Jjtyjth
Jjtyjth
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, Jakarta, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 1991
1
memasukkan fasilitas tambahan demi kepuasan konsumen. Inilah tempat yang
kemudian disebut dengan one stop entertainment theatre.2
Beberapa tahun lalu, saat VCD bajakan meledak di pasaran dan para
penegak hukum tutup mata soal ini, kondisi mayoritas gedung bioskop kolaps
dan beberapa mesti "menggulung tikarnya". Saat teknologi piringan cakram
berkembang dari VCD ke DVD, derap hukum hak cipta Indonesia masih
berjalan di tempat. Dan masih tetap saja membiarkan lapak sampai kios
menjual VCD maupun DVD bajakan.
Namun dalam panca warsa terakhir ini, bioskop-bioskop mulai
menggeliat kembali. Penonton berduyun-duyun memasuki gedung bioskop.
Tapi secara nominal tetap saja lebih mahal nonton di bioskop daripada beli
DVD bajakan.
Ada beberapa faktor lain, tidak hanya masalah murah-mahal, yang
membuat orang ingin menonton di bioskop. Lepas dari faktor teknis, bahwa
sound yang lebih daripada di rumah, menonton di bioskop adalah masalah
kebutuhan pokok manusia akan sosialitas. Bahkan, ada pula yang beralasan
karena diajak teman, pacar, sahabat, suami atau istri sekalipun.
Selain itu, ada juga yang tidak mau ketinggalan, keinginnya untuk
segera menonton film terbaru, mencari suasana baru, refreshing, dan
seterusnya. Apapun alasan di atas, para penonton bioskop itu tadi keluar dari
rumah dan berinteraksi dengan orang lain. Meskipun dalam satu gedung
bioskop itu tidak saling kenal, namun menonton bersama itu sudah ada
interaksi, minimal saling menghargai dengan tidak bersuara keras atau tidak
membunyikan ponsel.
Akhir-akhir ini muncul budaya baru, yaitu nonton bareng. Nonton
bareng ini biasanya muncul dari satu komunitas. Nonton bareng ini adalah
budaya yang positif, di tengah-tengah deburan arus individualisme dan
semakin terasingnya manusia dengan manusia lain. Lewat nonton bareng, kita
memuaikan sisi-sisi kehidupan setiap orang sebagai mahkluk sosial.3
Maraknya film Indonesia yang beredar di bioskop tanah air juga mulai
menjadi fenomena tersendiri. Apalagi dengan terintegrasinya ruang
pertunjukan film dengan pusat perbelanjaan terus menjadi hal yang menarik.
2
Sumber dari News West Sumatra.com, Jum’at, 20 juli 2007
3
Sumber dari Post Metro Balikpapan, Kamis, 5 Februari 2009
2
Pasalnya, kian hari taraf menonton bioskop seakan menjadi kebutuhan seperti
kebutuhan konsumsi barang lainnya.
Di sisi lain, mulai banyak pengusaha bioskop yang menampilkan
fasilitas layanan yang semakin memanjakan. Sehingga ritual menonton film
sudah bergeser dari masa lampau, yang cuma orang datang, beli tiket, dan
nonton. Sekarang orang bisa berlama-lama di bioskop, karena disediakan
lobby tunggu yang nyaman dan ada pertunjukan musik.4
1.3 Tujuan
Merancang gedung bioskop yang dapat melengkapi sarana hiburan
umum dalam penataan kota Singaraja dengan dilengkapi akustik ruang yang
berkualitas.
1.4 Sasaran
• Melakukan studi tentang gedung bioskop
• Melakukan studi tentang sarana hiburan umum
• Melakukan studi tentang penataan kota Singaraja
• Melakukan studi tentang akustik ruang yang berkualitas
1.5 Lingkup
• Gedung bioskop yang mengacu pada bangunan cinema yang dibatasi pada
jenis bioskop Cineplex (bioskop yang terdiri lebih dari satu studio)
• Sarana hiburan umum dibatasi pada sarana hiburan visual indoor atau
dalam ruangan
4
Sumber dari Kapan Lagi.com, Rabu, 12 Maret 2008
3
• Penataan kota Singaraja dibatasi pada hal yang berhubungan dengan
pemilihan site untuk bangunan tersebut
• Studi tentang akustik ruang yang berkualitas dibatasi pada kekerasan yang
cukup meliputi bentuk desain lantai, dinding, dan plafond. Difusi bunyi
dibatasi pada material permukaan pelingkup ruang dalam auditorium
bioskop. Pengendalian dengung dibatasi pada perhitungan waktu dengung
dalam ruang. Eliminasi cacat akustik ruang meliputi eliminasi gema,
gaung, dan pemusatan bunyi. Dan pengendalian bising dan getaran
dibatasi pada konstruksi penyerapan bunyi dalam ruang auditorium
bisokop
4
2. Kualitatif
Temuan-temuan dikombinasikan secara naratif (menggunakan kata-kata),
contoh dari data survey yang diperoleh dijabarkan dalam bentuk tulisan seperti
berdasarkan hasil survey maka diperoleh bahwa pada tahun 1900-an terdapat 3
gedung bioskop di Singaraja, tapi sekarang ketiga bioskop itu sudah ditutup.
5
Mengungkap tinjauan dari gedung bioskop dan akustik ruang pertunjukan
film. Bab ini secara terperinci mengungkapkan design requirement dari
Gedung Bioskop dan mengungkapkan teori-teori akustik ruang pertunjukan
film yang dapat diterapkan pada ruang Gedung Bioskop.
6
Skema Pemikiran Menuju Perancangan
Latar Belakang
Namun dalam panca warsa terakhir ini, bioskop-bioskop mulai menggeliat kembali. Pasalnya, kian
hari taraf menonton bioskop seakan menjadi kebutuhan seperti kebutuhan konsumsi barang
lainnya. Karena sudah tidak ada lagi fasilitas hiburan bagi para penggemar film di Singaraja,
banyak masyarakat di Singaraja harus pergi ke ibukota yaitu Denpasar untuk menyaksikan
pertunjukan film di bioskop.
Yang harus
diperhatikan Tujuan
dalam pemecahan Merancang gedung bioskop yang dapat melengkapi sarana hiburan
masalah : umum dalam penataan kota Singaraja dengan dilengkapi akustik
Akustik, ruang yang berkualitas.
pencahayaan,
penghawaan,
sirkulasi, layout,
ruang dan bangunan.
Analisa permasalahan dan pemecahan masalah
KONSEP
TRANSFORMASI DESAIN