Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ST.

NURAISYAH
NIM : 105191103122
KELAS : PAI 2B
NO URUT ABSEN: 03 ( Tiga )

LAFADZ HADITS YANG DITAKHRIJ

‫حدثنا عبد هللا حدثني أبي ثنا سفيان عن عمرو قال أخبرني أبو المنهال سمع إياس ابن عبد المزني وكان‬
‫من أصحاب النبي صل هللا عليه وسلم قال اَل َتِبْيُعْو ا اْلَم اَء َفِإِّنْي َسِم ْع ُت َر ُسْو َل ِهللا َص َّل ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َنَهى‬
‫َع ْن َبْيِع اْلَم اِء اَل َيْد ِرى َع ْم ُرو َأَّي َم اٍء ُهَو‬.
Artinya : “Abdullah telah menceritakan kepada kita, telah menceritakan kepadaku ayahku
(Imam Ahmad), berkata,”Sufyan telah menceritakan dari ‘Amr, dari Abu Minhal yang
mendengar Iyas ibn ‘Abd al-Mazaniy, berkata “janganlah menjual air karena aku mendengar
Rasulullah saw. Melarang penjualan air, dimana ‘Amr tidak mengetahui air apakah yang
dimaksudkan”.
KESINAMBUNGAN ANTARA SANAD

Hadits tersebut diriwayatkan Abdullah melalui jalur imam Ahmad ~ sufyan ~ ‘Amr ~
Abu al Minhal ~ Iyas ibn ‘Abd al Mazanniy ~ Rosulullah S.A.W. Skema sanad hadits
tersebut seperti ini:
‘Abdullah

