Anda di halaman 1dari 17
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT GEDUNG KARYA TELP (021) 3506139, ax (021) a5q7202, 3505129 ‘3508129, 3506145, 3506148 3606129, 3606179 UL. MERDEKA BARBTNO.B ‘3508143, 3506127 email hubdat@huddat wob id AAKARTAONA Home Page: wwwhubdat wob id PERATURAN DIREKTUR JENDERALPERHUBUNGAN DARAT NOMOR PR-DRUD 2 Tahun 2022 TENTANG PERHITUNGAN DAN PROSEDUR PEMBIAYAAN SUBSIDI/KOMPENSASI Menimbang Mengingat ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, a. bahwa dalam = rangka = menjamin _kesinambungan penyelenggaraan angkutan penyeberangan di daerah terpencil, terisolir, dan tertinggal serta perbatasan, perlu diselenggarakan Angkutan Penyeberangan Perintis; bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 104 Tahun 2017 tentang Penyclenggaraan Angkutan Penyeberangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1412) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 60 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kedua At Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 104 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 779), perlu menetapkan Peraturan Direktur —_Jenderal Perhubungan Darat tentang Perhitungan dan Prosedur Pembiayaan Subsidi Angkutan Penyeberangan Perintis; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Perhitungan dan Prosedur — Pembiayaan—Subsidi._— Angkutan Penyeberangan Perintis. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4849); Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menetapkan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5070}; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5208); 4. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2022 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 33); 5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 104 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1412) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 60 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 104 Tahun 2017 Tentang Penyclenggaraan Angkutan Penyeberangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 779); 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 66 Tahun 2019 tentang Penetapan dan Mekanisme Perhitungan Formulasi Tarif Angkutan Penyeberangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1256); 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 17 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 815); 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 184 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 172 Tahun 2022 Tentang Tarif Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan Kelas Ekonomi Lintas Antarprovinsi dan Antarnegara; MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PERHITUNGAN DAN PROSEDUR PEMBIAYAAN SUBSIDI ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan: 1. Angkutan Penyeberangan Perintis adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya yang digunakan untuk penyelenggaraan angkutan penyeberangan di daerah terpencil, terisolir, dan tertinggal serta perbatasan 2. Tarif Angkutan Penyeberangan Perintis adalah harga jasa angkutan yang harus dibayarkan oleh pengguna jasa pada suatu lintas Angkutan Penyeberangan Perintis. 3. Subsidi/Kompensasi adalah kewajiban Pemerintah untuk membiayai penugasan —_penyelenggaraan —_kegiatan Angkutan Penyeberangan Perintis yang besarnya adalah selisin antara biaya produksi dengan pendapatan dan/atau penghasilan uang tambang penumpang dan kendaraan serta barang lepas pada suatu lintas tertentu. 4. Anak Buah Kapal yang selanjutnya disebut ABK adalah awak kapal termasuk nakhoda. 5. Perusahaan Angkutan Penyeberangan adalah Perusahaan Angkutan Penyeberangan yang memiliki Surat Izin Usaha Angkutan Penyeberangan (SIUAP) dan bergerak di bidang angkutan penyeberangan. 6. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat dalam pengadaan yang ditetapkan oleh pengguna anggaran untuk menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau ditetapkan oleh kepala daerah untuk menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 7. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang atau jasa. 8. Direktur Jenderal adalah pimpinan tinggi madya yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan Direktur Jenderal Perhubungan Darat. 9. Direktur adalah pimpinan tinggi pratama _ yang bertanggungjawab di bidang Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan. BAB IL PENETAPAN LINTAS PENYEBERANGAN PERINTIS Pasal 2 (1) Lintas penyeberangan perintis ditetapkan oleh Direktur Jenderal berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pelayanan Angkutan Penyeberangan Perintis. (2) Kegiatan pelayanan Angkutan Penyeberangan Perintis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Perusahaan Angkutan Penyeberangan. Pasal 3 Kegiatan pelayanan Angkutan Penyeberangan _Perintis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan berdasarkan kriteria: belum dilayani olch pelaksana kegiatan angkutan laut, angkutan sungai dan danau atau Angkutan Penyeberangan yang beroperasi secara tetap dan teratur; b. secara komersial belum menguntungkan atau pendapatan yang diperoleh belum menutupi biaya operasional; c. tingkat pendapatan perkapita penduduknya masih rendah; d. dilayani oleh perusahaan angkutan yang memiliki surat izin usaha Angkutan Penyeberangan dan surat persetujuan pengoperasian kapal; dan e. faktor muatan rata-rata kapal kurang dari 60% (enam puluh persen) per tahun BAB Ill SUBSIDI/KOMPENSASI ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS Pasal 4 (1) Kegiatan pelayanan Angkutan Penyeberangan Perintis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diberikan Subsidi/Kompensasi (2) Subsidi/Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Perusahaan Angkutan Penyeberangan atas dasar: a. penugasan oleh pemerintah/pemerintah dacrah yang sepenuhnya dibebankan pada anggaran pemerintah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah; atau b. ditetapkan lintas _penyeberangan slain _lintas penyeberangan perintis yang secara komersial belum menguntungkan atau belum =—mencapai_nilai keekonomian. Pasal 5 (1) Pemberian Subsidi/Kompensasi Angkutan Penyeberangan Perintis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dihitung berdasarkan selisih biaya pengoperasian yang dikeluarkan dengan pendapatan/penghasilan pada lintas: penyeberangan yang ditetapkan. Pendapatan/penghasilan scbagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perhitungan dari jumlah penumpang dan kendaraan serta barang lepas dikalikan dengan tarif untuk setiap trip 8 Pasal 6 a Subsidi/Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diberikan setelah KPA membentuk Tim Verifikasi (2) Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan verifikasi terhadap dokumen teknis dan administrasi keuangan serta verifikasi lapangan. (3) Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan hasil laporan verifikasi kepada PPK. BAB IV BIAYA PENGOPERASIAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS, Pasal 7 (1) Biaya pengoperasian Angkutan Penyeberangan Perintis terdiri atas: a. biaya operasional b. biaya docking tahunan; dan c. pendapatan (2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas komponen: a. b. gap f. biaya tetap, meliputi: 1. biaya gaji ABK; biaya keschatan/kesejahteraan ABK; biaya makan ABK; biaya pakaian dinas lengkap ABK; biaya air tawar ABK; biaya cucian ABK; biaya gaji pegawai darat; PN aneeey biaya makan pegawai darat; 9. biaya pakaian dinas lengkap pegawai darat; 10. biaya perawatan harian kapal; dan 11. biaya asuransi kapal. biaya tidak tetap, meliputi: 1. biaya Bahan Bakar Minyak (BBM); biaya pelumas; biaya gemuk; biaya air tawar penumpang; biaya premi layar ABK; dan anPFon biaya jasa kepelabuhan. biaya penyusutan; biaya bunga modal; biaya overhead; dan profit margin. (3) Biaya