu Prameswari (218114151)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2022
Parameter Titik Kritis Pembuatan Tablet dan Granul

A. Kempa langsung

Proses kempa langsung terdiri dari 3 tahap, yaitu pengayakan, pencampuran, dan
pencetakan tablet. Syarat suatu obat dapat dibuat dengan metode kempa langsung adalah
zat aktif obat memiliki sifat alir yang baik dan memiliki nilai kompresibilitas yang baik
(tinggi), dan efek lubrikan yang baik. Titik kritis pada pembuatan tablet kempa langsung
terdiri atas:
a) Pemilihan bahan eksipien
Pada metode kempa langsung diperlukan pemilihan eksipien yang memiliki sifat
alir yang baik, nilai kompresibilitas (kemampuan kempa) tinggi, seperti sukrosa,
selulosa mikrokristal, dan laktosa anhidrat (Zaman dan Sopyan, 2020). Untuk
bahan lubrikan dan glidan, misalnya aerosil. Eksipien yang biasa digunakan
adalah pengisi, disintegran dan lubrikan (Syukri, 2018).
b) Pengayakan
Pengayakan ini dilakukan untuk mendapatkan keseragaman dan distribusi ukuran
partikel dari zat aktif dan eksipien, karena ukuran partikel ini berkaitan dengan
sifat kompresi campuran serbuk. Serbuk zat aktif dan eksipien akan digiling
terlebih dahulu, jika ukurannya berbeda signifikan dan tidak bisa melewati ayakan
(Syukri, 2018).
c) Pencampuran
Pencampuran serbuk zat aktif dan eksipien adalah kunci untuk pembuatan sediaan
solid, karena pada proses ini diharapkan kelompok partikel yang dicuplik dari
bagian manapun dalam campuran harus memiliki proporsi yang sama setiap
partikel (homogenitas) dengan adanya sedikit simpangan (>5%) (Syukri, 2018).
Tipe alat, waktu, dan kecepatan dari mixer ini sangat berpengaruh pada formulasi
yang ditargetkan.
d) Pengempaan/Pencetakan
Proses ini menjadi titik kritis untuk proses pembuatan sediaan tablet karena akan
mempengaruhi visual dan keberhasilan terbentuknya tablet. Titik kritis prosesnya
adalah kecepatan dan tekanan pengempaan, dan kecepatan pengisian die. Hal ini
akan sangat mempengaruhi terjadinya kerusakan tablet setelah dikempa (Murtini
dan Elisa, 2018).

B. Wet granulation (Granulasi basah)


a) Proses pembuatan wet granulation granulasi basah :
Metode granulasi basah sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan
dalam formulasi bersifat tahan lembab dan panas, serta memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang relatif buruk. Tujuan dari pembuatan tablet dengan
menggunakan metode granulasi basah yaitu agar dapat meningkatkan sifat alir
dan atau kemampuan kempa yang dilakukan dengan cara mencampur zat aktif
dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan penambahan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga didapatkan massa cetak yang lembap
yang dapat digranulasi dan menghasilkan tablet yang tidak rapuh. Tahapan
singkat proses granulasi basah antara lain :

(Zaman dan Sopyan, 2020)

b) Critical process parameter :


1. Drug
Zat aktif yang digunakan dalam pembuatan tablet dengan granulasi basah
yaitu bahan obat dengan sifat aliran yang buruk, kompresibilitas dan
kompaktibilitas buruk, serta stabil terhadap panas dan lembab. Namun, hal
tersebut dapat memicu terjadinya kontaminasi silang, obat menjadi
termolabil dan lembab, bahan obat banyak yang hilang selama proses
pembuatan tablet, dan dapat terjadi inkompatibilitas (Thapa dkk., 2018).
2. Grind
- Penyamaan ukuran partikel dan pencampuran komponen lain
untuk mengurangi risiko segregasi, bisa menggunakan grinder/
blender/ oscillating granulator. Komponen lain yang dimaksud
adalah pengisi, pewarna, perasa.
- Granul terlalu besar menyebabkan capping dan cracking.
- Jika granul terlalu kasar menyebabkan binding.
- Jika pada saat proses grind pencampuran tidak homogen yang
mengakibatkan zat aktif berwarna sedangkan eksipien putih dan
pewarna bermigrasi ke permukaan granul saat pengeringan dapat
menyebabkan mottling.
(Thapa dkk., 2018)
3. Blend
- Rasio zat cair terhadap zat padat: Ketika jumlah bahan pengikat
cair atau air yang tidak memadai menghasilkan butiran yang lemah
dan rapuh dengan persentase butiran halus yang tinggi, sedangkan
kelebihan air menyebabkan pembasahan yang berlebihan sehingga
membentuk butiran yang keras, padat, dan pertumbuhan butiran
yang tidak terkendali (Thapa dkk., 2018)
- Optimasi : Optimasi dilakukan pada kecepatan, alat yang
digunakan, serta durasi pencampuran. Jika durasi waktu terlalu
cepat dapat mengakibatkan ketidak homogenan, jika terlalu lama
dapat terjadi segregasi (pemisahan 2 partikel, partikel yang besar
terletak di atas partikel yang lebih kecil) (Thapa dkk., 2018).
4. Addition of adjuvant (Penambahan bahan pengisi)
- Bahan pengisi yang dapat digunakan disebut filler-binder, yang
memiliki kemampuan meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas
massa tablet. Penggunaan bahan pengisi yang tepat dapat
memperbaiki sifat alir dan kompaktibilitas massa tablet sehingga
dapat dibuat dengan metode cetak langsung.
- Jika terdapat bahan yang terlalu berminyak dapat menyebabkan
sticking dan lamination.
(Pebrianti dkk., 2022)
5. Addition of liquid (Penambahan Bahan Pengikat)
- Apabila tidak menggunakan bahan pengikat maka tablet dapat
rapuh dan tidak dapat mempertahankan bentuk tabletnya
(membentuk suatu jembatan antara 1 partikel dengan partikel yang
lain)
- Bahan pengikat yang digunakan kurang, maka dapat menyebabkan
chipping (rusaknya bagian tepi tablet, karena butiran tepi yang
kering).
- Bahan pengikat yang digunakan terlalu banyak maka dapat terjadi
sticking (massa cetak tablet menempel pada dinding cetakan) dan
chipping (rusaknya bagian tepi tablet, karena butiran tepi yang
kering).
- Bahan pengikat yang digunakan kurang maka dapat menyebabkan
tablet tidak mengembang yang dapat menyebabkan cracking
(timbul keretakan kecil dan halus pada permukaan tablet).
(Zaman dan Sopyan, 2020)
6. Agglomerate (Penggumpalan)
Proses penggumpalan ini dipengaruhi oleh jumlah bahan pengikat
yang digunakan. Apabila bahan pengikat terlalu banyak maka akan
menghasilkan tablet yang terlalu basah dan keras karena antarpartikel
menempel dengan kuat, apabila terlalu sedikit akan menghasilkan tablet
yang rapuh dan lunak (Zaman dan Sopyan, 2020).
7. Screen
Optimasi dilakukan pada ukuran partikel karena pada tahap ini
mempengaruhi ukuran granul yang dihasilkan (Pebrianti dkk., 2022).
8. Drying
- Durasi dan Suhu: Jika waktu pengeringan terlalu cepat dengan
suhu yang tidak sesuai dapat menyebabkan granul tidak kering
