Proposal Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kek Pada Remaja
Proposal Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kek Pada Remaja
Anggota:
Cut Intan Fadia
Melda Yuliska
Mizanul Adilla
Rika Anisa Putri
Salmawati
b. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi bagi Masyarakat bahwa kekurangan energi kronik
bisa disebabkan karena kurang asupan zat gizi, baik karena alasan ekonomi maupun
alasan kebiasaan sehari hari seperti asupan makan, dan aktifitas.
c. Bagi Mahasiswa
Dapat memperoleh wawasan, pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan dalam
melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi KEK pada remaja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengertian KEK (Kekurangan Energi Kronik)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu keadaan malnutrisi,
dimana terjadi kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, hitungan
tahun yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan. Apabila ukuran lingkar
lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut beresiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan bayi berat lahir rendah (Supariasa, 2016).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana
keadaan remaja menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik)
yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada remaja secara relative atau
absolut satu atau lebih zat gizi. Menurut Depkes RI dalam Program Perbaikan Gizi
Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronik merupakan keadaan dimana penderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan KEK jika
diderita oleh remaja putri adalah kekurangan zat besi dengan dampak anemia,
kekurangan kalsium dengan dampak osteoporosis, dan kekurangan gizi dengan dampak
terganggunya proses pertumbuhan remaja (Muhamad & Liputo, 2017).
b. Beban Kerja/Aktivitas
Aktivitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan aktivitas fisik
yang lebih berat otomatis memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan yang
kurang aktif.
Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah sesuatu yang
menggunakan tenaga atau energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat
kerja otot. Latihan fisik dapat meningkatkan kemampuan fungsional kardiovaskuler
dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada setiap
penurunan aktivitas fisik seseorang. Aktifitas fisik adalah salah satu strategi dalam
memberikan treatment untuk menstabilkan keadaan malnutrisi baik untuk obesitas
ataupun kurang gizi (Diana dkk., 2020).
Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan
kualitas hidup sehat. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan
berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang, bila kalori yang masuk berlebihan
dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka akan memudahkan Orang
mengalami kegemukan begitupun sebaliknya. Pengeluaran energi yang tinggi tidak
diimbangi dengan asupan yang tinggi dapat menyebabkan keseimbangan energi
negatif. Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap pergerakan jasmani yang
dihasilkan otot skelet yang memerlukan pengeluaran energi.
Menurut WHO 2015 istilah ini meliputi menimba air, mendaki gunung, lari cepat,
menebang pohon, mencangkul dll. Sedangkan aktivitas fisik sedang apabila
melakukan kegiatan fisik sedang (menyapu, mengepel dll) minimal lima hari atau
lebih dengan durasi beraktivitas minimal 150 menit dalam satu minggu. Selain
kriteria di atas maka termasuk aktivitas fisik ringan seperti berjalan santai, membaca,
menulis, mencuci piring, peregangan, memancing, memanah, menembak, golf, dll
(Diana dkk., 2020).
c. Penyakit /Infeksi
Malnutrisi dapat menjadikan tubuh rentan terkena penyakit infeksi dan
sebaliknya penyakit infeksi akan menyebabkan penurunan status gizi dan
mempercepat terjadinya malnutrisi. Mekanismenya yaitu:
a. Penurunan asupan gizi mengakibat terjadi penurunan nafsu makan, menurunnya
absorbsi serta kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
b. Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan
perdarahan yang terus menerus.
c. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit
d. atau parasit yang terdapat pada tubuh (Fauziah, Thaha, dan Abdul, 2005).
d. Pengetahuan Tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan dan
sikap terhadap makanan. Pendidikan formal sering kali mempunyai asosiasi yang
positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan meningkat, maka
pengetahuan terkait gizi juga akan bartambah baik.
Tingkat pengetahuan biasanya dikaitkan dengan tingkat pendidikan
seseorang yang akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan
pemenuhan kebutuhan gizi. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan
faktor lansung yang mempengaruhi status gizi. Orang dengan pengetahuan gizi
yang baik maka akan tahu dan berupaya untuk mengatur pola makan sedemikian
rupa sehingga seimbang tidak berkurang dan tidakberlebih. Karena dengan
memiliki pengetahuan yang cukup khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat
mengetahui berbagai macam ganguan kesehatan yang mungkin akan timbul
sehingga dapat dicari pemecahannya (Rosmala & Sri, 2021).
Pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang menerima informasi lebih
banyak dibandingkan dengan pendidikan rendah. Pengetahuan tentang kesehatan
yang tinggi menunjang perilaku hidup sehat dalam pemenuhan gizi. Pendidikan
kesehatan pada hakekatnya merupakan suatu usaha untuk menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan harapan bahwa
dengan adanya pesan tersebut masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang
pentingnya asupan nutrisi selama kehamilan. Pengetahuan juga merupakan hasil
dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan (Rosmala & Sri, 2021)
e. Presepsi body image
Pengertian Persepsi Citra Tubuh
Citra Tubuh adalah penilaian seseorang terhadap bentuk tubunya, ada dua
macam jenis citra tubuh yaitu citra tubuh negatif dan citra tubuh positif. Citra
tubuh positif adalah persepsi seseorang yang puas terhadap bentuk tubuhnya,
sedangkan citra tubuh negative adalah persepsi seseorang yang merasa tidak
puas dengan bentuk tubuhnya membandingkan dengan yang lain dan merasa
malu dan cemas tentang tubuh yang dimiliki sehingga remaja tidak puas
dengan dirinya, menjadi sulit menerima diri apa adanya, responsive terhadap
pujian, peka terhadap kritik dan pesimis bahkan ada yang sampai melakukan
diet demi mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan (Arthur, 2010).