docking tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) buruf b terdiri dari komponen: a. biaya docking; dan b. biaya mobilisasi dan demobilisasi (4) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari komponen: a b. c pendapatan penumpang; pendapatan kendaraan; dan pendapatan barang. (5) Biaya penyusutan dan biaya bunga modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d tidak diberikan untuk kapal yang dibangun menggunakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Pasal 8 (1) Perhitungan besaran biaya pengoperasian Angkutan Penyeberangan Perintis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 memperhatikan prinsip-prinsip _ efektivitas, efisiensi, kewajaran, dan akuntabilitas. (2) Besaran biaya pengoperasian Angkutan Penyeberangan Perintis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan harga satuan. (3) Harga satuan_—biaya_—pengoperasian —_ Angkutan Penyeberangan Perintis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 9 Perhitungan pemberian besaran subsidi/kompensasi kepada Perusahaan Angkutan Penyeberangan Perhitungan dan besaran biaya pengoperasian Angkutan Penyeberangan Perintis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini, BABV KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Direktur melakukan monitoring dan evaluasi_ terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan Angkutan Penyeberangan Perintis secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali dalam 1 (satu) tahun. Pasal 11 Direktur | melakukan pembinaan terhadap _ pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal ini, Pasal 12 (1) Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini berlaku, maka Peraturan Dircktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: 4744/AP.204/DRJD/2020 tentang perubahan —_atas peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.5856/AP.204/DRJD/2018 tentang Perhitungan Dan Prosedur Pembiayaan Subsidi Angkutan Penyeberangan Perintis dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. (2)Terhadap pelaksanaan _kontrak —subsidi__ Angkutan Penyeberangan Perintis Tahun Anggaran 2022 masih menggunakan perhitungan sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: 4744/AP.204/DRJD/2020 tentang Perubahan Aas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.5856/AP.204/DRJD/2018 Tentang Perhitungan Dan Prosedur Pembiayaan Subsidi Angkutan Penyeberangan Perintis. Pasal 13 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 November 2022 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, ttd. Drs. HENDRO SUGIATNO, M.M Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum ngkat I (I1/d) y4 200502 1 001 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR PR-DRJD 2 Tahun 2022 TENTANG PERHITUNGAN DAN PROSEDUR PEMBIAYAAN SUBSIDI ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS PERHITUNGAN DAN PROSEDUR PEMBIAYAAN SUBSIDI/KOMPENSASI ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS 1. Perhitungan Pemberian Besaran Subsidi/Kompensasi Kepada Perusahaan Angkutan Penyeberangan Perhitungan A. Subsidi/Kompensasi Perintis Rumus subsidi/kompensasi perintis: (biaya operasional - pendapatan) B. Subsidi/Kompensasi Perintis Per Trip Kompensas: Parintis per tehun Kompensasi perintis per trip = “27 ma C. Total Subsidi/Kompensasi Perintis Per Tahun lam 1 exh Pembayaran subsidi dilakukan berdasarkan harga satuan atau atcost Rumus: (kompensasi perintis) + (biaya docking tahunan} II. Besaran Biaya Pengoperasian Angkutan Penyeberangan Perintis A. Biaya Operasional 1, Biaya Tetap 1) Biaya Gaji ABK Rumus metode perhitungan anggaran, scbagai berikut : (jumlah hari dalam kontrak) x (jumlah ABK) x (besaran biaya gaji ABK). 2) Biaya Keschatan/Kescjahteraan ABK Rumus metode perhitungan anggaran, sebagai berikut (jumlah hari dalam kontrak) x (jumlah ABK) x (besaran biaya tunjangan kesehatan) 3) Biaya Makan ABK Rumus Metode perhitungan anggaran, sebagai berikut : (jumlah hari dalam kontrak) x (jumlah ABK) x (Biaya makan ABK per hari) 4) Biaya Pakaian Dinas Lengkap ABK Rumus metode perhitungan anggaran pakaian ABK adalah: (2 (dua) set pertahun) x (jumlah ABK) x (Besaran biaya pakaian dinas lengkap per ABK) 5) Biaya Air Tawar ABK Rumus metode perhitungan anggaran air tawar ABK adalah: (kebutuhan air tawar dalam liter per orang per hari) x (jumlah hari dalam kontrak} x (jumlah ABK) x (harga air tawar per liter). 6) Biaya Cucian ABK Rumus metode perhitungan anggaran cucian ABK sebagai berikut: (umlah minggu sesuai kontrak) x (jumlah ABK) x (biaya cucian ABK per orang) 7) Biaya Gaji Pegawai Darat Rumus metode perhitungan anggaran sebagai berikut: (umlah hari dalam kontrak) x (jumlah pegawai darat) x (besaran biaya gaji pegawai darat) Besaran biaya Gaji Pegawai Darat disesuaikan berdasarkan UMP lokasi kerja. 8) Biaya Makan Pegawai Darat Rumus Metode perhitungan anggaran makan pegawai darat sebagai berikut: (umlah hari dalam kontrak) x (jumlah pegawai darat) x (biaya makan pegawai darat per hari) 9) Biaya Pakaian Dinas Lengkap Pegawai Darat Rumus metode perhitungan anggaran pakaian pegawai darat sebagai berikut: (2 (dua) set pertahun) x (jumlah pegawai darat) x (besaran biaya pakaian dinas lengkap per pegawai darat). 10) Biaya Perawatan Harian Kapal Biaya pekerjaan perawatan kapal perintis meliputi : 1) biaya pengadaan suku cadang dan/atau jasa pemasangan sesuai masa pakai operasional atau perbaikan kapal; 2) biaya pengadaan perlengkapan kapal seperti _peralatan- peralatan penunjang kapal yang tidak dicatat sebagai aktiva tetap dan peralatan-peralatan lainnya; 3) biaya pengadaan barang dan/atau jasa perangkat navigasi, komunikasi dan keselamatan kapal 4) biaya emergency docking; 5) perbaikan terhadap kerusakan atau kecclakaan kapal akibat pengoperasian kapal dan tidak bersamaan dengan jadwal pengedokan (perlimbungan) kapal yang sudah direncanakan. Rumus metode perhitungan anggaran biaya perawatan harian kapal sebagai berikut: (7,5% (tujuh koma lima persen)) x (biaya docking tahunan). 11) Biaya Asuransi Kapal (untuk kapal yang diasuran an). Biaya asuransi kapal dihitung sesuai besaran premi yang dibayarkan untuk masing-masing ukuran kapal. Biaya asuransi terdiri atas polis asuransi untuk Marine Hull, Wreck Removal, dan CLC. 2. Biaya Tidak Tetap a. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) y 2) Mesin Induk Rumus metode perhitungan anggaran sebagai berikut: (jumlah mesin induk) x (daya mesin per unit) x (koefisien pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) per PK per Jam) x (Jam. layar per trip] x (Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per liter) Penjelasan rumus: a) koefisien pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) per PK per jam = 0,085 liter/PK/jam; b) jam layar hasil perkalian = (Jarak) : (Kecepatan) x (Jumlah ‘Trip 1 tahun); c) untuk harga Bahan Bakar Minyak (BBM) atau High Speed Diesel (HSD) adalah harga standar dari Pertamina yang ditetapkan Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau Kota setempat ditambah ongkos angkut sebesar 6% (enam persen) dari harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per liter. Mesin Bantu Rumus Metode perhitungan anggaran sebagai berikut: (jumlah mesin bantu) x (daya mesin per unit) x (kocfisien pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) per PK per jam) x (hari operasi per tahun) x (jumlah jam kerja mesin bantu per hari per unit] x (harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per liter) Penjelasan rumus perhitungan anggaran: a) koefisien pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) per PK per jam = 0,085 liter/PK/jam; b) jumlah jam kerja mesin bantu = (24 jam) : Gumlah mesin bantu); c) hari operasi per tahun = 11 (sebelas) bulan atau 330 (tiga ratus tiga puluh) hari; untuk harga Bahan Bakar Minyak (BBM) atau High Speed Diesel (HSD) adalah harga standar dari Pertamina yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau Kota setempat ditambah ongkos angkut scbesar 6% (enam persen) dari harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per liter. b. Biaya Pelumas ©. 