Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

“SISTEM INTEGUMEN”

Disusun :

Faustina Batseran (2211411017)

Maulana Dwi Andrea H (2211411026)

Mustika Sari (2211421005)

Stefany Dwi Indriani Lasa (2211411044)

Ulfa Puspita Anggreini Retno (2211411046)

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS SURABAYA

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2022-2023

DAFTAR ISI
Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
Pengertian Sistem Integumen 3
Anatomi Sistem Integumen Pada Manusia 4
Fisiologi Sistem Integumen Pada Manusia 8
Patologi Pada Sistem Integumen Manusia 11
BAB III PENUTUP 21
Kesimpulan 21
Saran 21
Daftar Pustaka 22

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sistem Integumen" dengan
tepat waktu. Tujuan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu
Biomedik Dasar” oleh dosen pengajar Heri Nur Cahyanto,S.Kep.,Ns.,M.T. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Sistem Integumen bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Terima kasih kepada Bapak Heri Nur Cahyanto,S.Kep.,Ns.,M.T
selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu biomedik dasar yang telah memberikan bimbingannya.
Kami ucapkan terima kasih juga kepada teman- teman dan semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan atau pengetahuan kita baik sebagai
penulis maupun pembaca. Namun sebagai penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar dapat
tercipta suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan kita sebagai mahasiswa.

Surabaya, 15 Oktober 2022

Penulis.

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang
disebut sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling
luas.Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar
(keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal
atau lingkungan eksternal).
Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem
organ yang luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah
dehidrasi, menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu untuk
mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam pengaturan
suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem integumen adalah garis pertama
pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Hal ini juga
membantu untuk memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya.
Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk mendeteksi.
panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit termasuk rambut,
kuku, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening,
saraf dan otot. Mengenai anatomi sistem yang menutupi, kulit terdiri dari lapisan
jaringan epitel (epidermis) yang didukung oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan
lapisan yang mendasari (hypodermis atau subcutis).
Selain kulit, ada pula rambut dan kuku yang termasuk kedalam sistem
integumen. Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit terluar.
Rambut muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut
yang berada jauh di bawah dermis. Serta pada kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut
yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari.
Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku
adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi
daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari
keratin protein yang kaya akan sulfur.

1.2Rumusan Masalah
1. Apa pengertian integument ?
2. Bagaimana struktur dan fungsi system integumen ?
3. Bagaimana fisiologi dari system integumen pada manusia ?
4. Bagaimana patofisiologi dari system integumen pada manusia ?

1.3Tujuan
1. Mampu menjelaskan system integumen.
2. Memahami struktur dan fungsi system integumen pada manusia.
3. Memahami secara fisiolohis dari system integument pada manusia.
4. Mengetahui patologi pada system integumen pada manusia.

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SISTEM INTEGUMEN
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut
sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luar.
Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar
(keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal
atau lingkungan eksternal). Integumen merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin
“integumentum“, yang berarti “penutup”. Sesuai dengan fungsinya, organ-organ pada
sistem integumen berfungsi menutup organ atau jaringan dalam manusia dari kontak
luar.
Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar
keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki
sendiri (self- repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara
lingkungan luar tubuh dengan dalam tubuh).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya
agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit
juga akan menahan bila terjadi kekuatan- kekuatan mekanik seperti gesekan (friction),
getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan- perubahan fisik di lingkungan luar,
sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak
nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ- organ internal
dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.

2.2 STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM INTEGUMEN

System integumen terdiri dari kulit dengan kelenjar-kelenjarnya, rambut, kuku dan
reseptor- reseptor khusus pada kulit. Kulit merupakan suatu organ dengan struktur
yang kompleks dan memiliki berbagai fungsi vital. Setiap system integument
memiliki struktur dan fungsinya masing– masing, berikut struktur dan fungsi dari
sitem integument pada tubuh manusia.

 Fungsi Sistem Integumen

Fungsi sistem integumen atau juga kita kenal dengan fungsi kulit beserta
turunannya, yakni rambut dan kuku, adalah sebuah fungsi komponen manusia
yang sangat penting. Ketiga dari komponen tersebut membentuk menjadi satu
sistem organ tubuh paling besar yang kita sebut kulit. Kulit memiliki struktur
dan juga fungsi bagi tubuh kita. Sebagai salah satu sistem dari organ yang
paling penting dan terbesar dari tubuh kita, kulit atau sistem integumen
menjalankan peran sebagai alat interaksi kita terhadap kondisi lingkungan
sekitar. Berikut adalah beberapa fungsi dari sistem integumen kita, antara lain :

 Fungsi Sebagai Pelindung (Proteksi)

Sebagai sistem organ yang paling besar, kulit mampu menjadi


pelindung paling luar dari organ tubuh kita. Hal ini juga berarti kulit
dapat melindungi tubuh dari ancaman yang berbahaya dari lingkungan
sekitar. Contohnya, infeksi atau serangan dari organisme yang lain dan
kerusakan yang berasal dari radiasi sinar ultraviolet. Kemudian juga
melindungi dari zat-zat yang membahayakan tubuh

 Fungsi Sebagai Pengatur Suhu (Termoregulasi)

Dengan adanya sistem organ kulit (integumen), kita akan terlindung


dari suhu yang berubah-ubah. Jadi, fungsi sistem integumen akan
memberikan perlindungan serta dukungan terhadap perubahan suhu
dengan berbagai cara. Dengan demikian, tubuh akan dapat
menyesuaikan.

