Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Parameter Volume 25 No.

2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.06
P-ISSN : 0216-261X

PRODUKSI BAHASA SEORANG ’NATIVE BILINGUAL’ ANAK USIA 5


TAHUN
Studi Kasus terhadap Helga Claresta Raudina

Soni T. Tandiana
FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Abstract

An analysis on psycholinguistics field has been conducted by the writer to find out the speech produced by
the 5 years old ’native bilingual’ child namely Helga Claresta Raudina. Descriptive qualitative is used as
the method of the research, the data required are obtained by interviewing the respondent. The lexical and
grammatical types of speech produced by the respondent are analysed based on the psycholinguistics
theories. This research is done to give valuable information and description of how the five years old child
produces their languages.

Keywords: language Products, native bilingual

Abstrak

Analisis psikolinguistik telah dilakukan oleh penulis untuk mengetahui kemampuan berbicara
bilingual anak 5 tahun, yaitu Helga Claresta Raudina. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Data diperoleh dengan mewawancarai responden. Jenis leksikal dan
gramatikal berbicara dihasilkan oleh responden dianalisis berdasarkan teori psikolinguistik. Penelitian
ini dilakukan untuk memberikan informasi yang berharga dan deskripsi tentang bagaimana seorang
anak berusia lima tahun memproduksi bahasa.

Kata kunci: produksi bahasa, native bilingual


Pada tahun 1960-an dan 1970an
1. PENDAHULUAN banyak ahli bahasa dengan dipengaruhi oleh
Kemampuan berbahasa seseorang se- teori-teori baru di bidang psikologi, mulai
cara garis besar diperoleh dan berkembang menganalisis pemerolehan bahasa anak
melalui tahapan pemerolehan bahasa secara sistematis. Pada masa ini,
pertama (L1), pembelajaran bahasa kedua bermunculan teori-teori hasil studi
(L2) dan pembelajaran bahasa asing (foreign psikolinguistik mengenai ciri-ciri proses
language). Pemerolehan bahasa pertama pemerolehan bahasa anak sehingga
seorang anak (first language acquisition) menguasai sistem komunikasi yang sangat
merupakan proses alamiah yang dilakukan komplek, diikuti kemudian oleh
seorang anak secara tidak sadar penyelidikan mengenai aspek-aspek
(unconscious) untuk menguasai bahasa ibu universal pemerolehan bahasa.
(mother tongue). Menurut Harimurti Penelitian ini berusaha menganalisis
(1983:123), ”Pemerolehan bahasa dapat dan memaparkan kemampuan berbahasa
diartikan sebagai proses pemahaman dan anak berusia 5 tahun dalam memproduksi
proses hasil berbahasa pada manusia melalui kalimat, baik dalam bahasa ibu (L1), maupun
beberapa tahap sampai fasih.” Proses bahasa kedua (L2). Objek kajian
pembelajaran bahasa kedua dilakukan secara psikolinguistik di-tekankan pada jenis-jenis
sadar (conscious) umumnya dilakukan tuturan berdasarkan beberapa aspek
melalui proses pembelajaran secara formal. kebahasaan, baik leksikal maupun

107
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.06
P-ISSN : 0216-261X

gramatikal yang dihasilkan oleh seorang tahun (tepatnya 4 tahun 7 bulan). Setelah
anak bilingual berusia 5 tahun. data terkumpul, kemudian dideskripsikan,
Penguasaan bahasa seorang anak, ter- di-analisis dan ditarik kesimpulan
kadang sulit diprediksi. Karena keterbatasan berdasarkan hasil analisis data. Data
pengetahuan dan kebahasaannya seringkali penelitian diperoleh melalui teknik
seorang anak membuat kesalahan dalam wawancara. Objek penelitian merespon
memproduksi kalimat baik makna maupun setiap pertanyaan dalam situasi dan lokasi
gramatika. Tetapi terkadang, orang tua yang alamiah. Peneliti melakukan
terpana dengan ucapan seorang anak yang perekaman (recording) untuk mendokumen-
mengeluarkan ujaran seperti orang dewasa. tasikan data.
Pertanyaan yang seringkali muncul berkaitan
dengan hal ini, bagaimana seorang anak Perkembangan Kemampuan Bahasa
bilingual (dwibahasa) berusia 5 tahun Jika merasa lapar, haus, sakit, dll.
memproduksi kalimat dalam bahasa Ibu seorang bayi akan menangis. Dengan cara
maupun bahasa kedua? Bahasa mana yang ini, bayi mencoba menyampaikan apa yang
lebih sering digunakan anak bilingual ketika dirasakannya kepada lingkungannya.
berkomunikasi, bahasa Ibu atau bahasa Kemampuan komunikatif bayi akan
kedua? Apakah kalimat yang diproduksi berkembang melalui beberapa tahapan,
anak berusia 5 tahun berterima secara sampai dia benar-benar mampu bertutur
gramatik? Apakah kalimat yang diproduksi dalam bahasa ibunya dengan benar.
anak berusia lima tahun berterima dari sudut Tahapan-tahapan pemerolehan bahasa
makna? Beberapa pertanyaan tersebut pertama berdasarkan aspek kebahasaan
tentunya menuntut jawaban-jawaban melalui dapat digambarkan sebagai berikut:
observasi dan wawancara.
Data penelitian ini, kalimat yang Pemerolehan Fonologi
diproduksi oleh seorang anak berusia 4 tahun Dimulai dari tangisan yang tak
7 bulan bernama Helga Claresta Raudina. bermakna, pemerolehan fonologi anak mulai
Helga bersekolah di TKA. Dalam berproses. Pada minggu ke-13 sampai
kesehariannya, dia berbicara dalam dua minggu ke-15, anak sudah bisa
bahasa: bahasa Sunda (bahasa Ibu) dan berkomunikasi, misalnya dengan
bahasa Indonesia dengan orang tua, dan memberikan pesan-pesan komunikatif,
berbicara dalam bahasa ibu yaitu bahasa seperti mempermainkan lidah-nya,
Sunda dengan lingkungannya. Di sekolah tersenyum dan tertawa bila digoda,
digunakan dwibahasa tetapi yang lebih mengeluarkan bunyi bersifat laringal, seperti
dominan menggunakan bahasa Sunda. [i], diikuti oleh bunyi-bunyi yang lain,
Dengan demikian responden diduga akan seperti [au], [ua]. Umumnya pemerolehan
menggunakan bentuk-bentuk tuturan tertentu fonologi pada tahap awal pertumbuhan anak
yang umum diucapkan anak usia 5 tahun berupa bunyi-bunyi vokal.
dengan karakteristik tertentu kerena
responden dibesarkan di lingkungan Pemerolehan Morfologi
bilingual. Pemerolehan morfologi terjadi pada
tahun-tahun awal pertumbuhannya,
2. METODOLOGI PENELITIAN dipengaruhi oleh keadaan lingkungan anak
Penulis menggunakan metode dan perkembangan neurologisnya. Pada
deskrip-tif, bertujuan untuk memaparkan masa ini anak dapat mengucapkan mama,
masalah secara sistematis dan faktual papa, dsb. Pemerolehan morfologi pada awal
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi. per-tumbuhan ini masih sangat sederhana
Peneliti memfokuskan penelitian pada yaitu kata-kata yang berakhir huruf vokal,
produksi kalimat anak berusia di bawah 5 seperti [a], [i], [u].

108
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.06
P-ISSN : 0216-261X

bahasa sasaran (target language), yaitu


Pemerolehan Sintaksis bahasa yang hendak dicapai dalam
Perkembangan sintaksis menyangkut pembelajaran.
tataran frasa dan tataran sintaksis Pembelajaran bahasa kedua (L2)
(Dardjowijojo, 2000; 194). Perkembangan dapat dilakukan melalui dua cara:
verba anak mulai diakhir tahun pertama a. Informal L2 learning, yaitu
pertumbuhannya. Proses pemerolehan pembelajaran bahasa kedua secara
sintaksis berkembang seiring perkembangan alamiah, dipelajari dari lingkungan.
biologis dan neurologisnya. Anak mulai Pembelajaran dilakukan secara informal.
dapat mengurutkan kata-kata yang berbeda Misalnya seorang anak Indonesia yang
membentuk suatu kalimat tunggal, seperti pergi ke Amerika, secara alamiah dia
kenapa mama enggak ikut? akan belajar bahasa Inggris secara
Pemerolehan sintaksis secara umum informal sebagai akibat dari inter-aksi
akan berlaku dari yang mudah menuju yang sosial dengan lingkungannya yang
susah. Anak memulainya dari ujaran satu berbahasa Inggris.
kata (one word utterance), ujaran dua kata b. Formal L2 Learning, yaitu
(two word utterance), dan banyak kata. pembelajaran bahasa kedua yang
dilakukan secara formal di kelas
Pemerolehan Leksikon (sekolah). Misalnya pendidikan bahasa
Pemerolehan Leksikon paling sulit Inggris di SMP di mana siswa memang
di-nyatakan secara universal khususnya yang dipersiapkan untuk menguasai bahasa
menyangkut jumlah dan macam kata yang Inggris baik lisan maupun tulisan.
dikuasai (Sunjono, 2000: 34). Pemerolehan Menurut Mc. Laughlin (1982),
leksikon seorang anak banyak dipengaruhi Terdapat kesamaan antara penguasaan
oleh lingkungan dan latar belakang keluarga. bahasa pertama dan bahasa kedua, yaitu
keduanya mencakup strategi kognitif yang
Perkembangan Sosial sama, yakni pembelajar mencari keteraturan
Seiring perkembangan kompetensi susunan kata demi kata, bergerak dari
sosial anak, kemampuan berbahasa anak permasalahan yang sederhana sampai
juga akan menyesuaikan dengan dengan yang kompleks dalam hal
perkembangan sosialnya. Pemerolehan perkembangan sintaksis, membuat
Bahasa juga di-pengaruhi oleh status dan generalisasi bentuk-bentuk leksikal dan
kondisi sosial di mana dan dengan siapa anak morfologis, juga menafsirkan apa yang tidak
tinggal. Seorang anak yang tinggal diketahui berdasar yang sudah diketahui.
dilingkungan kondisi sosial yang baik, akan Dalam pembelajaran bahasa kedua,
sangat berbeda dengan anak yang tinggal di terdapat beberapa teori yang bertujuan untuk
jalanan. membantu memudahkan dalam proses
pembelajarannya. Menurut Rod Ellis (1985),
Pembelajaran Bahasa Kedua (L2) teori pembelajaran bahasa kedua terbagi
Secara umum pengertian mengenai menjadi:
pembelajaran bahasa kedua dikemukakan a. Teori Akulturasi: Proses penyesuaian
oleh Muriel Troike-Savile (2006), diri terhadap kebudayaan baru.
“Pembelajaran bahasa kedua adalah ilmu b. Teori Akomodasi: Penggunaan bahasa
yang mem-bahas tentang individu dan antarkelompok dalam masyarakat
kelompok yang mempelajari bahasa setelah multilingual. Menurut Gilles, “Orang
bahasa pertama yang mereka dapat saat secara berkesinambungan mengubah
mereka kecil, juga bagaimana tahapan ujarannya dengan orang lain untuk
pembelajaran bahasa tersebut berlangsung.” memperkecil, mengurangi atau
Bahasa tambahan itu disebut bahasa kedua menonjol-kan perbedaan linguistik dan
(second language), umumnya juga disebut sosial antara mereka bergantung pada
109
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.06
P-ISSN : 0216-261X

persepsi-persepsi mereka terhadap berkaki empat dan berbulu doggies atau


situasi interaktif. semua laki-laki daddies. Overextension
c. Teori Wacana: Teori ini beranjak dari merupakan sesuatu yang sangat umum dalam
teori penggunaan bahasa, di mana produksi tuturan anak. Beberapa peneliti
komunikasi diperlukan sebagai matriks mengemu-kakan bahwa hingga sepertiga
pengetahuan linguistik, perkembangan kata-kata awal anak memiliki makna yang
bahasa harus dilihat dari segi bagaimana sangat umum (Anglin, 1977; Rescorla,
caranya pelajar menemukan makna 1980). Overexten-sion mengizinkan peneliti
potensial bahasa dengan jalan ikut serta untuk berhipotesis tentang makna kata yang
dalam komunikasi. diyakini si anak. Jika anak menyebut kuda,
d. Model Monitor: Istilah “Pemerolehan” sapi, anjing hutan, dan singa doggies, tetapi
dan “Belajar” dipakai dengan yang tidak menyebut babi atau gajah doggies, bisa
sangat khas, pemerolehan memprakarsai ditarik spekulasi bahwa keberbuluan adalah
ucapan-ucapan sedangkan belajar hanya bagian alami dari representasi semantik anak
sebagai monitor atau pemantau. untuk doggie.
e. Teori Universal: Terdapat kesemestaan- Kadang-kadang anak secara keliru
kesemestaan linguistik yang menentukan memetakan sebuah kata yang ia curi dengar
jalannya pemerolehan bahasa kedua. ke dalam makna yang benar-benar salah
f. Teori neurofungsional Teori ini berupaya dalam bahasa orang dewasa (mismatch).
mengkarakterisasikan sistem-sistem Misalnya, seorang anak melihat sepeda
pem-rosesan informasi neurolinguistik pertamanya di sebuah pesta untuk seorang
yang bertanggung jawab terhadap anak bernama Mikey. Selama satu masa
perkembang-an dan penggunaan bahasa. setelah itu ia menyebut semua kendaraan tiga
Cepat-lambatnya penguasaan bahasa atau dua roda Mickeys. Walaupun telah
kedua (L2) seseorang, dipengaruhi oleh dinyatakan bahwa overextension muncul
beberapa dimensi yang berkaitan, antara lain hanya dalam bahasa ekspresif anak, bukti-
kepribadian, motivasi, gaya belajar, bakat, bukti ekperimen menunjukkan bahwa
kecerdasan dan usia (Ellis (1985:99) pemahaman anak atas kata-kata juga
mungkin sangat luas (Fremgen & Fay, 1980).
Pemerolehan Makna M. Bernstein (1983) menunjuk-kan bahwa
Anak tidak memerlukan waktu yang beberapa anak dengan cepat dapat menamai
lama untuk memberikan makna pada sebuah barang-barang yang bisa diduduki (seperti
kata baru. Dalam beberapa penelitian, anak sofa, bangku, dan kursi ayun) sebagai
menunjukkan kemampuannya untuk me- “chairs.”
mahami sebagian makna kata ciri orang Strategi apa yang digunakan anak
dewasa setelah sekali penyajian saja. untuk menentukan makna kata-kata dan
Kecepatan belajar semacam ini disebut bagaimana kata-kata harus digunakan?
“rapid mapping” (pemetaan cepat), “zap Beberapa prinsip belajar leksikal awal
mapping,” “quick in-cidental learning” mencakup yang berikut ini (golinkoff,
(QUIL) (Carey & Bartlett, 1978; Rice, Mervis, & Hirsh-Pasek, 1994):
1987). Penggunaan kata-kata awal anak a. Reference: mengasumsikan bahwa kata-
membantu untuk mengevaluasi apakah anak kata mengacu pada benda, tindakan, dan
menerapkan makna ciri orang dewasa pada atribut.
kata-kata mereka. Kenyataan-nya, mereka b. Extendibility: mengasumsikan bahwa
sering tidak melakukannya. kata-kata melabeli lebih daripada referen
Overextension berarti pemakaian asalnya; yaitu satu objek atau konsep.
sebuah kata yang mengacu pada kelas benda c. Object scope: mengasumsikan bahwa
atau konsep yang sangat luas. Misalnya, kata-kata yang merujuk ke objek betul-
seorang anak menyebut semua binatang

110
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.06
P-ISSN : 0216-261X

betul mengacu pada keseluruhan objek ketimbang dengan meniru bahasa yang
tersebut, bukan hanya bagian-bagiannya. mereka dengar. .
d. Categorical scope: mengasumsikan
bahwa kata-kata dapat diperluas hingga Kecepatan Retrieval
objek-objek dalam kategori dasar yang Anak-anak memiliki ukuran leksikon
sama dengan referen asalnya. yang lebih kecil daripada orang dewasa, jadi
e. Novel name—nameless category: mereka memerlukan waktu lebih panjang
meng-asumsikan bahwa kata-kata yang untuk mengenali dan me-retrieve kata-kata
baru mengacu pada konsep-konsep yang (Wiegel-Crump & Dennis, 1986).
belum diberi label/nama.
f. Conventionality: mengasumsikan bahwa Organisasi Leksikal dan Asosiasi Kata
penutur lebih menyukai istilah yang lebih Respons biasanya meliputi
khusus daripada umum. pemberian antonim, sinonim, dan anggota
Pada waktu memasuki TK, anak lain dari kategori leksikal yang befungsi
mengetahui kira-kira 14.000 kata dan akan sebagai stimulus. Subyek merespons nomina
memperoleh 300 atau lebih kata-kata baru dengan nomina, verba dengan verba, dan
setiap tahun sampai mereka meninggalkan sebagainya, menunjukkan bahwa kata-kata
sekolah (Clark, 1995). Ada bukti penelitian dengan makna yang sama atau kontras
yang menunjukkan bahwa anak mulai tersimpan satu dekat yang lainnya dalam
mengorganisasikan leksikon ke dalam leksikon mental. Ini biasa disebut sebagai
jaringan (network). Clark (1993) mengamati respons paradigmatik.
bahwa anak kadang-kadang menambahkan Clark (1993) mengamati bahwa anak
banyak kata baru pada suatu ranah semantik kadang-kadang menambahkan banyak kata
(semantic domain) tunggal dalam waktu baru pada suatu ranah semantik (semantic
yang relatif singkat, seperti multiple words domain) tunggal dalam waktu yang relatif
untuk serangga-serangga atau makhluk- singkat, seperti multiple words untuk
makhluk air. Satu petunjuk tambahan bahwa serangga-serangga atau makhluk-makhluk
anak mengalami semacam reorganisasi air.
leksikal selama masa kanak-kanak ada dalam Satu petunjuk tambahan bahwa anak
respon mereka terhadap word association mengalami semacam reorganisasi leksikal
tasks. Jika diberi nomina seperti dog, anak selama masa kanak-kanak ada dalam respons
usia di bawah 5 tahun akan lebih mungkin mereka terhadap word association tasks.
untuk memberikan sebuah kata yang Pemerolehan bahasa ditandai oleh variasi
mengikuti kata dog itu dalam kalimat, individual dan juga oleh tren perkembangan
misalnya barks, ketimbang memberikan umum. Anak tampaknya memahami ke-
nomina lain baik yang menspesifikasi jenis seluruhan (gestalt) pola-pola bahasa orang
anjing seperti collie, maupun asosiasi dewasa sebelum mampu memproduksi
nomina umum, misalnya cat (Brown & aspek-aspek gramatika; anak yang demikian
Berko, 1960). Respond yang kedua ini mungkin akan menggunakan prosodi mirip
disebut respons sintagmatik. orang dewasa dan “dummy syllables” untuk
Setelah anak mulai belajar bentuk mengisi di antara butir-butir kosakata yang
jamak dan lampau reguler seperti horses dan mereka mampu hasilkan
skated, mereka menciptakan sejumlah
bentuk regulernya sendiri, seperti mouses Gramatika
dan eated, yang biasanya disebut Ujaran awal anak berbahasa Inggris
overregularization, dan merupakan bukti jelas tanpa infleksi gramatik, sedangkan
yang kuat bahwa anak sedang belajar sistem anak yang belajar jenis bahasa lain
bahasa mereka. Mereka memproduksi kata- menggunakan infleksi-infleksi demikan
kata menurut aturan dasar bahasa itu, lebih awal dalam masa perkembangan
bahasa mereka. Slobin (1985) mengusulkan
111
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.06
P-ISSN : 0216-261X

operating principals mengenai pemerolehan tertentu. Hal ini seringkali terjadi dalam
bahasa anak bahwa semakin umum (tersebar tuturan yang dia buat.
luas) suatu kategori morfologis dalam suatu Sebagian besar kalimat yang
bahasa, semakin mu-dah mempelajarinya. digunakan untuk merespon pertanyaan
Umumnya, kemunculan gramatika peneliti null subject, hal ini memperkuat
di-tentukan oleh banyak faktor, termasuk pendapat Dell Hymes (1986) yang
keumuman (pervasiveness) dan keberaturan mengatakan bahwa umumnya anak pada
(regularity) konstruksi-konstruksi gramatik awalnya menganggap bahasa mereka pro-
suatu bahasa, tingkat kebermaknaan drop atau bahasa tanpa subject.
semantiknya (Slobin, 1973), dan kejelasan
konsep gramatiknya. Bentuk-bentuk HELGA: ”Di belakang aja, dulu juga
gramatik yang diberi tekanan biasanya pernah lihat kan.”
diperoleh sebelum bentuk-bentuk yang tidak ”Kalau kelinci mah gini nih
ditekankan. Hymes (1986), semua anak pada caranya.”
awalnya menganggap bahasa mereka adalah ”Pake kandang. Kandangnya
bahasa pro-drop (null-subject) atau bahasa teh dikasih makan dulu,
tanpa subyek. Brown (1973), dengan kelincinya dimasukin gituh,
menggunakan data dari Adam, Eve, dan terus ditutup aja.”
Sarah, mengusulkan urutan (sequence)
perkembangan yang seragam, konsep- Dari beberapa frase yang digunakan
konsep yang secara fonologis beraturan dan dalam ujaran ini dalam sebuah daftar, tidak
secara semantic sederhana seperti present ditemukan adanya konjungsi. Hal ini
progressive (ing) muncul sebelum past tense. menunjukkan bahwa pendapat Brown
(1973), “Ujaran pendek yang diproduksi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN oleh anak tidak memiliki artikle, preposisi,
infleksi, konjungsi atau modifikasi
Sebagai seorang yang gramatika apapun yang biasa digunakan
bilingual:bahasa ibu bahasa Sunda dan orang dewasa. Walaupun Brown melakukan
bahasa ke dua bahasa Indonesia, bahasa penelitiannya pada anak usia di bawah 2
utama yang digunakan untuk merespon tahun. Ternyata hal ini masih berlaku pada
setiap pertanyaan adalah bahasa Indonesia. anak di bawah usia 4,7 tahun.
Sebagai bahasa ibu, bahasa Sunda hanya Respons Helga juga seringkali
digunakan pada kata-kata untuk memberikan berupa daftar obyek. menurut (Brown &
penegasan (penekanan) dengan campur Berko, 1960) digolongkan respons
kode, seperti kata ’teh’, ’we’. Seperti pada paradigmatik meliputi pemberian antonim,
kalimat: sinonim, dan anggota lain dari kategori
leksikal yang berfungsi sebagai stimulus.
HELGA: Sama teman-teman kak Ega, Subyek merespons nomina dengan nomina
Emh. Main ayun-ayunan, yang menunjukkan bahwa kata-kata dengan
so-rodot-sorodoton, siangna makna yang sama atau ber lawanan
teh pulang we sama temen- tersimpan berdekatan dalam leksikon mental
te-men kak Ega anak.

Helga selalu merespon kata terakhir HELGA: ”Iya, kata bu guru juga gitu, kata
dari setiap kalimat tanya, terutama berkaitan mamah (nenek), Aa”
dengan pertanyaan mengenai tempat dengan ”Yumna (sepupu), kata orang-
kalimat yang baik secara gramatika. orang juga gitu!”
Kesalahan leksikal berkaitan dengan
jawaban mengenai tempat terjadi karena
keterbatasan pengetahu-an atau leksikon
112
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.06
P-ISSN : 0216-261X

Daftar Objek juga digunakan tanpa pengetahuan atau ketidaktahuan pada


konjungsi, hal ini sesuai teori Bates, Dale, & leksikon tertentu. Hal ini seringkali terjadi
Thal, 1995; Nelson, 1973 jenis kata-kata dalam tuturan yang dibuat.
yang paling sering digunakan oleh anak-anak Hasil analisis juga menunjukkan
membangun leksikon pertama mereka bahwa Helga sudah mampu membuat
dengan menyertakan banyak nama objek. beberapa kalimat dengan benar, baik secara
Untuk merespon pertanyaan, seringkali ada leksikal maupun gramatikal dan
jeda, atau Helga mengisi kekosongan suku menyusunnya dalam bentuk daftar proses
kata dengan pengulangan sehingga terkesan kegiatan.
seperti gagap. Jawaban ini menggambarkan
anak-anak memiliki ukuran leksikon yang
lebih kecil daripada orang dewasa, jadi 5. DAFTAR PUSTAKA
mereka memerlu-kan waktu lebih panjang Austin, J.L. (1962). How to Do Things with
untuk mengenali dan me-retrieve kata-kata Words. New York: Oxford
(Wiegel Crump & Dennis, 1986). University Press.
Helga memilih untuk merespons kata
terakhir dulu dari kalimat tanya, “di mana” Bersntein, B. (1974). Class Codes and
direspon terlebih dahulu, kemudian dia Control: Theoretical studies toward
merespon kata sebelumnya “bobo” dengan a sociology of language. (Edisi ke-2)
memberikan pemerian bagaimana prosesnya London: Routledge & Kegan Paul.
harus dilakukan. Di usianya yang 4,7 tahun,
Helga ternyata sudah mampu merangkai Caron, J. (1992). An Introduction to
beberapa proses kegiatan dalam kalimat Psycholinguistics. New York:
secara runtut dan berterima. Menggunakan Harvester Wheatsheaf.
beberapa kata penegas, walaupun masih
menggunakan campur kode dengan bahasa Dardjowodjojo, S. (1995).PELBA 8–
ibu yaitu Bahasa Sunda. SEWINDU. Jakarta: Lembaga
Bahasa Unika Atama Jaya.
4. PENUTUP
Gleason, J. B., & Ratner, N. B. (1998).
Sebagai anak yang dibesarkan dalam Psycholinguistics. Edisi ke-2. Forth
sebuah keluarga yang bilingual, bahasa ibu Worth: Harcourt Brace Col-lege
bahasa Sunda dan bahasa ke dua bahasa Publishers..
Indonesia. Helga berbicara dengan keluarga,
lingkungan rumah dan ligkungan sekolah Grice, H. P. (1975). “Logic and Conversati-
lebih banyak menggunakan bahasa Sunda. on”. Dalam Cole dan Morgan (Ed.)
Berdasarkan hasil penelitian bahasa utama Syntax and Semantics: Speech acts.
yang digunakan untuk merespon setiap Vol. 3. pp.41-58. New York: Acade
pertanyaan adalah bahasa Indonesia. Sebagai mic Press.
bahasa ibu, bahasa Sunda hanya digunakan
pada kata-kata untuk memberikan penegasan Halliday, M. A. K., & Hasan, R. (1976).
dengan campur kode. Hal ini menunjukkan Cohesion in English. London:
terjadinya ’language attrition’ yaitu Longman.
kecenderungan untuk kehilangan bahasa
ibunya. Hamied, F. A. (1995). “Teori Skema dan
Anak usia 5 tahun ternyata sudah Kemampuan Analitis dalam Bahasa
mampu menjawab pertanyaan berkaitan Indonesia” Dalam Dardjowidjojo.
dengan tempat dalam kalimat yang baik
secara gramatika. Kesalahan leksikal
berkaitan terjadi karena keterbatasan
113
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.06
P-ISSN : 0216-261X

Holmes, J. (1992). An Introduction to Ricour, P. (2002). The Interpretarion


Sociolinguistik. New York: Theory: Discourse and the Surplus of
Longman. Meaning. Texas: The Texas Christian
University Press. Terj. Musnur Hery.
Huds on, R.A. (1996). Sociolinguistics. “Filsafat Wacana: Membelah Makna
Cambridge: Cambridge University dalam Anatomi Bahasa”.
Press. Yogyakarta: IRCiSoD.

Lackoff, R. Language and women’s place. Wardhaugh, R. (1998). An Introduction to


New York: Harper and Row. Sociolinguistics. Oxford: Blackwell
Publisher.

114

Anda mungkin juga menyukai