Faktor-Faktor Persepsi Cita Tubuh
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi citra tubuh
seseorang. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan menyatakan bahwa
wanita lebih negatif memandang citra tubuh nya dibanding pria. Pria ingin
bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan
temantemannya dan mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan
wanita ingin memiliki tubuh kurus menyerupai tubuh ideal yang digunakan
untuk menarik perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk
membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar di media massa
yang memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan
wanita cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel
dalam majalah wanita yang sering memuat artikel promosi tentang
penurunan berat badan (Denich dan Ifdil, 2018).
2. Usia
Pada masa perkembangan remaja, citra tubuh menjadi penting. Hal
ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat
badan umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dibanding remaja
putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas
dan menjadi tidak bahagia dengan penampilannya dan hal ini dapat
menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder)
(Wati dan Sumarmi, 2017).
3. Media Masa
Media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal
mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi citra
tubuh seseorang. Media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam
budaya sosial. Anakanak dan remaja lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat
mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan
bagaimana standart kecantikan seorang perempuan dan bagaimana
gambaran ideal bagi laki-laki (Denich dan Ifdil, 2018).
4. Keluarga
Orang tua merupakan model yang paling penting dalam proses
sosialisasi sehingga mempengaruhi citra tubuh anak-anaknya. Harapan,
pandangan, dan pesan secara verbal atau nonverbal dalam keluarga juga
berkontribusi terhadap pembentukan citra tubuh (Chairiah, 2012).
5. Cara Pencegahan KEK
Untuk mencegah kurang energi kronis pada remaja, remaja harus bisa
menjaga pola makan dengan gizi seimbang. Gizi seimbang adalah susunan
asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Pemenuhan asupan gizi ini juga harus memperhatikan
prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan
mempertahankan berat badan normal guna mencegah masalah gizi. Dalam
prinsipnya, gizi seimbang terdiri dari 4 pilar, yang pada dasarnya
merupakan upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan
zat gizi yang masuk dengan mengontrol berat badan secara teratur.
B. Kerangka Teori
Pola makan
Beban Kerja/Aktivitas
Pegetahuan gizi
C. Kerangka Konsep
Beban Kerja/Aktivitas
Pegetahuan gizi
D. Definisi Operasional
A. Jenis Survei
Jenis survey yang di pakai ialah antropometri yang digunakan untuk mengukur
resiko KEK kronik pada wanita usia subur (WUS) adalah lingkar lengan atas
(LiLA). Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 55 tahun yang terdiri dari
remaja, ibu hamil, menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LiLA
WUS dengan resiko,KEK adalah 23,5 cm. Apabila LiLA kurang dari 23,5 cm
artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan
BBLR.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, dalam penelitian ini menggunakan desain non probability sampling, yang
menggunakan teknik proporsive sampling sampel dengan sengaja diambil atau
memilih responden. Sampel mahasiswi remaja putri berjumlah 47 orang dengan
kriteria inklusi dan ekslusi dalam.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dengan cara
meminta data jumlah remaja putri di desa lamcot kecamata darul imarah
kabupaten aceh.data yang diambil adalah data remaja berjumlah 50 orang.
E. Pengumpulan Data
Data yang terkumpul dilakukan proses pengolahan dan tabulasi. Data yang
diperoleh selanjutnya diolah supaya dapat dianalisisPengolahan data dilakukan
dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Editing
Editing atau penyuntingan adalah tahapan dimana data yang sudah dikumpulkan
dari hasil pengisian kuesioner disunting kelengkapan jawabannya. Jika pada
tahapan penyuntingan ternyata ditemukan ketidaklengkapan dalam pengisian
jawaban, maka harus melakukan pengumpulan data ulang. Dilakukan memeriksa
kelengkapankejelasan, relevansikonsistensi masing-masing
b. Coding
Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi data dalam
bentuk angka/bilangan. Kode adalah simbol tertertu dalam bentuk huruf atau
angka untuk memberikan identitas data. Kode yang diberikan dapat memiliki arti
sebagai data kuantitatif (berbentuk skor)
c. Data Entry
Data entry adalah mengisi kolom dengan kode sesuai dengan jawaban masing-
masing pertanyaan (Notoadmojo, 2010). Jawaban -jawaban dari masing-masing
responden yang dalam bentuk "kode" (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
program atau "software" Komputer.
d. Cleaning Semua data dari setiap sumber yang selesai dimasukan, perlu dicek
kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kesalahan
kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.
F. Analisa Data
Proses pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak komputer, teknik
analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat
1. Analisis Univariat
2. analisa bivariate
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Data yang diperoleh kemudian diolah,
dianalisis dalam suatu pembahasan dan disajikan dalam bentuk tabel. Pada saat
dilakukan uji hipotesa dianalisa dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan
adalah uji parametrik (T-test Dependent) jika data berdistribusi normal pada
penelitian ini maka dilakukan uji Chi Square, untuk menilai besar hubungan
antara faktor- faktor penyebab dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK)
3. Analisis Multivariat
G. Penyajian Data