Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zakhir Wikan Anadiya

Nim : 21704261019
Prodi : Manajemen Pendidikan S-3
Tugas : UTS Kepemimpinan Pendidikan
Dosen : Dr. Nurtanio Agus Purwanto

1. Seorang pemimpin seringkali dihadapkan pada beberapa pilihan, apakah akan


berfokus pada capaian pekerjaan atau hubungan manusiawi, bagaimana cara
menyeimbangkan antara keduanya? Berilah contoh di lembaga anda atau jika
belum bekerja boleh menggunakan lembaga lainnya.
Jawaban:

Seorang pemimpin formal (yang diangkat dan ditunjuk menduduki posisi struktural
tertentu pada suatu struktur organisasi) memiliki tanggung yang dapat digambarkan seperti
dua sisi mata uang. Satu sisi, seorang pemimpin formal bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang pemimpin akan
menjalankan perannya sebagai manajer, yaitu orang yang berfokus pada tugas atau
capaian pekerjaan. Sisi yang lain, seorang pemimpin juga harus menjaga hubungan baik
dengan para pengikutnya atau para sub ordinate, memperhatikan mereka, dan memahami
mereka. Pada saat itulah seorang pemimpin menjalankan peran kepemimpinannya.
Untuk menyeimbangkan keduanya maka seorang pemimpin formal harus memiliki
kesadaran akan peran dan tanggung jawab tersebut. Kesadaran ini harus diikuti dengan
komitmen yang kuat sehingga kedua peran tersebut dapat dijalankan tanpa ketimpangan.
Ford et al., (2019) menjelaskan bahwa komitmen pemimpin merupakan sikap batin, janji
seorang pemimpin untuk melaksanakan peran dan tugas sebagai seorang pemimpin agar
mampu meraih tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Contoh di Lembaga Pendidikan:
Seorang kepala sekolah swasta menghadapi salah seorang guru yang merupakan guru
senior namun memiliki kinerja yang rendah berdasarkan data hasil supervisi. Rendahnya
kinerja ini disebabkan oleh beberapa faktor, namun salahsatu faktor yang berpengaruh
cukup signifikan adalah kesehatan. Dengan alasan kesehatan, guru senior tersebut sering
tidak menyelesaikan tugas-tugas administratif bahkan tugas mengajarnya. Bahkan pada
beberapa kesempatan, keterlambatan penyelesaian tugas administratif guru senior tersebut
mengakibatkan mundurnya jadwal kegiatan sekolah yang lain. Hal ini jika tidak segera
diatasi, maka akan mengganggu pelaksanaan program-program yang telah tersusun waktu
pelaksanaannya pada kalender akademik.
Kepala sekolah sebagai seorang manajer, harus mampu memastikan bahwa setiap
program sekolah yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan lancar. Namun disisi lain
sebagai seorang pemimpin, harus memiliki mampu menjaga suasana kerja dan
mambangun hubungan yang baik secara personal terhadap bawahannya. Dalam kasus ini,
kepala sekolah harus tetap berkomitmen agar program sekolah berjalan lancar dengan
melakukan pendekatan secara personal terhadap guru senior tersebut. Kepala sekolah
secara humanis menyampaikan rasa empati terhadap kondisi kesehatan guru senior
tersebut serta memberikan motivasi agar tetap dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Disamping itu, kepala sekolah juga memberikan solusi dengan mendelegasikan guru
junior mapel serumpun untuk membantu guru senior tersebut dalam menyelesaikan tugas-
tugas administratifnya. Dengan demikian kepala sekolah tetap dapat menjalankan
perannya sebagai manajer untuk memastikan tujuan sekolah dapat tercapai namun tetap
dengan menjalin hubungan manusiawi secara baik terhadap bawahannya.

2. Apa indikator kepemimpinan strategis yang berhasil, berikan contoh di Lembaga


anda atau di lembaga lainnya bagi yang belum bekerja, analisislah faktor-faktor
determinan yang mempengaruhinya?
Jawaban:

Kepemimpinan Strategis merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam


mengantisipasi kondisi yang akan datang, memiliki visi serta mempertahankan
fleksibilitas, memberikan kuasa kepada orang lain untuk menciptakan perubahan strategis
yang perlu. Strategi ini memiliki peran penting terhadap mobilitas organisasi guna meraih
daya saing strategis serta mendapatkan keuntungan di atas rata-rata. Kepemimpinan
strategis diperlukan agar dapat memformulasikan dan mengimplementasikan strategi
dengan sukses.
Kepemimpinan strategis akan mampu menghasilkan keputusan-keputusan strategis
yang merupakan sebuah keputusan berkaitan dengan rencana strategis jangka panjang
sebuah organisasi dalam menghadapi perubahan lingkungan. Indikator utama
keberhasilan suatu kepemimpinan strategis dapat dilihat dari performa organisasi yang
menunjukan continuous improvement yang sejalan dengan visi organisasi. Karena sebuah
keputusan yang diambil merupakan respon dari kondisi yang dihadapi, maka untuk
menilai keberhasilannya perlu pendekatan yang relevan untuk melihat kesesuaian hasil
yang diharapkan apakah sesuai dengan tujuan dari pengambilan keputusan itu sendiri.
Contoh di Lembaga Pendidikan:
Seorang kepala sekolah dihadapkan pada kondisi pembelajaran yang harus
beradaptasi dengan aturan pembelajaran tatap muka terbatas akibat pandemic Covid-19.
Dalam kasus ini, kepemimpinan strategis kepala sekolah dalam menyikapi tantangan
pembelajaran pada masa pandemi akan menentukan bagaimana sekolah dapat berkembang
di masa yang akan datang. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat pandemi tentunya
akan berdampak luas bukan hanya dalam proses pengelolaan sekolah namun juga hasil
dari proses pendidikan itu sendiri yakni kompetensi peserta didik.
Jika melihat sifat dan dampak pandemi yang terjadi, maka kita akan mencapai sebuah
pemahaman bahwa kondisi yang terjadi menunjukan banyak sekali ketidakpastian. Baik
dari segi ekonomi, kesehatan bahkan kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan. Analisis
mendalam mengenai strategi sekolah yang akan diambil demi menjaga kualitas
penddidikan yang diberikan kepada peserta didik mutlak dilakukan oleh kepala sekolah
agar tidak terjadi learning loss yang terlalu besar. Kepala sekolah dalam melakukan proses
pengambilan keputusan melalui tahapan-tahapan sebagaimana dikatakan oleh Stone-
Johnson & Miles Weiner, (2020) yakni:
a. Identifikasi masalah atau peluang
b. Membuat alternatif pilihan
c. Mengevaluasi setiap alternatif
d. Memilih dan mengimplementasikan alternatif
e. Mengevaluasi alternatif yang telah diimplementasikan
Dalam proses pengambilan keputusan tersebut, beberapa faktor yang mempengaruhi
bagaimana seorang kepala sekolah dalam menentukan pilihan diantaranya adalah
keberanian, kreatifitas dan keseimbangan (Aldhaen, 2020). Keberanian dalam hal ini
adalah berani bersikap rasional menghadapi kompleksitas untuk menerapkan kebijakan
program yang mendukung tercapainya visi sekolah aman dalam masa pandemi, sedangkan
kreatifitas berguna untuk mencapai pemahaman yang lebih lengkap tentang visi tersebut,
kemudian penilaian yang seimbang dibutuhkan untuk mengevaluasi kompleksitas dengan
cara yang seimbang dan menguranginya menjadi pilihan satu-satunya alternatif terbaik
dalam mengimplementasikan visi yang telah ditetapkan. Kepala sekolah harus memiliki
keberanian untuk menjalankan program yang mendukung tercapainya visi tersebut
meskipun dalam prosesnya tentu akan banyak tantangan yang dihadapi. Tantangan
tersebut dapat berasal dari internal maupun eksternal. Kreatifitas diperlukan agar
implementasi dari keputusan yang diambil dapat dilaksanakan.
Cara untuk untuk dapat meningkatkan keberanian salahsatunya adalah meningkatkan
“harapan”, yaitu keyakinan bahwa pengambilan keputusan dengan proses yang rasional
akan dapat menghasilkan keputusan yang terbaik. Hal ini didasari bahwa segala proses
yang diambil bersisifat akuntabel, dan akuntabilitasnya dapat dibuktikan kepada seluruh
pihak yang berkepentingan (Stone et al., 2019).
Kreatifitas menjadi salahsatu atribut yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
strategis agar dapat menjalankan program yang telah ditetapkan. Hal ini diperlukan agar
dalam proses implementasi program, cara-cara yang digunakan merupakan cara yang
efektif dan bersifat baru sesuai dengan kondisi tantangan yang selalu berubah setiap
waktu. Cara untuk meningkatkan kreativitas yang lebih besar adalah melalui variasi
stimulus untuk menciptakan ide - ide dan kekuatan yang sesuai, hal ini berfungsi untuk
mengubah ide baru yang dihasilkan menjadi ide yang benar-benar kreatif (Anderson, 2002
: 31).
Penilaian yang seimbang diperlukan oleh seorang pemimpin dalam melihat
permasalahan yang ada. Informasi yang digali dan disajikan sebagai landasan membuat
keputusan harus mampu merepresentasikan segala kondisi yang dihadapi secara
komprehensif (Leithwood et al., 2020). Sedangkan untuk mewujudkan penilaian yang
lebih seimbang adalah memanfaatkan memori eksternal dan priming sebagai suplemen
untuk memori kerja dan tebakan serta analisis ke dalam submasalah untuk
menyederhanakan masalah dengan cara menghilangkan yang tidak penting dan
mempertahankan yang penting, salahsatu metode yang dapat dipakai dalam hal ini adalah
decision table (Anderson, 2002 : 48).
Ketika dalam proses implementasi, jika warga sekolah secara umum dapat memahami
dan menjalankan program-program yang telah ditetapkan sebagai konsekuensi dari
keputusan menuju tercapainya visi sekolah aman di masa pandemi maka hal itu menjadi
sinyal positif bahwa keputusan yang diambil oleh kepemimpinan strategis kepala sekolah
sudah dalam jalur yang tepat. Hal ini menjadi salah satu ciri utama keberhasilan sebuah
keputusan, yang mana keputusan kepala sekolah untuk mencapai visi ini berkembang
menjadi pandangan bersama seluruh warga sekolah.
Daftar Referensi

Aldhaen, E. (2020). The role of knowledge management in strategic decision-making in


higher education institutions (HEIs): A proposed model. International Journal of
Innovation, Creativity and Change, 10(12), 50–57.
Anderson, B. F. (2002). The Three Secrets of Wise Decision Making. Single Reef Press.
Ford, T. G., Olsen, J., Khojasteh, J., Ware, J., & Urick, A. (2019). The effects of leader
support for teacher psychological needs on teacher burnout, commitment, and intent to
leave. Journal of Educational Administration, 57(6), 615–634.
https://doi.org/10.1108/JEA-09-2018-0185
Leithwood, K., Harris, A., & Hopkins, D. (2020). Seven strong claims about successful
school leadership revisited. School Leadership and Management, 40(1), 5–22.
https://doi.org/10.1080/13632434.2019.1596077
Stone-Johnson, C., & Miles Weiner, J. (2020). Principal professionalism in the time of
COVID-19. Journal of Professional Capital and Community, 5(3–4), 367–374.
https://doi.org/10.1108/JPCC-05-2020-0020
Stone, M., Aravopoulou, E., Evans, G., Aldhaen, E., & Parnell, B. D. (2019). From
information mismanagement to misinformation – the dark side of information
management. Bottom Line, 32(1), 47–70. https://doi.org/10.1108/BL-09-2018-0043

Anda mungkin juga menyukai