Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334446204

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KOMUNIKASI


MATEMATIKA SD

Conference Paper · July 2019

CITATIONS READS

0 2,058

2 authors, including:

Vira Pratiwi
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
10 PUBLICATIONS 36 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Algebraic Thinking in Elementary School View project

All content following this page was uploaded by Vira Pratiwi on 13 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM PEMBELAJARAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SD

Vira Pratiwi1, Ika Fitri Apriani2


Universitas Pendidikan Indonesia, STAI Tasikmalaya
virapratiwi@student.upi.edu1, vanperis88@gmail.com2

ABSTRAK

Berdasarkan rumusan 21st Century Partnership Learning Framework, bahwa


manusia abad 21 dituntut untuk mampu berkomunikasi dan berkolaborasi
secara efektif dengan berbagai pihak. Pembelajaran yang dialami siswa
idealnya harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi. Kemampuan komunikasi dalam matematika dikenal dengan istilah
komunikasi matematika. Kemampuan komunikasi matematika merupakan
bagian penting dari matematika yang terintegrasi pada setiap sub kemampuan
matematika lainnya. Kemampuan komunikasi matematika siswa dapat
dikembangakan dengan menggunakan berbagai pendekatan, salah satunya
pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran
yang dirancang agar siswa mengkonstruk konsep melalui tahapan mengamati,
menanya, menalar, mencba dan mengomunikasikan.
Kata kunci: komunikasi matematika, matematika SD, pendekatan saintifik

PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan salah satu life skills yang harus dimiliki oleh
manusia abad 21. Berdasarkan rumusan 21st Century Partnership Learning
Framework, bahwa manusia abad 21 dituntut untuk mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak. Di Era Post Modern ini,
kemampuan berkomunikasi merupakan modal awal dalam interaksi global di
berbagai bidang. Melalui berkomunikasi, seseorang mampu mengubah ide
abstrak menjadi konkret. Inovasi dan kreativitas yang ditopang oleh
kemampuan komunikasi yang baik akan tersampaikan kepada masyarakat
global sehingga ide-ide yang dikomunikasikan secara efektif akan mudah
diterima oleh masyarakat. Upaya dalam mewujudkan masyarakat yang
memiliki life skills sesuai dengan tuntutan abad 21 harus diupayakan melalui
berbagai cara. Salah satu cara dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
juga terdapat dalam mata pelajaran matematika. Istilah komunikasi dalam
pelajaran matematika sering disebut dengan komunikasi
matematika/komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis ini
merupakan salah satu bagian penting dari pembelajaran matematika dan perlu
ditanamkan sejak dini.
Dalam pembelajaran di kelas, terkadang siswa mengerti serangkaian
kalimat matematika namun tidak bisa diinformasikan kepada teman-teman
lainnya. Bahkan ada siswa sama sekali tidak mengerti bagaimana cara
membaca serangkaian kalimat matematika. Rendahnya kemampuan
komunikasi matematika siswa dapat menghambat pemahaman dan penguasaan
penyampaian konsep dan materi pembelajaran matematika. Selain itu,
kurangnya siswa memahami konsep dan penguasaan materi, strategi
pembelajaran yang kurang tepat dan kurangnya kemampuan komunikasi
matematika merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Pada zaman era globalisasi ini, pendidik dituntut untuk memiliki sikap
profesional, ikhlas, kreatif, dan bertanggung jawab sehingga dapat mencetak
peserta didik yang mampu bersaing seiring dengan perkembangan bidang ilmu
dan teknologi. Dalam amanat UUD 1945 menyatakan bahwa pendidikan
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa artinya pendidikan adalah
segala usaha yang dilakukan untuk memberdayakan potensi manusia (Jufri,
2013). Pembelajaran dalam abad 21 yaitu pembelajaran yang harus lebih dari
sekedar guru yang menjelaskan materi, melainkan melakukan suatu
pendekatan yang dapat mengoptimalkan seluruh potensi siswa dalam kelas.
sehingga peserta didik dapat mengamati dan mempelajari keterampilan proses,
keterampilan menyelesaikan masalah, mengasah keterampilan berpikir ketika
mempelajari suatu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan komunikasi
matematis. Salah satunya dikenal pendekatan saintifik dalam pembelajaran di
sekolah dasar. Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengkaji dari berbagai
literatur mengenai pendekatan saintifik dalam pembelajaran komunikasi
matematika sekolah dasar.
PEMBAHASAN
Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang digunakan dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan metode ilmiah atau langkah-
langkah ilmiah. Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (2009, hlm. 202)
pendekatan saintifik dirancang untuk membawa siswa secara langsung dalam
proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah
tersebut ke dalam periode waktu yang singkat.
Bertemali dengan kenyataan bahwa model pembelajaran saintifik proses
sangat berhubungan dengan konsep penelitian ilmiah, upaya memahami model
pembelajaran ini dapat dilakukan dengan mengkaji konsep penelitian.
Pengkajian ini minimalnya berfungsi sebagai landasan dalam merancang
pembelajaran saintifik proses. Dalam pandangan teori penelitian, penelitian
dapat dikatakan sebagai proses yang dilakukan untuk memecahkan masalah
melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat,
dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Penelitian
merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan, mengumpulkan dan mengolah
data untuk menjawab pertanyaan dan akhirnya menjawab pertanyaan tersebut
(Abidin, 2014, hlm. 216).
Hosnan (2014, hlm. 34) menyatakan bahwa pendekatan saintifik
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang
diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari
tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan saintifik merupakan suatu sudut pandang yang melatarbelakangi
proses pembelajaran yang implementasinya dapat dilaksanakan melalui
kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang meminjam konsep-konsep
penelitian untuk diterapkan dalam pembelajaran. Adapun tujuan dari
pendekatan saintifik ini adalah untuk membina kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas yang menuntut
kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya
meningkatkan pemahaman siswa.
Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik


Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Pembelajaran
Mengamati dengan indera Perhatian pada waktu mengamati
Mengamati (membaca, suatu
(observing) Mendengar, menyimak, Objek/membaca suatu
melihat, menonton,mencium, tulisan/mendengar suatu penjelasan,
dan sebagainya) dengan atau catatan yang dibuat tentang yang
tanpa alat diamati, kesabaran, waktu (on task)
yang digunakan untuk mengamati
Membuat dan mengajukan Jenis, kualitas, dan jumlah
pertanyaan, tanya jawab, pertanyaan yang diajukan peserta
Menanya berdiskusi tentang informasi didik (pertanyaan faktual,
(questioning) yang belum dipahami, konseptual, prosedural, dan
informasi tambahan yang ingin hipotetik)
diketahui, atau sebagai
klarifikasi.
Mengeksplorasi,mencobaberdis Jumlah dan kualitas sumber yang
kusi,mendemonstrasi-kan, dikaji/ digunakan, kelengkapan
meniru bentuk/gerak, informasi, validitas informasi yang
Mengumpulkan
melakukan eksperimen, dikumpulkan, dan instrumen/alat
Informasi
membaca sumber lain selain yang digunakan untuk
/Mencoba
buku teks, mengumpulkan data mengumpulkan data.
(experimenting)
dari nara sumber melalui
angket, wawancara, dan
memodifikasi/menambahi/meng
embangkan.
Mengolah informasi yang sudah Mengembangkan interpretasi,
Mengasosiasi/ dikumpulkan, menganalisis data argumentasi dan kesimpulan
Mengolah dalam bentuk membua kategori, mengenai keterkaitan informasi dari
Informasi mengasosiasi atau dua fakta/konsep, interpretasi
(associating) menghubungkan argumentasi dan kesimpulan
fenomena/informasi yang mengenai keterkaitan lebih dari dua
terkait dalam rangka fakta/konsep/teori,
menemukan suatu pola, dan Menyintesis dan argumentasi serta
menyimpulkan kesimpulan keterkaitan
antarberbagai jeni fakta/
konsep/teori/ pendapat;
mengembangkan interpretasi,
struktur baru, argumentasi, dan
kesimpulan yang
menunjukkanhubungan
fakta/konsep/teori dari dua sumber
atau lebih yang tidak
bertentangan;mengembang-kan
interpretasi, struktur
baru, argumentasi dan kesimpulan
dari konsep/
teori/pendapat yang berbeda dari
berbagai jenis sumber.
MengomunikasikanMenyajikan laporan dalam Kegiatan
Deskripsi Menyajikan hasil Bentuk
kajian (dari
Hasil Belajar
(communicating) bentuk bagan, diagram, mengamati sampai menalar) dalam
atau grafik; menyusun
Menyajikan
laporanlaporanbentuk
dalamtulisan, grafis,
Menyajikan
media hasil kajian (dari
tertulis; dan menyajikan
bentuk bagan,
laporandiagram,
elektronik, multi media,
mengamati
dan lain-
sampai menalar)
meliputi proses, atau
hasil,grafik;
dan menyusun lain laporan dalam bentuk tulisan, grafis,
kesimpulan secaratertulis;
lisan dan menyajikan laporan media elektronik, multi media
meliputi proses, hasil, dan dan lain-lain
kesimpulan secara lisan
Sumber: Kemendikbud, 2013

Komunikasi Matematika SD
Komunikasi matematika merupakan salah satu bagian penting dari
matematika itu sendiri. Selain itu, komunikasi matematis juga melengkapi
kemampuan matematika lainnya. Melalui kegiatan mengomunikasikan, ide
atau gagasan yang abstrak akan menjadi konkret. Hal ini sejalan dengan
pendapat Wichelt & Kearney (2009, hlm.6) yang menyatakan bahwa:
“Communication is not just vital for the mathematics classroom, but in
all classrooms. All educators know the importance of being able to
communicate with students, to have students communicate with one
another, and to have students understand what they are communicating
about”.

Berdasarkan pendapat tersebut, kemampuan komunikasi bahkan tidak


hanya penting pada pembelajaran matematika, akan tetapi pada seluruh
pembelajaran. Komunikasi matematis merupakan kemampuan untuk
mengungkapkan ide-ide matematis baik secara lisan maupun tulisan. Selama
ini peserta didik memahami matematika hanya sebatas simbol. Lebih dari itu,
matematika diibaratkan sebagai sebuah bahasa yang berfungsi sebagai alat
komunikasi. seperti kata-kata, simbol perlu dikaitkan dengan makna (Ashlock
dkk, 1983). Pugalee (dalam Kanedi 2014) mengemukakan kemampuan
komunikasi menjadi penting dimana siswa diharapkan mampu menyatakan,
menjelaskan, menggambarkan, mendengarkan sehingga membawa siswa pada
pemahaman yang mendalam tentang matematika.
NCTM (2000), menjelaskan indikator komunikasi matematis dapat
dilihat dari:
1. kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2. kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya;
3. kemampuan dalan menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika
dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dengan model-model situasi.
Untuk mengembangkan komunikasi matematis siswa juga dapat
dilakukan melalui bertanya (questioning). Metode bertanya terlihat sangat
sederhana, akan tetapi metode ini sangat membutuhkan keterampilan bertanya
dari seorang guru. Guru harus mampu mengajukan pertanyaan yang dapat
menggali ide-ide siswa. Terdapat lima kategori dari high level question
menurut NCTM (dalam Reys dkk, 2012) yaitu (1) pertanyaan yang
memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja sama; (2) pertanyaan yang membantu
siswa untuk menjelaskan sesuatu apakah benar secara matematis; (3)
pertanyaan yang berusaha membantu siswa untuk berlatih mengungkapkan
alasan secara matematis; (4) pertanyaan yang membantu siswa belajar
menduga, menemukan dan memecahkan masalah; (5) pertanyaan yang
berhubungan untuk membantu siswa menghubungkan matematika, idenya, dan
implementasinya.
Secara spesifik, NCTM (2000) menyatakan pentingnya komunikasi
dalam pembelajaran matematika, bahwa program pembelajaran matematika
sekolah dasar harus memberi kesempatan kepada siswa, untuk (1) menyusun
dan mengaitkan pemikiran matematika mereka melalui komunikasi; (2)
mengomunikasikan pemikiran matematika mereka secara logis dan jelas
kepada orang lain; (3) menganalisis dan menilai pemikiran matematika dan
strategi yang dipakai orang lain; (4) menggunakan bahasa matematika untuk
mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.
Berdasarakan beberapa uraian di atas, disimpulkan indikator
komunikasi matematika yang harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar adalah
sebagai berikut (1) menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan
menggambarkannya secara visual; (2) mengevaluasi ide-ide matematis baik
secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) menggunakan
istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk
menyajikan ide-ide matematika; (4) menyatakan hubungan-hubungan konsep
matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Implementasi Model Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran


Komunikasi Matematika SD
Dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik, materi
pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif
guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran berbasis pada konsep, teori, dan fakta
empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Berikut contoh implementasi
pendekatan saintifik dalam pembelajaran komunikasi matematika SD:
Kelas/Semester : III
Kompetensi Dasar : Memahami konsep pecahan sederhana
menggunakan benda-benda yang
konkrit/gambar, serta menentukan nilai terkecil
dan terbesar

Tabel 3. Kemampuan Komunikasi Matematika dalam Pembelajaran Saintifik

Kemampuan Komunikasi
Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik
Matematis Siswa
1. Pendahuluan
Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan  Menyatakan ide-ide
yang akan dilaksanakan dan menyampaikan
materi yang akan dipelajari. matematis melalui lisan,
Apersepsi tulisan, dan
 Untuk mengulas kembali topik“pecahan menggambarkannya secara
sederhana”, guru mengingatkan siswa tentang visual.
materi pecahan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
dengan cara: guru menampilkan satu cokelat dan  Menyatakan hubungan-
memotong menjadi dua bagian yang sama. Guru hubungan konsep matematika
dan siswa melakukan tanya jawab tentang satu dengan kehidupan sehari-hari.
bagian cokelat yang dipotong dari keseluruhan
cokelat.
Mengamati  Menyatakan ide-ide
 Guru mengajukan masalah kepada siswa (berupa matematis melalui lisan,
LKS). tulisan, dan
 Setiap kelompok siswa diberi beberapa kertas menggambarkannya secara
lipat. visual.
 Siswa mengamati kertas lipat yang diberikan guru.  Menggunakan istilah-istilah,
 Siswa diperintahkan untuk membagi kertas lipat notasi-notasi matematika dan
menjadi dua bagian yang sama, empat bagian struktur-strukturnya untuk
yang sama, dan tiga bagian yang sama dengan menyajikan ide-ide
berbagai cara. matematika.

Menanya  Mengevaluasi ide-ide


 Siswa diminta mengajukan pertanyaan tentang matematis baik secara lisan,
kegiatan dan pertanyaan yang belum dimengerti. tulisan, maupun dalam bentuk
visual lainnya.
Menalar  Menyatakan ide-ide
 Siswa diminta menduga arti pecahan. matematis melalui lisan,
 Siswa diminta menduga cara membagi kertas lipat tulisan, dan
menjadi dua bagian yang sama, empat bagian menggambarkannya secara
yang sama, dan tiga bagian yang sama.
visual.
 Siswa diminta menduga ada berapa banyak cara
membagi kertas lipat menjadi dua bagian yang
sama?
Mencoba  Mengevaluasi ide-ide
 Siswa membuktikan kebenaran dugaan-dugaan matematis baik secara lisan,
yang diajukannya dengan mengadakan percobaan tulisan, maupun dalam bentuk
pada benda konkrit, yaitu pada kertas lipat. visual lainnya.
 Setelah siswa mengerjakan LKS, guru mengajak  Menggunakan istilah-istilah,
siswa untuk mengecek dan mendiskusikan notasi-notasi matematika dan
kebenaran dugaan-dugaan siswa dalam struktur-strukturnya untuk
kelompoknya menyajikan ide-ide
matematika.
Mengomunikasikan  Menyatakan ide-ide
 Siswa menampilkan hasil pekerjaannya di depan matematis melalui lisan,
kelas tulisan, dan
 Kelompok lain diharapkan mengemukakan menggambarkannya secara
pendapat terhadap hasil pekerjaan kelompok yang visual.
tampil
Mengamati  Menyatakan ide-ide
 Setelah siswa berdiskusi mengotak-atik kertas matematis melalui lisan,
lipat, siswa diberi kesempatan untuk mengamati tulisan, dan
kertas hasil lipatannya dan menggambar hasil menggambarkannya secara
kertas lipatannya pada LKS. visual.
Menanya  Mengevaluasi ide-ide
 Siswa diminta mengajukan pertanyaan tentang matematis baik secara lisan,
kegiatan yang belum dimengerti. tulisan, maupun dalam bentuk
 Siswa diminta menemukan solusi dari pertanyaan visual lainnya.
yang diajukan.
Menalar  Mengevaluasi ide-ide
 Siswa diminta menduga kertas manakah yang matematis baik secara lisan,
memiliki ukuran lebih besar, misalnya: tulisan, maupun dalam bentuk
 Dari kegiatan di atas, periksalah pecahan mana visual lainnya.
yang paling besar?
1
 Periksalah pecahan mana yang paling besar?
2
2
atau ?
4
Mencoba  Mengevaluasi ide-ide
 Siswa membuktikan kebenaran dugaan-dugaan matematis baik secara lisan,
yang diajukannya dengan menggunakan kertas tulisan, maupun dalam bentuk
lipat yang telah disediakan. visual lainnya.
 Setelah siswa mengerjakan LKS, guru mengajak
siswa untuk mengecek dan mendiskusikan
kebenaran dugaan-dugaan siswa dalam
kelompoknya.
Mengomunikasikan  Menyatakan ide-ide
 Siswa menampilkan hasil pekerjaannya di depan matematis melalui lisan,
kelas. tulisan, dan
 Kelompok lain diharapkan mengemukakan menggambarkannya secara
pendapat terhadap hasil pekerjaan kelompok yang visual.
tampil.
Penutup  Menyatakan ide-ide
 Siswa belajar menyimpulkan pembelajaran: matematis melalui lisan,
 Hal-hal penting apa yang siswa pelajari hari ini? tulisan, dan
 Apa kekurangan guru dan siswa dari pembelajaran menggambarkannya secara
hari ini? visual. Mengevaluasi ide-ide
 Evaluasi diakhiri dengan refleksi dan tanya jawab. matematis baik secara lisan,
 Guru mengakhiri pelajaran, berdoa, dan salam. tulisan, maupun dalam bentuk
visual lainnya.

PENUTUP
Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika
SD memenuhi beberapa indikator komunikasi matematika, sehingga relevan
untuk digunakan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematika.
Melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan, siswa mendapatkan pengalaman belajar yang memenuhi
indikator komunikasi matematika. Menyatakan ide-ide matematis melalui
lisan, tulisan, dan menggambarkannya secara visual. Mengevaluasi ide-ide
matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya.
Menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya
untuk menyajikan ide-ide matematika dan menyatakan hubungan-hubungan
konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Diharapkan siswa dapat
mengembangkan keamampuan komunikasi matematika, sehingga memiliki
life skills yang dibutuhkan pada abad 21.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan (2010). Paradigma Pendidikan Nasional
Di Abad-21. Jakarta: BSNP.
Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran
abad 21. Bogor: Rineka Cipta.
Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. (2009). Model of teaching (Model-model
pengajaran). Penerbit: Pustaka Belajar.
Jufri, A. W. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka
Cipta.
Kanedi. (2014). Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing
Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi
Matematis Siswa Sekolah Dasar. [Tesis, 2014, Universitas Pendiidkan
Indonesia, Tidak diterbitkan]
Kemendikbud. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
SD. Jakarta: Kemendikbud.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. USA : The
National Council of Teachers of Mathematics, Inc
Reys, dkk. (2012). Helping Children Learn Mathematics. USA :
Courier/Kendalville
Wichelt and Kearney. (2009). Communication: A Vital Skill of
Mathematics. Dalam Jurnal University of Nebraska-Lincoln,
Vol-, hal 6, http://digitalcommons.unl.edu/ mathmidaction
research.(20-Okt-2016)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai