Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL ORAL

KOMBINASI (POK) DENGAN KEJADIAN OBESITAS

DAN KEPUTIHAN DI PUSKESMAS SIMPANG IV

SIPIN TAHUN 2022

PROPOSAL

ENDANG RIYANTI

211015201026

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KELUARGA

BUNDA JAMBI TAHUN 2022


HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL ORAL

KOMBINASI (POK) DENGAN KEJADIAN OBESITAS

DAN KEPUTIHAN DI PUSKESMAS SIMPANG IV

SIPIN TAHUN 2022

OLEH

ENDANG RIYANTI

211015201026

PROPOSAL

Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana

PROGRAMSTUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KELUARGA

BUNDA JAMBI TAHUN 2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,karena berkat Rahmad

dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan

judul “Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil Oral Kombinas(POK)Dengan

KejadianObesitas Dan Keputihan Di Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun 2022”.

Adapun tujuan penulis proposal ini adalah sebagai suatu syarat untuk melakukan

penelitian dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Kebidanan Program

Sarjana Dan Pendidikan Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Keluarga

Bunda Jambi.

Penyusunan ini tidak terlepas dari dukungan dan arahan berbagai pihak,maka dari

itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Keluarga Bunda Jambi Keluarga Bunda

Jambi.

2. Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana Dan Pendidikan Profesi

Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Keluarga Bunda Jambi 2022

3. Ibu Sunarti Lubis,S.ST,.SKM.,M.Keb sebagai pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dukungan serta motivasi sehingga penulis bisa

menyelesaikan proposal ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Program Studi Kebidanan Program Sarjana dan

Pendidkan Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Keluarga Bunda

Jambi 2022 yang telah memberikan ilmu pengetahuan untuk mendukung

penyusunan proposal ini.


Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,semoga Allah senatiasa melimpahkan

rahmad,dan karunianya untuk semua pihak yang terlibat dalam penyusunan

proposal ini.

Jambi, Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..

DAFTAR TABEL………………………………………………………………..

DAFTAR BAGAN……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….

A. Latar Belakang…………………………………………………….

B. Rumusan Masalah…………………………………………………

C. Tujuan Penelitian………………………………………………….

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………

A. Konsep Obesitas ………………………………….........................

B. Keputihan………………………………………………………….

C. Konsep Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi ……………………….

D. Kaitan Pil Oral Kombinasi Dengan Kejadian Obeitas………….

E. Kaitan Pil Oral Kombinasi Dengan Keputihan………………….

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Teori…………………………………………………….

B. Kerangka konsep…………………………………………………..

C. Definisi Operasional……………………………………………….

D. Hipotesis……………………………………………………………

E. Desain Penlitian……………………………………………………

F. Lokasi dan Waktu…………………………………………………

G. Populasi dan Sampel………………………………………………


H. Instrumen Penelitian………………………………………………

I. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….

J. Pengolahan Data…………………………………………………..

K. Teknik Analisa Data…………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Klasifikasi Obesitas…………………………………………………………….

3.1 Definisi Operasional ……………………………………………………………


DAFTAR BAGAN

Bagan

Bagan 2.1 Kerangka Teori………………………………………………………….

Bagan 2.1 Kerangka Kosep………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Obesitas telah menjadi krisis global yang mempengaruhi 2 milyar

penduduk dunia. Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak

abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (Kemenkes RI,

2021). Berdasarkan data didunia bahwa Obesitas di seluruh dunia meningkat

hampir tiga kali lipat. pada tahun 2016 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa 18

tahun ke atas, kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 650 juta

mengalami obesitas, 39% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami

kelebihan berat badan pada tahun 2018, dan 13% mengalami obesitas, pada tahun

2020 bahwa 39 miliar mengalami kelebihan berat badan atau obesitas (WHO,

2021).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan

peningkatan prevalensi obesitas pada penduduk berusia > 18 tahun dari 15,4%

(2013) menjadi 21,8% (2018). Untuk prevalensi berat badan berlebih terdapat

sedikit peningkatan dari tahun 2013 (13,5%) ke tahun 2018 (13,6%). Disparitas

prevalensi obesitas terlihat pada beberapa provinsi yang berbeda dari nilai

prevalensi nasional. Selain itu data Riskesdas, menunjukkan peningkatan

prevalensi obesitas sentral pada penduduk berusia > 15 tahun dari 26,6% (2013)

menjadi 31,0% (2018) (Kemenkes RI, 2018).


Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan

lemak tubuh secara berlebihan (Sudargo, 2014). Sedang menurut Irwan (2016)

obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak

tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan

dapat membahayakan kesehatan.

Obesitas dapat dikenali dengan gejala sebagai berikut: dagu rangkap,

leher relatif pendek, dada menggembung dan membesar mengandung lemak, perut

membuncit dan dinding perut berlipat, kemudian kedua tungkai biasanya

berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel,

menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau tidak sedap. Pada

anak laki-laki, penis terlihat kecil karena tertimbun dalam jaringan lemak

suprapubik (Irwan, 2016).

Obesitas jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak sangat

merugikan bagi kesehatan penderitanya pada masa yang akan datang. Obesitas

dapat menurunkan kualitas hidup seseorang dan meningkatkan pengeluaran dana

bagi kesehatannya. Hal ini disebabkan karena obesitas adalah awalan dari

beberapa penyakit degeneratif yang sangat mematikan, seperti: penyakit

kardiovaskular, jantung, stroke, hipertensi, diabetes mellitus, cancer, alzheimer,

sleep apnea. Hingga tidak jarang, obesitas menjadi penyebab kematian dini atau

kematian pada masa muda (Hermawan, 2020). Beberapa dampak lain yang

ditimbulkan dari obesitas yakni peningkatan risiko penyakit jantung, tekanan

darah tinggi, diabetes, masalah pernapasan, masalah tidur dan emosional

(Sumbono, 2020).
Maka harus diketahui terlebih dahulu penyebab obesitas. Obesitas

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: genetik, asupan energi, aktivitas

fisik, lingkungan, psikis, status sosial ekonomi dan penggunaan kontrasepsi pil

oral kombinasi (Adriani, 2012). Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi (POK) adalah pil

KB yang mengandung hormon estrogen dan progresteron yang diproduksi secara

alami oleh wanita (Jitowiyono, 2019). Efek samping Pil Oral Kombinasi (POK)

yang paling tinggi frekuensinya yaitu peningkatan berat badan. Hipotesa para ahli

DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hypothalamus, yang

menyebabkan akseptor makan lebih daripada biasanya (Hartanto, 2014).

Proses terjadinya perubahan berat badan pada akseptor dipengaruhi oleh

hormone progesterone dan esterogen yang merangsang hypothalamus lateral dan

menyebabkan peningkatan nafsu makan dan mempermudah perubahan

karbohidrat menjadi lemak dalam tubuh tersebut akan bertambah

banyak.Perubahan berat badan ini meningkatkan keterbatasan aktivitas fisik yang

mendukung kenaikan berat badan. Mekanisme hormonal mempengaruhi

pertambahannya berat badan karena bertambahnya berat badan dalam tubuh

makakadar FSH (Follice stimulating hormone) menurun tetapi tidak terjadi

sentakan dari LH (Luteizing hormone), sehingga respon kelenjar hipofise

merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan

aseptor KB mengonsumsi makanan lebih banyak dari pada biasa (Rosenber

et.al,2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Samsul (2014) didapatkan

dari hasil uji statistic chi kuadrat dengan menggunakan bantuan computer SPSS
17.0 dengan tingkat signifikan α= 0.05 didapatkan hasil bahwa N= 34, pada taraf

kesalahahan derajat kemaknaan 0.05 diperoleh nilai ρ= 0.01 yang berarti ada

hubungan antara penggunaan kontrasepsi pil oral kombinasi (POK) dengan

perubahan berat badan. Penelitian juga dilakukan oleh Hariadini (2017) diperoleh

hasil bahwa efek samping yang paling banyak dialami oleh akseptor POK adalah

peningkatan berat badan (50,94%) dan sebagian besar akseptor (66,04%) belum

memilih untuk melakukan kunjungan ulang kepada tenaga kesehatan ketika

mengalami efek samping POK.

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang

paling efektif dan reversible untuk mencegah terjadinya konsepsi. Metode

kontrasepsi hormonal dibagi menjadi 3 yaitu: metode kontrasepsi pil, metode

kontrasepsi suntik, dan metode kontrasepsi implant. (Handayani, 2017). Dalam

penggunaan metode kontrasepsi hormonal memiliki efek samping, diantaranya:

perubahan pola menstruasi, kenaikan berat badan, mual, hipertensi, sakit kepala,

peyudara terasa penuh dan keputihan. (Hapsari, dkk, 2012).

Berdasarkan Data Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara tahun 2012,

jumlah PUS Kota Medan pada tahun2012 sebanyak 326.606 orang. Pesrta KB

baru pada tahun 2012 sebanyak 46.751orang (14,31%), dengan presentase sebagai

berikut: peserta Kondom sebanyak 4.292 orang (9,18%), peserta Pil sebanyak

13.380 orang (28,62%), pesrta Suntik sebanyak 17,513 orang (37,46%) peserta

IUD sebanyak 3.360 orang (7,19%), peserta Implan sebanyak 3.122 orang

(6,68%), peserta MOW sebanyak 2,197 orang (4,70%) dan peserta MOP sebanyak

2887 orang (6,18 %).


Keputihan (Fluor Albus) adalah cairan yang keluar dari vagina bukan

merupakan darah. (Sibagariang, dkk, 2013). Penyebab keputihan salah satunya

disebabkan karena penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormonal, dalam

pemakaian kontasepsi hormonal keputihan meningkat sekitar 50% dibandingkan

dengan bukan pemakai kontrasepsi hormonal, keputihan makin sering timbul

dengan kadar esterogen yang lebih tinggi. Alat genetalia terdapat mekanisme

pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjadi kadar keasaman pH vagina.

Normalnya angka keasaman pada vagina berkisar antara 3,8-4,2, sebagian besar

95% adalah jenis bakteri Lactobacillus dan selebihnya adalah bakteri patogen.

Keputihan akan timbul ketika kondisi asam turun maka bakteri Lactobacillus

memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga menyebabkan lingkungan pada

vagina asam mengakibatkan Candida albicans dapat tumbuh dengan subur di area

vagina. (Syahlani, dkk, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Janitra (2022) diperoleh hasil bahwa

pasien yang menggunakan alat kontrasepsi Oral dapat mengalami efek samping

berat badan sebanyak 3 orang (37,50%). Penelitian yang dilakukan oleh

Mulazimah (2019) diberoleh bahwa akseptor pil kombinasi sebagian besar

mengalami kenaikan berat badan yaitu sebanyak 54 orang (71,1%). Berdasarkan

Data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, peserta KB aktif

sebanyak 221.063 orang (67,68 %), dengan persentase sebagai berikut: peserta

Kondom sebanyak 13.127 orang (5,94 %), peserta Pil sebanyak 69.404 orang

(31,40 %), peserta Suntik sebanyak 77.711 orang (35,15 %), peserta IUD

sebanyak 29.245 orang (13,2 %), peserta Implan sebanyak 16.025 orang (7,25 %),
peserta MOW sebanyak 13.414 orang (6,07 %) dan peserta MOP sebanyak 2137

orang (0,97%).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi

(POK) dengan Kejadian Keputihan Dan Obesitas di Puskesmas Simpang IV Sipin

Tahun 2022”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: adakah hubungan penggunaan kontrasepsi pil oral

kombinasi (POK) dengan kejadianObesitas Dan Keputihan di Puskesmas

Simpang IV Sipin Tahun 2022?.

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan penggunaan kontrasepsi pil oral kombinasi

(POK)dengan kejadianObesitas Dan Keputihan di Puskesmas Simpang IV

Sipin Tahun 2022.

b. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran penggunaan kontrasepsi pil oral

kombinasi(POK) di Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun2022.

2. Diketahuinya gambaran kejadianobesitas dan keputihan di Puskesmas

Simpang IV Sipin Tahun 2022.


3. Diketahuinya hubungan antara pengguna kontrasepsi pil oral kombinasi

(POK) dengan kejadianobesitas dan keputihan di Puskesmas Simpang IV

Sipin Tahun 2022.

D.MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman mengenai cara dan proses berfikir ilmiah. Khususnya

mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kejadian obesitas

dan keputihan.

2. Bagi Profesi Bidan

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan masukan bagi

profesi bidan agar dapat memotivasi dan memberikan dukungan dalam

penanganan kejadian obesitas dan keputihan.

3. Bagi Puskesmas Simpang IV Sipin

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dan masukan bagi

instansi terkait agar dapat meningkatkan pendidikan kesehatan kepada

penderita obesitas dan keputihan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

D. KONSEP OBESITAS

a. Definisi Obesitas

Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi

penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang

jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan (Irwan, 2016).

Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi

makanan yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat

penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi

tubuh. Obesitas umumnya menyebabkan akumulasi lemak pada daerah

subkutan dan jaringan lainnya (Rachmawati, 2012).

b. Klasifikasi Obesitas

Klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa

menurut Hastuti (2019) dapat tertera pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

klasifikasi Obesitas

Klasifikasi IMT (kg/m2)

BB kurang <18,5

Normal 18,5-24,9

Obesitas ≥25,0
c. Gejala Obesitas

Penimbunan lemak berlebih dibawah diafragma dan dalam

rongga dada dapat menekan paru-paru, mengakibatkan gangguan

pernafasan dan sesak nafas meski penderita hanya melakukan aktifitas

ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi ketika tidur yang

menyebabkan berhentinya pernafasan untuk sementara (tidur apnea),

sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas

dapat memicu berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung

bawah dan memperparah osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut

dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.

Obesitas dapat dikenali dengan gejala sebagai berikut: dagu rangkap,

leher relatif pendek, dada menggembung dan membesar mengandung

lemak, perut membuncit dan dinding perut berlipat, kemudian kedua

tungkai biasanya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam

saling menempel, menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat

menimbulkan bau tidak sedap. Pada anak laki-laki, penis terlihat kecil

karena tertimbun dalam jaringan lemak suprapubik (Irwan, 2016).

d. Pengukuran Obesitas

Menurut Supariasa (2012) pengukuran status gizi dapat dilakukan

dengan metode antropometri. Metode ini menggunakan pengukuran

terhadap berat badan, tinggi badan, dan tebal lapisan kulit. Pengukuran

tersebut bervariasi menurut umur dan kebutuhan gizi. Antropometri dapat

memberikan informasi tentang riwayat gizi masa lampau. Tingkat


obesitas dapat dihitung menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)

sebagai berikut:

𝐼𝑀𝑇 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)2

Keterangan: IMT: Indeks Massa Tubuh

BB: Berat Badan TB: Tinggi Badan

e. Etiologi Obesitas

Obesitas terjadi karena ketidak-seimbangan antara asupan energi

dengan keluaran energi (energy expenditures), sehingga terjadi kelebihan

energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan

energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau

keluaran energi yang rendah. Asupan energi tinggi disebabkan oleh

konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah

disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisis, dan efek

termogenesis makanan yang ditentukan oleh komposisi makanan. Lemak

memberikan efek termogenesis lebih rendah (3% dari total energi yang

dihasilkan lemak) dibandingkan karbohidrat (6-7% dari total energi yang

dihasilkan karbohidrat) dan protein (25% dari total energi yang dihasilkan

protein) (Ikatan Dokter Indonesia, 2014).

Proses terjadinya perubahan berat badan pada akseptor dipengaruhi

oleh hormone progesterone dan esterogen yang merangsang hypothalamus


lateral dan menyebabkan peningkatan nafsu makan dan mempermudah

perubahan karbohidrat menjadi lemak dalam tubuh tersebut akan

bertambah banyak. Perubahan berat badan ini meningkatkan keterbatasan

aktivitas fisik yang mendukung kenaikan berat badan. Mekanisme

hormonal mempengaruhi pertambahannya berat badan karena

bertambahnya berat badan dalam tubuh makakadar FSH (Follice

stimulating hormone) menurun tetapi tidak terjadi sentakan dari LH

(Luteizing hormone), sehingga respon kelenjar hipofise merangsang pusat

pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan aseptor KB

mengonsumsi makanan lebih banyak dari pada biasa (Rosenber

et.al,2015).

Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi

daripada energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh

konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan

pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas

fisik dan sedentary life style (Kemenkes RI, 2012).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kejadian obesitas menurut

Rachmawati (2012) yaitu:

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya

obesitas. Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas

lebih umum dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan masa

menopouse. Pada saat kehamilan jelas karena adanya peningkatan jaringan


adiposa sebagai simpanan yang akan diperlukan selama masa menyusui.

Mungkin juga obesitas pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor

endoktrin, karena kondisi ini muncul pada saat-saat adanya perubahan

hormonal tersebut di atas.

b. Tingkat sosial

Dikehidupan sehari-hari terdapat suatu kontradiksi hubungan

antara status ekonomi sosial dan prevalensi overweight. Di tingkat sosial

yang rendah, dimana makanan sukar didapat, overweight terlihat sebagai

suatu indikator visual terhadap kesejahtraan dan status.

c. Pola makan

Riwayat kebiasaan makan dan frekuensi asupan makanan berkalori

tinggiperlu digali.

d. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik memerlukan energi diluar kebutuhan untuk

metabolisme basal. Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang

melakukan aktivitas fisik dan kebanyakan duduk.

e. Faktor Psikologis

Faktor stabilitas emosi diketahui berkaitan dengan obesitas.

Keadaan obesitas dapat merupakan dampak dari pemecahan masalah

emosi yang dalam dan ini merupakan satu pelindung penting bagi yang

bersangkutan.

f. Faktor genetis
Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang juga berperan

dalam timbulnya obesitas.

g. Pil Oral Kombinasi (POK)

Efek samping Pil Oral Kombinasi (POK) yang paling tinggi

frekuensinya yaitu peningkatan berat badan. Hipotesa para ahli DMPA

merangsang pusat pengendali nafsu makan di hypothalamus, yang

menyebabkan akseptor makan lebih daripada biasanya (Hartanto, 2014).

f. Komplikasi Obesitas

Beberapa dampak obesitas yang berkaitan dengan penyakit

yakni peningkatan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes,

masalah pernapasan, masalah tidur dan emosional (Sumbono, 2020).

Kelebihan berat badan dapat berdampak pada gangguan

kesehatan fisik dan gangguan psikososial. Gangguan kesehatan fisik

akibat kelebihan berat badan diantaranya adalah dapat berisiko

mengalami sindrom resistensi insulin, tekanan darah tinggi, kolestrol dan

trigliseri tinggi, penyakit jantung koroner, gangguan saluran pencernaan,

pernapasan dan gangguan penyakit kulit. Gangguan psikososial sebagai

dampak dari kelebihan berat badan diantaranya krisis percaya diri dan

depresi (Damayanti, 2018).

Menurut Irwan (2016) & Sudargo (2014) keadaan obesitas

banyak menimbukan dampak-dampak negatif yaitu:

a. Penyakit kardiovaskuler

b. Diabetes mellitus tipe 2


c. Obstructive sleep apnea

d. Gangguan ortopetik

e. Pseudotumor serebri

f. Kanker payudara

B. Keputihan (Flour Albus)

a.Definisi Keputihan

Fluor Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina


bukan merupakan darah. Cairan putih yang keluar dari vagina yang
disebabkan oleh jamur atau virus dan menyebabkan rasa gatal di sekitar
vagina.

Fluor albus terbagi atas dua macam, yaitu fluor albus fisiologis
(normal) dan fluor albus patologis (abnormal).
1. Fluor Albus Fisiologis
Fluor albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang
berupa muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit
yang jarang, sedangkan fluor albus patologis banyak mengandung
leukosit.
Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormon
yang dihasilkan berbagai organ yakni: hipotalamus, hipofisis,
ovarium dan adrenal. Estrogen dapat mengakibatkan maturasi
epitel vagina, serviks, proliferasi stroma dan kelenjar sedangkan
progesteron akan mengakibatkan fungsi sekresi. Keputihan normal
dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar
fase sekresi antara hari 10-16 siklus menstruasi, saat terangsang,
hamil, kelelahan, stress dan sedang mengkonsumsi obatobat
hormonal seperti pil KB. Keputihan ini tidak berwarna atau jernih,
tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal.
2. Fluor Albus Patologis
Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung
banyak leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap
adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi
mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker
dan neoplasma ganas. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina
seperti jamur Kandida Albikan, parasite Tricomonas, E. Coli,
Staphylococcus, Treponema Pallidum, Kondiloma aquiminata
dan Herpes serta luka di daerah vagina, benda asing yang tidak
sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks.
Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti
berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan
sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap,
terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka di daerah mulut
vagina.
a. Patogenesis
Leukorea atau fluor albus merupakan gejala dimana terjadinya
pengeluaran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah.
Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai
perubahan mulai bayi sampai menopause. Fluor albus merupakan
keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi fluor albus yang
patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman
penyakit seperti jamur, parasite, bakteri dan virus maka keseimbangan
ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau
lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada
dinding vagina untuk pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina basa.
Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan
hidup subur di dalam vagina.
b. Patologi Keputihan
1) Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme
yang masuk ini dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab
infeksi biasanya karena jamur Jamur yang sering menyebabkan
keputihan ialah Kandida Albikan. Penyakit ini disebut juga
Kandidasis genetalia. Jamur ini merupakan saprofit yang pada
keadaan biasa tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada
keadaan tertentu menyebabkan gejala infeksi mulai dari yang
ringan hingga berat. Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan
dapat timbul pada wanita yang belum menikah. Ada beberapa
factor predisposisi untuk timbulnya kanidosis genetalis, yaitu
karena pemakaian obat antibiotika dan kortikosteroid yang lama.
2)Kehamilan
3)Kontrasepsi hormonal
4)Kelainan endokrin seperti diabetes mellitus
5)Menurunnya kekebalan tubuh seperti penyakit-penyakit kronis
pemeriksaan klinis terlihat vulva berwarna merah (eristem) dan
sembab, kadang-kadang ada erosi akibat garukan. Terlihat keputihan
yang berwarna putih, kental, bergumpal seperti butiran tepung
melengket di dinding vagina. (Sibagariang,dkk,2013).

E. Konsep Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi

a. Pengertian Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi

Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon

sintesis estrogen dan progesteron. Estrogen bekerja primer untuk

membantu pengaturan hormone releasing faktor di hipotalamus,

membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum didalam ovarium

dan merangsang perkembangan endometrium. Progesterone bekerja

primer menekan/ depressi dan melawan isyarat-isyarat dari

hipotalamus, dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu


dini/premature dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari

endometrium (Aulia, 2021).

b. Kandungan Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi

Mengandung sintetik dan preparat progestin yang mencegah

kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel

telur oleh indung telur) melalui penekanan hormone LH dan

FSH,mempertebal lender mukosa servikal (leher rahim), dan

menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi ada

yang memiliki estrogen dosis rendah da nada yang mengandung

estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada

wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy)

(Nelwan,2019).

c. Cara Penggunaan Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi

Penggunaanya diminum setiap hari selama 3 minggu, diikuti

dengan 1 minggu tanpa pil atau plasebo, pada saat mana suatu

perdarahan surut akan terjadi. Estrogennya adalah etinil estradiol atau

mestranol, dalam dosis 0.05, 0.08 dan 0,1 mg per tablet. Progestinnya

bervariasi yaitu ada yang berupa androgen, progesteron, atau

mempunyai pengaruh estrogen instrinsik (Jitowiyono, 2019).

d. Jenis-Janis Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi

Menurut Sulistyani (2012) mekanisme kerja pil merupakan

kombinasi kerja estrogen dan progestin. Saat ini tersedia tiga variasi pil

oral kombinasi, yaitu:


1. Monofasik: jumlah dan tipe estrogen dan progestin yang dimakan

jumlahnya sama setiap hari selama 20 atau 21 hari, diikuti dengan

tidak meminum obat hormonal selama tujuh hari.

2. Bifasik: dosis dan jenis estrogen yang digunakan tetap konstan dan

jenis progestin tetap sama, tetapi kadar progestin berubah antara

minggu pertama dan minggu kedua pada siklus pil 21 hari, yang

diikuti dengan tidak meminum obat hormonal selama tujuh hari.

3. Trifasik: Jenisestrogen tetap sama, tetapi kadarnya tetap konstan

atau dapat berubah sesuai kadar progestin, jenis progestin tetap

sama, tetapi memiliki tiga kadar yang berbeda selama siklus pil 21

hari yang diikuti dengan tidak meminum obat hormonal selama

tujuh hari.

e. Syarat Penggunaan Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi

Seorang klien harus memiliki persyaratan berikut agar bisa

menggunakan pil kombinai sebagai alat kontrasepsi

1. Gemuk atau kurus

2. Berada pasa usia reproduksi

3. Setelah melahirkan dan tidak menyusui

4. Pasca keguguran

5. Tidak memilki anak ataupun udah memiliki anak

6. Memerlukan metode kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi

7. Menderita snemia karena haid yang berlebihan

8. Saat haid mengalami nyeri yang hebat


9. Tidak memilki siklus haid yang teratur

10. Pernah mengalami kehamilan ektopik

11. Perempuan yang mengalami kelainan payudara jinak

12. Setelah melahirkan enam bulan dan tidak memberi ASI eksklusif

dan semua jenis kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok baginya.

13. Menderita kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh

darah, saraf dan mata.

F. Kaitan Pil Oral Kombinasi dengan Kejadian Obesitas

Menurut Marmi (2017).Pil kombinasi Combination oral

contraceptive adalah pil KB yang mengandung sintesis hormone

estrogen dan progesterone yang mencegah kehamilan dengan

caramenghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung

telur)melalui penekanan hormone LH dan FSH, mempertebal lender

mukosa serviks, dan menghalangi pertumbuhan lapisan

endometrium.Estrogen bekerja primer untuk membantu pengaturan

hormone realizing factors di hipotalamus, membantu pertumbuhan dan

pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsan perkembangan

dari endrometrium.

Pemakaian kontrasepsi hormonal di Indonesia masih menjadi

alat kontrasepsi yang banyak diminati oleh wanita diindonesia.

Dikarenakan harganya yang murah juga praktis. Penambahan berat

badan merupakan efek samping dari pemakaian kontrasepsi hormonal

(Sriwahyuni & Wahyuni, 2012).


Pil-pil hormonal terdiri dari komponen estrogen dan

progesterone. Komponen estrogen menekan sekresi FSH menghalangi

maturasi folikel dan ovarium. Pengaruh hormone estrogen dari ovarium

tidak ada, pengeluaran LH tidak ada. Ditengah-tengah daur haid kurang

terdapat FSH dan tidak ada peningkatan kadar LH menyebabkan

ovulasi terganggu. Pengaruh komponen progesterone dalam pil

kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk mencegah ovulasi,

sehingga dalam 95-98% tidak terjadi ovulasi. Kemudian estrogen dalam

dosis tinggi dapat pula mempercepat perjalanan ovum dan menyulitkan

terjadinya implantasi dalam endometrium dari ovum yang sudah

dibuahi (Wiknjosastro, Abdul, & Rachimhadhi, 2007).

Pil oral kombinasi memiliki kaitan erat dengan perubahan berat

badan yang dipengaruhi oleh hormone progesterone dan esterogen yang

merangsang hypothalamus lateral dan menyebabkan peningkatan nafsu

makan dan mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak dalam

tubuh tersebut akan bertambah banyak. Faktor lainnya yang dapat

Menyebabkan kegemukan pada akseptor Kontrasepsi pil disebabkan

karena sebagian Besar menggunakan kontrasepsi pil dalam jangka

waktu >2 tahun.Hormonprogesteron yang terkandung dalam

kontrasepsi pil akan semakinbanyak di dalam tubuh para akseptor

Sehingga semakin lama pemakaian kontrasepsi tersebut hormon

semakin bertambah dan semakin meningkat kan kenaikan berat badan.

(Darmawati,2012).
G. Kaitan Pil Oral Kombinasi Dengan Keputihan

Keputihan merupakan permasalahan klasik pada kebanyakan kaum

wanita. Ironisnya kebanyakan wanita tidak mengetahui tentang keputihan

dan penyebab keputihan. Jika tidak ditangani dengan baik, keputihan bisa

berakibatan fatal, kemandulan dan kehamilan ektopik (hamil diluar

kandungan) bisa menjadi salah satu akibat keputihan. Gejala awal kanker

Rahim biasanya di mulai dengan keputihan (Khusen,2017).

Berdasarkan teori IUD dan pil, wanita yang menggunakan alat

kontrasepsi hormonal dapat mengalami tanda-tanda seperti

pusing,mual,dan keputihan, hal ini dikarenakan pengguna KB hormonal

seperti pil dan suntik dapat mengakibatkan keputihan karena

ketidakseimbangan hormon didalam tubuh. Jika hormone didalam tubuh

tidak seimbang kemungkinan besar terjadinya keputihan. Karena kb pil

dan suntik menganggu keseimbangan hormone progesteron alami didalam

tubuh yang di sebabkan oleh hormone esterogen. Efek samping pemberian

kb hormonal yang kelebihan hormone esterogen dapat menimbulkan

pusing,menggigil dan keputihan. Sedangkan kelebihan hormone

progesterone dapat menimbukan nafsu makan meningkat, kenaikan berat

badan, cepat lelah dan juga keputihan, sehingga bisa dikatakan keputihan

di sebabkan oleh ketidak seimbangan antara hormone esterogen dan

progesterone.

Menurut asumsi penelitian Rika Handayani (2021) ada hubungan

pengguna KB hormonal dengan keputihan. Keputihan yang keluar dari


vagina disebabkan oleh hormone progesterone yang merubah ph vagina,

sehingga jamur mudah tumbuh didalam vagina dan menimbulkan

keputihan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Pil KB Oral

Kombinasi(POK)

1.Obesitas

Hormon Estrogen 2.Hipertensi

Dan Progesteron 3.Pusing

4.Menggigil

5.Keputihan

Hypothalamus Lateral

Keterangan:

Huruf Cetak Tebal: Yang di Teliti

Variabel Bebas: Obesitas dan Keputihan

Variabel Terikat: Pil KB Oral Kombinasi


B. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generasi dari hal-hal khusus oleh karena konsep merupakan abstraksi,

maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur, konsep hanya

dapat diamati dan diukur melalui konstruktur yang lebih dikenal dengan

variabel,variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau

bilangan dari konsep (Notoatmodjo, 2018).