Ahmad ibn Hanbal

Sufyan

‘Amr

Abu al Minhal

Iyas ibn ‘Abd al Mazanniy

BIOGRAFI PARA SANAD

1. ‘Abdullah
a. Nama dan hidupnya
Yang dimaksud dengan nama ini adalah perawi yang nama lengkapnya adalah
‘Abdullah ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal ibn Asad al-Syaibani, Ayah ‘Abd
al-Rahman al-Baqhdadi.
Ia menerima riwayat dari ayah (guru)nya (Ahmad ibn Hanbal), Ibrahim ibn al-Hajjaj
al-Syami, Ahmad ibn Mani al-Baghawi dan lainnya.
Ia meriwayatkan pada al-Nasa’i banyak hadits, pada Abu Bakar al-Najjad, Ahmad ibn
Kamil, dan lainnya. Ia hidup dalam tahun 213 – 290 H.
b. Pendapat ‘Ulama’
‘Ulama hadits berpendapat tentang ‘Abdullâh ibn Ahmad. Diantara komentar mereka
adalah sebagai berikut :
 ‘Abbas al-Duri pernah mendengar dari Ahmad, katanya: “Abd Allâh mempunya banyak
ilmu”.
 Khatami dari Abu Zahra dari Ahmad, katanya : “Ia dikenal dan dicatat sebagai ‘ulama ahli
hadits”.
 Al-Khathib berkata: “Ia adalah kredible (tsiqah), bagus analisisnya”.
 An Nasa’i berkata : “Ia adalah tsiqah”.
 Abu Bakr al-Khalal berkata: “Ia adalah lelaki jujur, tegar dan pemalu”.
 ‘Abdullah sendiri menyatakan, bahwa apa yang diucapkan adalah setelah didengarnya dari
ayahnya sebanyak tiga kali.
Berdasarkan pernyataan para kritikus hadits dan ahli hadits serta pengakuannya sendiri
tersebut, maka ‘Abdullâh ibn Ahmad adalah perawi yang salih, jujur (shadiq), banyak ilmu,
cerdas (kritis). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ia adalah perawi yang tsiqah.
2. Ahmad ibn Hanbal
a. Nama dan hidupnya
Nama Ahmad ibn Hanbal diketahui dari pernyataan ‘Abdullâh bahwa ia menerima
riwayat dari ayahnya. Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal
ibn Asad al-Syaybani, sebagai ayah bagi ‘Abdullâh al-Maruzi al-Baghdadi. Ia lahir di
Baghdad dan hidup pada tahun 164 – 241 H.
Ia menerima riwayat dari banyak guru, yakni Basyar ibn al-Mufdlal, Isma’il ibn
‘Ilya, Sufyan ibn ‘Uyayna, Jarir ibn ‘Abd al-Hamid, Yahya ibn Sa’id al-Qathan, Abu Dawud
al-Thayalasi, ‘Abd Allah ibn Numair, ‘Abd al-Razzaq, ‘Ali ibn ‘Ayyasy al-Humshi, al-
Syafi’i, ghindar, Mu’tamar ibn Sulaiman, dan banyak kelompok.
Riwayatnya disampaikan kepada al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Baqun beserta
al Bukhari, Aswad ibn ‘Amir Syadzan, ibn Mahdi, al-Syafi’i, Abu al-Walid, ‘Abd al-Razzaq,
Waki’, Yahya ibn Adam, Yazid ibn Harun (mereka adalah gurunya), dan Qutaiba, Dawud ibn
‘Amr, Khalaf ibn Hisyam (mereka adalah lebih tua darinya), dan Ahmad ibn Ubay al-Hawari,
Yahya ibn Ma’in, ‘Ali ibn al-Madini, al-Husain ibn Manshur, Ziyad ibn Ayub, Duhaim, Abu
Qudama as Sarkhasi, Muhammad ibn Rafi’, Muhammad ibn Yahya ibn Abi Samina (mereka
adalah satu kurun dengannya), dan anak-anaknya (‘Abdullah dan Shalih), dan beberapa
muridnya seperti Abu Bakr al-Atsram, Harb al-Kirmani, Baqi ibn Mukhallid, Hanbal ibn
Ishaq, Syahin ibn al-Samida’, al-Maimuni, dan lainnya. Orang yang paling akhir
meriwayatkan hadits darinya adalah Abu al-Qasim al-Baghawi.
b. Pendapat ‘Ulama’
Berikut ini adalah pendapat yang disampaikan oleh para ahli tentang Ahmad:
 Ibn Ma’in berkata: “Saya belum melihat orang yang lebih baik daripada Ahmad. Ia tidak
pernah membanggakan bangsa Arab”.
 ‘Arim berkata: “Pada suatu hari saya berkata padanya: ”Hai ayah ‘Abd Allâh, Engkau datang
dari Arab”, Jawabnya: “Hai ayah al-Nu’man, kami golongan miskin”.
 Shalih (puteranya) berkata: “Saya mendengar ayah berkata bahwa ia lahir pada tahun 164 H.
di bulan Rabi’ al Awwal”.
 Ibrahim ibn Syammas berkata: “Saya mendengar waki’ ibn al-Jarrah dan Hafsh ibn Ghayyats
berkata bahwa dalam belum ada lelaki yang datang ke Kufa setaraf Ahmad”.
 Al-Qathan berkata: “Belum pernah ada pemuda yang selevel Ahmad datang kepadaku”;.
 Ahmad ibn Sinan berkata: “Saya tidak pernah melihat Yazid ibn Harun (murid Ahmad) lebih
hormat kepada seseorang daripada Ahmad ibn Hanbal”.
 ‘Abd al-Razzaq berkata: “Saya belum melihat orang yang lebih menguasai hukum agama
(Faqih) dan lebih wira’i daripada Ahmad”.
 Abu ‘Ashim berkata: “Kami belum pernah didatangi orang yang sangat baik fiqhnya daripada
Ahmad”.
 Yahya ibn Adam berkata: “Ahmad adalah imam kita”.
 Asy-Syafi’i berkata: “Saya meninggalkan Baghdad, dan saya tidak meninggalkan orang yang
lebih ahli di bidang fiqh, ahli zuhud, ahli wira’i dan lebih pandai daripada Ahmad ibn
Hanbal”.
 ‘Abdullâh al-Khuraibi berkata: “Ia adalah orang terbaik di zamannya”.
 Abu al-Wahid berkata: “Tidak ada orang di dua negeri yang lebih kucinta daripada Ahmad”.
 Al-‘Abbas al-‘Anbari berkata: “Ia adalah Hujjah”.
 Ibn al-Madiri berkata: “Tidak ada di antara teman kami yang lebih mampu menghafal hadits
daripadanya”.
 Qutaiba berkata: “Ahmad adalah pemimpin dunia”.
 Abu ‘Ubaid berkata: “Saya tidak mengetahui orang satu lebel Ahmad dalam Islam”.
 Yahya ibn Ma’in berkata: “Seandainya kami duduk pada suatu majlis pemujaan tentu kami
tidak menyebutkan kelebihannya”.
 Al-‘Ijli berkata: “Ia tsiqah yang konsisten dalam hal hadits, mensucikan jiwa, sangat
memahami hadits, pengikut atsar…”.
 Abu Tsaur berkata: “Ahmad adalah guru dan pemimpin kami”.
 Abu Zur’ah ar-Razi berkata: “Ahmad menghafal sejuta hadits, … dan saya mengambilnya
beberapa bab”.
 ‘Abdullâh berkata: “Ayah senantiasa melakukan shalat 300 raka’at sehari semalam”.
 Al-Nasa’i berkata: “Ahmad adalah orang yang hafidh (hafal banyak hadits), bertaqwa dan ahli
fiqh.
Berdasarkan komentar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ahmad ibn Hanbal adalah
Tsiqah.

3. Sufyan
a. Nama Lengkapnya
Berdasarkan data Ahmad ibn Hanbal, maka yang dimaksud dengan nama Sufyan
dalam hadits di atas adalah Sufyan ibn ‘Uyaina. Nama lengkapnya adalah Sufyan ibn ‘Uyaina
ibn Abi ‘Imran Maimun al-Hilali, ayah Muhammad al-Kufi. Ia tinggal di Mekkah.
Ia meriwayatkan hadits dari banyak guru, yakni ‘Abd al-Malik ibn ‘Umair, Abu Ishaq
as-Sabi’i, Ziyad ibn ‘Alaqa, al-Aswad ibn Qays, Aban ibn Tughlab, Ibrahim, Musa,
Muhammad Bani ‘Uqba, Ishaq ibn ‘Abd Allâh ibn Abi Thalha, Israil Abi Musa, Isma’il ibn
Abi Khalid, Isma’il ibn Umaya, Ayub ibn Musa, Ayub ibn Abi Tamima as Sakhtiyani, Yazid
ibn Abi Barda, Bayan ibn Basyar, Ja’far al-Shadiq, Jami’ ibn Abi Rasyid, Hamid al-Thawil,
Hamid ibn Qays al-A’raj, Zakariya ibn Abi Rasyid, Zaid ibn Aslam, Salim, Abi an-Nadhir,
Abi Hazim ibn Dinar, Sulaiman al-Taimi, Sulaiman al-Ahwal, Suma, Suhail, Syabib ibn
Ghirqada, Shalih ibn Kisan, Shalih ibn Shalih ibn Hay, Shafwan ibn Salim, Dlamra` ibn
Sa’id, ‘Ashim al-Ahwal, ‘Ashim ibn Bahdala ibn Kalib, ‘Abdullah ibn Dinar, Abi al-Zinad,
‘Abd Allâh ibn Thawus, ‘Abd Allâh ibn Abi Husain, ibn Abi Najih, ‘Abd Rabbih, Sa’d,
Yahya, ‘Abd ar Rahman ibn al-Qasim, ‘Abd al-‘Aziz, ibn Rafi’, ‘Abd al-Karim Abi Umaya,
‘Abd al Karim al-Jazri, ‘Abd Allâh ibn ‘Umar, ‘Ubaid Allâh ibn Abi Yazid, ‘Ali ibn Zaid ibn
Jad’an, ‘Ubaid Allâh ibn ‘Abd Allâh ibn al-Ashamm, ‘Amr ibn Dinar, az-Zuhri, al-‘Ala ibn
‘Abd al-Rahman, ibn ‘Ajlan, Muhammad ibn ‘Amr ibn ‘Alqama, Mathraf ibn Tharif, al-
A’masy, Manshur, al-Walid ibn Katsir, Yazid ibn Khushaifa, Abi Ishaq al-Syaibani, Abi
Ya’fur al-Shaghir, dan masih banyak lagi.
Dan ia meriwayatkan hadits kepada al-A’masy (juga pernah meriwayatkan hadits
kepada Sufyan), ibn Juraij, Syu’ba, ats Tsauri, dan Mas'ar (mereka adalah sekaligus gurunya),
Abu Ishaq al-Fazzari, Hammad ibn Zaid, al-Hasan ibn Hay, Hamam dan Abu al-Ahwash, ibn
al-Mubarak, Qays ibn al-Rabi’, Abu Mu’awiya, Waki’, Mu’tamar ibn Sulaiman, Yahya ibn
Abi Zaida (mereka ini satu masa dengan sufyan dan wafat sebelumnya), Muhammad ibn Idris
al-Syafi’i, ’Abd Allâh ibn Wahab, Yahya al-Qathan, ibn Mahdi, Abu Usamah, Rauh ibn
‘Ubada, al-Faryabi, Abu al-Walid al-Thayyalasi, ‘Abd al-Razzaq, Abu Nu’aim, Abu Ghassan
al-Nahdi, Ahmad ibn Hanbal, Yahya ibn Ma’in, ‘Ali ibn al madini, Ishaq ibn Rahawaih,
‘Amr ibn ‘Ali al-Fallas, dua putera Abi Syaiba, Abu Khaitsama, Ahamad ibn Shalih al-
Mishri, Ahmad ibn Mani’, Abu Tauba al-Halabi, Abu Ja’far al-Nufaili, Abu Bakr al-Hamidi,
ibn Abi ‘Umar al-‘Adani, ‘Ali ibn Hajar, ‘Ali ibn Khasyram, Qutaiba, Abu Musa al-‘Unazi,