maksimal begitu pula jika waktu pengeringan terlalu lama
sehingga, apabila pengeringan tidak optimal maka granul akan
sulit untuk di kompres menjadi tablet, warna tablet menjadi tidak
seragam (untuk obat yang ditambahkan bahan pewarna), dan
kelembabannya terlalu tinggi.
- Jika granul terlalu kering dapat menyebabkan cracking dan
chipping.
- Jika granul terlalu lembab atau basah dapat menyebabkan binding,
picking, dan capping.
- Jika pengeringan granul tidak maksimal dapat menyebabkan
sticking.
(Zaman dan Sopyan, 2020).
9. Addition of lubricant
- Pencampuran bahan pelicin. Pencampuran ini dilakukan di akhir
karena mencegah supaya partikel tidak menempel pada cetakan
karen pelicin disini berfungsi untuk melapisi sediaan. Jika
dicampur di awal, bahan pelicin tidak akan melapisi sediaan.
- Lubrikan terlalu sedikit dapat menyebabkan capping, binding,
sticking, dan picking.
- Terlalu banyak lubrikan hidrofobik dapat menyebabkan
lamination.
(Zaman dan Sopyan, 2020).
10. Compress
- Jika terdapat udara yang terjebak di massa cetak dapat
menyebabkan capping.
- Jika tekanan pada saat kempa rendah dan atau terlalu cepat dapat
menyebabkan sticking.
(Zaman dan Sopyan, 2020).
c) Uji yang dilakukan untuk metode granulasi basah
1. Pengujian Kadar
Pengujian kadar akan mempengaruhi keamanan dan efektivitas
obat (Pebrianti dkk., 2022)
2. Keseragaman sediaan
Keseragaman dapat mempengaruhi sediaan yang dihasilkan.
Keseragaman sediaan dapat diuji pada tahap granulasi dan pengayakan
untuk menguji keseragaman granul yang dihasilkan (Pebrianti dkk.,
2022)
3. Loss on Drying (LOD)
Pada tahapan pengeringan penting untuk memperhatikan loss on
drying karena kadar air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
mempengaruhi stabilitas fisika dan kimia dari tablet yang dihasilkan
selain itu kadar air akan mempengaruhi degradasi dan pertumbuhan
mikroba pada sediaan (Pebrianti dkk., 2022)
4. Bulk Density
Kerapatan granul diuji pada saat granul telah melewati tahapan
pengeringan dan akan di cetak/kempa uji ini dilakukan karena kerapatan
pada granul dapat mempengaruhi kompresibilitas, tablet abilitas, dan
kompaktibilitas pada proses pencetakan tablet (Pebrianti dkk., 2022)
5. Disolusi
Disolusi berpengaruh pada bioavailabilitas obat. Efikasi dan
keamanan obat juga dapat dilihat dari hasil pengujian disolusi
dikarenakan perubahan yang terjadi pada sediaan dapat mempengaruhi
laju disolusi (Pebrianti dkk., 2022)
6. Waktu hancur
Waktu hancur diuji pada saat telah menjadi tablet. Uji waktu
hancur berpengaruh pada efikasi dan bioavaibilitas obat. Disintegrasi
dapat meningkatkan peningkatan luas permukaan sehingga dapat
menghasilkan laju disolusi yang lebih tinggi (Pebrianti dkk., 2022)
7. Kekerasan tablet
Uji kekerasan pada tablet berhubungan dengan tahapan
pembuatan tablet dalam tahap pencetakkan. Kekerasan pada tablet
berpengaruh pada laju disintegrasi dan secara tidak langsung
berhubungan dengan laju pelepasan obat (Pebrianti dkk., 2022)
8. Ketebalan tablet
Uji kekerasan pada tablet berhubungan dengan tahapan
pembuatan tablet dalam tahap pencetakkan. Hal ini perlu dikontrol saat
tahapan kompresi menggunakan alat karena secara langsung akan
mempengaruhi pelepasan zat aktif obat (Pebrianti dkk., 2022)
9. Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot bertujuan untuk menguji bahwa tablet
mengandung jumlah zat aktif yang tepat. Keragaman bobot dapat
dianggap sebagai indikasi keseragaman dosis zat aktif yang diberikan
dan keseragaman distribusi zat aktif pada saat granulasi (Syukri,
Wibowo, dan Herlin, 2018).

C. Granulasi kering
Metode granulasi kering sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan dalam
formulasi bersifat termolabil atau sensitif terhadap lembab dan panas, serta memiliki sifat
alir dan kompresibilitas yang relatif buruk. Pembuatan tablet dengan metode granulasi
kering bertujuan untuk dapat meningkatkan sifat alir dan atau kemampuan kempa massa
cetak tablet. Metode granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada
tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian
digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan
(Zaman dan Sopyan, 2020).
(Zaman dan Sopyan, 2020)

Titik kritis yang digunakan dalam granulasi kering antara lain sebagai berikut.

a. Drug

Sifat dari zat aktif sangat penting untuk diperhatikan dalam pemilihannya, dimana
harus memilih bahan yang bersifat termolabil karena metode granulasi kering ini
sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan dalam formulasi bersifat
termolabil atau sensitif terhadap lembab dan panas, serta memiliki kompresibilitas
yang buruk. Apabila zat aktif yang dipilih tidak sesuai maka efektivitas dari tablet
tidak optimal untuk terapi.

b. Grind/Penggerusan
● Metode penggerusan harus disesuaikan dengan tujuan tingkat kehalusan yang
diinginkan seperti butir kasar, sedang. dan halus. Apabila tidak sesuai. tablet
yang dibentuk akan mudah hancur atau justru sulit hancur.
● Lama waktu penggerusan, dimana penggerusan yang terlalu lama dapat
menyebabkan butiran granul yang kecil yang dapat menyebabkan tablet terlalu
rapuh sehingga perlu adanya optimasi waktu.
● Kecepatan penggerusan untuk tiap obat atau zat aktif harus sama untuk
mendapat ukuran granul yang sama sehingga ketika dikompres menjadi tablet
tidak terpecah-pecah.
● Granul terlalu besar menyebabkan capping dan cracking.
c. Blend
● Waktu pencampuran berpengaruh terhadap homogenitas distribusi zat aktif di
antara partikel pembawa, dimana peningkatan waktu pencampuran akan
meningkatkan homogenitas kadar.
● Kecepatan pencampuran dapat mempengaruhi homogenitas campuran akhir.
Pemilihan kecepatan putar dapat memastikan tingkat energi pencampuran geser
serbuk yang optimal untuk bisa mendapatkan keseragaman campuran.
d. Adjuvant

Bahan pengisi yang dapat digunakan disebut filler-binder, yang memiliki


kemampuan meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa tablet.
Penggunaan bahan pengisi yang tepat dapat memperbaiki sifat alir dan
kompaktibilitas massa tablet sehingga dapat dibuat dengan metode cetak
langsung. Bahan pengisi berfungsi untuk meningkatkan atau memperoleh massa
agar mencukupi jumlah massa campuran sehingga dapat dikompresi/dicetak. Jika
tidak menggunakan zat tambahan atau eksipien suatu obat maka menjadikan
ketidakstabilan tablet saat dikempa (Meirista dkk., 2022).

e. Crush

Campuran massa serbuk dihancurkan dengan tekanan besar untuk menghasilkan


bongkahan (slugging).

f. Screen
● Terkait dengan massa sampel, lebih baik sampel yang akan diayak tidak terlalu
banyak karena nanti akan sulit terayak yang menyebabkan ukuran partikel yang
tidak merata.
● Intensitas getaran juga penting diperhatikan karena kekuatan getaran ini juga
berpengaruh terhadap granul yang akan dihasilkan. Semakin kuat getaran maka
semakin banyak tumbukan antar partikel yang menyebabkan semakin
terkikisnya partikel sehingga granul akan mudah hancur.
● Waktu pengayakan, apabila waktu pengayakan terlalu lama maka granul akan
hancur menjadi serbuk, apabila terlalu cepat maka tidak semua granul dapat
terayak sehingga diperlukan optimasi waktu pengayakan untuk mendapat hasil
granul yang baik.
● Semakin besar ukuran partikel maka lama waktu pengayakan semakin lama.

(Ramadhansyah, 2021).

g. Lubricant
● Pencampuran bahan pelicin dilakukan diakhir karena mencegah supaya partikel
tidak menempel pada cetakan karen pelicin disini berfungsi untuk melapisi
sediaan. Jika dicampur di awal, bahan pelicin tidak akan melapisi sediaan.
● Lubrikan terlalu sedikit dapat menyebabkan capping, binding, sticking, dan
picking.
● Terlalu banyak lubrikan hidrofobik dapat menyebabkan lamination.
h. Compress
● Compress Speed

Compress speed dapat mempengaruhi keragaman bobot dan bobot individual.


Semakin meningkatnya compress peed menyebabkan peningkatan keragaman
bobot secara signifikan. Hal ini berkaitan dengan bobot tablet yang dapat
berkurang dengan semakin meningkatnya compress speed karena waktu filling
menjadi lebih singkat.