 Menjaga Keseimbangan Air

Lapisan permukaan dari kulit ini dapat kita sebut dengan lapisan yang
tak begitu menyukai air atau pada kondisi yang basah. Kondisi tersebut
akan menjadikan air dan juga garam tetap berada dalam tubuh.
Kemudian akan sesuai dengan kebutuhan serta mencegah tubuh
kehilangan air secara berlebihan. Sementara itu, air limbah tubuh (urea)
keluar melalui kelenjar keringat.

 Sebagai Penerima Sinyal Masuk

Pada sistem integumen, terdapat banyak sekali jenis organ sensorik.


Sebagian memungkinkan pada tubuh dapat merasakan panas, tekanan,
dingin, nyeri, dan juga gerakan.

 Sebagai Pengirim Sinyal Keluar

Fungsi sistem integumen pada rambut mampu mengirimkan sinyal atau


pesan ke lingkungan sekitar tubuh kita. Pesan atau sinyal ini dapat
terkirim kepada manusia yang lain

 Memproduksi Zat Penting

Pada kelenjar sebasea, sistem integumen berada. Lalu, kelenjar ini


berada dan memiliki kaitan dengan folikel rambut. Kemudian, kelenjar
ini juga yang memproduksi sebum. Selain sebasea, terdapat kelenjar
lain yang memproduksi keringat, yakni kelenjar keringat. Sel pada kulit
ini jugamenghasilkan keratin. Keratin adalah senyawa protein pada
jaringan ikat, menjadi komponen struktural, serta memiliki fungsi
sistem integumen yang sangat penting. Keratin juga menjadi material
dasar dalam pembentukan kuku dan rambut.

1. Kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan (kanitakis,
2002). Bagian terluar yaitu lapisan epidermis yang terdiri dari sekumpulan sel-sel khusus
yang dikenal sebagai keratinosit yang berfungsi untuk mengsintesis keratin, yang
merupakan protein. Panjang seperti benang yang berperan untuk perlindungan.

Lapisan tengah yaitu dermis yang terdiri dari protein struktural fibril yang dikenal sebagai
kolagen. Lapisan dermis ini melekat pada jaringan yang dibawahnya yaitu lapisan subkutan
atau hypodermis. Lapisan ini termasuk jaringan ikat longgar yang mengandung lobus kecil
sel lemak yang disebut laposit.

Ketebalan lapisan-lapisan tersebut bervariasi, tergantung pada lokasi lapisan pada tubuh.
Misalkan pada kelopak mata memiliki lapisan epidermis paling tipis, berukuran kurang dari
0,1 mm, sedangkan pada telapak tangan dan telapak kaki memiliki lapisan epidermis yang
paling tebal dengan sekitar 1,5 mm. Dermis yang paling tebal yaitu di punggung, dengan
ketebalan 30-40 kali lebih tebal dari epidermis diatas.

A. Epidermis
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Lapisan
epidermis merupakan lapisan paling luar yang terdiri atas lapisan epitel gepeng.
Epidermis umumnya merupakan jaringan epitel skuamosa berlapis dan tersusun atas
sel - sel keratinosit yang merupakan sel yang menghasilkan keratin (serat protein
yang kuat). Keratin ini memberikan struktur, daya tahan serta kedap air pada kulit.
Sel – sel ini terus menerus akan mati dan digantikan dengan sel baru. Sel keratonisit
biasanya bergant setelah 3-4 minggu. Sel yang menyusun jaringan epidermis yaitu :

1. Sel Melanosit

Sel melanosit merupakan sel yang menghasilkan melanin melalui proses


melanogenesis. Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis.
Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap
rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit
(melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel
khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin
yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap
warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan bagian- bagian kulit
yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misal puting susu)
mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang
normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda yang cerah
hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit .
Sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau
demam. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian
akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam
sinar matahari yang berbahaya.

2. Sel Langerhans

Sel Langerhans yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang,
yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan
merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel
Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit. Sel- sel imun yang
disebut sel langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel langerhans
mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan
membangkitkan suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin bertanggung
jawab mengenal dan menyingkirkan sek-sel kulit di plastik dan neoplastik.
Sel Langerhans secar fisik berhubungan dengan saraf-saraf simpatik yang
mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stress dapat mempengaruhi
fungsi sel langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi
Ultraviolet dapat merusak sel langerhans, mengurangi kemampuannya
mencegah kanker.

3. Sel Markel
Sel markel merupakan sel yang terletak paling dalam, perbatasan antara
epidermis dan dermis yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.. Sel ini bergabung
dengan ujung saraf untuk membentuk reseptor sensorik sebagai indra
peraba. Lapisan epidermis akan tumbuh terus menerus, hal ini karena
lapisan sel induk yang berada dilapisan bawah terus – menerus melakukan
pembelahan, sedangkan lapisan terluar dari epidermis akan terkelupas dan
gugur.

Epidermis biasanya dibagi beberapa lapisan sesuai dengan morfologi


karakaratositosit dan posisinya ketika berdiferensiasi menjadi sel-sel
terangsang. Lapisan-lapisan tersebut yaitu, stratum germinativum, stratum
spinosum, stratum granulosum, stratum lasidium, dan stratum koerneum.

1. Stratum Germinativum
Stratum Germinativum juga dikenal lapisan basal yang mengandung
sel karatinosit berbentuk silindris yang meledak pada membran dasar.
Sel-sel basal ini membentuk satu lapisan yang melekat pada satu sama
lain. Ciri-ciri perbedaan lain dari sel-sel basal adalah nucleus
memanjang dan berwarna gelap dan adanya pigmen melanin yang di
transfer dari melanosit yang berdampingan. Lapisan basal adalah
lokasi utama sel-sel aktif membekah pada epidermis yang membentuk
sel-sel lapisan epidermis luar. Namun tidak semua sel basal memiliki
potensi untuk membelah (Jones 1996 ; Lavker & San 1982).

2. Stratum Spinosum

Stratum spinosum terdiri dari berbagai bentuk, struktur, dan sifat


subseluler yang berbeda, tergantung pada lokasinya. Sel – sel
spinosum pada bagian bawah/basal berbentuk polyhedral dan memiliki
nucleus bulat, sedangkan sel – sel dari lapisan spinosus atas umumnya
berukuran lebih besar, menjadi lebih rata karena didorong ke
permukaan kulit dan mengandung butiran pipih (Chu, 2008).

Pada sajian mikroskop stratum spinosum tampak mempunyai tonjolan


sehingga tampak seperti duri yang disebut spinadan terlihat saling
berhubungan dan di dalamnya terdapat fibril
sebagaiintercellularbridge. Sel-sel spinosum saling terikat dengan
filamen, filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan
kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan
demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang
berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.

3. Stratum Granulosum

Stratum Granulosum terdiri atas 2-4 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel
terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel,
yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi
asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit. 2/3 lapisan ini
merupakan lapisan gepeng, dimana sitoplasma berbutir kasar serta
mukosa tidak punya lapisan inti.

4. Stratum Lusidium
Stratum lusidium terdiri atas beberapa lapis sel yang sangat gepeng
dan bening. Membrane yang membatasi sel – sel tersebut sulit terlihat
sehingga lapisannta secara keseluruhan seperti kesatuan yang bening.
Lapisan ini ditemukan pada daerah tubuh yang berkulit tebalseperti
telapak kaki dan telapak tangan.

5. Stratum Korneum

Stratum korneum merupakan lapisan yang terdiri atas 15 – 20 lapisan


sel gepeng , sel tanduk, kering dan tidak beriinti. Sitoplasma stratum
koeneum diisi dengan serat keratin, makin keluar letak sel makin
gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh. Sel yang terkelupas
akan digantikan oleh sel lain. Zat tanduk merupakan keratin lunak
yang susunan kimianya berada dalam sel – sel keratin keras. Lapisan
tanduk hampir tidak mengandung air karena adanya penguapan air,
elastisnya kecil, dan sangat efektif untuk pencegahan penguapan air
dari lapisan yang lebih dalam. Lapisan ini merupakan lapisan terluar
yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan retikulernya
lebih sedikit sel – sel saling melekat erat. Lebih tebal pada area – area
yang banyak terjadi

B. Dermis
Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit. Terdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya
bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Kulit jangat atau dermis
menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat,
kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening,
dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis dan tahan lama, berisi
jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea, folikel
jaringan rambut dan pembuluh darah yang juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan
dalam epidermis.
Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun utama dari
dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan
struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan
mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan
batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
1) Stratum Papilary, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan
leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis berada
langsung di bawah epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat
menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut saraf , kelenjar
keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat,
disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan
menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh
dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe,
folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit. Lapisan ini tipis mengandung
jaringan ikat jarang.
2) Stratum Reticular, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan
ikat padat tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin,
retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta
fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis
yang terdapat banyak pembuluh darah , limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan
kelenjar sebaseus.

C. Hipodermis atau Lapisan Subkutan


Hypodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang tersusun atas sel –
sel lemak. Sel – sel lemak membentuk jaringan lemak pada lapisan adiposa yang
terdapat pada lapisan subkutan untuk menentukan mobilitas kulit diatasnya. Bila
terdapat lobulus lemak yang merata, hypodermis membentuk bantal lemak yang
disebut panniculus adiposus. Pada daerah perut, lapisan ini dapat mencapai ketebalan
3cm, sedangkan kelopak mata, penis, dan skrotum lapisan subkutan tidak
mengandung lemak. Fungsi lapisan ini menyimpan energi dan menghindari
benturan.
D. Konsep Luka
1. Definisi
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh
karena cedera atau pembedahan yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi
tubuh sehingga menganggu aktivitas sehari hari, berdasarkan lama
penyembuhannya dapat dibagi menjadi 2 jenis yakni luka akut dan kronis,
Kartika
(2015). Luka berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 yakni luka
mekanik dan non mekanik (Mudiyantoro, et al. 2018)
Penanganan luka yang buruk khususnya pada jenis luka terbuka akan
berakibat pada infeksi bakteri termasuk gangren dan tetanus, hal ini dapat
mengakibatkan luka menjadi kronik, infeksi tulang hingga kematian. Penanganan
luka yang baik dan benar dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka, WHO
(2014)
Pengkajian luka yang baik menurut Kartika (2015) meliputi beberapa faktor
yakni status nutrisi pasien (BMI dan kadar albumin), status vaskuler (Hb dan
TcO2), status imunitas (terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan
yang lain), penyakit yang mendasari (diabetes atau kelainan vaskulerisasi
lainnya),
kondisi luka yang meliputi (warna dasar luka, lokasi, ukuran, kedalaman luka,
eksudat dan bau).

2. Etimologi Luka
Penyebab terjadinya cedera sehingga mengakibatkan luka sangatlah
beragam mulai dari cedera akibat kecelakaan lalu lintas, keracunan, terjatuh,
kebakaran, tenggelam, perang, pembunuhan, bunuh diri, serta cedera yang tidak
disengaja. Luka berdasarkan penyebabnya menurut (Damayanti, Pitriyani &
Ardhiyanti, 2015) dibagi menjadi 2 jenis yakni luka mekanik dan non-mekanik:
1. Luka mekanik dibagi menjadi 7 jenis yaitu :
a. Vulnus Scissum adalah luka sayat akibat benda tajam, pinggir lukanya
terlihat rapi
b. Vulnus Constum adalah luka ringan karena cedera pada jaringan bawah
kulit akibat jaringan pada tumpul.
c. Vulnus Laceratum adalah luka robek akibat terkena mesin atau benda
lainnya yang menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam
d. Vulnus Puncture adalah luak tusuk dibagian luar, tetapi besar di bagian
dalam luka.
e. Vulnus Sclopetorum adalah luka tembak akibat tembakan peluru
f. Vulnus Morsum adalah luka gigitan yang tidak jelas bentukannya pada
bagian luka.
g. Vulnus Abrasio adalah luka terkikis yang terjadi pada bagian luka yang
tidak sampai ke pembuluh darah.
2. Luka Non Mekanik yang terdiri atas luka abibat zat kimia, termik, radiasi
atau serangan listri.

Kondisi luka dapat disebabkan oleh karena terjadinya abrasi, kontusio,


insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, pukulan, sepsis dan lain-lain, Kartika (2015).
Menurut WHO (2014) persentase terbesar sebanyak 24% pada kasus kecelakaan
lalu lintas serta yang terkecil pada kasus cedera akibat perang sebanyak (2%),
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 menemukan bahwa 90% cedera luka
yang menyebabkan kematian terjadi pada negara dengan pendapatan menengah
ke bawah.

3. Fisiologi Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka melibatkan agen biologis aktif yang berfungsi
untuk meregenerasi jaringan sekitar yang mengandung sel-sel bersama
dengan
enzim, sitokin dan hormon pertumbuhan. Respon tubuh saat terjadi
kerusakan
jaringan adalah terjadinya proses hemostasis, inflamasi, pembentukan
jaringan
baru, dan penggantian jaringan yang baru. Proses hemostasis dan inflamasi
segera terjadi saat luka terbentuk, sementara pembentukan jaringan baru pada
daerah yang rusak terjadi pada kurun waktu minggu pertama sampai sepuluh
hari dari luka itu terjadi. (Piraino & Selimovic, 2015)

4. Fase Penyembuhan Luka


Fase atau proses penyembuhan luka secara alami menurut (Piraino &
Selimovic, 2015) dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Hemostasis
Pada fase ini melibatkan beberapa rangkaian proses yang saling bekerja
sama untuk menghentikan pendarahan yang disebabkan oleh luka.
Didalam pembuluh darah, sel endotelial mensekresikan inhibitor pada
koagulasi trombomodulin dan memproduksi prostacilin dan nitric oxide
untuk mencegah pecahnnya trombosit. Sebagai upaya pencegahan jika
terjadi luka pada pembuluh darah, sel endotelial akan mulai memproduksi
faktor von Willebrand untuk segera memulai proses hemostasis.
Selanjutnya terjadilah fase vasokontriksi untuk membatasi jumlah darah
yang keluar akibat rusaknya pembuluh darah yang diikuti pembentukan
susunan trombosit yang menghalangi area yang rusak pada pembuluh
darah, terakhir adalah pembentuka jaringan fibrin dan protrombin dan
terjadilah proses koagulasi yang berfungsi untuk menghalangi area yang
terbuka pada pembuluh darah sampai jaringan yang rusak selesai
diperbaiki.
2. Respon Inflamasi
Pada tahapan inflamasi, interleukin salah satu tipe dari sitokin mulai
aktif.
Hal ini memicu vaskularisasi dan proliferasi dari neutrofil, berbagai
macam tipe leukosit membuat pertahanan terhadap protogen dan
membentuk jaringan baru yang lebih sehat.
3. Proliferasi
Pada tahapan proliferasi makrofag dan neutrofil mengeluarkan reaksi
kimia untuk membentuk jaringan fibroblas pada area luka dan
mengaktifkan sintetis dan mengubah ulang ECM (extracellular matrix).
Perpindahan sel ini dibantu produksi dari hyaluronic acid dimana
menyerap air dan membantu jaringan dalam hal kemampuannya untuk
bertahan dari terjadinya deformasi.

4. Pembentukan Jaringan Baru


Tahapan terakhir dari proses penyembuhan luka ini memerlukan kolagen
yang merupakan struktur protein yang paling berlimpah pada sel
manusia.
Struktur kolagen tipe 1 akan membentuk jaringan fibrosis, jaringan baru
ini akan membungkus area yang rusa. Kolagen secara perlahan akan
meningkatkan akomolasi protein pada area sekitar luka, plasminogen
merupakan protase yang bermanfaat untuk perbaikan luka, saat diaktifkan
pada plasmin akan membentuk fibrinolisis yang mencegah pembentukan
fibrin agar tidak tumbuh yang akhirnya menghilang.
5. Prinsip Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka terbaik menurut Kartika (2015) memerlukan suasana
yang lembab dengan tujuan :
1. Mempercepat Fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat
oleh neutrophil dan sel endotel dalam suasana lembap
2. Mempercepat Angiogenesis
Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang
pembentukan pembuluh darah lebih cepat
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi dengan menggunakan metode perawatan tertutup
dengan resiko lang lembap akan menurunkan angka resiko terjadinya
infeksi dibandingkan dengan perawatan luka terbuka dengan kondisi
kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Dimana berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk
stratum korneum dan angiogenesis
5. Mempercepat pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembap, invasi neutrophil yang diikuti oleh makrofag,
monosit, dan limfosit ke daerah luka berlangsung lebih dini

E. Warna Kulit.
Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat,
kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika
dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit
terutama ditentukan oleh :
1. Oxyhemoglobin yang berwarna merah
2. Hemoglobin Tereduksi yang berwarna merah kebiruan
3. Melanin yang berwarna coklat
4. Karatohyalin yang memberi penampakan opaque pada kulit
5. Lapisan Stratum Corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-
abu.
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit yang paling menentukan
warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin didalam
kulit ditentuakan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin
dibuat dari tirosin sejenis asam amino dan oksidasi, tirosin dibuat dari butir-
butir melanin yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya
enzim Tirosinase dan Oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung
lebih lancar pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah sinar ultraviolet.
Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan
variasi warna kulit berbagai golongan ras atau bangsa di dunia. Proses
pembentukan pigmen melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom yang
dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal
keratinosit di dalam lapisan benih.

2. Skin Appendeges atau Struktur Asesoris Kulit


Skin Appendages/adnexa kulit merupakan struktur tambahan kulit. Derivat kulit
berasal dari epidermis, terdiri dari kelenjar sudorifera, kelompok sebasea, rambut
dan folikel rambut serta kuku. Nama lainnya appendages kulit / adneksa kulit /
struktur tambahan kulit.
A. Rambut dan Folikel Rambut
Rambut terdiri dari batang yang trletak diatas permukaan kulit dan akar rambut
yang terletak di dalam kulit. Folikel rambut merupakan jaringan yang meliputi
akar rambut. Rambut terdiri dari medula yang terdiri dari keratin lunak dan
kortex serta kutikula yang terdiri dari keratin keras.
1) Medula merupakan bagian tengah rambut, terdiri dari sel-sel yang
mengalami keratinisasi. Sel-selnya terpisah satu sama lain, dan antara sel-
sel kadang- kadang terdapat udara atau cairan. Bagian ini tak terdapat pada
rambut tipis atau halus.
2) Kortex merupakan bagian terbesar dari rambut, terdiri dari sel-sel
berbentuk runcing, yang mengalami keratinisasi dan banyak mengandung
pigment.
3) Kutikula merupakan membran tipis, terdiri dari sel-sel pipih atau gepeng
yang mengalami keratinisasi, transparan.

Folikel rambut terdiri dari komponen dermis atau epidermis. Pada dasarnya
folikel rambut bagian dermis terlihat meninjol, disebut papila yang terdiri dari
jaringan ikat, pembuluh darah dari sel-sel saraf. Bagian luar papila diliputi
dengan sel-sel epitel yang disebut germinal matri dan ujung folikel rambut
tampak membesar. Sel-sel germinal matrik (puncak papila) berplorifelasi
membentuk rambut yang dapat tumbuh terus. Bagian sentral Germinal Matrik
(puncak papila) membentuk bagian medula rambut dan kortex. Bagian perifer
membentuk selubung akar rambut yaitu selubung akar dalam dan selubung
akar luar. Selubung akar dalam hanya pada bagian bawah folikel, terdiri dari 3
lapisan yaitu lapisan kutikula merupakan lapisan dalam, dekat kutikula dari
kortek rambut terdiri dari sel- sel pipih. Lapisan Husley, merupakan lapisan
tengah dan Lapisan Henle yaitu lapisan luar, terdiri dari 1 lapis sel yang
seluruhnya mengalami keratinisasi. Sel–sel selubung akar dalam mempunyai
keratohialin yang bersifat asidofil dan disebut granulatrichohyalin, yang
dengan H.E tampak kemera

B. Kuku

Kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku, epidermis yang tepat di


bawahnya menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas dan
diapit oleh lipatan kulit yang merupakan dinding kuku. Lempeng kuku terdiri
dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas. Badan kuku
berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan karena ada pembuluh kapiler
darah di dalam dasar kuku. Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku
ke permukaan lempeng kuku sebagai epikondrium atau kutikula. Kuku tumbuh
dari akarnya yang terletak di bawah lapisan tipis kulit yang dinamakan
kutikula. Pertumbuhan kuku berlangsung sepanjang hidup dengan
pertumbuhan rata-rata 0,1 mm/hari. Pembaruan total kuku. jaringan tangan
memerlukan waktu sekitar 170 hari, sedangkan kaki sekitar 12 – 18 bulan.
Bagian dari kuku, terdiri dari, ujung kuku atas ujung batas, badan kuku
sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata-rata 0,1 mm/hari. Pembaruan total
kuku. jaringan tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari, sedangkan kaki
sekitar 12 – 18 bulan. Bagian dari kuku, terdiri dari, ujung kuku atas ujung
batas, badan kuku yang merupakan bagian yang besar dan akar kuku (radik).