Harun al-Hammal, Ahmad ibn Syaiban al-Ramli, al-Hasan ibn Muhammad az-Za’farani, az-
Zubair ibn Bakr, Muhammad ibn ‘Isa ibn Hibban, Muhammad ibn ‘Ashim al-Ashbihani, dan
lainnya.
b. Pendapat ‘Ulama’
Banyak komentar diberikan kepada Sufyan ibn ‘Uyaina, di antaranya adalah:
 Ibn al Madini berkata: “Sufyan lahir pada tahun 107 H.”.
 Ibn ‘Uyaina (Sufyan) berkata: “Orang yang pertama kali memberiku sanad adalah Mas'ar”.
 ‘Ali ibn al-Madini berkata: “Tidak ada murid al-Zuhri yang lebih bertaqwa daripada ibn
‘Uyaina (Sufyan)”. … “Saya mendengar Basyar ibn al-Mufdlal berkata, bahwa tidak ada
seorangpun di muka bumi ini yang menyerupai ibn ‘Uyaina”.
 Al-‘Ijli berkata: “Sufyan adlaah seorang Kufa, tsiqah dalam meriwayatkan hadits, haditsnya
hasan, tergolong bijak diantara para pemangku hadits”.
 Al-Syafi’i berkata: “Seandainya tidak ada Malik dan Sufyan, niscaya ilmu bangsa Hijaz telah
musnah”. … “Saya belum melihat seorang manusia yang mempunyai keluasan ilmu sebagai
yang dimiliki ibn ‘Uyaina, tidak ada pemuda seramah dia”.
 ‘Utsman al darimi berkata: “Aku bertanya pad aibn Ma’in: “ibn ‘Uyaina, ‘Amr ibn Dinar,
ataukah al-Tsauri yang lebih kau cinta?” Jawabnya: “Uyaina sendiri yang lebih tahu”.
 Ibn Wahb berkata: “Saya belum melihat orang yang lebih mengetahui kitab Allâh daripada
ibn ‘Uyaina”.
 Al-Waqidi berkata: “Sufyan wafat pada hari sabtu pertama di bulan Rajab tahun 198 H.”.
 Ibn ‘Ammar berkata: “Saya mendengar Yahya ibn Sa’ad al-Qathan berkata: “Saksikan, bahwa
Sufyan ibn ‘Uyaina meninggal pada tahun 197 H”.
 Ibn Ma’in al-Razi mengatakan, Harun ibn Ma’ruf berkata: “Sesungguhnya ibn ‘Uyaina
inkonsistens”, sedangkan Sulaiman ibn Hazb berkata: “Ibn ‘Uyaina mengalami kesalahan
pada umumnya hadits melalui Ayub”.
 Ahmad berkata: “Saya tidak melihat seorang ahli fiqh yang lebih pandai dalam hal al-Qur`ân
dan al-Sunnah daripada Sufyan”.
 Ibn Sa’ad berkata: “Sufyan itu tsiqah yang konsisten, banyak hadits, dan menjadi Hujjah”.
 Para huffadh sepakat bahwa Sufyan adalah orang yang lebih konsisten terhadap ‘Amr ibn
Dinar. Ibn Hibban berkata: “Sufyan termasuk penghafal hadits yang serius, ahli Wira’i dan
ahli agama”.
Berdasarkan uraian di atas, maka Sufyan ibn ‘Uyaina adalah perawi yang tsiqah dan
muttashil dengan perawi sesudahnya.
4. ‘Amr
a. Nama dan Nasabnya
Perawi ini bernama lengkap ‘Amr ibn Dinar al-Makki, ayah Muhammad al-Atsram al-
Jumahi Maulahum.
‘Amr menerima riwayat hadits dari banyak guru, yakni ibn ‘Abbas, ibn Zubair, ibn
‘Umar, ibn ‘Amr ibn al-‘Ash, Abu Huraira, Jabir ibn ‘Abd Allâh, Abu al-Thufail, Sa’ib ibn
Yazid, Bujala ibn ‘Ubda, Abu al-Sya’tsa Jabir ibn Zaid, al-Hasan ibn Muhammad ibn ‘Ali
ibn Abi Thalib, Abu Shalih as Samman, Wahb ibn Munabbih, Abu Salama ibn ‘Abd al-
Rahman, Abu al-‘Abbas al-Sya’ir al-A’ma, Salim ibn Syawwal, Sa’id ibn Abi Barda, Sa’id
ibn Jubair, Sa’id ibn al-Zubair, ibn Abi Mulaika, ‘Urwa ibn al-Zubair, Abu Al Minhal ‘Abd
al-Rahman ibn Muth’im, ibn Abi Mulaika, ‘Atha ‘ibn Mina, ‘Atha ibn Yasar, ‘Ikrima, ‘Amr
ibn Aus ats Tsaqafi, Kuraib, al-Qa’qa’ ibn Hakim, Muhammad dan Nafi’ (dua putera Jubair
ibn Muth’am), Abu Ja’far Muhammad ibn ‘Ali ibn al Husain, al-Zuhri, dan kelompok
lainnya.
Dan dari ‘Amr riwayat disampaikan kepada Qatada yang wafat mendahului ‘Amr,
Ayyub, ibn Juraij, Ja’far al-Shadiq, Muhammad ibn Juhada, Malik, Syu’ba, Dawud ibn ‘Abd
ar-Rahman al-‘Athar, Rauh ibn al-Qasim, Zakaria ibn Ishaq, Salim ibn Hayyan, Sulaiman ibn
Katsir, Qurra ibn Khalid, Qays ibn Sa’d al-Makki, Muhammad ibn Muslim, al-Tha’ifi,
Mathar al-Waraq, Wuraqa ibn ‘Umar, Hasyim, Abu ‘Uwana, Manshur ibn Zadzan, al-
Hammadan (dua nama Hammad), dua nama Sufyan, dan lainnya.[8]
b. Pendapat ‘Ulama’
Untuk mengetahui siapakah ia kita perlu mencermati beberapa komentar dari para
ahli. Antara lain :
 Muhammad ibn ‘Ali al-Jurjani berkata atas riwayat dari Ahmad ibn Hanbal, bahwa Syu’ba
tidak mampu mengajukan seorang nama kepada ‘Amr ibn Dinar, baik dalam hal hukum
maupun lainnya. Demikian pula kata ibn al-Madini dari ibn Mahdi dari Syu’bah.
 Nu’aim ibn Hammad berkata: “Aku mendengar ibn ‘Uyaina menyebutkan riwayat dari ibn
Najih yang menyatakan, bahwa di sini kami tidak mendapati seorang pun yang lebih intelek
(ahli Fiqh), dan berilmu lainnya daripada ‘Amr ibn Dinar, termasuk ‘Atha, Mujahid dan
Thawus”.
 Al-Humaidi dan kawan-kawan berkata dari Sufyan: “Saya bertanya kepada Mas'ar, adakah
orang yang kau lihat lebih meyakinkan terhadap hadits?” Jawabnya: “ ‘Amr ibn Dinar dan al-
Qasim ibn ‘Abd ar Rahman”.
 ‘Abd ar-Rahman ibn al-Hakam berkata dari ibn ‘Uyaina: “ ‘Amr ibn Dinar menyampaikan
riwayat kepada kami, ia seorang tsiqah, tsiqah, tsiqah…”.
 ‘Ali ibn al-Hasan al-Nasa’i dari ibn ‘Uyaina berkata: “ ‘Amr sakit dijenguk oleh al-Zuhri. Ia
berdiri dan berkata: “Saya belum melihat seorang yang lebih hebat dalam hal hadits daripada
Syekh yang satu ini”. “… ia tsiqah dan konsisten”.
 ‘Ali dari al Qathan berkata: “ ‘Amr lebih konsisten bagiku daripada Qatada”.
 Abu Zur’a dan Abu Hatim: “Ia tsiqah”. Ibn Abi Hatim dari Abu Zur’a berkata: “Saya belum
mendengar (riwayat) dari Abi Huraira”.
 Ibn Hibban: “Ia melebihi 70 orang”.
 Al-Tirmidzi: “Al-Bukhari menyatakan, bahwa ‘Amr ibn Dinar tidak mendengar dari ibn
‘Abbas sebuah hadits riwayat dari ‘Umar tentang menangis terhadap mayit”.
 Ibn Hajar: “Ini semua mengindikasikan, bahwa ia seorang mudallis”.
 Al-Dzakaf: “Apa yang disangkakan kepadanya berupa isu syi’ah (Tasyayyu’) adalah
nonsence (bathil)”.[9]
Mayoritas komentator di atas menilai bahwa ‘Amr ibn Dinar adalah perawi tsiqah,
terpercaya dan muttashil.
5. Abu al Minhal
a. Nama dan Nasabnya
Yang dimaksud dengan Abu al-Minhal di sini adalah ‘Abd Ar-Rahman ibn Muth’im
al-Bunani, ayah al-Minhal al-Makki. Ia orang Bashra yang pindah ke Makkah.
Abu al-Minhal mengambil riwayat dari ibn ‘Abbas, al-Barra, Zaid ibu Arqam
dan Iyas ibn ‘Abd al-Muzni.
Dan ia meriwayatkan hadits kepada ‘Amr ibn Dinar, Habib ibn Abi Tsabit, ‘Amir
ibn Mash’ab, Sulaiman al-Ahwal, ‘Abd Allâh ibn Katsir al-Qari’, Isma’il ibn Umaya dan Abu
al-Tayyah.
b. Pendapat ‘Ulama’
Banyak komentar dialamatkan kepadanya. Antara lain:
 Abu Zur’a: “Ia orang Makkah dan tsiqah”. Demikian dicatat oleh ibn Hibban.
 Abu Bakr ibn Abi ‘Ashim: “Ia wafat pada tahun 106 H”.
 Ibn Hajar: “Abu al-Minhal dianggap tsiqah oleh ibn Ma’in, Dar al-Quthni, al’Ijli dan Abu
Hatim.”.
 Ibn Sa’d: “Ia tsiqah, sedikit hadits”.
 Al-Bukhari: “Ia dipuji oleh ibn ‘Uyaina (Sufyan)”.
 Abu al-Tayyah berkata dan meriwayatkan dari al-Minhal al-‘Inzi: “Saya tidak tahu, apakah
demikian atau tidak”.[10]
Beberapa komentar tersebut mengisyaratkan bahwa Abu al-Minhal adalah seorang yang
tsiqah dalam sanad.
6. Iyas
a. Nama Lengkapnya
Nama lengkapnya adalah Iyas ibn ‘Abd al-Muzanni, ayah ‘Auf. Ia seorang shahabat.
Ia meriwayatkan hadits dai NABI saw., bahwa Nabi melarang penjualan air
(haditsnya telah disebut di depan). Riwayat tersebut dari Iyas diterima oleh Abu Al-
Minhal’Abd al-Rahman ibn Muth’am.
b. Pendapat ‘Ulama’
Tidak banyak komentar yang diberikan kepada Iyas, yaitu:
 Ibn Hajar: “Dalam al-Mu’jam, al-Baghawi berkata: “Saya tidak mengetahuinya meriwayatkan
hadits yang diisnadkan pada lainnya. Hadits yang diriwayatkan darinya adalah Mauquf. Ia
adalah kakek ‘Abdullâh ibn al-Walid ibn ‘Abd ibn Ma’qal ibn Muqrin”.
 Al-Azdi dan ibn ‘Abd al-Bar: “Riwayatnya hanya diterima oleh ‘Abd al-Rahman ibn
Muth’im”.[11]
Pendapat yang hanya datang dari dua orang tersebut menilai bahwa Iyas tidak terkenal,
bahkan haditsnya dianggap mauquf oleh al-Baghawi. Namun demikian keadaan tersebut
tidak mengurangi nilai dan bobot hadits yang dibawanya karena para rijal lainnya sangat
dipercaya.