2) Mesin Induk Rumus metode perhitungan anggaran sebagai berikut: (jumlah mesin induk) x (daya mesin induk per unit) x (koefisien pemakaian Pelumas per PK per Jam) x (Jam layar per trip) x (Harga Pelumas per liter) Penjelasan rumus: a) koefisien pemakaian Pelumas per PK per jam = 0,0033 liter / PK /jam; b) jam layar hasil perkalian = (Jarak) : (Kecepatan) x (Jumlah ‘Trip 1 tahun); c) harga pelumas didasarkan pada harga standar dari Pertamina yang ditetapkan Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau Kota. Mesin Bantu Rumus Metode perhitungan anggaran sebagai berikut: (jumlah mesin bantu) x (daya mesin per unit) x (koefisien pemakaian pelumas per PK per jam) x (hari operasi per tahun) x (jumlah jam kerja mesin bantu per hari per unit) x (harga Pelumas per liter} Penjelasan rumus: a) koefisien pemakaian Pelumas per PK per jam = 0,0033 liter /PK/jam; b) jumlah jam kerja mesin bantu = (24 jam) : (jumlah mesin bantu); ©) hari operasi per tahun = 11 (sebelas) bulan atau 330 (tiga ratus tiga puluh) hari; d) harga pelumas didasarkan pada harga standar dari Pertamina yang ditctapkan Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau Kota. Biaya Gemuk Rumus metode perhitungan anggaran scbagai berikut: (pemakaian gemuk per kapal per bulan) x (bulan per tahun) x (harga gemuk per kilogram) Penjelasan rumus: 1) 2) Pemakaian gemuk per kapal dihitung berdasarkan GT kapal: Ukuran Kapal | Kebutuhan Gemuk < 150 GT ee 10 (sepuluh) kilogram 151sd.400GT ———~»-20 (dua puluh) kilogram 401 s.d. 500 GT 30 (tiga puluh) kilogram 501 s.d. 1.000 GT 40 (empat puluh) kilogram > 1,000 GT 50 (lima puluh) kilogram Harga gemuk didasarkan pada harga pasar yang dapat dipertanggungjawabkan d. Biaya Air Tawar Penumpang 1) Metode Perhitungan Anggaran a) kebutuhan air tawar penumpang sebesar 0,5 (nol koma lima) liter per orang per trip per mil; b) harga air tawar disesuaikan dengan harga yang berlaku di pelabuhan pangkal/singgah kapal perintis; ¢) perhitungan air tawar penumpang adalah (0,5) x (jarak lintas) x (jumlah kebutuhan air tawar per penumpang) x (asumsi jumlah penumpang) x (jumlah trip) x (harga air tawar yang disesuaikan di pelabuhan pangkal/singgah). e. Biaya Premi Layar ABK 1) 2) Pendapatan per tahun lebih dari Rp. 486.720.000,- premi dihitung : Premi untuk ABK diberikan sebesar: 5% (lima persen) x (penghasilan muatan barang, penumpang, dan kendaraan) Apabila penghasilan per tahun kurang dari Rp. 486.720.000,- premi dihitung: (jumlah hari kerja per bulan) x (jumlah bulan operasi) x (jumlah ABK) x (biaya premi ABK per hari) f, Biaya Kepelabuhanan 1 Biaya Jasa Kapal Istirahat Metode perhitungan anggaran Rumus metode perhitungan anggaran sebagai berikut: (GT kapal) x (lama jam kapal istirahat) x (tarif jasa kapal istirahat) Penjelasan rumus: a) Lama jam istirahat (delapan) jam x commision day; b) tarif jasa kapal istirahat dihitung berdasarkan ketentuan yang berlaku sesuai wilayahnya. 2) Biaya Jasa Kapal Sandar Metode perhitungan anggaran Rumus metode perhitungan anggaran sebagai berikut: (GT kapal) x (jumlah kapal sandar) x (tarif jasa kapal sandar) tarif jasa kapal sandar dihitung berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh pengelola pelabuhan. 3) Biaya Rambu Metode perhitungan anggaran Rumus metode perhitungan anggaran sebagai berikut: (2 (dua) kali) x (GT kapal) x (jumlah bulan operasi) x (tarif rambu) tarif biaya rambu dihitung berdasarkan ketentuan yang berlaku sesuai wilayahnya. 3. Biaya Penyusutan a. Rumus metode perhitungan anggaran, sebagai berikut: (Harga Kapal ~ Nilai Residu) : (Umur Ekonomis) Penjelasan Rumus: 1) Nilai residu = 5% dari harga kapal, 2) Umur ekonomis = 20 (dua puluh) tahun. b. Biaya Penyusutan diberikan kepada kapal yang tidak dibangun menggunakan dana APBN. 4. Biaya Bunga Modal a, Rumus metode perhitungan anggaran, sebagai berikut: ((Masa pinjaman + 1) : 2 x (jumlah pinjaman) x (suku bunga pertahun)):(masa pinjaman) Penjelasan Rumus: 1) Jumlah pinjaman = 65% (enam puluh lima per serratus) dari harga kapal; 2) Suku bunga pertahun = rata-rata suku bunga pertahun. b. Biaya Bunga Modal diberikan kepada kapal yang tidak dibangun menggunakan dana APBN. Biaya Overhead Rumus metode perhitungan anggaran, sebagai berikut: 10% (sepuluh perseratus) x ((Biaya Tetap) + Biaya Tidak Tetap)) 6. Profit Margin Rumus metode perhitungan anggaran, sebagai berikut: 5% (lima perseratus) x ((Biaya Tetap) + Biaya Tidak Tetap)) B. Biaya Docking Tahunan Pekerjaan untuk kegiatan pengedokan kapal perintis meliputi: 1, mobilisasi dari pelabuhan ke tempat dock dan dari tempat dock ke pelabuhan kembali; pelayanan umum dan pengedokan; konstruksi badan kapal dibawah dan/atau diatas garis air; sistem propulsi, kemudi, mesin dan kelistrikan; peralatan tambat dan bongkar muat kapak (DockMachinary); sistem perpipaan, kran, pompa dan tangka-tangki; biaya pengurusan dokumen dan sertifikasi kapal; exraueen biaya mengembalikan kehandalan mesin kapal (repowering) yaitu pembelian mesin induk dan/atau mesin bantu; 9. biaya lain-lain yang meliputi biaya survey dan scrtifikasi Biro Klasifikasi Indonesia, administrasi dan sertifikasi kesyahbandaran, sea trial dan compasscren. Biaya docking tahunan terdiri dari komponen: 1. Biaya docking (GRT kapal) x (rata-rata biaya per GT) x (faktor Usia) x (faktor GT) Penjelasan Rumus: % Range : Kenaikan | Range - % Kenaikan. Umur (faktor GRT | (faktor GRT) usia) 0-5 998.675 1 | 5 | 0-200 | 3.143.456 | 1,000] 200 Tahun | | 201- | 2.574.184 | 0,881 | 400 6-10 | 1.215.997] 1,33 | 10 ‘Tahun 400 11-15 | 1.499.313) 1,66 | 15| 401- | 2.291.914| 0,762| 600 Tahun 600 16-20 | 1.848.623) 1,98 20] 601- 0,643 | 1.000 | Tahun 1.000 | 2.151.974 | 21-25 | 2.263.927 | 2,31 | 25 | 1.001 ~ | Tahun 1.500 2.082.597 | 0,524 | 1.500 | >25 | 2.745.225 | 2,64 1.501 - Tahun, 2.300 2.048.202 | 0,405 | 2.300 2.301 - 3.000 2.031.150 | 0,286 | 3.000 | | > 3,000 | 2.022.697 | 0,167 fe pe Rata rata biaya per Rp. 1.478.736,- GRT 2. Biaya mobilisasi dan demobilisasi Rumus Metode perhitungan anggaran, sebagai berikut: (Jumlah Pemakaian BBM) + (Jumlah Pemakaian Pelumas) + (Jumlah Pemakaian Ait Tawar ABK). Penjelasan Rumus: a. Jumlah Pemakaian BBM Rumus metode perhitungan anggaran sebagai berikut: (Harga BBM nonsubsidi per liter) x jumlah liter BBM per trip) x (2 trip) Penjelasan Rumus: Jumlah liter BBM per trip = (Pemakaian BBM Mesin Induk) + (Pemakaian BBM Mesin Bantu) 1) Pemakaian BBM Mesin Induk = (Jumlah Mesin) x (Daya Mesin Induk per unit) x (Koefisien pemakaian BBM per PK per jam) x (Jam layer per trip); 2) Pemakaian BBM Mesin Bantu = (Jumlah Mesin Bantu) x (Daya Mesin Bantu per unit) x (Koefisien pemakaian BBM per PK per Jam) x (Jumlah Jam Kerja Mesin Bantu per trip per unit) b. Jumlah Pemakaian Pelumas Rumus metode perhitungan anggaran, sebagai berikut: (Harga Pelumas per liter) x (jumlah liter Pelumas per trip) x (2 trip) Perjalasan Rumus Jumlah liter Pelumas per trip = (Pemakaian Pelumas Mesin Induk) + (Pemakaian Pelumas Mesin Bantu) 1) Pemakaian Pelumas Mesin Induk = (Jumlah Mesin) x (Daya Mesin Induk per unit) x (Koefisien pemakaian BBM per PKJ per Jam) x (Jam layat per trip); 2) Pemakaian Pelumas Mesin Bantu = (Jumlah Mesin Bantu) x (Daya Mesin Bantu per unit) x (Koefisien pemakaian BBM per PK per Jam) x (Jumlah Jam Kerja Mesin bantu per trip per unit) c. Pemakaian Air Tawar ABK Rumus metode perhitungan anggaran air tawar ABK adalah: (harga air tawar per liter) x (jumlah liter air tawar per trip) x (2 trip] Penjelasan Rumus Jumlah liter air tawar per trip = (jumlah ABK) x (Kebutuhan air tawar per orang per hari) x (Jumlah hari per trip) