Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Model Pembelajaran

Tujuan dalam proses pembelajaran akan tercapai dengan baik, apabila

guru mampu menentukan model pembelajaran yang tepat digunakan untuk

penyampaian materi pelajaran. Trianto (2010: 22) menyatakan bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau sesuatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial

dan menentukan perangkat - perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku,

kurikulum, komputer, dan lain - lain. Menurut Sumantri (2015: 39), bahwa model

pembelajaran dapat dikatakan sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan

dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai

pedoman bagi perencanaan pembelajaran bagi para guru dalam melaksanakan

aktivitas pembelajaran.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat harus dipertimbangkan secara

bijak, tujuannya agar pembelajaran dapat berjalan secara optimal dan bermakna

bagi peserta didik. Rusman (2011: 133) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang

harus dipertimbangkan oleh guru dalam pemilihan model pembelajaran, yaitu :

a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.

b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran.

6
7

c. Pertimbangan dari sudut peserta didik.

d. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan suatu desain yang menggambarkan prosedur yang runtut

dari awal hingga akhir yang disajikan secara khas oleh guru kepada peserta didik

dan dijadikan acuan atau pedoman dalam merencanakan pembelajaran dan

perangkat pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Pemilihan model pembelajaran harus mempertimbangkan banyak hal agar

pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

2. Tinjauan Mengenai Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu strategi

pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja

atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur pada

kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Agus Suprijono (2014: 54)

menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Menurut Wina Sanjaya (2011: 243), pembelajaran kelompok memiliki dua

komponen utama yaitu komponen tugas kooperatif yang berkaitan dengan hal

yang dapat menyebabkan anggota bekerja sama untuk menyelesaikan tugas

kelompok dan komponen struktur insentif kooperatif yang berkaitan dengan


8

sesuatu yang dapat membangkitkan motivasi individu untuk saling bekerja sama

untuk mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaraan kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok yang

menuntut kerjasama antar anggota kelompok dalam proses belajar mengajar.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik metode pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya

(2011: 244) antara lain:

1) Pembelajaran Secara Tim

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan, dimana akan membuat

setiap peserta didik belajar saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran

secara bersama-sama.

2) Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki fungsi manajemen yaitu perencanaan,

pelaksanaan organisasi, dan kontrol. Dalam fungsi perencanaan, fungsi

perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, fungsi

organisasi menunjukkan bahwa dalam kelompok perlu adanya pembagian tugas

dan wewenang masing-masing anggota kelompok, fungsi pelaksanaan

menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan perencanaan

yang dibuat melalui langkah-langkah pembelajaran yang disepakati bersama.

Fungsi yang terakhir yaitu fungsi kontrol yang memiliki tujuan agar dalam

pembelajaran kooperatif dapat ditentukan kriteria keberhasilan yang dicapai.


9

3) Kemampuan Bekerjasama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh kelompok. Oleh

karena itu, dalam kelompok perlu adanya kerjasama, saling membantu dalam

menyelesaikan permasalahan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

4) Keterampilan Bekerjasama

Keinginan untuk bekerjasama dalam kelompok kemudian akan

digambarkan dengan keterampilan. Peserta didik akan terdorong untuk memiliki

kemampuan komunikasi melalui berbagai masalah yang dihadapi ketika

berinteraksi dengan anggota kelompok lain.

c. Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

Wina Sanjaya (2011: 246) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip model

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1) Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Keberhasilan yang akan diraih kelompok merupakan usaha dari setiap

anggota kelompok. Dalam kelompok terdiri dari beberapa karakteristik individu,

maka diharapkan anggota yang memiliki kemampuan lebih dapat membantu

anggota lain yang kesulitan agar tujuan kelompok dapat tercapai.

2) Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)

Keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab setiap anggota

kelompok. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok harus merasa memiliki dan

melakukan yang terbaik untuk kelompok.

3) Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)


10

Setiap kelompok memperoleh kesempatan untuk bertatap muka dan

berdiskusi, dari kegiatan ini diharapkan setiap anggota kelompok mendapatkan

pembelajaran dan pengalaman mengenai kerja sama, saling menghargai perbedaan

dan saling melengkapi kekurangan dan kelebihan anggota kelompok.

4) Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication)

Pembelajaran kooperatif melatih peserta didik untuk dapat berpartisipasi

aktif dan berkomunikasi sehingga kerjasama antar anggota akan membuahkan

keberhasilan yang diharapkan.

d. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Agus Suprijono (2014: 57) tujuan dalam kelompok dapat bersifat

instrinsik dan ekstrinsik.

1) Tujuan instrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa dalam

kelompok perasaan menjadi senang.

2) Tujuan ekstrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa untuk

mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara sendiri, melainkan harus dikerjakan

secara bersama-sama.

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

1) Kelebihan

Menurut Wina Sanjaya (2011: 249), dalam pembelajaran kooperatif

memiliki beberapa keunggulan yaitu :

a) Peserta didik tidak bergantung hanya kepada guru, akan tetapi dapat menambah

kemampuan berpikir dari berbagai sumber serta belajar dari peserta didik lain.
11

b) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengeluarkan ide

atau gagasan secara verbal.

c) Pembelajaran kooperatif akan mendorong peserta didik untuk respek terhadap

orang lain dengan menyadari akan segala keterbatasannya dan mau menerima

segala perbedaaan.

d) Pembelajaran kooperatif dapat melatih peserta didik untuk lebih bertanggung

jawab dalam belajar.

e) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus

kemampuan sosial.

f) Dengan pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan peserta

didik untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri.

g) Pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kemampuan peserta didik

menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi lebih nyata.

h) Interaksi yang timbul dalam pembelajaran kooperatif dapat memicu

peningkatan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

2) Kekurangan

Disamping memiliki beberapa keunggulan, pembelajaran kooperatif juga

memiliki beberapa keterbatasan antara lain:

a) Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk memahamkan kepada peserta

didik tujuan dari pembelajaran kooperatif.

b) Perlunya peer teaching yang efektif agar pembelajaran kooperatif dapat

terlaksana dengan baik.


12

c) Prestasi yang diraih dari pembelajaran kooperatif adalah prestasi kelompok,

sedangkan diharapkan pula prestasi individu peserta didik juga meningkat.

d) Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran kooperatif diperlukan lebih dari

satu kali penerapan metode ini.

e) Selain kemampuan bekerjasama, kemampuan individual merupakan hal penting

bagi seseorang. Oleh karena itu, tidak mudah untuk membangun kedua hal

tersebut.

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two stay two stray (TS TS)

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two stay two stray

Model pembelajaran two stay two stray dikembangkan oleh Spencer

Kagan pada tahun 1990. Model pembelajaran ini cocok untuk digunakan di semua

mata pelajaran dan semua tingkatan usia peserta didik. Menurut Suyatno (dalam

Fathurrohman 2015; 90), model pembelajaran kooperatif two stay two stray

adalah pembelajaran dengan cara peserta didik berbagi pengetahuan dan

pengalaman dengan kelompok lain dan dua peserta didik lainnya tetap

dikelompokan untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok,

kembali ke kelompok asal kerja kelompok dan laporan kelompok. Huda (2013:

207) menyatakan bahwa two stay two stray merupakan sistem pembelajaran

kelompok dengan tujuan agar peserta didik dapat saling bekerja sama,

bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling

mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Hanafiah dan Suhana (2010: 56)

menyatakan bahwa two stay two stray memberi kesempatan kepada kelompok

untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya .


13

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray merupakan pembelajaran

kelompok yang memberikan peran aktif kepada peserta didik untuk saling bekerja

sama dalam memperoleh informasi dan memecahkan masalah, dengan cara

memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil diskusi dan

informasi kepada kelompok lainnya.

b. Langkah - langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Langkah - langkah dalam setiap model pembelajaran sangatlah penting,

tujuannya agar pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini

adalah langkah – langkah pembelajaran dari model pembelajaran kooperatif tipe

two stay two stray menurut Lie (2010: 62).

1) Peserta didik bekerja kelompok dalam kelompok berempat seperti biasa.

2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertemu kedua kelompok lain.

3) Dua orang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi yang dimiliki kepada tamu.

4) Tamu mohon diri, kembali ke kelompok awal dan melaporkan temuan dari

kelompok lain.

5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja.

Menurut Huda (2013: 141),bahwa langkah-langkah pembelajaran model

pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray sebagai berikut.

1) Peserta didik bekerjasama dalam kelompok yang masing-masing berjumlah

empat orang.
14

2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan

dikerjakan bersama.

3) Setelah selesai, dua orang anggota dari masing–masing kelompok diminta

untuk meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain.

4) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan

hasil kerjanya kepada tamu.

5) Tamu, mohon undur diri untuk kembali kelompok yang semula dan

melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain.

6) Setiap kelompok membandingkan dan membahas hasil kerja kemudian

mempresentasikannya.

b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan.Berikut ini

adalah kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two

stray menurut Lie(2010: 47) sebagai berikut:

1) Kelebihan two stay two stray; (a) Mudah dipecah menjadi berpasang-

pasangann, (b) Lebih banyak ide yang muncul, (c) Lebih banyak tugas yang bisa

dikerjakan, (d) Guru mudah untuk memonitor.

2) Kelemahan two stay two stray; (a) Butuh banyak waktu, (b) Kurangnya

kesempatan untuk kontribusi individu, (c) Peserta didik mudah melepaskan diri

dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.

Huda (2013: 171) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray

memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu:


15

1) Kelebihan

a) Mudah dipecah menjadi berpasang-pasangan.

b) Lebih banyak ide yang muncul.

c) Lebih banyak tugas yang bisa dikerjakan.

d) Guru mudah untuk memonitor.

2) Kelemahan

a) Membutuhkan waktu yang banyak.

b) Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, peneliti memilih untuk

menggunakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two

stray menurut Huda dikarenakan lebih tepat digunakan dalam proses penelitian

ini. Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelebihan model

pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray adalah mudah dipecah menjadi

berpasang-pasangan, lebih banyak ide yang muncul, lebih banyak tugas yang bisa

dilakukan, dan guru mudah untuk memonitor. Sedangkan kelemahannya yaitu

membutuhkan waktu yang banyak, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik,

kurangnya kesempatan untuk kontribusi individu, dan peserta didik mudah

melepaskan diri dari keterlibatan serta tidak memperhatikan. Namun dalam hal

lain, ketika ditemui dalam suatu kelas dengan jumlah peserta didik bukan

kelipatan 4 dapat dikatakan juga sebagai kekurangan dalam model pembelajaran

kooperatif jenis ini, sebab pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray

memerlukan 4 orang peserta didik dalam suatu kelompok. Oleh kerena itu, guru
16

perlu melakukan persiapan-persiapan yang matang untuk menyiasati segala

kekurangan dalam penggunaan tipe two stay two stray pada penelitian ini.

4. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan tingkah laku atau perbuatan peserta didik

selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam memulai suatu aktivitas belajar,

peserta didik diharuskan siap mengikuti pembelajaran yang meliputi kesiapan,

kemampuan dasar, keadaan jasmani, dan kesediaan diri untuk belajar.

Sehubungan dengan hal tersebut, Sumiati & Asra (2007) menyatakan bahwa

tingkah laku awal ini sebenarnya merupakan tingkat kemampuan yang telah

dimiliki peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran sehingga keduanya

menyarankan suatu proses pembelajaran secara umum mengikuti empat langkah,

yaitu (1) Menetapkan tujuan, (2) Mengenal kemampuan awal peserta didik

sebelum mengikuti pembelajaran, (3) Prosedur pembelajaran, dan (4) Penilaian

kemampuan hasil belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka suatu proses

pembelajaran harus melibatkan peserta didik untuk berperan aktif mengikuti

proses tersebut sehingga didapatkan hasil belajar yang lebih bermakna. Hal ini

menuntut seorang guru profesional untuk menyediakan suatu model pembelajaran

yang dapat memusatkan peserta didik mengikuti proses pembelajaran. Jika hal ini

tercipta, maka tidak akan ada kesan lagi bahwa pembelajaran hanya berpusat pada

guru. Oleh karena itu, aktivitas belajar memiliki keterkaitan dengan hasil tes akhir

peserta didik.

Paul D. Dierich mengemukakan bahwa aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran dibagi atas 8 kelompok yaitu (Hamalik, 2003) :


17

a. Visual activities yaitu membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen,

demonstrasi, pameran, mengamati orang bekerja, dan bermain.

b. Oral activities yaitu mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu

kejadian, mengajukan pertanyaan, pendapat, dan saran serta diskusi dan

wawancara.

c. Listening activities yaitu mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi

ataupun mendengarkan suatu instrumen musik.

d. Writing activities yaitu menulis cerita, laporan, rangkuman, memeriksa

karangan, kopian, dan mengerjakan tes ataupun mengisi angket.

e. Drawing activities yaitu menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan

pola.

f. Motor activities yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan

pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan

berkebun.

g. Mental activities yaitu merenung, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, dan membuat keputusan.

h. Emotional activities yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lainnya.

Penelitian ini hanya mengamati tiga dari delapan indikator aktivitas belajar,

yaitu visual activities, oral activities, dan writing activities. Ketiga indikator

aktivitas tersebut dipilih dalam penelitian ini karena indikator aktivitas tersebut

memungkinkan untuk diamati dibandingkan dengan indikator aktivitas yang lain.


18

5. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses yang menyebabkan seseorang mengalami

perubahan tingkah laku. Gagne berpendapat bahwa belajar dapat didefinisikan

sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman (Dahar, 2011). Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2010), “Belajar dapat

diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu

pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar”. Amri (2013) juga

mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai hasil

interaksi individu dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup individu

tersebut.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

proses yang dilakukan oleh seseorang dimana dari proses tersebut dapat

mengubah tingkah laku sesorang yang diperoleh dari interaksi individu dengan

lingkungan dalam memenuhi kebutuhan individu.

Menurut Harianto (2010), hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh

seseorang setelah melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar

sekolah. Hasil adalah standar tes untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan

bagi seseorang di dalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar.

Hasil belajar secara teori yaitu bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan

suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber

penguat belajar dapat secara instrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat

secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi) (Ahira,

2011).
19

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil

belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan

yang dicapai dalam bentuk nilai. Hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai

sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, hasil

belajar ditunjukkan dengan jumlah nilai raport atau test yang diperoleh.

Benyamin Bloom dalam Sudjana (2008), membagi hasil belajar dalam tiga

ranah yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik :

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap dan nilai-nilai tersebut

diekspresikan di dalam perilakunya setiap hari. Oleh sebab itu penilaian aspek

afektif dilakukan dengan mengadakan penilaian terhadap perilaku yang

meliputi penerimaan, partisipasi, organisasi dan karakteristik nilai.

c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak.

B. Tinjauan Umum Materi Ikatan Kimia

Materi ikatan kimia, tercakup dalam standar kompetensi yaitu

membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan

koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang

terbentuk. Adapun indikator dalam materi ikatan kimia ini adalah:

1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya

dengan cara berikatan dengan unsur lainnya.


20

2. Menjelaskan hubungan antara susunan elektron valensi dengan struktur lewis.

3. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion.

4. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dan

rangkap tiga.

5. Menjelaskan sifat-sifat senyawa ion dan sifat-sifat senyawa kovalen

6. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi pada beberapa

senyawa

7. Menjelaskan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat

fisik logam.

8. Menjelaskan jenis ikatan yang terjadi pada berbagai senyawa dan

menghubungkan dengan sifat-sifat fisisnya

9. Menjelaskan kepolaran dari beberapa senyawa dan menghubungkannya

dengan keelektronegatifan unsur-unsur.

Bab sistem periodik unsur kita telah mempelajari bagaimana unsur-unsur

disusun dalam suatu sistem periodik sebagai atom tunggal. Namun pada

kenyataannya, di alam unsur tersebut tidak selalu berada dalam keadaan atom

tunggal. Atom-atom unsur cenderung bergabung dengan atom unsur sejenis atau

berbeda dengan lainnya melalui ikatan kimia untuk membentuk zat-zat (unsur

atau Senyawa) dalam upaya kestabilan.

Maka dari itu, dalam pembentukan ikatan kimia atom-atom akan

membentuk konfigurasi elektron seperti pada unsur gas mulia. Unsur gas mulia

mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet) yaitu atom Helium.

Perhatikan konfigurasi elektron dari gas mulia.


21

2He :1s2 : ev = 2

10 Ne :1s22s2 2p6 : ev = 8

18 Ar :1s2 2s2 2p63s2 3p6 : ev = 8

36 Kr :1s2 2s2 2p6 3s23p64s23d104p6 = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p63d104s24p6 : ev = 8

Ada 4 jenis ikatan kimia, yaitu ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen

koordinasi dan ikatan logam. Jenis ikatan kimia, yang menggambarkan bagaimana

cara atom-atom berikatan dan struktur yang terbentuk, mempengaruhi sifat-sifat

dari zat yang terbentuk. Sifat-sifat zat (unsur atau senyawa) dalam hubungannya

dengan ikatan kimia.

1. Ikatan Ion

Ikatan ion terbentuk akibat kecenderungan atom-atom menerima atau

melepas electron. Contohnya yaitu NaCl.Ikatan yang terjadi antara 11Na dengan

17 Cl. Konfigurasi elektron masing-masing atom :

11 Na = 1s2 2s2 2p6 3s1

17 Cl = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5

Atom natrium melepas 1 elektron pada kulit terluarnya, sehingga

konfigurasi elektronnya sama dengan gas mulia. Atom klorin menerima satu

elektron pada kulit terluarnya, sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan gas

mulia. Antara ion Na+ dan ion Cl- terjadi gaya tarik menarik elektrostatis, sehingga

terbentuk senyawa ion dengan rumus kimia NaCl.

Na Na+ + e-

Na :(1s2 2s2 2p6 3s1)

Na+:(1s2 2s2 2s6)


22

Cl + e- Cl-

Cl :(1s2 2s2 2p6 3s2 3p5)

Cl- :(1s2 2s2 2p6 3s2 3p6)

Sifat fisis senyawa ion ditentukan oleh gaya elektrostatis yang kuat dan

sama ke segala arah. Dalam senyawa ion, suatu ion positif akan dikelilingi oleh

sejumlah ion negatif, demikian pula sebaliknya. Senyawa ion dapat dikenali dari

beberapa sifatnya sebagai berikut:

a. Berupa padatan pada suhu ruang

b. Bersifat keras tetapi rapuh

c. Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi

d. Larut dalam pelarut polar seperti air dan amonia tapi tidak larut dalam pelarut

organik

e. Tidak dapat menghantarkan listrik dalam fase padat, tetapi menghantar listrik

dalam fase cair atau jika larut dalam air.

2. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi karena adanya pemakaian

bersama elektron dari atom-atom yang berikatan. Berdasarkan jumlah pasangan

elektron yang digunakan bersama (pasangan elektron ikatan), ikatan kovalen yang

terbentuk antara dua atom unsur dapat berupaikatan kovalen tunggal dan ikatan

kovalen rangkap (rangkap dua dan tiga).

a. Ikatan Kovalen Tunggal

Kebanyakan zat kimia di alam mempunyai ikatan kovalen tunggal.

Contohnya air yang kita minum. Molekul senyawa air (H2O) termasuk ikatan
23

kovalen tunggal. Pembentukan molekul H2O dari atom-atom H dan O. Atom H

memerlukan 1 elektron tambahan untuk mencapai kestabilan dan atom O

memerlukan 2 elektron tambahan untuk mencapai kestabilan. Reaksinya dapat

dituliskan sebagai berikut:

2 H. + xO x O
H
. x x. H

b. Ikatan Kovalen Rangkap Dua

Ikatan ini melibatkan pamakaian bersama dua pasang elektron oleh dua

atom yang berikatan.Contoh : orang bernafas menggunakan oksigen (O 2),

termasuk ikatan kovalen rangkap dua. Ikatan antar atom oksigen dalam molekul

O2, agar diperoleh susunan elektron yang stabil, atom O yang mempunyai 6

elektron valensi yang membutuhkan 2 elektron untuk stabil. Jadi, kedua atom O

saling meminjamkan 2 buah elektronnya, sehingga kedua atom O menggunakan

dua pasang electron bersama :

..
..

c. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga

Ikatan ini melibatkan pemakaian bersama tiga pasang elektron oleh atom

yang berikatan. Contoh : ikatan antar atom Nitrogen dalam molekul N 2. Nitrogen

dipakai sebagai bahan pupuk, termasuk ikatan rangkap tiga. Untuk mencapai

kestabilan, atom N dengan 5 elektron valensi memerlukan tiga buah electron.Jadi,

..
24

kedua atom N saling meminjamkan 3 buah elektronnya, sehingga menggunakan 3

pasang elektron bersama.

3. Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi terjadi bila pada pembentukan ikatan terdapat

pasangan elektron yang hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan.Ikatan

kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang

digunakan bersama berasal hanya dari salah satu atom. Contoh NH 3 berikut, yang

tersusun dari 1 atom N dan 3 atom H. Setiap atom H menggunakan bersama 1

elektron dari atom N, dengan demikian terbentuk 3 ikatan kovalen N-H

disekeliling atom pusat N, yang sesuai dengan aturan oktet. Terkadang dianggap

bahwa atom N tidak akan dapat membentuk ikatan kimia lagi karena telah

memiliki 8 elektron (oktet) pada kulit terluar. Akan tetapi, ketika molekul NH 3

dimasukkan ke dalam larutan asam (yang mengandung ion H +), ternyata atom

pusat N dapat mengikat ion H+ membentuk molekul ion NH4+. Contoh : ikatan

antara NH3 dengan H+ membentuk ion NH4+

NH3 = Memiliki (Pasangan Elektron Bebas)

Ion H+ = Tidak memiliki elektron

+ +

Pasangan elektron bebas


25

4. Kepolaran Senyawa Kovalen

Ikatan yang dicirikan oleh perpindahan muatan secara parsial disebut

kovalen polar. Kedudukan pasangan elektron milik bersama itu tidak selalu

simetris terhadap kedua atom yang berikatan. Pasangan elektron akan lebih dekat

ke arah atom yang mempunyai keelektronegatifan lebih besar. Hal ini

mengakibatkan polarisasi atau pengutuban ikatan.Contoh :

Pada contoh a. Kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti simetris

terhadap kedua atom H. Dalam molekul H2, ikatan seperti itu disebut ikatan

kovalen non polar. Pada contoh b. Pasangan elektron ikatan tertarik lebih dekat ke

atom Cl karena Cl mempunyai daya tarik elektron lebih besar daripada H.

Akibatnya, pada HCl terjadi polarisasi, dimana atom Cl lebih negatif daripada

atom H disebut ikatan polar.

5. Ikatan Logam

Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan

bersama elektron-elektron valensi antar atom-atom logam. Kekuatan ikatan logam

ditentukan oleh besarnya gaya tarik menarik antara ion-ion positif dan elektron-

elektron bebas. Semakin besar jumlah muatan positif ion logam yang berarti

semakin banyak elektron bebasnya, maka semakin besar kekuatan ikatan logam.

Sifat fisis senyawa logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat,

strukturnya yang rapat dan keberadaan elektron-elektron yang bebas.Beberapa

sifat fisis logam yaitu:


26

a. Berupa padatan pada suhu ruang

b. Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika ditempa

c. Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi

d. Menghantarkan listrik dengan baik

e. Menghantarkan panas dengan baik

f. Mempunyai permukaan mengkilap

C. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang penting dalam proses

pembelajaran. Agar sistem pengajaran yang berlangsung dapat mencapai tujuan,

diperlukan sebuah model pembelajaran yang relevan dalam praktik

pengajarannya. Salah satu dari model pembelajaran yang digunakan guru mata

pelajaran kimia di SMA Negeri 14 Bone adalah model pembelajaran konvensional

yang dirasa belum efektif yang akan membuat peserta didik merasa bosan dalam

mengikuti proses pembelajaran. Pada pembelajaran konvensional, pembelajaran

berpusat pada guru yaitu guru berceramah mengenai materi pelajaran sehingga

tampak kurang efektif. Pembelajaran tersebut cenderung berjalan satu arah. Hal

tersebut menyebabkan aktivitas dan motivasi peserta didik dalam kegiatan belajar

berkurang, seperti munculnya permasalahan peserta didik merasa jenuh, bosan

pada saat guru memberikan penjelasan di depan kelas, terdapat peserta didik yang

ikut berbicara, bersenda gurau dengan temannya, belum siap mengikuti pelajaran

dan berpindah posisi tempat duduk.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah memilih model

pembelajaran yang tepat yang nantinya akan memberikan kesempatan kepada


27

peserta didik untuk lebih aktif selama aktivitas pembelajaran di kelas sedang

berlangsung serta memberikan motivasi yang tinggi kepada peserta didik agar

lebih fokus dan lebih giat untuk mempelajari pembelajaran yang disampaikan

guru.

Penerapan model pembelajaraan kooperatif dengan tipe TS-TS ini

diharapkan dapat menjadi solusi untuk permasalahan yang terjadi di SMA Negeri

14 Bone. Model pembelajaran ini, secara langsung melibatkan aktivitas peserta

didik. Model pembelajaran ini, mengajak peserta didik untuk melakukan

pembelajaran yang berbeda dengan berdiskusi perkelompok dan kemudian saling

bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi lebih dan kemudian

didiskusikan kembali dengan kelompok awalnya mengenai informasi yang

didapatnya. Hal ini tentu saja akan menjadikan antusiasme peserta didik mengenai

pembelajaran kimia menjadi maksimal. Antusias yang maksimal menandakan

bahwa peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga tentu saja

akan mengakibatkan aktivitas belajar peserta didik tersebut meningkat.

Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS ini, diharapkan

peserta didik kelas X MIA 1 SMA Negeri 14 Bone dapat termotivasi dan berperan

aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik.


28

Berikut gambaran dari pemaparan kerangka berpikir di atas :

Model pembelajaran konvensional.

Masalah

Aktivitas dan hasil belajarpeserta didik berkurang.

Solusi

Penerapan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Hasil

Aktivitas dan Hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian teori dan kerangka berpikir yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)

dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar peserta didik kelas X MIA 1 di

SMA Negeri 14 Bone.

Anda mungkin juga menyukai