Berdasarkan hal diatas maka kerangka konsep ini secara skematik

digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

obesitas
b

KontrasepsiPil Oral
Kombinasi (POK)

Keputihan

Keterangan:
Variabel bebas(independent): Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi(POK)
Variabel terikat(dependent): Obesitas dan Keputihan
C. Definisi Operasinal

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Operasional Ukur

Variabeldepen Status Lembar 1. 1: IMT≥ 25 Nominal

den gizipadaibudiuku kuisoner kg/m2 untuk

1.Obesitas r berdasarkan obesitas

indeks masa 0: IMT <

tubuh dengan 25,0 normal

IMT ≥ 25 kg/m2 2.

untuk obesitas

dan

< 25,0 normal


2.Keputihan Keputihan adalah Lembar 3. 1: Keputihan

cairan yang kuisoner 4. 0: Tidak

keluar dari Keputihan

vagina tetapi

tidak berbentuk

darah. Keputihan

ada dua jenis

yaitu patologis

dan fisiologis

Variabelindep Menggunakan Lembar 1. 1: Ya Nominal

enden alat kontrasepsi Kuisoner2. 0: Tidak

Penggunaan Oral

Kontrasepsi Kombinasi

Oral

Kombinasi
D. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara

penggunaan kontrasepsi pil oral kombinasi (POK) dengan kejadian obesitas dan

keputihan di Wilayah Telanai Pura Kota Jambi Tahun 2022.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain cross sectional, yaitu penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan

tentang data-data yang dari lapangan (Notoatmodjo, 2014). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi pil oral kombinasi

(POK) dengan kejadian obesitas dan keputihan di Wilayah Telanai Pura Kota

Jambi Tahun 2022.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Telanai Pura Kota Jambi pada

tanggal

G. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2016). Populasi dalam penelitian ini yaitu wanita usia subur (WUS) yang

berada di Wilayah Telanai Pura Kota Jambi.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian ini


yaitu wanita usia subur (WUS) yang berada di Wilayah Telanai Pura

Kota Jambi dengan teknik total sampling sesuai dengan kriteria

penelitian.

Dengan kriteria inklusi yaitu:

a. Ibu yang berada Menggunakan KB hormonal

b. Bersedia menjadi responden

c. Kooperatif

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan data suatu

penelitian (Notoatmodjo, 2014). Instrument dalam penelitian ini menggunakan

lembar Kuisoner yang berisi tentang identitas,pengetahuan responden tentang KB

hormonal pil kb oral ombinasi dengan kejadian obeitas dan keputihan yang di

timbulkan dari kontrasepsi hormonal tersebut.

I. Teknik Pengumpulan Data

Jenisdata

a. Data primer

Data primer yaitu pengumpulan data yang dilakukan langsung

terhadap responden yang akan dijadikan sampel dengan wawancara

yaitu data kepuasan pasien.

b. Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak langsung

sumbernya, yaitu diperoleh dari Wilayah Telanai Pura Kota Jambi

J. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian menurut Notoatmodjo (2014) berupa:

1.Pengolahan Data

a. Editing

Editing adalah tahap awal pengolahan data. Kegiatan pada tahap ini

adalah melakukan pengecekan terhadap kelengkapan isi jawaban

kueisoner.

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan data coding adalah untuk

mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat

entry data.

c. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data

agar data yang sudah di entry dapat dianalisis. Pemprosesan data

dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner kepaket program

computer. Ada bermacam macam paket program yang dapat digunakan


untuk pemprosesan data dengan masing masing mempunyai kelebihan

dan kekurangan.

d. Scoring

Scoring dilakukan dengan menetapkan skor (nilai) pada setiap

pertanyaan-pertanyaan pada lembar kuesioner dan pada saat

pengkatagorian setiap variabel.

e. Entri Data

Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

selama penelitian kedalam master tabel atau database computer,

kemudian diolah dan dibuat dalam bentuk tabel ataupun grafik.

f. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry data

kekomputer

K. Teknik Analisa Data

Setelah data didapat dari hasil pengisian kuesioner oleh responden

diolah dengan menggunakan fasilitas komputer dianalisis ke dalam dua

bentuk analisis yaitu analisis univariat dan analisis bivariat yang diuraikan

sebagai berikut:
a. Analisis Univariat

Dilakukanuntuk menyederhanakan, untuk mempermudahkan

interprestasi data kedalam bentuk tebuler (table) dari tampilan

distribusi frekuensi responden menurut variable yang diteliti. Selain

itu analisis univariat juga bertujuan untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi dari setiap variable yang diteliti meliputivariable

dependen dan variable independen (Notoatmojo,2014).

b. Analisis Bivariat

Bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel

yaitu variabel independen dan variabel dependen. Untuk melihat

keeratan hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen menggunakan uji chi square.

Untuk melihat batas kemaknaan α = 0,05 sehingga keputusannya

adalah:

1. Jika p-value< 0,05 maka Ho ditolak, artinya kedua variabel

terdapat hubungan yang signifikan.

2. Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima artinya kedua variabel

tidak terdapat hubungan yang signifikan.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai