Jurnal Robert - 110406048
Jurnal Robert - 110406048
GUNUNG SINABUNG
Robert Simbolon
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Email:robert.simbolon93@gmail.com
ABSTRACT
Sinabung is the main focus of the problems that currently as a scourge for the people who live at the
foot of the mountain Sinabung. The eruption of Mount Sinabung almost entering its second year, forcing the
central government to relocate people to safer areas in the pine forest that now used as Relocation Settlement
of Mt. Sinabung’s People.
Relocation Settlement of Mt. Sinabung’s People that are in the construction phase, in my opinion is
very far from the context of urgency, so the victim had wait for a long time to be relocated to the new Settlement.
The Issue of urgency in the Relocation Settlement of Mt. Sinabung’s People cannot be separated from these
three aspects, Cost, Materials, Time, Sustainability, as well as the Local craftmanship that become an important
aspect in solving these problems from these three aspects.
If we analyse more deeply about the Cost, Materials, Time, Sustainability and Local craftmanship
aspect, these aspects are related to each other, so each aspect cannot be separated into one part. The
relationship between Cost, Materials, Time, Sustainability and Local craftmanship aspects and the context of
urgency in the Relocation Settlement of Mt. Sinabung’s People can be solved with a concept of Sustainable
Modular House, that the concept was able to solve the issue of Cost, Materials, Time, Sustainability and Local
craftmanship. So this concept can respond the urgency issues of the Relocation Settlement of Mt. Sinabung’s
People.
2
Cincin Api Pasifik,
1
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan http://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pasifik, terakhir diakses
Bencana 27 Mei 2015
1
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
Krakatau yang berdampak secara global di tahun oleh masyarakat pedesaan akibat bencana alam
1883 3, letusan supervulkan Danau Toba yang tersebut, dalam hal ini adalah gunung meletus.
sangat melegenda yang diperkirakan terjadi Berdasarakan Pasal 16 UU Nomor 10 tahun
74.000 tahun yang lalu yang mengakibatkan 2014, Peraturan Menteri Perumahan Rakyat
terjadinya musim dingin vulkan selama enam tentang Pedoman Mitigasi Bencana Gunung
tahun dan yang terakhir yang tidak kalah Meletus terhadap perumahan dan Kawasan
hebatnya adalah Gunung Tambora dengan Permukiman menyatakan bahwa :
letusan yang paling hebat yang pernah tercatat a. perencanaan perumahan dan kawasan
dalam sejarah pada tahun 1815. permukiman menghindari kawasan
rawan bencana gunung meletus terutama
Keberadaan Gunung Api yang mendominasi di yang masih aktif serta lokasi yang
beberapa daerah di Indonesia, negara yang cenderung dialiri lava;
terletak di area Ring of Fire, mengakibatkan b. desain rumah serta sarana dan utilitas
aspek keamanan dan kenyamanan suatu umum yang tahan terhadap beban dan
permukiman di pedesaan (khususnya yang dekat bahaya akibat letusan gunung; dan
terhadap gunung aktif) semakin menurun. c. menyediakan lokasi evakuasi dan
Masyarakat selalu dihantui oleh bencana alam pengungsian prasarana jalan yang
yang sulit diprediksi, bisa terjadi kapan saja memadai menuju lokasi pengungsian,
sekehendak alam, dan mampu mengakibatkan serta alat transportasi5.
kerugian yang sangat besar hingga memakan
korban jiwa. Hunian masyarakat pedesaan yang Namun, beberapa bencana gunung meletus yang
letaknya berdekatan dengan gunung api telah terjadi selama 1,5 tahun di Gunung
merupakan sebuah permasalahan besar dan Sinabung, mengharuskan masyarakat untuk
pekerjaan rumah bagi Kementrian Perumahan mengungsi di beberapa posko pengungsian
Rakyat Republik Indonesia, dimana Negara selama 1,5 tahun pula. Beberapa desa yang
wajib menjamin hak bermukim masyarakat terkena dampak yang sangat besar adalah desa
terhadap bencana alam yang mengancam Bekerah, desa Sukameriah, dan desa Simacem
dan/atau mengganggu kehidupan dan (radius 0-5 km), sehingga Pemerintah daerah
penghidupan, sehingga perlu memberikan dan Pusat mengharuskan masyarakat yang
kepastian hukum dalam merencanakan tinggal di desa tersebut harus direlokasi ke
perumahan dan kawasan permukiman yang tempat yang lebih aman.
mempertimbangkan peningkatan sumber daya
perkotaan atau perdesaan, mitigasi bencana, dan Pemerintah saat ini sudah menyediakan lokasi
penyediaan atau peningkatan prasarana, sarana, permukiman baru yaitu hutan siosar (jarak 27
dan utilitas umum 4. Mitigasi bencana perlu km dari Gunung Sinabung dan sekarang
dilakukan dalam upaya untuk mengurangi risiko bernama Perkampungan Siosar) yang cukup
bencana, baik melalui pembangunan fisik aman dan sudah dilakukan pembebasan lahan,
maupun penyadaran dan peningkatan bahkan lebih jauh lagi saat ini pemerintah sudah
kemampuan masyarakat menghadapi ancaman melakukan proses konstruksi hunian di lokasi
bencana alam. Namun pada kenyataanya tersebut. Namun proses konstruksi yang lambat
perencanaan permukiman di desa yang berdekat membuat proses relokasi masyarakat juga terjadi
dengan gunung berapi masih luput dari sangat lambat, dan perencanaan yang tidak tepat
perencanaan perumahan dan permukiman sasaran (dalam hal kehidupan masyarakat di
dengan aspek mitigasi bencana, sehingga tidak tempat yang baru), hingga menimbulkan konflik
heran banyak sekali kerugian yang dirasakan (umumnya masyarakat tidak mau direlokasi
karena berbagai alasan, contohnya tidak ada area
3
Winchester, Simon (2003). Krakatoa: The Day the World
Exploded: 8 27, 1883 5
4
Peraturan Menteri Perumahan Rakyar Republik Indonesia No.10 Peraturan Menteri Perumahan Rakyar Republik Indonesia No.10
Tahun 2014 tentang Pedoman Mitigasi Bencana Alam Bidang Tahun 2014 tentang Pedoman Mitigasi Bencana Alam Bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman Perumahan dan Kawasan Permukiman
2
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
untuk bercocok tanam sebagai contoh kasus di yang bersama-sama direlokasi. Untuk itu pada
Gunung Sinabung). Akan tetapi perencanaan Tugas Perancangan Arsitektur 6 ini Saya
permukiman yang bertitik tumpu pada Peraturan membuat sebuah model rancangan dengan judul
Pemerintah mengenai permukiman berbasis Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat
mitigasi bencana merupakan undang-undang Gunung Sinabung
yang seharusnya sudah dilaksanakan demi
kebaikan hidup masyarakat, namun pada Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada Latar
kenyataannya, perencanaan yang terjadi Belakang, proyek ini direncanakan dan
sangatlah tidak tepat dan sangat lambat (dalam dikonsepkan dengan maksud sebagai konsep
hal proses konstruksi), sehingga masyarakat pembangunan permukiman pedesaan bagi
enggan untuk direlokasi dan beberapa masyarakat yang dahulu hidup di Gunung
diantaranya terpaksa untuk hidup lebih lama di Sinabung. Berdasarkan maksud tersebut, maka
pengungsian, seperti halnya masyarakat yang tujuan dari proyek ini adalah :
tinggal di kaki Gunung Sinabung yang sudah
menunggu untuk direlokasi lebih dari setengah 1. Untuk menciptakan konsep rumah bagi
tahun. masyarakat Gunung Sinabung yang
sesuai dengan kebutuhan mereka yang
Jadi, perlu adanya suatu konsep desain yang begitu mendesak,
baru, yang menjadi pembanding dari desain 2. Untuk menciptakan konsep perancangan
permukiman yang saat ini sudah terjadi di permukiman pedesaan bagi masyarakat
Perkampungan Siosar. Desain ini diharapkan Gunung Sinabung yang tetap
mampu mengakomodasi regulasi pemerintah mempertahankan aspek positif
mengenai perencanaan Perumahan dan Kawasan “kehidupan lama” mereka ke suatu
Permukiman yang berbasis mitigasi bencana, tempat yang baru,
namun tidak hanya memikirikan keselamatan 3. Untuk merancang permukiman pedesaan
masyarakat saja, melainkan juga proses bagi masyarakat relokasi Gunung
pembangunan yang murah, mudah, cepat, Sinabung yang sesuai dengan kebutuhan
dan penggunaan material yang efektif dasar masyarakat, yang dapat dibangun
sehingga masyarakat dapat terlibat dalam proses dengan teknologi sederhana, dapat
konstruksi dan dapat direlokasi dengan dikelola dan dirawat secara mandiri oleh
secepatnya, kemudian memperhatikan masyarakat setempat,
kehidupan baru masyarakat di tempat tinggal 4. Untuk merancang permukiman pedesaan
mereka yang baru, karena “relokasi” bukan bagi masyarakat relokasi Gunung
hanya tentang memindahkan masyarakat dari Sinabung yang berwawasan
suatu tempat yang berbahaya ke ketempat yang berkelanjutan dengan pemanfaatan
lebih aman, namun lebih dari itu, relokasi juga potensi lokal dalam perencanaan
memindahkan “kehidupan” mereka yang lama permukiman pedesaan tersebut, seperti
ke tempat yang baru. Dan yang terakhir yang local material, local craftmanship, dan
tidak kalah penting adalah tetap local wisdom.
mempertahankan dan mempertajam 5. Sebagai model permukiman
beberapa aspek yang ada di desa mereka perbandingan dengan permukiman
masing-masing yang akan diterapkan Masyarakat Relokasi Gunung Sinabung
kembali pada tempat mereka yang baru, yang sudah dibangun di Hutan Siosar.
sehingga masyarakat lebih mudah dalam
beradaptasi di lingkungan mereka yang baru, Dari penelaahan Latar Belakang dan
tanpa melihat aspek yang ada di permukiman penelusuran maksud dan tujuan dari proyek ini,
desa mereka, sebenarnya kita sudah adapun permasalahan-permasalahan dari
memaksakan mereka untuk bertahan hidup, berbagai aspek yang menyangkut proyek ini
karena adaptasi lingkungan merupakan hal yang adalah sebagai berikut :
sangat sulit untuk dilakukan oleh masyarakat
3
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
4
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
5
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
6
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
7
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
8
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
KONSEP PERANCANGAN
Konsep Permukiman
Pada konsep Permukiman, penulis menggunakan Gambar 12. Penerapan Pola Desa berupa Sirkulasi
konsep makro desa yaitu sesuai dengan tema
besar yaitu “Regenerative Design” dengan Setelah pola sirkulasi yang dibentuk pada
artian bahwa konsep ini berusaha untuk kawasan hutan siosar, kemudian perancang
menghidupkan kembali hal-hal penting terkait menerapkan pola permukiman pada kawasan
dengan benda fisik atau non fisik pada desa tersebut. Pola permukiman yang diterapkan
terdahulu dan diterapkan kembali di lokasi yang merupakan pola permukiman yang diadaptasi
baru, dengan catatan bahwasannya penghidupan dari pola permukiman dari 3 desa eksisting. Pola
kembali ini tidak harus sama seperti eksisting, Permukiman pada 3 eksisting desa ini
namun juga dapat dilakukan pengembangan ke menggunakan pola permukiman linear, dimana
arah yang lebih baik. pola hunian akan mengikuti pola jalan. Tujuan
dari mengadaptasi pola permukiman dari 3 desa
Sirkulasi yang dibentuk pada kawasan hutan eksisting adalah ingin mempertahakan aspek
siosar ini mengacu pada pola perkembangan sosial yang sudah terjalin bertahun-tahun karena
desa “yang mengelilingi fasilitas umum”. Pola pola permukiman sangat berpengaruh pada
ini sebenarnya akan membentuk pola sirkulasi aspek sosial, kemudian untuk memperkecil
secara tidak langsung, dan pola ini sangat cocok adaptasi masyarakat terhadap permukiman yang
untuk daerah dengan topografi yang kontur baru, pola permukiman yang rural dan acak
tertingginya terletak pada bagian tengah dari merupakan sebuah pola yang sangat khas pada
site. sebuah desa, dan masih banyak tujuan lainnya.
9
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
Pola permukiman yang akan dibuat dikonsepkan untuk mengarah ke area evakuasi
berdasarkan pada pola permukiman desa yang lebih besar.
eksisting, selain dipengaruhi oleh pola jalan atau
sirkulasi, pola permukiman yang akan dibuat di
kawasan hutan siosar juga akan dipengaruhi oleh
letak fasilitas desa, sehingga penjangkauan
fasilitas desa dari rumah lebih mudah dijangkau
dan tidak terlalu jauh. Gambar 14. Area sirkulasi yang mengarah ke area evakuasi
10
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
11
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
mereka untuk membangun rumah pribadi dalam 1 kelompok hunian dapat terjalin dengan
mereka masing-masing dibanding dengan kuat
tinggal di Siwaluh Jabu, meski tidak membayar
sepeserpun. 2. Transforming Cell to Organism
Dalam Siwaluh jabu yang dahulu 1 bilik hanya
Dalam perancangan permukiman relokasi dapat ditempati oleh 1 keluarga, secara ruang hal
masyarakat gunung Sinabung ini perancang ini sangat tidak nyaman, dimana anak-anak pun
ingin mengangkat kembali beberapa aspek mungkin tidak dapat tempat untuk tidur dengan
Siwaluh Jabu secara esensial dan fundamental nyaman. Selain itu, seperti pada bagian awal
yang akan dirancangan dengan pendekatan yang yaitu masalah privasi keluarga, ini bukanlah
baru, sehingga rancangan yang dibentuk akan permasalahan sosial, melainkan ini adalah
tetap dengan esensi lama namun dengan wajah perubahan sosial yang terjadi secara alami dan
yang baru dan kontekstual terhadap isu terkini. tak bisa diindahkan begitu saja.
Menerapkan konsep secara keseluruhan dari
sebuah siwaluh jabu ke aspek “saat ini” Oleh karena itu, ruang tidur yang dahulu hanya
merupakan kekeliruan dan bukan alasan yang untuk 1 keluarga akan ditranformasi ke aspek
tepat untuk mempertahankan budaya mereka “sekarang” dengan mentransformasi ruang
yang lalu. Beberapa aspek “dahulu” yang ingin menjadi sebuah hunian yang utuh, dengan
diterapkan pada masa ”sekarang” tidak harus berbagai ruang-ruang sesuai dengan kebutuhan
diterapkan secara mentah-mentah seperti saat ini.
“dahulu”, namun kita dapat mentransfomasinya
sedemikian rupa sehingga sangat konteks 3. Communal Space and Shared Space
terhadap “saat ini” dengan mempertahankan hal- Kekerabatan yang erat pada zaman dahulu tidak
hal yang bersifat esensial dan fundamental, terlepas dari peran ruang-ruang yang dipakai
sehingga approach yang baru tidak begitu secara bersama-sama, seperti dapur yang dibagi
nampak naif dan aneh. 2 untuk 2 keluarga. Dapur di siwaluh jabu hanya
berupa tungku yang terletak diantara 2 kamar
1. From 8 Cells To 8 Organism tidur. Selain itu ruang bersama yang terletak di
Pada zaman dahulu, Siwaluh Jabu dihuni sampai tengah, sehingga ketika ada diskusi keluarga,
8 keluarga yang menyimbolkan kekerabatan dan semua kepala keluarga dapat bersama-sama
kebersamaan antarkeluarga yang sangat kental. untuk diskusi bersama.
Tiap keluarga memiliki Ruang kamar tidur di
setiap bilik mereka masing-masing. Tingkat Oleh karena itu, beberapa ruang yang dibagi
kekerabatan dan kebersamaan ini harus tetap di bersama-sama, perancang coba menerapkan
jalin dalam hunian yang akan dirancang. kembali ke hunian yang baru. Konsepnya adalah
menggabungkan 2 hunian yang berdekatan
Akan tetapi, jika kita kaitkan dengan aspek pada kemudian ditempatkan area untuk berbagai
saat ini dimana masyarakat semakin memiliki seperti dapur bersama (dapur dulu dan sekarang
privasi yang tinggi, hunian seperti ini sangatlah diletakkan di depan) dan juga teras depan rumah
tidak nyaman, dimana ada 8 keluarga dalam 1 yang menyatu dengan tetangga sehingga mereka
rumah yang sama. Oleh karena itu, disini dapat berbagi satu sama lain di dalam kondisi
perancang mencoba mentransformasi ruang yang susah seperti yang saat ini mereka alami.
untuk keluarga yang “dulu” berupa “ruang” Selain itu juga ada fasilitas bersama seperti
(sel), yang “sekarang” akan ditransformasi water tank.
berupa kelompok “rumah tinggal” (organisme
penuh) seperti dalam kluster rumah. Dalam 1 Untuk area sirkulasi dapat digunakan sebagai
kelompok hunian ini tidak harus diisi oleh satu communal open space, karena beberapa gang-
garis keluarga, namun hanya saja gang desa juga digunakan sebagai area sosial
pengelompokkan ini ditujukan agar kekerabatan terbuka.
12
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
Konsep Hunian Tunggal hunian mixed used atau kios, akan ditambahkan
Konsep makro dari hunian tunggal ini adalah luasan sebesar 54m2 untuk area berjualan.
mengkaitkan aspek Cost, Material, dan Time,
dengan local craftamnship sebagai eksekutor
dari kaitan ketiga aspek penting dalam rumah
yang diperlukan masyarakat relokasi sinabung.
13
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
14
REDESAIN PERMUKIMAN RELOKASI MASYARAKAT Robert Simbolon
GUNUNG SINABUNG
penulis sangat responsif terhadap konteks Housing Process; The Micmilland; New
Urgent, dimana hal ini sangat menuntut aspek York.
”Cepat, Mudah, dan Murah”. Oleh karena itu 6. Sensa, M.S. Djarot. (1987). Sebuah
penulis menggunakan konsep Modular House Pemikiran tentang Permukiman Islami.
dimana material yang digunakan adalah material Mizan. Bandung.
lokal yang diolah menjadi modul-modul single 7. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang
yang dapat dibentuk menjadi hunian yang utuh, Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
dengan tujuan pemasangan yang mudah, murah Penanggulangan Bencana. Sekretariat
dan cepat. Negara. Jakarta
8. Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang
Konsep kekerabatan pada hunian Siwaluh Jabu No.4 tahun 1992 Tentang Perumahan dan
juga menjadi fokus penulis, dimana beberapa Permukiman. Sekretariat Negara. Jakarta
aspek dalam hunian Siwaluh Jabu akan 9. Basset, Keith & Short, John. 1980. Housing
ditransformasikan ke arah yang lebih baru, and Residential Structure, Alternative
terutama bagian 8 bilik yang menjadi 8 hunian, Approaches. London: Routledge & Kegan
adanya sirkulasi tengah, ruang-ruang bersama, Paul Ltd.
dan lainnya. Dan yang terpenting adalah konsep 10. Peraturan Menteri Perumahan Rakyar
kekerabatan dan kebersamaan dalam hunian Republik Indonesia No.10 Tahun 2014
Siwaluh Jabu ini yang akan diterapkan pada tentang Pedoman Mitigasi Bencana Alam
model hunian relokasi ini. Bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Sekretariat Negara. Jakarta
Dari setiap konsep ini akan dipadukan menjadi 11. Sukawi .2009. Menuju Kota Tanggap
konsep yang terintegrasi satu sama lain yang Bencana (Penataan Lingkungan
membentuk suatu konsep yang kontinu dan tidak Permukiman untuk Mengurangi Resiko
terlepas satu sama lain untuk memecahkan Bencana). Jurnal nasional
permasalahan urgency pada bencana Gunung 12. S. Wojowasito dan W.J.S.
Sinabung yang menghancurkan beberapa desa Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris–
masyarakat dan juga ratusan rumah yang rusak Indonesia, Indonesia-Inggris, Hasta,
akibat semburan awan panas. Jakarta, 1972.
13. Badan Pusat Statistik.2013. Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Karo Dalam Angka. Karo : Badan Pusat
Statistik
1. Winchester, Simon. 2003. Krakatoa : The 14. Keputusan Menteri Permukiman Wilayah
Day The World Exploded : August 27, No.534/KPTS/M/2001
1883. England : Penguin Group 15. http://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pa
2. Editors Of The American Heritage sifik
Dictionaries. 2006. The American Heritage 16. http://kbbi.web.id/
dictionary for learners of English (2006). 17. http:// http://karokab.bps.go.id/
Boston: Houghton Mifflin 18. http://en.wikipedia.org/wiki/sustainable_arc
3. Bahri, M.T., Ir.Samsul; Aulia, M.Sc., hitecture
Ph.D., Ir. Dwira N. 2009. Bahan Ajar 19. http:// ruang17.wordpress.com
Perumahan dan Permukiman. Medan : Lab. 20. http:// konteks.org
Perkotaan dan Permukiman Departemen 21. http:// rumusstatistik.com
Arsitektur USU
4. Hilman, M.Pf., M.T., Prof.Dr. H. Maman.
2007. Perancangan Perumahan. Bandung :
FPTK UPI
5. Turner, John FC and Robert Fischer (1972),
Freedom to Build : Dweller Control of The
15