Laporan PBL Patah Tulang Kelompok 1 (Revisi 1)
Laporan PBL Patah Tulang Kelompok 1 (Revisi 1)
SISTEM MUSKULOSKELETAL
MODUL PATAH TULANG
Disusun oleh :
Kelompok 1
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua, sehingga meski dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan
Problem Based Learning (PBL) modul “PATAH TULANG” blok Sistem Muskuloskeletal.
Adapun laporan modul PBL ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Tidak
lupa kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan laporan ini.
Namun, tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa tentu tidak ada yang
sempurna di dunia ini, sehingga tidak dapat dipungkiri adanya kesalahan baik dari segi
penyusunan bahasa maupun yang lainnya. Oleh karena itu, kami menerima saran dan kritik
dari pembaca, agar kami dapat memperbaiki laporan ini.Kami ucapkan terima kasih dan
berharapkan laporan PBL ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Skenario......................................................................................................................4
1.2 Kata Sulit....................................................................................................................4
1.3 Kata Kunci..................................................................................................................4
1.4 Daftar Pertanyaan.......................................................................................................4
1.5 Learning Outcome......................................................................................................4
1.6 Problem Tree..............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................7
2.1 Struktur Anatomi,Histologi,dan Fisiologi terkait Skenario.......................................,7
2.2 Definisi Fraktur .......................................................................................................19
2.3 Klasifikasi Fraktur ...................................................................................................19
2.4 Etiologi dan Patomekanisme Terkait Skenario........................................................19
2.5 Faktor Resiko Penyakit Terkait Skenario.................................................................20
2.6 Penegakan Diagnosis Terkait Skenario....................................................................20
2.7 Hubungan riwayat terpeleset di kamar mandi dengan gejala lainnya......................21
2.8 Diagnosis Banding Terkait Skenario........................................................................22
2.9 Tatalaksana Terkait Diagnosis..................................................................................23
2.10 Integrasi Keislaman Terkait Skenario......................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
1.2.Kata Sulit
Hiperemis
Angulasi
CRT
Krepitasi
Deformitas
1.3.Kata Kunci
1. Seorang perempuan
2. Berusia 52 tahun
3. Nyeri pada pergelangan tangan kanan
4. Setelah jatuh terpeleset di kamar mandi
5. Posisi tangan kanan menahan berat tubuh
6. Sejak 2 jam yang lalu
7. Pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal
8. Pergelangan tangan tampak edema, hiperemis, angulasi dan deformitas
9. Palpasi teraba adanya penonjolan fragmen tulang, krepitasi, nyeri tekan,
10. ROM: Pergerakan aktif dan pasif wrist joint dextra tidak dapat digerakkan karena nyeri.
11. NVD: Sensibilitas normal
12. pulsasi a. radialis dan a. ulnaris teraba
13. CRT < 2 detik
5
1.4 Problem Tree
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1.Anatomi
2.1.1.1 Tulang (Osteologi)
a. Tulang Radius
Tulang radius terletak disebelah lateral lengan bawah. Ujung atasnya bersendi dengan humerus pada
articulatio cubiti dengan ulna pada articulatio radioulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi
dengan os scaphoideum dan os lunatum pada articulatio carpalis dan dengan ulna pada articulatio
radioulnaris distal.
b. Tulang Ulna
Tulang ulna merupakan tulang medial lengan bawah. Ujung atasnya bersendi dengan humerus pada
articulatio cubiti dan dengan caput radii pada articulation ulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi
dengan radius pada articulatioulnaris distalis, tetapi dipisahkan dari articulatio radiocarpalis dengan
adanya facies articularis. Ujung atas ulna besar, dikenal sebagai processus olecranii. Bagian ini
membentuk tonjolan pada siku.
c. Tulang Phalangs
Rangka tangan (tulang phalangs) dibagi menjadi beberapa tulang, yaitu: ossa carpi (tulang-tulang
pergelangan tangan): os schapoideum, os capitatum, os trapezoideum, os trapezium, os lunatum, os
triquetrum, os pisiforme, os hamatum, ossa metacarpi (tulang-tulang telapak tangan) dan phalanges
digitorum manus (9 ruas-ruas jari tangan).
a. Sendi Siku
Sendi siku sangat stabil karena faktor statika yang membentuk sendi cukup kuat cakupannya dan
juga dipengaruhi oleh struktur stabilitas pasif berupa ligamentum yang mengikatnya serta adanya
stabilitas dinamis yang berupa otot-otot.
Sendi pergelangan tangan adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Pada dasarnya sendi
wrist mempunyai dua derajat kebebasan yaitu palmar-dorsal flexi serta radial dan ulnar deviasi.
Terletak dibelakang tulang humerus dan sulcus muskulospiralis lateralis dan mencapai sisi antero
lateral bagian bawah lengan atas.
b. Nervus Ulnaris
Terletak di depan nervus radialis dan otot latisimus dorsi ke distal masuk ke sulcus bicipitalis yang
berjalan di antara caput humeral dan ulna.
Terletak di ventral dari arteri axillaris ke distal masuk sulcus bicipitalis terus ke cubiti di antara
caput humeral dan caput ulna.
Arteri
1) Arteri radialis
Arteri radialis adalah cabang terminal yang lebih kecil dari arteri brachialis yang berjalan dibawah
tendo extensor policis longus berjalan memasuki telapak tangan.
2) Arteri ulnaris
9
Arteri ulnaris juga merupakan cabang terminal yang lebih kecil dari arteri brachialis.
Vena
1) Vena cephalica
Vena melintasi ke proksimal pada fascia superficialis, mengikuti tepi lateral pergelangan tangan dan
pada permukaan antero lateral lengan bawah dan lengan atas.
2) Vena basilica
Vena yang melintasi pada fascia superficialis disisi medialis lengan bawah dan bagian distal lengan
atas.
Vena ini merupakan pembuluh penghubung antara vena basilica dan vena cephalica sebelah depan
10
Gambar 2.1.2.1. Struktur tulang kompak dan spongiosa (HediSasrawan.blogspot.co.id)
Tulang dewasa terbagi menjadi beberapa jenis salah satu contohnya adalah tulang panjang.
Dimana salah satu jenis tulang panjang adalah tulang clavikula. Pada dasarnya tulang
dewasa memiliki 4 jenis sel yaitu sel osteoprogenitor, osteoblast, osteosit, dan osteoklast.
Dimana sel osteoprogenitor adalah sel induk pluripotent yang berasal dari jaringan ikat
mesenkim. Sel osteoprogenitor terdapat di dalam jaringan periosteum dan endosteum.
Dimana fungsi dari jaringan periosteum dan endosteum adalah memberikan suplai bagi
osteoblast untuk pertumbuhan, menutrisi tulang, remodelling, dan perbaikan tulang.
Sepanjang pembentukan tulang ,sel osteoprogenitor berproliferasi secara mitosis dan
berubah menjadi osteoblast, yang akhirnya menyekresi serat kolagen dan matriks tulang.
11
Gambar 2.1.2.3.Sel osteosit (Wikipedia)
Sel osteosit adalah bentuk matang dari sel osteoblast dan merupakan sel utama tulang,
dimana sel osteosit juga lebih kecil dibanding sel osteoblast. Osteosit berada di dalam
lakuna dan berdekatan dengan pembuluh darah tepatnya berada dalam matriks tulang yang
diproduksi oleh osteoblast. Dimana matriks tulang yang sudah mengalami mineralisasi akan
lebih keras, sehingga metabolit dan nutrient tidak bisa bebas menuju osteosit, yang
menyebabkan tulang memiliki banyak mineral dan memiliki system saluran khusus yang
bermuara ke osteon yaitu kanalikuli. Kanalikuli berfungsi menjaga agar osteosit tetap hidup.
Dimana tugas utama osteosit mempertahankan hemoestatis matriks tulang sekitar dan kadar
kalsium dan fosfat dalam darah. Jika osteosit mati, maka matriks tulang di sekitarnya akan
direabsorpsi oleh osteoklast.
2.1.3.1.Fungsi Tulang
12
2.1.3.2.Fungsi Sistem Muskuler/Otot
a. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan
bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
b. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankantubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya
gravitasi.
c. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu tubuh normal.Adapun nubungan antara otot sebagai alat gerak aktif
dengan pergerakkan pada bahu yaitu bisa melakukan gerak fleksi melalui otot M.Deltoideus
superior danM.Subscapularis. (Guyton,2014).
2.2.Definisi Fraktur
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang,tulang rawan,baik yang bersifat total
maupun sebagian.Secara ringkas dan umum fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh
adanya tekanan atau benturan yang melebihi kekuatan dari tulang itu sendiri sehingga tulang tidak
mampu untuk menahannya. ( Noor,2016).
Klasifikasi fraktur pada clavicula, atau tulang selangka, dapat dilakukan berdasarkan
berbagai faktor, termasuk lokasi fraktur, jenis fraktur, dan keparahan fraktur. Berikut adalah
beberapa jenis klasifikasi fraktur pada clavicula: (Karna,M.D,.2018).
Fraktur clavicula medial: Fraktur terjadi di bagian dalam (dekat sternum) clavicula. Fraktur
clavicula lateral: Fraktur terjadi di bagian luar (jauh dari sternum) clavicula. Fraktur
clavicula tengah (Midshaft): Fraktur terjadi di tengah clavicula.
Fraktur Transversal: Patah melintang clavicula, tegak lurus terhadap sumbu panjangnya.
Fraktur Spiral: Fraktur mengikuti pola spiral di sepanjang clavicula.
Fraktur Oblique: Fraktur berjalan dalam sudut miring di sepanjang clavicula.
Fraktur Komminutif: Clavicula patah menjadi beberapa fragmen.
Fraktur Greenstick: Hanya satu sisi clavicula yang patah, mirip dengan patah ranting pohon
muda.
Fraktur Terbuka: Terdapat luka terbuka pada kulit di atas fraktur, yang berpotensi
meningkatkan risiko infeksi.
Fraktur Tertutup: Tidak ada luka terbuka pada kulit di atas fraktur.
Fraktur Non-Dislokasi: Tulang clavicula tetap berada dalam posisi yang relatif normal.
Fraktur Dislokasi: Tulang clavicula bergeser dari posisi normalnya.
c. Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan Tumbuh mencapai sisi lain sampai
celah terhubungkan. Fragmen patahan Tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan,
dan serat tulang Imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan Defek
secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan Pergeseran tulang. Perlu waktu tiga
sampai empat minggu agar fragmenTulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.
Secara klinis,fragmen tulang tak bisa lagi digerakkan. Pembentukan kalus mulai Mengalami
penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah tulang Melalui proses penulangan endokondrial.
Mineral terus-menerus ditimbun Sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan
kalus Tetap bersifat elektronegatif. Pada patah tulang panjang orang dewasa Normal, penulangan
memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.
d. Remodeling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan Mati dan reorganisasi tulang
baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun Bergantung pada beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi Tulang, dan
stres fungsional pada tulang (pada kasus yang melibatkan Tulang kompak dan kanselus). Tulang
kanselus mengalami penyembuhan Dan remodeling lebih cepat dari pada tulang kortikal kompak,
khusunya Pada titik kontak langsung. Ketika remodeling telah sempurna, muatan Permukaan pada
tulang tidak lagi negatif. Proses penyembuhan tulang Dapat dipantau dengan pemeriksaan sinar X.
14
Imobilisasi harus memadai Sampai tanda-tanda adanya kalus tampak pada gambaran sinar X.
(Karna,M.D,.2018).
memburuk menggerakkan pergelangan tangan Anda ke atas dan ke bawah atau dari sisi ke sisi. Hal
ini juga mempengaruhi timbulnya pembengkakan atau edema, perubahan warna atau biasa disebut
memar, krepitasi, dan juga keadaan di sekitar trauma menjadi lunak. Namun dalam hal ini tidak
memengaruhi hasil pemeriksaan tanda vital dikarenakan inflamasi yang terjadi hanya diatur titik
sehingga mediator radang hanya bereaksi di tempat terjadinya trauma.(Loeffier,2021)
raktur colles
Fraktur Colles adalah fraktur radius ekstra articular distal bentuk kelainannya seperti 'garpu makan
malam' (dinner fork deformity), dengan menonjol di bagian belakang pada pergelangan tangan.
Epidemiologinya pada laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan. Arah cedera ini lebih sering
mempengaruhi dewasa muda (terutama laki-laki) melalui mekanisme energi tinggi dan orang
dewasa atau lanjut usia (terutama wanita) melalui mekanisme energi rendah. Fraktur Colles yang
ditangani dengan baik bergantung pada tiga komponen, pengurangan fraktur yang terjadi,
kemampuan untuk mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat dan pada pasien dapat
menggerakkan bahu dan tangan selama proses penyembuhan.(Yadnya,2022)
Fraktur smith
Fraktur smith atau biasa disebut juga reversed colles fracture merupakan kebalikan dari fraktur
colles yang ditandai dengan ditemukannya deformitas pergeseran fragmen distal ke arah
folar.Fraktur radial distal sering kali disebabkan oleh terjatuh dengan tangan terulur (FOOSH).
Fraktur Colles sering dikaitkan dengan cedera FOOSH yang khas. Di sisi lain, patah tulang Smith
umumnya terjadi karena terjatuh pada pergelangan tangan yang tertekuk atau karena pukulan
langsung pada bagian dorsal pergelangan tangan. Lebih umum dari perkiraan awal, perpindahan
16
volar pada radius distal dapat terjadi dengan jatuh ke telapak tangan.fraktur Smith merupakan
sekitar 5% dari seluruh gabungan fraktur radial dan ulnaris. Insidensi patah tulang Smith tertinggi
terjadi pada pria muda dan wanita lanjut usia. Hampir semua fraktur radius distal terjadi pada anak-
anak yang mengalami jatuh berenergi tinggi dan lansia osteoporosis yang menderita jatuh berenergi
rendah.(Ihza,2022)
Fraktur skafoid
Pasien biasanya datang dengan nyeri pergelangan tangan setelah terjatuh dengan tangan terulur.
Pembebanan aksial pada pergelangan tangan pada hiperekstensi paksa dan deviasi radial dapat
menyebabkan fraktur karena skafoid berdampak pada tepi dorsal radius. Kecelakaan olahraga dan
lalu lintas juga merupakan penyebab umum. Tumor dan infeksi jarang menjadi penyebab patah
tulang skafoid patologis.Fraktur skafoid sebagian besar menyerang orang dewasa muda, dengan usia
rata-rata 29 tahun. Insidensinya lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini jarang terjadi pada populasi anak-
anak dan populasi lanjut usia, dimana fisis atau radius distal, masing-masing, lebih mungkin
mengalami fraktur terlebih dahulu. Fraktur skafoid merupakan 15% dari cedera pergelangan tangan
akut. (Hayat,2023)
Dislokasi radiokarpal
Dislokasi radiokarpal adalah cedera langka pada pergelangan tangan yang biasanya disebabkan
setelah cedera parah pada karpus yang menyebabkan supinasi interkarpal dan gangguan pada
ligamen radiokarpal ekstrinsik volar . RCD dilaporkan terjadi pada individu yang menjadi korban
trauma berkecepatan tinggi seperti kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, kecelakaan industri,
atau kekerasan dan dapat melibatkan gangguan tulang, ligamen, dan jaringan lunak .Laporan
menunjukkan bahwa kejadian cedera ini jarang terjadi, yaitu 0,2% dari seluruh dislokasi. Menurut
Moneim et al., prevalensi cedera ini adalah sekitar 20% di antara seluruh cedera pergelangan
tangan.Literatur menunjukkan bahwa hanya sedikit rangkaian kasus yang melaporkan kasus yang
mencakup lebih dari 10 RCD, rangkaian kasus yang disajikan oleh Dumontier dkk. yang mencakup
27 RCD adalah jumlah maksimum yang dilaporkan sejauh ini . Sebagian besar RCD dilaporkan
terjadi pada pria muda setelah cedera traumatis berdampak tinggi pada sendi pergelangan tangan
akibat tabrakan kendaraan bermotor. (Sabr,2020)
17
Fraktur galeazzi
Fraktur Galeazzi adalah fraktur sepertiga tengah hingga distal radius yang berhubungan dengan
dislokasi atau subluksasi sendi radioulnar distal (DRUJ).Fraktur Galeazzi paling sering terjadi
akibat terjatuh dengan tangan terentang dengan pergelangan tangan terentang dan lengan bawah
mengalami hiperpronasi. Energi dari fraktur radius ditransmisikan menuju sendi radioulnar yang
menyebabkan dislokasi DRUJ. Fraktur ini terjadi dengan distribusi bimodal, fraktur diafisis lengan
bawah pada laki-laki muda umumnya disebabkan oleh trauma berenergi tinggi (misalnya cedera
olahraga, jatuh dari ketinggian, tabrakan kendaraan bermotor) dan fraktur pada wanita lanjut usia
disebabkan oleh trauma berenergi rendah seperti sebagai jatuh dari permukaan tanah.Fraktur
Galeazzi terjadi sekitar 7% dari seluruh fraktur lengan bawah pada orang dewasa. Satu dari empat
patah tulang poros radial adalah cedera Galeazzi yang sebenarnya.(Johnson NP,2023)
Fraktur monteggia
Fraktur Monteggia adalah fraktur ulna proksimal yang berhubungan dengan dislokasi caput
radialis.Fraktur Monteggia paling sering terjadi akibat pukulan langsung ke lengan bawah dengan
siku terentang dan lengan bawah dalam keadaan hiperpronasi. Energi dari fraktur ulnaris
ditransmisikan sepanjang membran interoseus yang menyebabkan pecahnya ligamen kuadrat dan
annular proksimal, sehingga mengganggu sendi radiokapitella. Sehubungan dengan distribusi
bimodal, fraktur diafisis lengan bawah pada pria muda umumnya disebabkan oleh trauma berenergi
tinggi, misalnya jatuh dari ketinggian, cedera olahraga, kecelakaan kendaraan bermotor, dan patah
tulang pada wanita lanjut usia disebabkan oleh trauma berenergi rendah.Fraktur Monteggia terjadi
sekitar 1% hingga 2% dari seluruh fraktur lengan bawah. Patah tulang lengan bawah bagian distal
jauh lebih sering terjadi dibandingkan patah tulang lengan bawah poros tengah, yang terjadi pada
18
sekitar 1 hingga 10 per 10.000 orang per tahun. Faktor risiko paling signifikan untuk patah tulang
lengan bagian tengah termasuk olahraga (sepak bola dan gulat), osteoporosis, dan fase
pascamenopause. Faktor risiko ini berkorelasi dengan kejadian bimodal dengan kejadian tertinggi
terjadi pada laki-laki muda (10:10,000) dan perempuan lanjut usia (5:10,000).(Johnson NP,2023)
40 tahun + + +
21
ii. Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah dislokasi sangat penting untuk memulihkan kekuatan, stabilitas, dan
rentang gerak sendi yang terkena. Latihan khusus dan jangka waktu rehabilitasi dapat
bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan dislokasi, serta faktor individu.
Berikut beberapa langkah dan latihan umum yang sering dimasukkan dalam program
rehabilitasi pasca dislokasi:
iii. Mobilisasi dini
Gerakan lembut pada sendi yang terkena dapat dimulai segera setelah dislokasi untuk
membantu mengurangi kekakuan dan menghilangkan rasa sakit.
iv. Latihan isometrik
Latihan isometrik melibatkan kontraksi otot tanpa menggerakkan sendi. Latihan-latihan ini
dapat membantu menjaga kekuatan dan stabilitas otot selama tahap awal rehabilitasi.
v. Latihan rentang gerak
Secara bertahap, saat rasa sakit dan bengkak mereda, latihan rentang gerak diperkenalkan
untuk membantu memulihkan fleksibilitas dan mobilitas pada sendi.
vi. Latihan penguatan
Latihan penguatan sangat penting untuk memulihkan kekuatan dan stabilitas otot di sekitar
sendi. Latihan-latihan ini mungkin termasuk meremas tulang belikat, rotasi eksternal bahu,
dan retraksi leher.
vii. Latihan fungsional
Latihan fungsional bertujuan untuk menyimulasikan gerakan dan aktivitas di kehidupan
nyata untuk membantu pasien mendapatkan kembali fungsi sendi secara penuh. Latihan-
latihan ini mungkin termasuk meraih, mengangkat, dan membawa benda.
viii. Latihan elastis dan beban
Latihan elastis dan beban dapat digunakan untuk meningkatkan intensitas program
rehabilitasi secara progresif dan semakin memperkuat otot-otot di sekitar sendi.
ix. Kembali beraktivitas secara bertahap
Tergantung pada jenis dan tingkat keparahan dislokasi, mungkin disarankan untuk kembali
melakukan aktivitas dan olahraga normal secara bertahap. Hal ini harus dilakukan di bawah
bimbingan profesional kesehatan untuk meminimalkan risiko kekambuhan.
- Pencegahan Dislokasi
Dislokasi dapat disebabkan oleh benturan yang tidak terduga atau tidak seimbang pada sendi, seperti
terjatuh atau benturan keras pada area yang terkena. Meski dislokasi tidak selalu dapat dicegah,
namun ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko dislokasi:
i. Hindari aktivitas berisiko
Aktivitas yang melibatkan kontak atau olahraga kecepatan tinggi dapat meningkatkan risiko
dislokasi. Menghindari aktivitas ini atau mengambil tindakan pencegahan seperti memakai
alat pelindung diri dapat membantu mengurangi risiko.
ii. Menjaga kekuatan dan fleksibilitas otot yang baik.
Otot yang kuat dan sendi yang fleksibel dapat membantu mencegah dislokasi. Olahraga
teratur, peregangan, dan terapi fisik dapat membantu menjaga kekuatan dan fleksibilitas otot
yang baik.
iii. Lakukan tindakan pencegahan untuk mencegah jatuh.
iv. Cari pertolongan medis untuk cedera sendi
Jika Anda mengalami cedera sendi, segera dapatkan bantuan medis. Perawatan yang tepat
dapat membantu mencegah kerusakan lebih lanjut dan mengurangi risiko dislokasi.
v. Pakai alat pelindung
23
Mengenakan alat pelindung, seperti helm dan bantalan, dapat membantu mengurangi risiko
dislokasi selama olahraga kontak atau aktivitas berisiko lainnya.
2.10.Integrasi Keislaman Terkait Skenario
INTEGRASI KEISLAMAN
َو َض َرَب َلَنا َم َثاًل َو َنِس َي َخ ْلَقُه َقاَل َم ْن ُيْح ِي اْلِع َظاَم َو ِهَي َرِم يٌم () ُقْل ُيْح ِييَها اَّلِذ ي َأْنَش َأَها َأَّو َل َم َّرٍة َو ُهَو ِبُك ِّل َخ ْلٍق َع ِليٌم
wa dharaba lanaa matsalan wa nasiya khalqahu qaala man yuhyi al-‘izhaama wa hiya ramiim. Qul
yuhyiihaa al-ladzii ansya ‘ahaa awwala marratin wa huwa bikullli khalqin ‘aliim.
Artinya:
“Dan dia (yang durhaka itu) membuat bagi kami satu perumpamaan; sedangkan dia melupakan
kejadian (diri)nya; dia berkata: ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, padahal ia
telah hancur luluh?” Katakanlah (Nabi Muhammad SAW): “Ia akan dihidupkan oleh Yang
menciptakannya pada kali pertama. Dan Dia Maha Mengetahui segala ciptaan.(QS: Yasin Ayat 78-
79)
Adapun hubungannya dengan skenario kami yaitu ,ketika terjadi fraktur pada tulang,tulang bisa
melakukan proses penyembuhannya sendiri, tidak hanya ditambal dengan jaringan parut tetapi juga
akan mengalami regenerasi secara bertahap.Adapun beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang
yaitu:
Fase inflamasi
Fase proliferasi sel
Fase pembentukan dan penulangan kalus (osifikasi)
Fase remodeling menjadi tulang dewasa
Dan tentunya proses-proses penyembuhan tulang di atas tidak terjadi tanpa adanya izin dari Allah
SWT.
Adapun pandangan islam terhadap keterbatasan gerakan-gerakan shalat yang dialami penderita
patah tulang yaitu sesuai dengan hadist berikut.
Dari sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Imran bin Husain Radhiyallahu anhu:
َكاَنْت ِبي َبَو اِس يُر َفَس َأْلُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َعْن الَّص اَل ِة َفَقاَل َص ِّل َقاِئًم ا َفِإْن َلْم َتْس َتِط ْع َفَقاِع ًدا َفِإْن َلْم َتْس َتِط ْع َفَعَلى َج ْنٍب
Pernah penyakit wasir menimpaku, lalu aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang cara shalatnya. Maka beliau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Shalatlah
dengan berdiri , apabila tidak mampu, maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka
berbaringlah. (HR al-Bukhari no. 1117)
Berdasarkan hadit di atas jelaslah bahwa Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kesehatan
dan keselamatan individu. Jika seseorang mengalami patah tulang atau cedera serius, maka mereka
diberi kelonggaran untuk melaksanakan shalat sesuai dengan kondisi fisik mereka yang berarti
bahwa jika melakukan gerakan shalat secara normal akan memperburuk cedera atau menimbulkan
rasa sakit yang tidak tertahankan, seseorang diizinkan untuk menggantikannya dengan gerakan yang
lebih ringan atau bahkan duduk jika diperlukan. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga kesehatan
dan menghindari timbulnya keparahan pada cedera.
24
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah istilah medis untuk patah tulang, yang dapat terjadi akibat trauma, stres
berlebihan, atau kondisi medis tertentu. Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi berbagai
jenis, seperti fraktur tertutup, terbuka, lengkap, atau tidak lengkap, tergantung pada
karakteristik cedera.
Diagnostik fraktur melibatkan pemeriksaan fisik, pemindaian radiologi (seperti sinar-X,
CT scan, atau MRI), dan seringkali evaluasi klinis yang mendalam.
Pengobatan fraktur tergantung pada jenis, lokasi, dan keparahan cedera. Ini bisa
mencakup pemasangan gips, penataan ulang tulang (reduksi), atau pembedahan jika
diperlukan. Faktor lain seperti usia dan kondisi kesehatan umum pasien juga
memengaruhi rencana pengobatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
4. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12 . Jakarta : EGC,
1031
6. Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks, (2014). Medical Surgical Nursing vol 2. Jakarta:
Salemba Medika
7. Kowalak, J. S., Wels, W., Mayer, M.(2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta :EGC.
9. Ihza, M. A. B., Tekwan, G., & Mu’ti, A. (2022). Gambaran Karekteristik Fraktur Radius
Dital di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2017-2019: Overview of Distal
Radius Fracture Characteristics at Abdul Wahab Sjahranie Hospital, Samarinda in 2017-
2019. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 4(2), 161-167.
10. Hayat Z, Varacallo M. Scaphoid Wrist Fracture. [Updated 2023 Aug 4]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK536907/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
11. Sabr, M., Mashrah, H. T., Abed, A. H., Arabi, H., & Pullishery, F. (2020). Volar
Radiocarpal Dislocation: A Case Report and Review of Literature. Cureus, 12(7), e9091.
https://doi.org/10.7759/cureus.9091
12. Johnson NP, Fraktur Smolensky A. Galeazzi. [Diperbarui 2023 17 Juli]. Di: StatPearls
[Internet]. Pulau Harta Karun (FL): Penerbitan StatPearls; 2023 Januari-. Tersedia dari:
https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK470188/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
13. Fraktur Johnson NP, Fraktur Silberman M. Monteggia. [Diperbarui 2023 31 Juli]. Di:
StatPearls [Internet]. Pulau Harta Karun (FL): Penerbitan StatPearls; 2023 Januari-.
Tersedia dari: https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK470575/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
14. Al-Qur’an
27
28