Anda di halaman 1dari 6

1.

Syekh Nawawi al-Bantani

Bernama lengkap Abu Abd al-Mu’ti Muhammad bin Umar al-Tanara al-Jawi al-
Bantani. Lahir di Tanara, Serang, Banten pada 1813 dan wafat di Mekah pada 1897.

Syekh Nawawi merupakan keturunan Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati
Cirebon, Jawa Barat, serta generasi ke-12 dari Sultan Banten.

Nawawi kecil mendapatkan tempaan pengetahuan agama langsung dari ayahnya.


Setelah itu, ia berguru kepada Kiai Sahal, Banten serta Kiai Yusuf di Purwakarta.

"Menginjak usia 15 tahun, Syekh Nawawi memantapkan tekad untuk berhaji dan
menuntut ilmu di Mekkah," tulis Samsul Munir Amin dalam Karomah Para Kiai
(2008).

Di Mekkah, Nawawi beguru dengan banyak tokoh penting dalam dunia Islam. Antara
lain, Syekh Sayyid Ahmad Nahrawi, Syaikh Junaid, dan Syekh Ahmad Dimyati.

Syekh Nawawi juga sempat berguru kepada Syekh Muhammad Khatib dan Syekh
Ahmad Zaini Dahlan, dua ulama besar di Madinah, Arab Saudi. Kematangan dan
kecerdasannya diakui setiap guru yang ia temui. Bahkan, ulama asal Mesir, Syekh
Umar Abdul Jabbar dalam karyanya berjudul al-Durûs min Mâdhi al-Ta’lîm wa
Hadlirih bi al-Masjidil al-Harâm tak ragu menyebut Syekh Nawawi sebagai sosok
yang produktif dan menguasai berbagai cabang keilmuan.

Hingga akhir hayatnya, Syekh Nawawi berhasil menulis ratusan judul kitab yang
menjadi rujukan ulama-ulama di Jazirah Arab dan Asia Tenggara. Di Indonesia,
karya-karya itu menjadi kurikulum wajib di pesantren dan madrasah.

Ambil misal al-Tafsir al-Munir li al-Mualim al-Tanzil al-Mufassiran wujuh mahasin


al-Ta'wil musamma Murah Labid li Kasyafi Ma’nâ Qur'an Majid, Kâsyifah al-Saja
syarah Safinah al-Naja, Sullam al-Munâjah, Nihayah al-Zain, atau Nashaih al-‘Ibad.

Produktivitas Syekh Nawawi membuatnya dijuluki Bapak Kitab Kuning. Murid-


muridnya tersebar baik di Mekkah maupun di Indonesia.

Tokoh-tokoh Indonesia yang lama berguru kepada Syekh Nawawi antara lain pendiri
Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyari, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad
Dahlan, dan pendiri Mathlaul Anwar KH Mas Adurrahman.

2. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi

Lahir di Koto Tuo - Balai Gurah, IV Angkek, Agam, Sumatera Barat pada 1860 dan
wafat di Mekkah 1916. Syekh Khatib bernama lengkap al Allamah asy Syaikhul
Ahmad Khatib Rahimahullah bin Abdul Lathif bin Abdurrahman.

Masa kecil Syek Ahmad Khatib diisi dengan gemblengan Syekh Abdul Lathif,
ayahnya sendiri. Baru pada usia 10 tahun, ia dititipkan ke beberapa ulama besar di
Mekkah. Di antaranya Sayyid Umar bin Muhammad bin Mahmud Syatha al Makki
asy Syafi’i, Sayyid Utsman bin Muhammad Syatha al Makki asy Syafi’i, serta Sayyid
Bakri bin Muhammad Zainul Abidin Syatha ad Dimyathi al Makki asy Syafi’i.

Syekh Khatib dikenal jenius dan rendah hati. Ia tercatat sebagai orang non-Arab
pertama yang dipercaya menjadi imam besar di Masjidil Haram, Mekah.

Di tangan Syekh Khatib lahir ratusan karya. Beberapa judul yang sering dijadikan
rujukan oleh ulama dunia ialah Hasyiyah an Nafahat ala Syarhil Waraqat lil Mahalli
Al Jawahirun Naqiyyah fil Amalil Jaibiyyah, ad Da’il Masmu ala Man Yuwarritsul
Ikhwah wa Auladil Akhwan Maa Wujudil Ushul wal Furu, serta Raudhatul Hussab.

"Di Indonesia, banyak tokoh besar pernah belajar kepada Syekh Khatib. Di antaranya
Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) ayah dari Buya Hamka, KH Hasyim Asyari, serta
KH Ahmad Dahlan," tulis Abdul Baqir Zein dalam Masjid-masjid Bersejarah di
Indonesia (1999).

3. Syekh Muhammad Yasin al-Fadani

Ulama berdarah Padang, Sumatera Barat ini dilahirkan 17 Juni 1915 dan wafat di
Mekkah pada 20 Juli 1990. Syekh Yasin mengawali pendidikan agama dari Syekh
Muhammad Isa al-Fadani.

Lepas menimba ilmu dari ayahnya sendiri, Syekh Yasin melanjutkan ke Madrasah
ash-Shautiyyah, Mekkah. Setelah dewasa,ia mendirikan madrasah Darul Ulum al-
Diniyyah dan mengajar di Masjid al-Haram.

Soal karya, Syekh Yasin berhasil menulis 97 kitab. Yang paling dikenal berjudul Al-
Fawaid al-Janiyyah. Buku ini menjadi materi silabus dalam mata kuliah ushul fiqih di
Fakultas Syariah Al-Azhar Kairo, Mesir.
Ulama besar al-Allamah Habib al-Segaf bin Muhammad Assegaf menjuluki Syekh
Yasin dengan sapaan Sayuthiyyu Zamanihi (Imam Sayuthi pada zamannya). Ulama
asal Hadramaut, Yaman itu mengaku terkagum-kagum atas keluasan ilmu sosok
berdarah Minang tersebut.

4. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari

Ulama yang satu ini lahir di Desa Lok Gabang Kecamatan Astambul Kabupaten
Banjar, Kalimantan Selatan pada 17 Maret 1710. Syekh Arsyad yang juga berjuluk
Anumerta Datuk Kelampaian ini wafat pada usia 102, yakni 3 Oktober 1812.

Arsyad kecil mendapatkan pendidikan pertama di bawah tempaan ayahnya, Syekh


Abdullah. Jelang remaja, ia pergi ke Mekkah dan bertemu dengan ulama masyhur
sekelas Syekh Athaillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syekh Muhammad bin
Sulaiman al-Kurdi, dan al-Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-
Samman al-Hasani al-Madani.

Banyak karya yang telah ditulis. Namun satu kitab berjudul Sabilal Muhtadin lit-
Tafaqquh fi Amriddin dianggap banyak tokoh sebagai buku paling monumental. Kitab
yang memuat penjelasan hukum fikih itu bahkan dijadikan dasar Negara Brunai
Darussalam.
5. Syekh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi

Syekh Sulaiman lahir di Candung, Sumatera Barat pada 1871 dan wafat pada 1
Agustus 1970. Menempuh pendidikan agama di Mekkah bersama KH Hasyim Asyari,
Syekh Hasan Maksum, Syekh Khatib, Syekh Zain Simabur, dan lainnya.

Syekh Sulaiman juga berguru ke ulama Kelantan dan Patani, Thailand. Ia menimba
pengetahuan dari Syekh Wan Ali Abdur Rahman al-Kalantani, Syekh Muhammad
Ismail al-Fathani dan Syekh Ahmad Muhammad Zain al-Fathani.

Karya Syekh Sulaiman banyak menjadi sumber inspirasi bagi ulama di Asia Tenggara
dan Jazirah Arab. Beberapa judul yang dikenal antara lain Dhiyaus Siraj fil Isra'
Walmi'raj, Tsamaratul Ihsan fi Wiladah Sayyidil Insan, Dawaul Qulub fi Qishshah
Yusuf wa Ya'qub, Risaah al-Aqwal al-Wasithah fi Dzikri Warrabithah, al-Qaulul
Bayan fi Tafsiril Quran, serta al-Jawahirul Kalamiyyah.

Sekembalinya ke Indonesia pada 1950, Syekh Sulaiman turut serta dalam


keanggotaan Konstituante mewakili Persatuan Tarbiyah Indonesia (Perti). Ia tercatat
memiliki kedekatan dengan Presiden Soekarno serta beberapa tokoh lain dari
Malaysia dan Asia Tenggara.
BIOGRAFI ULAMA INDONESIA

DISUSUN OLEH :

FADYA JAMIL ANNIDA


KELAS : IV D

SD NEGERI 1 WAY URANG


KALIANDA LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2023

Anda mungkin juga menyukai