Anda di halaman 1dari 3

MEMBANGUN KARAKTER ALTRUISTIK DAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN

EMPATI PELAYANAN KESEHATAN

Elma Dwi Aprilia

432221111

Altruisme adalah sebuah proses bagi seorang dokter untuk berkaitan dengan pasien,
berkomunikasi dengan pasien sehingga nanti diharapkan bahwa dia akan memberikan suatu
pelayanan yang baik dan membangun kepercayaan yang baik dengan pasien. Altruisme ini
sangat penting bagi seorang tenaga kesehatan lainnya, yang harus memahami dan melatih diri
agar dalam memberikan suatu pelayanan diikuti dengan rasa empati terhadap pasien dan juga
komunikasi yang baik. Alasan seseorang melakukan altruisme adalah karena ingin menolong.
Adanya nilai norma di masyarakat yang merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial sehingga
menolong tanpa imbalan, sedikit berbeda dengan social action. Hubungan antara personal,
perilaku, lingkungan. Personal yang berinteraksi dengan lingkungan membentuk perilaku,
berkaitan dengan sensitive, membantu orang lain, terkait juga dengan gender seperti laki-laki
yang membantu perempuan. Ketiga unsur tersebut sangat terikat untuk akhirnya menghasilkan
sebuah sikap altruisme. Hal terpenting dalam perilaku personal adalah empati, ikut merasakan
adalah pondasi dari seluruh interaksi hubungan antar insan.

Kejadian yang baru-baru ini terjadi di sebuah rumah sakit di Jombang, di mana ada pasien hamil
dirujuk dengan dengan bayi meninggal di dalam kandungan. Dalam prinsip di dunia medis
khususnya kebidanan, jika pada saat kehamilan bayinya meninggal, maka sebaiknya tidak
dilakukan operasi caesar. Jadi jika bayinya tersebut karena alasan tertentu sudah meninggal,
maka sebaiknya diupayakan lahir secara pervaginan tanpa operasi Caesar. Di dalam proses ini
sudah benar secara SOP, karena bayi tersebut harus dilahirkan tetapi macet pada bagian kepala
dengan istilah distosia, yaitu saat bagian bahu dari si bayi menghalangi untuk lahir. Karena
bayinya besar maka dipotonglah leher tersebut daripada memberikan resiko kepada ibunya.
tetapi saat pelaksanaan inilah yang akhirnya mengalami ketidakpuasan karena penyampaian yang
tidak tepat dari tim medis sehingga menimbulkan masalah. Empati ini merupakan kunci penting
hubungan antara dokter dan pasien dalam keberhasilan pengobatan. Jadi sebagai tim medis harus
mempunyai rasa empati, harus menunjukkan seolah-olah kita seperti mereka dengan bahasa yang
baik serta penjelasan yang jelas sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
Komunikasi yang baik akan menimbulkan trust dari pasien untuk dokter dan petugas kesehatan
yang lainnya. Demi kelancaran pengobatan dan kenyamanan pasien pula, seorang petugas
kesehatan harus mampu untuk tidak membawa masalah yang sifatnya personal private ke ranah
kerjanya, harus professional dalam melayani pasien. Aspek empati itu ada kognitif, yakni aspek
yang ada di dalam pikiran kita dan ilmu pengetahuan kita. Afektif itu adalah yang berkaitan
dengan perasaan emosi dan komunikasi, tiga hal ini yang sangat penting berpengaruh di dalam
munculnya rasa empati atau tidak munculnya rasa empati. Selanjutnya aspek komunikatif, adalah
kemampuan untuk memahami atau merasakan aspek afektif emosional. Respon-respon
emosional yang terjadi di dalam diri kita untuk merasakan rasa simpati sensitif dan berbagi
masalah problem sharing. Aspek komunikasi bagaimana kita berbicara dengan mereka,
bagaimana kita memiliki bahasa tubuh kita untuk berbicara dengan lawan bicara kita, serta
bagaimana kita mengemas dengan intonasi bahasa yang tepat. Memberikan suatu komunikasi
yang baik, lancar, dan empati membuat pasien lebih dekat dengan dokter dan menyampaikan
semua gejala yang dirasakan serta mereka bisa lebih terbuka tidak menyembunyikan apa yang
sebenarnya terjadi terkait kesehatannya, sehingga dokter ataupun petugas kesehatan dapat
menentukan langkah yang tepat dalam proses penyembuhan pasien. Keuntungan lain yang
didapat adalah efisiensi waktu untuk penyembuhan pasien.

Menurut saya inti dari kuliah umum yang disampaikan oleh Prof Dr Budi Santoso dr Sp OG
yakni diharapkan dokter dan pasien dapat berkomunikasi yang efektif atas dasar saling percaya,
kemudian dari situ tumbuh rasa empati dan bagaimana empati tersebut dapat dikomunikasikan
dengan baik pula agar tidak terjadi kesalahpahaman. Kemudian dibutuhkan pula kemampuan
kognitif dari dokter atau petugas kesehatan, kemampuan untuk mengerti kebutuhan pasien,
mendengarkan dan melayani secara aktif dan responsif pada kebutuhan pasien, kemudian
sensitivitas dokter atau petugas kesehatan terhadap perasaan pasien. Tidak hanya itu saja,
petugas kesehatan juga diharapkan memiliki perspektif yang baik, pandangan yang baik dan
memahami sosial emosional. Jadi jikalau kita bertugas di suatu daerah tertentu dengan keadaan,
kultur serta budayanya yang berbeda dari kita, maka harus kita pahami dan kita harus bisa
menempatkan diri di lingkungan tersebut. Hal ini sangat penting untuk kita bisa diterima di
masyarakat tersebut sebagai awal dari proses mengamalkan keilmuan yang selama ini kita
pelajari semasa menempuh pendidikan di bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

(1) Hadori, M. (2014). Perilaku Prososial (Prosocial Behavior); Telaah Konseptual Tentang
Altruisme (Altruism) Dalam Perspektif Psikologi. LISAN AL-HAL: Jurnal
Pengembangan Pemikiran Dan Kebudayaan, 8(1), 7-18.
(2) Kusmanto, A. S. (2011). Empati sebagai Srana untuk Memperkokoh Sikap Pro-Sosial
Pelajar. Jurnal Universitas Muria Kudus, 4.
(3) Akbar, H., Yudho Prabowo, A., & Rodiani, R. (2017). KEHAMILAN ATERM
DENGAN DISTOSIA BAHU. MEDULA, medicalprofession journal of lampung
university, 7(4), 1-7.
(4) Jani, B. D., Blane, D. N., & Mercer, S. W. (2012). The role of empathy in therapy and the
physician-patient relationship. Complementary Medicine Research, 19(5), 252-257.

Anda mungkin juga menyukai