2.3 FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN PADA MANUSIA


Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi- fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi,
absorpsi, ekskresi, persepsi, pengatur suhu tubuh (termoregulasi), dan
pembentukan vitamin D.
1. Fungsi Protein
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara, yaitu
sebagai berikut :
a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas dan
zat kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, tersusun
rapi dan erat seperti batu bata di permukaan kulit.
b. Lipid yang dilepaskan memecah evaporasi air dari permukaan kulit
dan dehidrasi. Selain itu juga mencegah masuknya air dari
lingkungan luar tubuh melalui kulit.
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan
rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang
berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit. Adanya sebum ini,
bersamaan dengan ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel
asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba.
d. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang
berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan
pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmenini bertugas
melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi
genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan
pada proteksi oleh melanin,maka dapat timbul keganasan.
e. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif.
Pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen
terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas
memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratindan sel
Langerhans.

2. Fungsi Absorpsi
Kulit tidak dapat menyerap air, namun kulit dapat menyerap material
larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen
dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen,
karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap
seperti aseton,dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut
lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan
melepaskan antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan absorpsi
kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenja, tetapi lebih
banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara
kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar
eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
4. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di
dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan dingin diperankan oleh
badan-badan krause yang terletak di dermis, badan taktil meissner
terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan
merkel ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik
tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
5. Fungsi Pengatur Suhu Tubuh
Kulit berkontribusi dalam mengatur suhu tubuh (termoregulasi) melalui
dua cara, yaitu pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di
pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan
keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah
(vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh.
Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih
sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi)
sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.
6. Fungsi Pembentuk Vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7
dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan
ginjal lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk
vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormone yang berperan dalam
mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal kedalam
pembuluh darah. Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D
sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan
sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada
manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya
pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
2.4 GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA MANUSIA
Macam-macam gangguan sistem integumen pada manusia adalah :
1. Kanker Kulit

Penyebab Kanker kulit adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak


terkontrol didalam jaringan kulit. Jika tidak diobati, sel sel kanker akan
menyebar ke organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang, jaringan
lunak, dan lain lain. kanker kulit adalah jenis kanker yang paling
dominan didunia. Di Amerika kanker kulit diderita oleh 1 dari 5 orang
dengan prevalensi sekitar 20% menurut Yayasan Kanker Kulit.
2. Penyakit Lupus

Penyebab Lupus adalah penyakit autoimmune atau kekebalan tubuh


yang terganggu yang diderita lebih dari 1.5 juta rakyat Amerika.
Normalnya sistem kekebalan tubuh akan menjaga tubuh dari gangguan
penyakit, virus, bakteri dan bentuk lain yang berbahaya. Dalam masalah
penyakit lupus, sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi bahaya
dan sebaliknya menyerang sel tubuh yang sehat dan merusak jaringan
lunak seperti kulit dan organ lainnya. Penyakit lupus dapat menimbulkan
masalah lanjutan pada ginjal, sistem saraf, jaringan darah dan kulit.

3. Rubeola atau Penyakit Campak

Penyebab rubeola adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang


berkembang dalam sel di daerah tenggorokan dan paru paru. Rubeola
sangatlah menular, dan cepat menyebab melalui media udara ketika
penderita rubeola batuk atau bersin. Orang yang menderita Rubeola akan
merasakan demam, batuk, hidung berair, dan ruam -ruam pada kulit
sebagai puncak dari penyakit Rubeola. Jika tidak dirawat dapat
menyebabkan komplikasi seperti radang infeksi telinga, pneunomia dan
encephalitis (pembengkakan otak.

4. Jerawat

Penyebab penyakit jerawat adalah terhalangnya pori pori pada tubuh


oleh minyak, kulit mati, dan atau bakteri. Setiap pori-pori di kulit kita
terdapat folikel, folikel ini terbuat dari rambut dan kelenjar minyak.
Kelenjar minyak mengeluarkan sebum, yang berjalan melewati
rambut/bulu, keluar melalui pori pori dan berakhir di kulit. Sebum
membuat kulit lembab dan lembut, jika anda menderita penyakit
Jerawat, mungkin saja terjadi gangguan pada proses ini. Hal hal yang
paling sering menyebabkan jeawat adalah :
a. Terlalu banyak sebum yang dihasilkan oleh kelenjar minyak kulit
b. Sel kulit mati yang bertumpuk di pori-poroi
c. Bakteri telah tumbuh dan berkembang di pori-pori

5. Hemaingoma
Hemaingoma adalah pertumbuhan daging atau kulit tetapi bukan kanker
yang tumbuh karena pertumbuhan jaringan darah abnormal.
Hemangioma biasanya ditemukan dalam lapisan dari organ dalam
seperti hati. Karena hemangioma tidak disebabkan faktor luar, biasanya
orang menderita atau Hemangioma berkembang sebelum orang lahir,
ketika mereka masih didalam kandungan. Hemangioma didalam hati
biasanya tidak menyebabkan kelainan. Biasanya juga tidak terdeteksi
sebelum anda memeriksakan diri dan biasanya pemeriksaan yang tidak
terkait sama sekali dengan hemangioma.

6. Cold Sore ( Herpes Simplex Virus)

Cold Sore adalah keadaan kulit melepuh berentuk bulat berisi cairan
yang biasanya tumbuh disekitar mulut atau sekitar wajah. Terkadang
lepuhan juga muncul di jari, hidung atau didalam mulut, tetapi itu jarang
terjadi. Biasanya Cold Sore disebabkan oleh virus Herpes, dan tidak ada
pengobatan untuk penyakit ini selain mengobati atau membasmi herpes
tersebut. Terkadang penyakit ini akan kambuh tanpa tanda-tanda, dan
berhati-hatilah karena cairan didalam cold sore tersebut sangat mudah
menular.

7. Psoriasis

Penyakit Psoriosis adalah kondisi gangguan kulit kronis yang ditandai


dengan bercak merah terkadang menyerupai sisik pada kulit dan tidak
menular. Psoriasis dapat terlihat berbeda tergantung dimana dan jenis
apa yang menyerang. Psoriasis disebabkan karena autoimun yang
menyerang sel -sel kulit yang sehat. Selain itu terdapat factor-faktor
pemicu timbulnya psoriasis, seperti stress, infeksi tenggorokan, dan
cuaca dingin.. American Academy Of Dermatology melansir bahwa
psoriasis tidak dapat disembuhkan secara total dan masih dapat kambuh
secara tiba-tiba. Penderita psoriasis hanya dapat melakukan perawatan
untuk menghindari
kekambuhan yang serius dan mencegah kondisi menjadi lebih parah.
Psoriasis dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti, artritis
psoriasis, penyakit pada mata, depresi, penyakit Parkinson, tekanan
darah tinggi, sindrom metabolic, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe
2, penyakit ginjal, dan penyakit autoimun.

8. Rosacea

Rosacea adalah gangguan kulit kronis yang menyerang lebih dari 16 juta
warga Amerika. Penyebab Rosacea masih tidak diketahui dan juga tidak
ada obatnya. Namun ilmuwan belakangan ini mampu mengembangkan
jenis perawatan yang dapat menekan gejala - gejala yang ditimbulkan
oleh penyakit Rosacea.

Rosacea memiliki tanda gejala yang berbeda – beda berdasarkan jenis


rosacea, namun secara umum ciri khas rosacea adalah lingkaran kecil
berwarna merah berisi nanah yang tumbuh pada kulit, kulit terasa panas
dan terbakar, memerah, lebih sensitive dan terlihat adanya pembuluh
darah yang melebar. Biasanya Rosacea hanya tumbuh pada bagian
hidung, pipi dan kening. Rosacea dapat menghilang dan timbul dengan
sendirinya, biasanya memiliki siklus. Jadi ketika anda menderita
penyakit ini, bisa saja gejala - gejalanya akan hilang namun akan muncul
kembali di masa yang akan datang.

Factor penyebab rosacea belum diketahui pasti, namun lebih sering


terjadi pada orang yang berkulit putih dan berusia antara 30-60 tahun.
Selain itu ada beberapa penyebab seseorang mengalami rosacea, antara
lain :
1. Faktor lingkungan seperti cuaca panas dan dingin, sinar matahari dan
angin.
2. Makanan pedas
3. Minuman Beralkohol
4. Kosmetik
5. Obat-obat oles yang menyebabkan iritasi
6. Monopause

9. Eksim Seborrheic

Eksim Seborrheic adalah suatu kondisi kulit yang juga dikenal dengan
sebutan Dermatitis Seborrheic. Ketika bayi menderita penyakit ini
disebut juga cradle cap. Terdapat 2 penyebab penyakit eksim seborrheic,
yaitu pertama adalah produksi minyak sebum pada kulit yang
berlebihan, dan kedua adalah jamur yang disebut Malassezia. Biasana
ditemukan didalam kelenjar minyak kulit dan dipercaya sebagai
penyebab iritasi. Walaupun tidak terdapat obat untuk penyakit ini, tetapi
kita dapat mengenali dan mempelajari penyebab dan pemicu penyakit
Eksim ini dan mengembangkan cara untuk menghindarinya, seperti
menjaga kesehatan tubuh khususnya kulit secara teratur dan benar.

10. Hives / Urticaria (Gatal Alergi)


Hives, Urticaria, gatal karena alergi adalah perasaan gatal disertai
timbulnya benjolan- benjolan kecil pada kulit. Biasanya berwarna merah
dan sakit ketika disentuh. Pada kebanyakan kasus, urticaria disebabkan
oleh reaksi terhadap pengobatan dan atau reaksi alergi terhadap benda
yang menyebabkan iritasi

11. Sunburnt

Macam macam penyakit kulit yang berbahaya yang kedua yaitu


Sunburnt atau luka bakar. Hal ini terjadi akibat terekspos radiasi UV dari
sinar matahari karena terlalu lama berjemur atau beraktivitas dibawah
terik matahari. Biasanya akan ditandai dengan kemerahan pada kulit
yang terkadang dapat disertai kulit yang gatal dan mengelupas. Jika
kondisinya sudah berat atau parah akan terjadi luka pada kulit akibat
sunburnt. Oleh sebab itu, sangat dianjurkan untuk digunakan minimal 20
menit sebelum melakukan aktivitas di bawah sinar matahari.

12. Kidis

Kudis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit tungau yakni
sarcoptes scabiei var hominis. Orang yang terjangkit penyakit kulit kudis
biasanya tinggal di tempat kumuh serta tidak melindungi kebersihan
tubuhnya. Tanda-tanda kudis yaitu ada rasa gatal yang demikian hebat
saat malam hari, terlebih di sela-sela jari kaki, tangan, di bawah ketiak,
alat kelamin, pinggang dan sebagainya. Kudis amat mudah menular pada
orang lain.

13. Ketombe

Ketombe merupakan salah satu penyakit kulit kepala yang umum terjadi,
terutama bila seseorang kurang menjaga kebersihan rambutnya. Selain
itu, ketombe juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti daya
tahan tubuh yang lemah, cuaca dingin, dan produksi minyak berlebih di
kulit kepala.Meski bukan kondisi yang berbahaya dan menular, ketombe
dapat mengganggu penampilan. Namun, Anda tidak perlu khawatir
karena ketombe biasanya dapat ditangani dengan sampo antiketombe
yang mengandung zinc pyrihtione atau ketoconazole. Anda juga bisa
menggunakan bahan-bahan alami, seperti tea tree oil dan minyak kelapa,
untuk mengatasi ketombe.

14. Jamur Kuku

Jamur kuku adalah infeksi jamur yang terjadi di kuku tangan atau kuku
kaki. Kondisi yang juga dikenal dengan nama tinea unguium atau
onkomikosis ini dapat dialami oleh siapa saja, terutama lansia. Meski
begitu, jamur kuku umumnya bukan kondisi yang berbahaya. jamur
kuku yang tidak ditangani dengan tepat, bisa memicu berbagai
komplikasi, seperti: Kerusakan permanen pada kuku. Infeksi serius yang
menyebar ke bagian tubuh lain (terutama pada mereka yang memiliki
sistem imun yang lemah atau diabetes). Infeksi bakteri pada kulit
(selulitis).

15. Hidradentis Suppurativa

HS adalah penyakit kulit yang menyerang bagian folikel rambut dan


kelenjar keringat. Nah, ketiak adalah area yang dipenuhi oleh kelenjar
keringat dan folikel rambut. Oleh karena itu, ketiak menjadi area yang
rentan terserang hidradenitis suppurativa. Hidradenitis suppurativa
berkembang ketika folikel rambut tersumbat. Penyebab pasti untuk ini
tidak diketahui. Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan hormon,
genetik, kebiasaan merokok, atau kelebihan berat badan.

16. Kista Anteroma

Kista ateroma disebut juga kista sebasea karena disebabkan oleh


tersumbatnya kelenjar sebasea (kelenjar minyak). Kelenjar sebasea
adalah kelenjar yang mengeluarkan minyak (sebum) yang berfungsi
melapisi kulit dan rambut. Kista ateroma disebabkan oleh kerusakan
atau penyumbatan pada kelenjar sebasea, yaitu kelenjar yang berfungsi
mengeluarkan minyak (sebum) pada kulit. Sejumlah kondisi yang bisa
menyebabkan kelenjar sebasea rusak atau tersumbat antara lain: Garukan
atau goresan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sistem Integumen pada manusia adalah terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar
keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu.Anatomi Sistem Integumen pada
Manusia kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu : Epidermis, Dermis, Skin
Appendages atau /Struktur asesoris kulit dan Warna Kulit. Kulit memiliki banyak
fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut
dapat dibedakan menjadi : fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
Gangguan Pada Sistem Integumen Manusia diantaranya yaitu Kanker Kulit,
penyakit pupus, Rubeola atau Penyakit Campak, Jerawat, Hemangioma, Cold
Sore (Herpes Simplex Virus), Psoriasis, Rosacea, Seborrheic Eczema (Eksim
Seborrheic), dan Hives / Urticaria (Gatal Alergi).

3.2 SARAN
Makalah ini hanya mencakup materi-materi umum Sistem Integumen sehingga
masih diperlukan referensi-referensi lain dalam menyusun makalah maupun
pembuatan tugas.

DAFTAR PUSTAKA

Anatomi.2016.Kelenjar Pada Kulit. http://www.scribd.com/doc/52471266/8/Kelenjar-pada-


kulit. ( Diakses 15 September 2017)
Perdoski. 2019.Rosacea : Penyakit Kulit Yang Gejalanya Mirip Dengan Alergi.
https://perdoski.id/article/detail/1507-rosacea-penyakit-kulit-yang-gejalanya-mirip-dengan-
alergi.(Diakses 30 April 2019)
Anonim.2015. Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen.
http://www.docstoc.com/docs/58180799/Anatomi-dan-fisiologi-sistem-integumen-(kulit).
(Diakses 15 September 2017)
Ethel, Sloane.2003. Anatomi fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Guyton, Hall.2012. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta:
Salemba Medik.
UMM Anatomi Sistem Integumen https://eprints.umm.ac.id/52916/4/BAB%20II.pdf.
(Diakses 2012).
STIKES Papua https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-kesehatan-
banyuwangi/fokus-kesehatan/sistem-integumen/27242416. (Diakses, Sorong 2022)

Anda mungkin juga menyukai