Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

DASAR-DASAR ILMIAH PANCASILA SEBAGAI KESATUAN


SISTEMATIS DAN LOGIS

NAMA KELOMPOK :
AKBAR ANUGRAH PRATAMA (23021230008)
MUHAMMAD RIFKY ISLAMIH (23021230001)
MUTIA KHOIRUNISA (23021230006)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. JUMMIANA, M.Pd.I

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan
rahmat dan hidayat dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Pancasila dengan berjudul "Dasar-dasar ilmiah pancasila sebagai suatu kesatuan sistematis
dan logis". Sholawat beriringkan salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman terang
menderang yang kita rasakan ini.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pancasila dengan dosen pengampu Dr. Jummiana, M.Pd.I

Dengan rasa bangga penyusunan makalah ini dihadapkan pada pengetahuan dan
kemampuan serta waktu yang terbatas, sehingga kami sadar bahwa dalam penyusunan
makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima segala
saran dan masukan yang bersifat membangun. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat serta bisa menambah ilmu pengetahuan

Palembang, 26 September 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1. Latar Belakang................................................................................................................1

2. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

3. Tujuan Makalah..............................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

1. Apa Saja Dasar-Dasar Ilmiah Pancaila Sebagai Suatu Kesatuan Sistematis dan Logis. 3

2. Bagaimana sila-sila Pancasila sebagai satu kesatuan sistematis dan logis......................4

3. Apa Arti Pancasila Sebagai Satu Kesatuan.....................................................................5

4. Pancasila Sebagai Dasar Pengetahuan Ilmiah.................................................................6

BAB III.....................................................................................................................................11

KESIMPULAN........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengetahuan ilmiah dapat disebut juga dengan istilah ilmu, ilmu, menurut The
Liang Gie (1998:15) merupakan seraingaikan kegiatan manusia dengan peikirian dan
menggunakan berbagai tatacara sehingga menghasilkan sekumpulan pengetaahuan
yang teratur mengenai genjala-genjala alami, kemasyarakatan, perorangan dan tujuan
mencapai kebenaran, memperloleh pengalaman, dan memberilan penjelasan, atau
melakukan penerapan. Pengertian ilmu dapat dijelaskan dengan tiga segi yakni
kegiatan, tata cara, dan pengatahuan yang teratur sebagai hasil kegiatan.

Pembahasan Pancasila harus bersifat sistematik, mempunyai kesatuan susunan


yang harmonis dari sila-sila yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang
lainnya, saling mempengaruhi, sehingga semua sila merupakan kesatuan keseluruhan
yang tidak ada kontradiksi di dalamnya. Tiap sila dapat dibahas secara luas dan
merupakan bagian dari keseluruhan sila, tidak terpisah-pisahkan, masing-masing
memiliki hubungan yang erat. Susunan ini dimulai dari yang bersifat abstrak yaitu sila
pertama sampai untuk mewujudkan hal yang bersifat konkret yakni sila kelima.

Kesatuan logis dari Pancasila diketahui dari pembahasan secara ilmiah ini.
Roeslan Abdul Gani salah seorang tokoh BPUPKI menolak pendapat yang
mengatakan bahwa Pancasila tidak mempunyai kesatuan logika. Roeslan Abdul Gani
dalam menguatkan posisi argumennya mengutip pendapat Kahin yang mengatakan
bahwa Pancasila adalah sebuah sintesis dari gagasan-gagasan Islam modern, ide
demokrasi, sosialisme, dan gagasan demokrasi asli seperti dijumpai di desa-desa dan
dalam komunalisme penduduk asli. Roeslan Abdul Gani juga bersandar pada
pendapat Kahin, mengatakan bahwa Pancasila adalah suatu filsafat sosial yang sudah
dewasa. Konsekuensinya dengan sifat Pancasila yang demikian hendaklah
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dalam arti disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing.

1
2. Rumusan Masalah
1. Apa saja dasar-dasar ilmiah Pancaila sebagai suatu kesatuan sistematis dan logis?
2. Bagaimana sila-sila Pancasila sebagai satu kesatuan sistematis dan logis?
3. Apa arti pancasila sebagai satu kesatuan?
4. Bagaimana pancasila sebagai dasar pengetahuan ilmiah?

3. Tujuan Makalah
1. Mengetahui dasar-dasar ilmiah Pancasila sebagai suatu kesatuan sistematis dan
logis.
2. Mengetahui sila-sila Pancasila sebagai satu kesatuan sistematis dan logis.
3. Mengetahui arti Pancasila sebagai satu kesatuan.
4. Mengetahui Pancasila sebagai dasar pengetahuan ilmiah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Apa Saja Dasar-Dasar Ilmiah Pancaila Sebagai Suatu Kesatuan Sistematis


dan Logis

1. Kesatuan Yang Sistematis


2. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sitem
filsafat.
3. Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerja sama, untuk suatu tujuan tertentu, dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh.1

Jadi Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian, yaitu sila-sila Pancasila,


setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri.
Namun secara keseluruahan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

Kesatuan Yang Bersifat Organis

Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal dan


bersumber pada hakikat manusia “monopluralis” yakni :

1. Susunan kodrat, jasmani rohani.


2. Sifat kodrat, individu- makhluk social.
3. Kedudukan kodrat, pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan YME.
4. Kesatuan Yang Bersifat Hirarkis, Berbentuk Piramidal

Dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian


tingkat dalam luasnya, dan isi sifatnya merupakan pengkhususan dari sila-sila di
mukanya. Sila I menjadi basis dari Sila II, III, IV dan V. Ketuhanan YME adalah
Ketuhanan yang berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, serta berkeadilan
sosial, sehingga setiap sila terkandung sila-sila lainnya.
1
Prof.Drs.H. Tama Sembiring, S.H,M.M. Maniur Pasaribu, S.H. Drs.H.Chairul Arifin, M.M. 2012.
Filsafat Dan Pendidikan Pancasila. Jakarta-Indonesia.

3
2. Bagaimana sila-sila Pancasila sebagai satu kesatuan sistematis dan logis

Menurut Notonagoro (1983:59-60) susunan pancasila adalah hierarkis dan


mempunyai bentuk piramidal. Kalau dilihat dari inti-isinya, urut-urutan lima sila
menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya isi,tiap-tiap sila yang di
belakang sila lainnya merupakan pengkhususan darisila-sila yang di mukanya.2

Dalam susunan hierarkis dan piramidal ini, maka Ketuhanan Yang Maha
Esa menjadi basis daripada Kemanusiaan (perikemanusiaan), Persatuan Indonesia
(kebangsaan), kerakyatan dan keadilan sosial.

Dalam susunan yang demikian, menurut Effendi (1995: 106-107) maka


sila yang ada di belakangnya merupakan pengkhususan dari sila yang ada di
mukanya dan oleh karena itu pelaksanaannya tergantung pada pelaksanaan sila
yang ada di mukanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa:3

1. Sila kelima merupakan pengkhususan dari sila keempat dan pelaksanaannya


tergantung pada pelaksanaan sila keempat.

2. Sila keempat merupakan pengkhususan dari sila ketiga dan pelaksanaannya


tergantung pada pelaksanaan sila ketiga.

3. Sila ketiga merupakan pengkhususan dari sila kedua dan pelaksanaannya


tergantung pada pelaksanaan sila kedua.

4. Sila kedua merupakan pengkhususan dari sila pertama dan pelaksanaannya


tergantung pada pelaksanaan sila pertama

Secara filosofis, pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat


tmemiliki beberapa dasar seperti dasar ontologis, dasar epistemologis, dan dasar
aksiologis. Dasar-dasar tersebut berbeda dengan dasar-dasar sistemfilsafat lainnya
seperti materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme, dan lain-
lain.
2
Riska, Anggraini 2016. Implementasi Nilai-nilai Pancasila http://riskaangraini.blogspot.com (Diakses
pada tanggal 29 September 2023)
3
Effendi, Pendidikan Pancasila, (1995: 106-107)
3

4
3. Apa Arti Pancasila Sebagai Satu Kesatuan

Bangsa Indonesia memiliki ideologi dasar, yakni Pancasila yang


menopang kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi ini mengandung nilai-
nilai yang sudah diterima oleh setiap masyarakat Tanah Air. Nilai-nilai tersebut
bersifat universal dan terbuka bagi semua suku hingga lintas bangsa.

Panca diartikan sebagai lima, sedangkan sila artinya prinsip. Apabila


digabungkan, Pancasila berarti rumusan atau pedoman hidup rakyat Indonesia
untuk bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.4

Nilai-nilai dalam Pancasila sendiri meliputi Ketuhanan, Kemanusiaan,


Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Kehadiran nilai-nilai ini membuat Pancasila
disebut sebagai satu kesatuan yang utuh.

Pancasila dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh. Artinya,
Pancasila memiliki sila-sila yang saling mengikat sehingga menjadi keseluruhan
yang bulat. Kesatuan antara sila-sila Pancasila tidak hanya bersifat logis, namun
juga kesatuan dasar ontologis, epistemologis, dan dasar aksiologis. Kelima sila
dalam Pancasila tidak dapat dipisahkan karena pemisahan dapat menyebabkan
Pancasila kehilangan esensi sebagai dasar negara.5

Dengan kata lain, sila-sila Pancasila saling menyempurnakan, apabila


salah satu sila tidak terwujud, maka akan mempengaruhi perwujudan sila lainnya.
Bunyi kelima sila Pancasila adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila memiliki makna sebagai berikut:6

4
Dwi Sulisworo, Tri, dkk. Buku Pancasila, 2012.
5
Irwan Gesmi, S. Sos., M. Si dan Yun Hendri, SH, MH, Buku Ajar Pendidikan Pancasila.

5
 Sila Ketuhanan merupakan pemaknaan terhadap nilai-nilai religius yang
berkaitan dengan hubungan antara individu dengan Tuhan.
 Sila Kemanusiaan berhubungan dengan aspek moralitas, keteraturan, dan
perwujudan pranata sosial yang beradab.
 Sila Persatuan Indonesia menyiratkan makna perwujudan kesatuan dan kasih
sayang terhadap segenap suku bangsa dari Sabang hingga Merauke.
 Sila Permusyawaratan dan Perwakilan menyiratkan makna perlunya
demokrasi atas dasar konsensus dalam menyikapi beragam persoalan.
 Sila Keadilan Sosial menyiratkan perilaku transparan, adil, dan merata untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan
beragam etnik.

4. Pancasila Sebagai Dasar Pengetahuan Ilmiah

Pertama, Pancasila yang dipelajari harus mempunyai objek, yakni objek


material dan formal. Objek material Pancasila yaitu tata cara hidup manusia
Indonesia yang sudah menjadi kebiasaan atau sudah membudaya, di kehidupan
bangsa Indonesia. Rumusan Pancasila, isi arti dan pelaksanaannya sebagai objek
formalnya, sehingga yang dibahas adalah persesuaian antara rumusan dan isi arti
Pancasila dengan tata cara hidup bangsa Indonesia. Tata cara hidup yang sebagai
objek ini harus sudah menjadi kebiasaan sebagai ciri khas Bangsa Indonesia atau
dengan kata lain sudah membudaya dan bukan pola hidup kebetulan saja. Ciri
khas Bangsa Indonesia sebagai objek material ini merupakan ciri pembeda, yaitu
yang dapat membedakan antara Bangsa Indonesia dengan bangsa lain sebagai
sesama manusia dalam pola hidup bermasyarakat dan berbangsa.

Kedua, dalam mempelajari Pancasila juga ada metodenya. Metode yang


dimaksud disini adalah tata cara untuk mencari persesuaian antara rumusan
Pancasila dengan objek materialnya yaitu budaya Indonesia, sehingga mencapai
kebenaran. Apakah Pancasila sebagai pandangan hidup ini sesuai dengan
kenyataannya ataukah tidak, misalnya, atau apakah benar bahwa Pancasila
merupakan jiwa Bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara. Metode
yang sering digunakan dalam penelitian Pancasila menurut Notonagoro disebut
analitiko sintetik, yaitu dengan cara menguraikan rumusan-rumusan yang ada
6
Eka Periaman Zai, S.H., M. Pd. Buku Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara, 2020

6
untuk dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap fakta dari
penelitian ini digabungkan untuk dirumuskan kesimpulannya secara umum dan
dipakai sebagai pedoman hidup. Kaelan (1998: 14) mengatakan bahwa metode
analitiko sintetik merupakan perpaduan metode analisis dengan metode sintesis,
sehingga objek Pancasila berkaitan dengan hasil-hasil budaya dan sejarahnya.
Metode lain yang juga lazim digunakan adalah metode hermeneutika yakni suatu
metode yang digunakan untuk menemukan makna di balik objek, dan dipadu
dengan metode koherensi historis (keruntutan sejarah). Metode lain yang dapat
digunakan adalah metode pemahaman, penafsiran dan interpretasi yang
didasarkan pada hukum-hukum pemikiran logis dalam penarikan kesimpulan.

Ketiga, Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu


kesatuan dan keutuhan, bahkan Pancasila itu sendiri dalam dirinya sendiri adalah
kesatuan dan keutuhan majemuk tunggal, yaitu kelima sila pancasila itu baik
rumusannya dan isi arti sila-silanya tidak dapat dipisahkan dan diceraiberaikan.
Pembahasan Pancasila secara ilmiah dengan sendirinya merupakan objek kajian
ilmiah yang bersifat koheren (runtut), tanpa adanya suatu pertentangan di dalam
sila-silanya (kontradiksi interminis), sehingga sila-sila Pancasila itu merupakan
kesatuan yang sistemik.

Pembahasan Pancasila harus bersifat sistematik, mempunyai kesatuan


susunan yang harmonis dari sila-sila yang saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lainnya, saling mempengaruhi, sehingga semua sila merupakan
kesatuan keseluruhan yang tidak ada kontradiksi di dalamnya. Tiap sila dapat
dibahas secara luas dan merupakan bagian dari keseluruhan sila, tidak terpisah-
pisahkan, masing-masing memiliki hubungan yang erat. Susunan ini dimulai dari
yang bersifat abstrak yaitu sila pertama sampai untuk mewujudkan hal yang
bersifat konkret yakni sila kelima.

Keempat, bersifat universal berarti kesesuaian hidup yang dicapai dan


rumusan sila-sila Pancasila haruslah bersifat umum yakni tidak terbatas oleh ruang
dan waktu, di mana dan kapan saja tetap berlaku. Jika dipersoalkan apakah
Pancasila itu bersifat universal atau tidak, misalnya sila Persatuan Indonesia,
karena jelas ada ke-Indonesiaannya, demikan juga keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, apakah ini universal. Notonagoro membuat uraian yang dapat
7
dirangkum, bahwa sifat universalnya terletak pada istilah inti atau pokok masing-
masing sila, berturut-turut sila pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima.

Jika hendak mengetahui segi universalitasnya sebaiknya sebagai berikut:


Sila pertama adalah ketuhanan, sila kedua kemanusiaan, dan sila kelima keadilan,
selanjutnya berturut-turut sila ketiga dan keempat yakni persatuan dan kerakyatan
(demokrasi). Sila pertama, kedua, dan kelima mengandung nilai universal yang
pokok sebab di mana pun pada prinsipnya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan
keadilan diakui, sekalipun dalam wujud ekspresi yang berbeda. Suatu negara yang
ideologinya tidak mengakomodasikan salah satu dari ketiga atau semua nilai
tersebut maka ideologi tersebut rapuh dan negara pun akan rapuh pula, jika
ideologinya roboh negarapun akan roboh pula. Suatu negara yang didirikan untuk
melengkapi nilai-nilai universal di atas, memerlukan nilai universal pendukung,
yakni persatuan dan kerakyatan (prinsip-prinsip demokrasi). Dua nilai tersebut
juga dikandung Pancasila yakni sila ketiga dan keempat.

Kesatuan logis dari Pancasila diketahui dari pembahasan secara ilmiah ini.
Roeslan Abdul Gani salah seorang tokoh BPUPKI menolak pendapat yang
mengatakan bahwa Pancasila tidak mempunyai kesatuan logika. Roeslan Abdul
Gani dalam menguatkan posisi argumennya mengutip pendapat Kahin yang
mengatakan bahwa Pancasila adalah sebuah sintesis dari gagasan-gagasan Islam
modern, ide demokrasi, sosialisme, dan gagasan demokrasi asli seperti dijumpai di
desa-desa dan dalam komunalisme penduduk asli. Roeslan Abdul Gani juga
bersandar pada pendapat Kahin, mengatakan bahwa Pancasila adalah suatu filsafat
sosial yang sudah dewasa. Konsekuensinya dengan sifat Pancasila yang demikian
hendaklah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dalam arti disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing.

Rumusan Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara Republik


Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia

8
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat


ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan dijadikan
sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945.

Dasar tersebut adalah dasar yang kuat kokoh karena digali dan dirumuskan
dari nilai kehidupan rakyat Indonesia yang merupakan kepribadian dan pandangan
hidup bangsa Indonesia. Karena Pancasila disepakati secara nasional, maka ia
merupakan suatu perjanjian luhur yang harus dipatuhi tanpa kecuali, baik oleh
pemerintah maupun seluruh rakyat Indonesia. Pancasila itu pulalah bentuk dan
corak masyarakat yang hendak kita capai atau wujudkan, yaitu masyarakat
Indonesia modern yang berlandaskan Pancasila. Pancasila dari sejarah
ketatanegaraan terbukti mampu mempersatukan bangsa kita yang majemuk.

Pembuktian untuk menunjukkan bahwa Pancasila dapat dikategorikan


sebagai pengetahuan ilmiah dapat juga diajukan susunan kesatuannya yang logis,
hubungan antarsila yang organis, hierarkis dan berbentuk piramidal, dan saling
mengisi dan mengkualifikasi. (Kaelan, 1999: 67-70) yang dikutip dari Notonagoro
(1975: 43-44) bahwa Pancasila yang terdiri atas lima sila bukanlah merupakan
suatu kumpulan sila-sila yang dapat diceraiberaikan atau Pancasila bukanlah
merupakan suatu kumpulan sila-sila yang masing-masing dapat berdiri sendiri-
sendiri. Pancasila dengan kelima silanya pada hakikatnya adalah suatu kesatuan
bulat dan utuh, hal ini memang dikehendaki demikian sebagai dasar filsafat
negara. Suatu dasar filsafat negara merupakan suatu keutuhan sistematis.
Meskipun boleh terdiri atas bagian-bagian yang menyusunnya, namun bagian-
bagian ini tidak saling bertentangan dan tetap merupakan suatu keutuhan.
Konsekuensinya, kesatuan sila-sila Pancasila yang terdiri atas lima sila
(majemuk), adalah merupakan suatu kesatuan, keutuhan yang sistematis (tunggal).
Kesatuan demikian ini oleh Notonagoro disebut sebagai suatu kesatuan yang
majemuk tunggal. Kesatuan majemuk tunggal tersebut secara sistematis dapat
dipahami atas tiga pengertian yakni: susunan kesatuan Pancasila yang bersifat
kesatuan organis, susunan kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat hierarkis dan
9
berbentuk piramidal, dan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling
mengkualifikasi.7

BAB III

KESIMPULAN

Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal dan bersumber


pada hakikat manusia “monopluralis” yakni :

1. Susunan kodrat, jasmani rohani.


2. Sifat kodrat, individu- makhluk social.

7
Kaelan, Pancasila Yuridis Kenegaraan, 1999: hlm. 67-70

10
3. Kedudukan kodrat, pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan YME.
4. Kesatuan Yang Bersifat Hirarkis, Berbentuk Piramidal

Dalam susunan hierarkis dan piramidal ini, maka Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi basis daripada Kemanusiaan (perikemanusiaan), Persatuan Indonesia
(kebangsaan), kerakyatan dan keadilan sosial.

Nilai-nilai dalam Pancasila sendiri meliputi Ketuhanan, Kemanusiaan,


Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Kehadiran nilai-nilai ini membuat Pancasila
disebut sebagai satu kesatuan yang utuh.

Pancasila dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh. Artinya,
Pancasila memiliki sila-sila yang saling mengikat sehingga menjadi keseluruhan yang
bulat. Kesatuan antara sila-sila Pancasila tidak hanya bersifat logis, namun juga
kesatuan dasar ontologis, epistemologis, dan dasar aksiologis. Kelima sila dalam
Pancasila tidak dapat dipisahkan karena pemisahan dapat menyebabkan Pancasila
kehilangan esensi sebagai dasar negara.

Kesatuan logis dari Pancasila diketahui dari pembahasan secara ilmiah ini.
Roeslan Abdul Gani salah seorang tokoh BPUPKI menolak pendapat yang
mengatakan bahwa Pancasila tidak mempunyai kesatuan logika. Roeslan Abdul Gani
dalam menguatkan posisi argumennya mengutip pendapat Kahin yang mengatakan
bahwa Pancasila adalah sebuah sintesis dari gagasan-gagasan Islam modern, ide
demokrasi, sosialisme, dan gagasan demokrasi asli seperti dijumpai di desa-desa dan
dalam komunalisme penduduk asli. Roeslan Abdul Gani juga bersandar pada
pendapat Kahin, mengatakan bahwa Pancasila adalah suatu filsafat sosial yang sudah
dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi. (1995). Pendidikan Pancasila.

Gesmi, I., & Hendri, Y. (n.d.). Buku Ajaran Pendidikan Pancasila.

Kealan. (1999). Pancasila Yuridis Kenegaraan.

11
Saputri, R. A. (2016, April 18). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.
Retrieved from Civic Education: http://riskaanggraini.blogspot.com

Sembiring, T., Pasaribu, M., & Arifin, C. (2012). Filsafat Dan Pendidikan Pancasila.
Jakarta.

Sulisworo, D., & Tri. (2012). Buku Pancasila.

Zai, E. P. (2020). Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara.

12

Anda mungkin juga menyukai