KESIMPULAN
Berdasarkan keterangan di atas, hadits di atas memiliki sanad yang muttashil dari bawah
keatas. Semua rawi mendapat komentar dari banyak kalangan dan pihak yang menunjukkan
bahwa mereka adalah tsiqah, meskipun masih ada sebagian yang memperoleh nilai kurang,
yakni Iyas, ia dinilai oleh al-Baghawi bahwa hadits yang dibawanya adalah mauquf. Namun
demikian belum ada yang mencelanya.
Dari uraian di atas dapat diambil simpulan, bahwa hadits tentang larangan menjual air di
atas adalah shahih sanadnya, karena para perawinya adalah muttashil, tidak syadz dan tidak
tercela, kecuali Iyas. Dengan demikian, hadits tersebut ditinjau dari segi sistem periwayatan
adalah Shahih. Dan dapat dijadikan sumber hukum dalam Islam mengenai Buyu’.
Bahwa takhrij al-hadits yang dilakukan ini hanya terfokus pada sanadnya. Maka hasil
akhir dari sebuah penelitian belum bisa maksimal, karena masih bergantung pada bagaimana
keadaan matan sebuah hadits.

Sumber : https://abdullahhabib.blogspot.com/2013/05/contoh-takhrij-hadits.html

Anda mungkin juga menyukai