● Compression Force

Compression force dapat mempengaruhi kekerasan, kerapuhan, dan waktu


hancur tablet. Ketika compression force kurang akan menyebabkan kekerasan
menurun dan kerapuhan meningkat

● Fill Depth

Fill depth mempengaruhi bobot tablet. Meningkatnya fill depth secara signifikan
meningkatkan bobot tablet karena volume dies meningkat juga.
● Jika terdapat udara yang terjebak di massa cetak dapat menyebabkan capping.
● Jika tekanan pada saat kempa rendah dan atau terlalu cepat dapat menyebabkan
sticking.

D. Kerusakan tablet
a) Binding
Binding merupakan kerusakan pada tablet yang berkaitan dengan
pengaruh oleh eksipien, yang disebut binding adalah keadaan saat massa cetak
yang akan dikempa melekat pada dinding ruang cetak pada saat proses ejection
karena massa cetak yang tidak kering atau kurangnya pemberian lubrikan.
Adapun beberapa penyebab lainnya seperti:
- Granul yang terlalu lembab dan basah
- Lubrikan yang diberikan terlalu sedikit atau tidak sesuai
- Tekstur granul yang terlalu kasar
- Terdapat kotoran pada area punch dan die
Binding dapat dihindari dengan melakukan beberapa tindakan seperti:
- Mengeringkan granul dengan optimal,
- Memastikan jenis dan jumlah lubrikan yang sesuai serta efektif untuk
digunakan,
- Memperhatikan ukuran granul, dan
- Selalu memperhatikan kebersihan punch dan die
(Zaman dan Sopyan, 2020)

b) Sticking
Sticking merupakan kejadian yang dipengaruhi oleh zat eksipien yang di
mana suatu material tablet akan menempel pada cetakan die atau dinding cetakan
(Asriyani, 2021). Sticking terjadi karena massa cetak lengket dan kebanyakan
disebabkan oleh kelembaban yang berlebihan pada proses granulasi.
Adapun beberapa penyebab lainnya seperti:
- Proses pengeringan granul yang kurang maksimal
- Lubrikan yang terlalu sedikit atau kurang sesuai
- Zat pengikat yang berlebihan
- Terdapat bahan yang berminyak
- Tekanan yang diberikan terlalu rendah
- Pengempaan yang dilakukan terlalu singkat
Sticking dapat dihindari dengan melakukan beberapa tindakan seperti:
- Melakukan proses pengeringan granul sesuai yang dengan
langkah-langkah yang semestinya
- Memperhatikan pemilihan jenis dan jumlah lubrikan juga zat pengikat
yang akan dipakai
- Mempersiapkan modifikasi proses pencampuran dan tambahan zat
adsorben apabila terjadi kondisi yang tak diharapkan
- Menggunakan kekuatan tekanan yang sesuai
- Proses pengempaan harus benar-benar diperhatikan dan dicek kembali
hasilnya
(Zaman dan Sopyan, 2020)

c) Capping
Capping merupakan keadaan di mana segmen bagian atas atau bawah dari
tablet mengalami pemisahan secara horizontal akibat adanya udara yang masuk
kemudian terjebak dalam massa cetak (Asriyani, 2021). Capping berkaitan
dengan proses selama pengempaan tablet berlangsung.
Adapun beberapa penyebab lainnya seperti:
- Bentuk dan ukuran granul yang terlalu besar
- Granul memiliki kelembaban yang terlalu rendah
- Zat pengikat dan lubrikan yang berlebihan dan tidak sesuai
- Masuknya udara dan terjebak pada bagian massa cetak
- Tidak terkontrolnya suhu dan kelembaban pada area cetak tablet
Capping dapat dihindari dengan melakukan beberapa tindakan seperti:
- Menggunakan mesh berukuran 100-200 selama proses pengayakan untuk
memperkecil ukuran granul
- Kelembaban granul harus dipastikan apakah perlu penambahan zat
pembasah seperti: sorbitol, PEG 4000, dan metil selulosa
- Mengetahui jenis zat pengikat dan lubrikan yang sesuai dengan granul
yang akan dijadikan tablet
- Memastikan tidak ada udara yang masuk dan terjebak selama proses
pengempaan
- Memastikan suhu dan kelembaban pada ruang pencetakan tablet sesuai
dengan ketentuan yang seharusnya
(Zaman dan Sopyan, 2020)

d) Mottling
Mottling merupakan keadaan dimana distribus warna yang tidak merata
pada tablet, dengan terdapatnya bagian bintik-bintik terang atau gelap menonjol
pada permukaan yang seragam (Zaman & Sopyan, 2020). Penyebab mottling
adalah berbedanya bahan obat dengan bahan penambah atau hasil uraian obat
berwarna. Cara untuk mengatasinya dengan :
- Mengganti sistem pelarut
- Mengganti sistem pengikat
- Menurunkan suhu pengeringan
- Mengurangi ukuran granul
(Tungadi, 2018).

e) Tidak seragam
Homogen merupakan campuran yang seragam menggunakan mesin
pencampuran (mixer) serbuk bahan obat. Mesin pencampuran dan pengaturan
parameter proses pencampuran akan mempengaruhi tingkat homogenitas hasil
pencampuran tablet. Tingkat homogenitas hasil pencampuran akan berpengaruh
terhadap sifat fisik pada tablet (Setyono dan Purnawiranita, 2021).
f) Splitting
Splitting merupakan lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet, terutama
pada bagian tengah (Syamsudin, 2006). Penyebab terjadinya splitting adalah :
- Daya ikat yang kurang.
- Massa tablet yang kandungan udara terlalu banyak yang mengakibatkan
kandungan udara keluar setelah di cetak.
Cara mengatasinya adalah :
- Menambahkan pengikat kering.
- Meningkatkan atau menurunkan jumlah lubrikan yang digunakan atau
mengganti proses granulasi. .
(Asriyani, 2021).
DAFTAR PUSTAKA

Asriyani, H., 2021. Kajian Pustaka Evaluasi Fisik Sediaan Tablet Non Salut, Karya Tulis
Ilmiah, Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana, Bandung.
Meirista, I., Mariska, R.P., Soyata,A., Fitria, Lestari,F., dan Hartesi, B., 2022. Modifikasi Pati
Beras Ketan Putih Sebagai Pengisi Pada Pembuatan Tablet Kempa Langsung.
Majalah Farmasetika, 8:70.
Murtini, G., Elisa, Y., 2018. Teknologi Sediaan Solid. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, hlm. 146-151.
Pebrianti, A.S., Megantara, S., Wijayanti, R., 2022. Tinjauan Critical Quality Attributes (CQA)
Dan Critical Process Parameter (CPP) Sebagai Bagian Dari Pendekatan Quality By
Design Dalam Proses Pengembangan Tablet Salut Selaput Film. Majalah
Farmasetika, 7: 259-264.
Ramadhansyah, R., 2021. Analisis Mesin Ayakan Tepung Untuk Usaha Kecil dan Menengah.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
Setyono, B., Purnawiranita, F., 2021. Pengaruh Putaran Dan Lama Proses Pencampuran Bahan
Tablet Parasetamol Terhadap Sifat Fisik Menggunakan Mesin Mixer Ganda 2d Hasil
Rancangan Dengan Tabung Double Cone Dan V-25o, Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Terapan, Surabaya. 501.
Syamsuni., 2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
86.
Syukri, Y., 2018. Teknologi Sediaan Obat Dalam Bentuk Solid. Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta, hlm. 95-100.
Syukri, Y., Wibowo, J.T., Herlin, A., 2018. Pemilihan Bahan Pengisi untuk Formulasi Tablet
Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl). Jurnal Sains Farmasi &
Klinis, 5: 68.
Thapa, P., Choi, D.H., Kim, M.S., dan Jeong, S.H., 2018. Effects of granulation process
variables on the physical properties of dosage forms by combination of experimental
design and principal component analysis. Asian Journal of Pharmaceutical Sciences,
14: 290.
Tungadi, R., 2018. Teknologi Sediaan Solida. Wade Group, Ponorogo, 40.
Zaman, N. N., Sopyan, I., 2020. Metode Pembuatan dan Kerusakan Fisik Sediaan Tablet.
Majalah Farmasetika, 5(2): 82-93.

Anda mungkin juga menyukai