Anda di halaman 1dari 13

DWI NATUR YESUS SEBAGAI MANUSIA SEJATI YANG TIDAK TERIKAT

DALAM MATERIALISTIK

Yen Chorina

Institut Agama Kristen Negeri Toraja

yenchorina016@gmail.com

Abstract
Understanding the Humanity of Jesus As a true man raises a conflicting story. With
various arguments make theologians contradict each other. The point of the contradiction
itself is that Jesus who is God and also has a human nature but became a real man.
Through this humanity Jesus then became a contradiction in his ministry when he was in the
world. With various human traits that Jesus also experienced, so that there is a rebuttal that
where the divinity of Jesus is believed to be the divine Jesus as well as true human. This
paper aims to understand further about the humanity of Jesus which is inseparable from the
Divinity that is different from humans in general

Keywords: Nature of Jesus, Humanity of Jesus, Materialistic .


Abstrak
Memahami Kemanusiaan Yesus Sebagai manusia sejati menimbulkan suatu kisah
yang bertentangan. Dengan berbagai argument-argument membuat para teolog saling
bertentang. Pokok dari pertentangan itu sendiri ialah bahwa Yesus yang adalah Allah dan
juga memiliki Natur sebagai manusia tetapi menjadi manusia yang sejati. Melalui
kemanusiaan Yesus ini kemudian menjadi petentangan dalam pelayanannya ketika berada
dalam dunia. Dengan berbagai sifat manusia yang juga dialami Yesus sehingga mendapat
bantahan bahwa dimana Keallahan Yesus yang dipercayaai sebagai Yesus yang Ilahi dan
juga manusia sejati. Tulisan ini bertujuan untuk memahami lebih jauh mengenai
kemanusiaan Yesus yang tidak telepas dari Keilahian yang berbeda dengan manusia pada
Umumnya.
Kata Kunci: Natur Yesus , Kemanusiaan Yesus , Materialistik.
PENDAHULUAN

Orang percaya terkhusus Orang Kristen penganut gereja Reformasi yang menganut
dan mempercayai bahwa Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan juga sungguh-
sungguh manusia. Inilah kemudian yang selalu menjadi Tanya dalam realitas kehidupan
bagaimana sebenarnya hal itu bisa terjadi dan bagaimana peran yang sesunggunya dari Dwi
Natur Yesus itu sendiri. Terkait dengan Allah yang menjadi manusia yang juga adalah Allah
yang bisa dibedakan tetapi sulit dalam memisahkannya bahkan tidak bisa dipisahkan.
Melalui hal itulah yang sering menjadi Tanya. Bahkan melalui yang tidak kalah penting
juga membuat manusia lebih menyukai mempelajari Alkitab baik dari penganut Agama
Kristen pun dari agama lain. Sehingga sunggu menjadi tanya bahwa bagaimana sebenarnya
atau sesunggunya tentang Yesus yang disebut “Fully God dan Fully Man atau sungguh-
sungguh manusia tetapi ada dalam satu pribadi atau satu person.1

Ketika berbicara tentang Yesus yang sungguh-sungguh manusia berarti dikatakan


juga bahwa Yesus Kristus memiliki sifat-sifat yang pada umumnya dimiliki oleh manusia.
Tetapi tidak terlepas dari hal itu bahwa Yesus Kristus memiliki juga sifat yang mendasar
atau sifat-sifat yang khas yang menunjukkan atau membuktikan bahwa IA adalah sungguh-
sungguh Allah. Sering juga terjadi atau dijumpai bahwa ketika membicarakan Yesus sebagai
manusia berarti Dia bukanlah Allah. Dan ketika membicarakan bahwa Yesus adalah Allah
berarti Dia bukanlah manusia. Sehingga pemahaman ini yang membutuhkan penjelasan
bagaimana sesungguhnya kita memahami Dwi Natur Yesus itu sendiri.

Dari segi Kemanusiaanya Yesus Kristus yang adalah Allah sekaligus Manusia Sejati.
Terlebih jika merujuk kepada Injil terkhusus dalam Injil Yohanes bahwa Yesus adalah
Manusia. Melalui Kemanusiaan Yesus ini dalam kehidupan sering terjadi dan dijumpai
perdebatan dalam setiap diskusi secara teologi mengenai pribadi Yesus itu sendiri. Tetapi
Alkitab bisa memberikan suatu sumber yang sempurnah akan Kemanusianna Yesus, terlebih
akan Keilahian-Nya. Tetapi ada juga berbagai paham atau aliran yang menentang akan hal
itu. Bahkan dengan adanya persoalan ini menjadi suatu pertentangan antara agama-agama di
dunia. Dengan pandangan bahwa Yesus bukanlah seorang Penyelamat melainkan hanya
seorang Nabi. Juga ketika melihat dari pelayanan atau apa yang Yesus lakukan terutama
dalam pelayanannya yang menunjukkan Keilahiannya mendapat tantangan bahwa hanya
dilakukan sebatas manusia biasa. Dan dalam melakukan hal itu terkadang muncul

1
D I Dalam et al., “Keutuhan Nature-Hakekat Allah-Manusia Di Dalam Pribadi Yesus Kristus Tuhan” (n.d.): 4.
perdebatan akan dimana letak Keilahian itu ketika menjadi seorang manusia. Terutama jika
berbicara menenai sifat manusia yang juga dimiliki oleh Yesus. Beitupun dari masa
pertumbuhan dan perkembangan yang juga sering menjadi perdebatan yang diasuh oleh
manusia biasa dan yang mengalamai kehidupan seperti manusia pada umumnya. Sampai
kepada pelayanan yang dilakukan oleh Yesus sendiri bahwa berbaga hal yang dilakukannya
dipandang sebagai suatu hal yang memang telah dipelajari, dan menjadi pertanyaan penting
juga bahwa bagaimana Dwi Natur Yesus ini yang menjadi manusia sejati dan memiliki
Keilahian. Melihat hal itu bagaimana kemudia itu bekerja bersama terlebih mengarah
kepada Kemanusiaanya yang tidak dibatasi oleh materi seperti manusia biasa pada
umumnya. Penelitian ini tidak secara utuh membahas tentang Kristologi melainkan hanya
berfokus kepada natur Kemanusiaan Yesus.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan metode penelitian kualitatif
yang merujuk kepada studi pustaka dan kajian. Pendekatan kualitatif yang dimaksudkan
adalah penulis membaca dan menganalis berbagai literatur dan yang berkaitan dengan
Kemanusiaan Yesus dan penulis kemudian merangkum berbagai pandangan sehingga
memberikan beberapa penegasan yang sekaitan dengan topik. Dan dalam pendekatan
apologetika, pendekatan teologis-apologitis yang dimaksud adalah penulis menjelaskan
2
beberapa argumen yang didapatkan dan dibela dengan menggunakan argumen. Metode
penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan menggunakan Alkitab, Buku-buku, serta
berbagai jurnal dan artikel online. Terlebih yang berkaitan dengan Kemanusiaan Yesus.
Sehinga penulisan ini dapat memberikan penegasan mengenai kepercayaan kepada
kehidupan kemanusiaan Yesus Kristus yang bener-benar sebagai manusia sejati.

PEMBAHASAN

Yesus Sebagai Manusia Sejati

Kesetiaan Yesus sebagai manusia begitu jelas bahkan banyak dari kitab-kitab yang
menunjukkan kesejatian Yesus Kristus seperti dalam injil sinoptik, dalam Tulisan-tulisan
Yohanes, dalam Kisah para rasul, dala m pengajaran dan surat-surat Paulus, Surat Ibrani,
surat-surat Petrus serta dalam kitab Wahyu.3

2
John W. Creswell, “Penelitian Kualitatif & Desain Riset,” Mycological Research 94, no. 4 (2015): 522.
3
S Tandiassa, Teologia Paulus (Yogyakarta: Moriel, 2011), 260.
Kitab-kitab Injil Sinoptik menceritakan atau menegaskan Yesus Kristus sebagai
manusia yang lebih dari seorang manusia. Tetapi dalam kitab Markus lebih menegaskan
tentang kemanusiaan Yesus Kristus. Dalam injil juga menegaskan tentang kelahiran Yesus
yang benar-benar manusia yang hidup dalam keluarga biasa. Bahkan juga mengalami
berbagi persoalan yang seperti biasanya terjadi pada manusia. Menjadi bukti juga ketika
Yesus dalam masa kanak-kanak yang membuat orang tua-Nya cemas ketika dalam
perjalanan kemudia Yesus Hilang atau ketika Yesus Tinggal bersama para Imam-imam. 4
Tetapi dalam Kitab Injil menegaskan bahwa Yesus begitu patuh kepada orang tuanya dan
jelas mengalami suatu pekembangan yang sama dengan manusia pada umumnya.5

Kitab Injil kemudian membadakan kehidupan Yesus dengan manusia pada umumnya
ketika manusia Yesus memulai pelayanannya dan ketika dilakukan pembabtisan dan muncul
suara dari sorga. Yesus juga diperhadapkan dengan berbagia pencobaan-pencobaan yang
menjadi tanda bahwa Yesus juga mengalami suatu pencobaan moral seperti manusia pada
umumnya6

Tetapi dalam kitab injil tidak menegaskan bahwa pencobaan yang Yesus alami sama
dengan yang dialami manusia melainkan pencobaan yang dialami Yesus pencobaan khusus
yang juga ada hubungannya dengan misi Yesus sebagai Mesias 7

Mengenai berbagai tulisan-tulisan Yohanes yang membahas mengenai kemanusiaan


Yesus. terlebih dikatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita.
Dengan suatu pemahaman bahwa Yesus mengalami suatu inkarnasi dan juga sama dengan
kita manusia yang dilihat dari kata Logos itu sendiri. Dan Yohanes menegaskan bahwa
Yesus adalah Firman yang memang sudah ada sebelum segala sesuatunya ada. Sehingga dari
hal itu Yesus menjadi manusia yang sejati8.

Sekaitan dengan para pengkhotbah masa mula-mula yang juga mengajarkan tentang
Yesus. Dimana dalam pengenalan para rasul menggunakan istilah Yesus dari Nazaret yang
kemudian menunjukkan bahwa Yesus pernah hidup bersama dengan orang Nazaret.
Meskipun demikian para rasul tetap menrujuk pada pelayan Yesus yang maha tinggi dan
bukan kepada pelayanan dan hidup-Nya di dunia.

4
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 Allah, Manusia,Kristus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 245.
5
Tandiassa, Teologia Paulus, 261.
6
Ibid., 262.
7
Ibid., 263.
8
Ibid., 265.
Begitupun dengan pengakuan seorang Paulus mengenai Kemanusiaan Yesus. Bahwa
dalam setiap surat yang ditulisnya hampir semua mencantumkan kemanusiaan Yesus.
Dengan penekanan bahwa Paulus sungguh-sungguh menyebut Yesus Kristus sebagai
manusia. Paulus juga menyamakan kemanusiaan Yesus sebagai Adam. Dalam Suratnya
Paulus kemudian atau menyebut Yesus dengan tipologi Adam akhir 9 . Dengan penegasan
Paulus bahwa hidup orang-orang yang percaya kepada Kristus bukan hanya semata lebih
dari kematian yang Adam lakukan sebagai yang berakibat kepada seluruh manusia.
Melainkan menjadi suatu implikasi bahwa kehidupan yang dijalani itu datangnya dari Roh
dan Surga.Dan dalam Roma 5:10 juga begitu jelas menegaskan bahwa Yesus Kristus begitu
taat bahkan ketaatannya itu nyata sampai mati. Demi menyelesaikan segala yang berakibat
dari ketidaktaatan Adam yang pertama. 10 Paulus dalam pengajaran menyatakan Kristus
sebagai pembuka jalan bagi kehidupan manusia yang baru dan melalui Kebangkitan-Nya
itulah yang menjadi dasar dari sebutan sebagai Adam terakhir. 11

Paulus dengan begitu segan menyebutkan Yesus Kristus lahir dengan proses yang
sangatlah wajar. Dimana dilahirkan melalui kandungan seorang wanita atau seorang Ibu .
Bahkan keberadaan-Nya di dalam dunia ini menjadi manusia yang normal. 12 Terlebih
melalui suatu garis keturunan Yesus kemanusiaan-Nya bisa dikenal. Sebagaimana Yesus
yang dikenal lahir dari keturunan Daud. Bahkan jika dilihat dari Segi Ekonomi, Paulus
dalam suratnya memposisikan sebagai kelompok yang tergolong orang miskin. Tetapi
Paulus kemudian begitu mengakui kesejatian dari Kemanusiaan Yesus Kristus. 13 Oleh
karena kasih-Nya rela menjadi miskin bahkan menjadi orang yang melayani orang-orang
Yahudi. Berbagai pelayanan yang dilakukan. Bahkan rela untuk dihukum, dicaci maki,
disalibkan bahkan sampai dibunuh dan mati dengan cara yang dilakukan juga kepada
manusia pada umumnya yaitu disalibkan. Yesus yang sungguh menjadi manusia sejati
Nampak melalui keberadaan sebagai manusia yang tidak berdosa. Seorang Paulus sungguh
sangat menekankan Ketidakberdosaan Yesus melalui berbagai pernyataan-pernyataan.

Yesus yang dikenal sebagai manusia sejati bahkan dikatakan tidak mengenal dosa.
Dengan pemahaman bahwa Yesus tidak memiliki suatu kemampuan untuk melakukan dosa.
Bahkan sungguh tidak memiliki potensi dalam diri untuk melakukan dosa, ditegaskan juga

9
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 Allah, Manusia,Kristus, 159.
10
Herman Ridderbos, Paulus (Surabaya: Momentum, 2015), 95.
11
Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 230.
12
Peniel C D Maiaweng, “INKARNASI : REALITAS KEMANUSIAAN YESUS” 13, no. 1 (2015): 10.
13
Yusak Tridarmanto, “Yesus Sang Manusia 1” 37, no. 2 (n.d.): 149–162.
bahwa melalui kehidupan atau pengalaman hidup Yesus memang tidak mengenal bahkan
mengetahui tentang dosa itu. Dan melalui pengakuan Paulus bahwa Kemanusiaan Yesus
memang suatu kenyataan dan tanpa pekerjaan Yesus sebagai manusia bahkan diatas kayu
salib dan Pemuliaan-Nya tidak akan memiliki suatu arti.14

Dalam surat Ibrani yang begitu menegaskan bahwa kemanusiaan Yesus Kristus
sungguh tidak dapat diabaikan. Diakui bahwa Yesus yang menjadi manusia yang pertama-
tama membuka jalan itu. Begitu pula dalam surat Petrus menerima dengan tegas
kemanusiaan Yesus Kristus sebagai suatu hal yang benar. Dan bagian terakhir dari Kitab
wahyu yang juga menjadi bagian yang mengakui kemanusiaan Yesus Kristus yang
digambarkan sebagai Anak domba yang terluka.15

Terlebih lagi sejak zaman Tuhan Yesus ada orang-orang yang juga berhadapan
dengan Tuhan Yesus mereka berpendapat bahwa Kristus itu bukanlah Manusia Biasa
melainkankan Allah adanya. Dan menurut orang-orang tersebut Yesus dalam tingkah
lakunya memang menyerupai manusia biasa tetapi itu dikarenakan karena kemanusiaan yang
semua artinya hanya tampak sebagai manusia. 16 Sehingga industries dipandang sebagai
manusia yang memiliki tubuh yang semu yang tubuhnya tidak seperti manusia pada
umumnya.17 Sehingga dalam proses kesengsaraan dan kematian nya bahkan sampai
kebangkitannya merupakan juga suatu hal yang semu adanya. Tetapi yang menjadi
penegasan bahwa memang untuk memahami rahasia Kristus suatu hal yang begitu sulit
untuk dipecahkan. Sehingga dalam memahami hal itu dibutuhkan kan hal-hal lain selain
dari pada akal manusia. Sehingga ditegaskan bahwa hanya orang-orang yang diterangi oleh
Roh kuduslah yang dapat menempatkan Kristus pada tempatnya yang sesungguhnya atau
sebenarnya.18 Yesus Kristus yang adalah manusia sejatih Juga menjadi Allah yang sejati.
Dan dalam diri Yesus ada tabiat ilahi dan insani yang dipersatuhkan. 19

Yesus Manusia yang Tidak Berdosa

Alkitab juga menguraikan mengenai kemanusiaan Yesus Kristus yang tidak berdosa.
Seperti halnya dicatat dalam injil sinoptik, Tulisan Yohanes, Kisah para Rasul Surat Ibrani,

14
Tandiassa, Teologia Paulus, 270.
15
Ibid., 274.
16
Charles c. Ryrie, Teologi Dasar 1 (Yogyakarta: Dan Saya, 2008).
17
Kalis Stevanus, “Bukti Keilahian Yesus Menurut Injil” 32, no. 2 (2020): 82–96.
18
Hadiwijono, Iman Kristen, 309.
19
Ibid., 318.
surat-surat Petrus serta Kitab Wahyu.20 Dalam kitab Injil ada bukti yang memperlihatkan
bahwa Yesus menolak terhadap sikap yang jahat seperti halnya ketika menghardik usahanya
Petrus yang salah. Sebagaimana yang terdapat dalam Mat 16: 23 menjadi penegasan bahwa
tidak ada pikiran jahat yang terdapat dalam diri Yesus Kristus. Dalam Pelayanan-Nya juga
Yesus pernah menegur bahkan dengan tajam berkata kepada orang-orang Farisi dan ahli
Taurat bahwa kemunafikan ada pada mereka, dan tidak ada lontaran jawaban yang
dituduhkan kepada Yesus. Sehingga dengan maksud pelayanan Yesus adalah mengajak
manusia untuk hidup sempurna.21

Dalam tulisan-tulisan Yohanes kemudian mencatat beberapa bukti bahwa Yesus


tidak berdosa. Seperti Halnya ketika Yesus mengatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu dari
hal itu menjadi bukti bahwa Yesus tidak berdosa karena dalam kesadarannya mengakui dan
tidak akan mungkin Yesus mengakui itu jika Yesus sadar ada dosa dalam diri-Nya. Terlebih
lagi bahwa Yohanes dengan tegas menuliskan bahwa di dalam Dia tidak ada dosa yang
terdapat dalam 1 Yohanes 3:5. Bahwa Yesus sungguh dibedakan dengan manusia yang lain.
Sebagaimana Yesus Kristus yang adil dan begitu ditegaskan juga dalam 1 Yohanes 1:8
bahwa tidak ada manusia biasa yang tidak berdosa dengan penegasan bahwa jika seseorang
mengaku tidak berdosa berarti dia menipu diri sendiri. Melalui ayat ini menjelaskan bahwa
manusia pada umumnya berdosa. Juga melalui pengajaran atau khotbah Petrus ketika hari
Pentakosta menegaskan bahwa Yesus diterapkan sebagai orang yang Kudus dan sebagai
orang yang benar.22

Paulus yang begitu sangat menegaskan bahwa Yesus yang tidak berdosa kemudian
dijadikan berdosa oleh karena kita manusia. Dengan mengarah kepada fakta bahwa Yesus
benar-benar tidak mengenal dosa. Dan bukan karena kutuk ia datang melainkan demi untuk
23
keselamatan umat manusia yang berdosa. Surat-surat Petrus juga mendukung bahwa
Yesus tidakah berdosa dengan penegasan bahwa Yesus memikul dosa-dosa umat manusia
sehingga manusia mati terhadap dosa itu dan manusia hidup dalam kebenaran. Sehingga dari
ketidakberdosaan itu menjadi faktor penting untuk memaknai kematian-Nya. Dan pada
bagian Terakhir kitab Wahyu juga sangatlah menekankan bahwa dengan kebangkitan Yesus

20
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 Allah, Manusia,Kristus.
21
R Soedarmo, IKHTISAR DOGMATIKA (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 99.
22
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 Allah, Manusia,Kristus, 259.
23
Ridderbos, Paulus, 98.
tidak ada yang mempertentangkannnya dan ditegaskan bahwa penghakiman ada dalam Dia
yang adalah Yang benar dan Yang setia. 24

Yesus yang tidak berdosa begitu dimaknai sebagai keadaan manusia yang yang
betul-betul ideal sesuai dengan kehendak Allah. Dan dalam ketidakberdosaan Yesus Kristus
nampak melalui relasi dengan inkarnasi.25 Seperti halnya Yesus yang menjadi manusia
dalam bentuk yang bebas dan bersih dari hal berbuat dosa. Karena Yesus harus menjadi
manusia untuk bisa menyelamatkan manusia itu sendiri tetapi tidak berarti bahwa Yesus
harus terlibat masuk dalam dosa manusia.26 Dalam perjanjian baru sangat ditegaskan dan
diperjelas bahwa Yesus Kristus adalah manusia yang sejati dan manusia yang tidak berdosa.
Dan apapun yang menjadi bantahan atas pernyataan ini menjadi alasannya bahwa Allah
menyelamatkan dengan cara memakai seorang manusia yang tidak berdosa yang disebut
sebagai Kristus yang Adalah anaknya sendiri demi untuk menyelamatkan umat manusia
yang berdosa. Dan juga dipahami bahwa ketidakberdosaan itu disamakan dengan ketaatan.
27

Kristus sebagai Anak Manusia

Yesus Kristus yang dilahirkan melalui seorang wanita dan bahkan mengambil rupa
menjadi seorang manusia , dalam kedagingan dikatakan bahwa telah manjadi sama seperti
manusia. Itu mengarah kepada suatu pemahaman bahwa Yesus Kristus sunggu-sunggulah
Allah yang telah menjadi seorang manusia. Tetapi sebelum Yesus menjadi manusia Roh
Kudus yang ditempatkan dalam diri terlebih dalam rahim Maria. Dalam proses
perkembangan ketika berada dalam Rahim Maria, ditekankan bahwa itu benih itu bukan
menjadi suatu Tanggung jawab penuh seorang Maria melainkan itu adalah pekerjaan dan
campur tangan dari Roh Kudus sendiri.28

Dengan penegasan bahwa Maria dipergunakan sebagai suatu yang ditempatkan atau
sesuatu yang sementara dengan kata lain rahimnya dipinjamkan meletakkan benih Ilahi itu.
Sehingga Maria menjadi seorang wanita yang mendapatkan kasih karunia secara khusus
dari Allah. Sehingga melalui rahimnya ia akan melahirkan seorang manusia. Dan tidak
terlepas dari proses perkembangannya bahwa sampai berlanjut kepada kelahrannya itu juga
24
John Stott, KRISTUS YANG TIADA TARA (Surabaya: Momentum, 2008).
25
R Sugirtharaja, Wajah Yesus Di Asia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011).
26
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 Allah, Manusia,Kristus, 269.
27
Stevanus, “Bukti Keilahian Yesus Menurut Injil.”
28
Jonar Situmorang, KRISTOLOGOI Menggali Fakta-Fakta Tentang Pribadi Dan Karya Kristus (Yogyakarta:
ANDI, 2013).
merupakan suatu tanggung jawab dari Roh Kudus sendiri. Sehingga sampai kepada
kelahiran Yesus Ia tetaplah Kudus dan suci. 29

Dengan demikian bukan berarti bahwa Maria adalah seorang yang berdosa sehingga
keberdosaannya mengalir pada benih yang dikandungannya , melainkan benih itu tidak
dicemari sama sekali tetapi Roh Kudus yang terus berperan dan terus melindungi. Tetapi
jika hal ini dipahami dari sisi logika tentu akan sulit untuk diterima, tetapi bagi Allah tidak
ada yang tidak mungkin. Sebagaimana Allah mampu memciptakan sesuatu dari yang tidak
ada menjadi ada sehingga hal Keilahian Yesus yang lahir dari seorang manusia juga
merupakan suatu hal yang tak dapat dipahami hanya denga logika saja. Menjadi juga suatu
penegasan bahwa manusia memiliki suatu keterbatasan sedangakan Allah tidaklah terbatas.30

Yesus yang lahir menjadi anak manusia, yang lahir dari seorang perawan, menjadi
seorangb manusia yang masuk dalam dunia yang nyata. Sehingga melalui Yesus Kristus
yang lahir itu manusia bisa melihat Allah dalam pribadi Yesus. 31 Dalam proses pertumnuhan
Yesus sendiri tidak terlepas dari kehidupan manusia pada umumnya. Hanya letak
perbedaannya ialah pada Yesus tidak ada dosa. Yesus Kristus menjadi manusia yang tidak
berdosa. sedangkan manusia pada umumnya berdosa. Tetapi kemudian Yesus yang bahkan
tidak mengenal akan dosa tetapi dibuat menjadi berdosa sampai mati. Tetapi dalam Alkitab
terkhusus dalam Roma 8:3 mengindikasikan bahwa Yesus tidaklah ikut atau melakukan
bahkan berpartisipasi dalam kedagingan atau keberdosaan. Seperti yang begitu ditegaskan
oleh Paulus seorang yang begitu rendah hati dalam pelayanannya bahkan menjadi Teolog
yang terutama bahwa kedagingan itu atau daging ada dua pemahaman yaitu daging yang
diciptakan Allah dan daging dalam kaitan dengan keberdosaan manusia. Sehingga Yesus
Kristus yang adalah anak Allah tergolong dalam daging yang tidak berdosa atau yang tidak
jatuh bahkan memiliki suatu kesempurnaan.

Meskipun dikatakan bahwa Yesus menjadi seorang manusia Dan kedatangannya


menjadi manusia kemudian menyempurnakan suatu Inkarnasi. Tetapi harus dipahami bahwa
hanya sebatas menjadi manusia yang tetap tidak berdosa. Dan Natur sebagai Allah tidak
berubah terlebih berkurang dengan suatu realita Inkarnasi-Nya. 32

29
Dalam et al., “Keutuhan Nature-Hakekat Allah-Manusia Di Dalam Pribadi Yesus Kristus Tuhan.”
30
Federans Randa Ii, “Eksistensi Yesus Kristus Dalam Perjanjian Baru” 4, no. 1 (2021): 2.
31
C. Groenen, SEJARAH DOGMA KRISTOLOGI (Yogyakarta: Kanisius, 2009).
32
Stevanus, “Bukti Keilahian Yesus Menurut Injil.”
Yesus sebagai anak manusia juga dicatat di dalam beberapa Injil sinoptik dalam
tulisan Yohanes dan dan beberapa bagian di dalam perjanjian baru. Jika berbicara di dalam
kitab-kitab Injil sinoptik mengenai Yesus Kristus sebagai anak manusia. Ada beberapa
sebutan yang diakui sebagai kategori asli karena mengarah kepada identitas Yesus Kristus
sendiri. Kemudian nama yang diberikan oleh masyarakat yang ada pada saat itu mengenai
pandangan mereka tentang diri Yesus. Juga dipandang sebagai sebutan anak manusia yang
merujuk kepada masa yang akan datang serta sebutan yang mengarah kepada kehidupan
Yesus yang ada dalam dunia ini saja.33

Paulus kemudian menggunakan atau mempertahankan pemakaian kata Yesus di kata


Kristus sebagai bukti bahwa Yesus adalah seorang manusia. Seperti halnya Yesus yang
merupakan nama yang digunakan manusia pada umumnya saat itu. Sehingga nama Yesus
ini memiliki arti bahwa tidak hanya sebagai penyebutan manusia Kristus tetapi juga
digunakan sebagai nama manusia biasa. Bahkan dikatakan Rasul Paulus memakai kata
yesus sebanyak 214 kali untuk merujuk kepada Kristus dengan penegasan bahwa hal itu
dimaksudkan oleh Rasul Paulus untuk kemudian menyampaikan atau mengungkapkan suatu
kebenaran bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh nyata kemanusiaan-Nya. Bahkan Paulus
menganggap Yesus begitu penting dan bahkan paling terutama karena itu yang berkaitan
dengan rencana Allah dalam penebusan. Bahkan Jemaat di Palestina memiliki konsep
terhadap Kristus yang mereka ambil dari kelompok Yahudi dan mereka Artikan sebagai
kristologi sebagai latar belakang dari Yudaisme.34 Kristus juga ini menjadi sebuah gelar atau
kehormatan yang dimaknai sama dengan Mesias di dalam tradisi Yudaisme dan dapat
diartikan bahwa seorang yang diurapi.

Dan kemanusiaan Yesus nampak dari kata ini bahwa Rasul Paulus menggunakan
nama Kristus sebagai suatu nama yang merujuk kepada nama pribadi yang menyatakan
bahwa Yesus adalah juga seorang pribadi seperti orang-orang lain pada umumnya. Dan
menjadi juga bukti dari 1 Korintus 1:12 di mana Rasul Paulus menggunakan nama Kristus
dengan mensejajarkan seperti apolos kefas dan bahkan Paulus sendiri. Sehingga jika
dipahami dari sisi linguistik, nama Kristus yang ditulis tanpa adanya kata sandang di depan
berat itu merujuk kepada Kristus sebagai satu oknum manusia yang sama seperti manusia
pada umumnya seperti kita. 35

33
Stott, KRISTUS YANG TIADA TARA, 220.
34
Yesus Kristus, “Manna Rafflesia” 1, no. c (2021): 196–219.
35
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 Allah, Manusia,Kristus, 315.
Akan tetapi dengan pribadi yang disebutkan oleh Rasul Paulus itu ia kemudian
melihat ada aspek-aspek eskatologi yang nampak melalui Kristus yaitu adanya kuasa-kuasa
futuristik atau hal yang bersifat kepada masa yang akan datang bahkan yang telah hadir dan
dimanifestasikan melalui pribadi Kristus itu sendiri. Sehingga melalui Yesus Kristus yang
mendapat gelar sebagai anak Allah memiliki satu sifat yang eskatologis. Seperti yang
disebutkan oleh Paulus sebagai Adam yang terakhir. Paulus juga dengan tegas menegaskan
penggunaan gelar Kristus itu yang memiliki aspek historis sebagai seorang manusia yang
hidup secara nyata yang didefinisikan dalam kurun waktu tertentu serta memiliki aspek
eskatologis yang eksistensinya ada Jalan Bumi untuk memanifestasikan suatu hal yang
bersifat eskatologi. Sehingga melalui Kristus yang adalah manusia atau historis dan juga
eskatologis itulah yang menjadi kemudian Hal mendasar Kristus ditinggikan dimuliakan.

Dari kemanusiaan Yesus juga Nampak dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan
yang Yesus juga Alami. Seperti ketika Yesus dalam Kitab Injil mencatat bahwa dalam
kandungan diperkirakan sekitar 3 bulan. dan begitu diperjelas dengan keadaan bahwa ketika
itu Bayi yang dikandung saudara Maria melonjak ketika dikunjungi oleh Maria yang saat itu
juga sedang mengandung Yesus ( Lukas 1:39-45).36 Mengenai perkembangan itu bisa
dilihat ketika bayi Yesus berusia delapan hari. Dalam Lukas 2:21 juga ditegaskan bahwa
Yesus disunat. Da dala pemerintahan Raja Herodes dengan adanya segala perintah yang
dikeluarkan itu Yesus yang sudah berusia 2 tahun hendak dibunuh. Tetapi kemudian Orang
Tua yaitu Maria dan Yususf kemudian berusaha untuk menyingkir dari pemerintahan
Herodes. Sebagaimana usaha yang dilakukan oleh orang tua Yesus berhasil hingga pada
Yesus berusia yang ke duabelas Tahun dimana masa itu tidak lagi menajdi suatu hal yang
lasim bagi orang Kristen. Sebagaimana peristiwa ketika Yesus dan orang tuanya mengikuti
perayaan Paskah di Yerusalem ditegaskan dalam Lukas 2:42 bahwa Yesus saat itu berusia
12 Tahun. Ketika orang tua dan segala rombongan berjalan pulang ke tempat masing-masing
Yesus kemudian Tinggal dalam Bait Allah berbincang bersama dengan para Imam-imam
kepala. Dan seiring dengan perkembangan itu. Yesus mencapai umur yang ketiga pukuh
tahun ketika mengawali suatu pelayanan-Nya itu bisa di lihat dalam Matius 4:1-11. Dalam
perkembangan dan petumbuhan Yesus memang sudah ditegaskan bahwa Yesus semakin
tumbuh besar samakin penuh dengan hikmat, terlebih akan kasih-Nya.37

36
Situmorang, KRISTOLOGOI Menggali Fakta-Fakta Tentang Pribadi Dan Karya Kristus, 150.
37
Ibid., 152.
Begitupun dengan bapak-bapak gereja, yang menegaskan bahwa Yesus Manusia
yang Unik. Sehingga dalam beberapa kosili yang dilakukan ada beberapa bukti bahwa
melalui konsili Nicea menegaskan suatu kebenaran akan Yesus manusia sejatih dan melalui
konsili Konstantinopel menegaskan bahwa Yesus manusia sejati.38

KESIMPULAN

Mengenai Natur Yesus yang sering menjadi perbincangan dalam rana para
mahasiswa teolog. Ditegaskan Bahwa memang Yesus Kristus adalah manusia sejati dan
dalam kehidupannya mulai dari bibit bayi memang sudah dalam tanggung jawab Roh
Kudus, bahwa selama dalam kandungan seorang Wanita perawan atau Maria tetalah dalam
tanggung jawab Roh Kudus sehingga bayi Yesus tetaplah Suci dan Kudus. Dalam proses
kelahiran juga tetap dalam koridor Roh Kudus, hingga pada pelayanan Yesus yang juga
menjadi pokok utama dalam pembahasan bahwa Ketika Yesus Kristus dalam pelayannya
memang mengalami dan memiliki sifat seperti manusia tetapi Keilahiannya tetap. Dan
seperti ketika Yesus dalam pelayanan bersama dengan Murid-muridnya dikatakan bahwa
Yesus tertidur itu menandahkan bahwa Yesus memiliki sifat kemanusiaan. Dan yang
menjadi nampak KeAllahannya adalah Yesus ketika Yesus tertidur Yesus tahu bahwa
murid-muridnya sedang Ketakutan. Nampak bahwa kemanusiaan Yesus berbeda dengan
manusia yang lahir dari material sel telur dan sel sperma.

Tentang Kemanusiaan Yesus yang tidak terbatas oleh materialistik dan berbeda dari
manusia pada umumnya karena memang telah menjadi Anak manusia yang tidak berdosa
bahwa tidak mengenal akan dosa dalam kehidupannya. Tetapi karena manusia yang berdosa
sehingga menjadi manusia sejati.

Dalam memahami kemanusiaan Yesus dan keilahiannya tidak semestinya harus


menggunakan suatu Logika. Karena bagi Allah tidak ada yang mustahil. Bagi pemikiran
manusia Kemanusiaan Yesus menjadi suatu hal yang mustahil dipahami tetapi disitulah
keterbatas manusia dalam memahami yang lebih supranatural.

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John W. “Penelitian Kualitatif & Desain Riset.” Mycological Research 94, no. 4

38
Stott, KRISTUS YANG TIADA TARA, 79.
(2015): 522.

Dalam, D I, Pribadi Yesus, Kristus Tuhan, and Joubert Sumanti. “Keutuhan Nature-Hakekat
Allah-Manusia Di Dalam Pribadi Yesus Kristus Tuhan” (n.d.).

Groenen, C. SEJARAH DOGMA KRISTOLOGI. Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 1 Allah, Manusia,Kristus. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008.

Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.

Ii, Federans Randa. “Eksistensi Yesus Kristus Dalam Perjanjian Baru” 4, no. 1 (2021): 1–22.

Kristus, Yesus. “Manna Rafflesia” 1, no. c (2021): 196–219.

Maiaweng, Peniel C D. “INKARNASI : REALITAS KEMANUSIAAN YESUS” 13, no. 1


(2015).

Ridderbos, Herman. Paulus. Surabaya: Momentum, 2015.

Ryrie, Charles c. Teologi Dasar 1. Yogyakarta: Dan Saya, 2008.

Situmorang, Jonar. KRISTOLOGOI Menggali Fakta-Fakta Tentang Pribadi Dan Karya


Kristus. Yogyakarta: ANDI, 2013.

Soedarmo, R. IKHTISAR DOGMATIKA. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Stevanus, Kalis. “Bukti Keilahian Yesus Menurut Injil” 32, no. 2 (2020): 82–96.

Stott, John. KRISTUS YANG TIADA TARA. Surabaya: Momentum, 2008.

Sugirtharaja, R. Wajah Yesus Di Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Tandiassa, S. Teologia Paulus. Yogyakarta: Moriel, 2011.

Tridarmanto, Yusak. “Yesus Sang Manusia 1” 37, no. 2 (n.d.): 149–162.

Anda mungkin juga menyukai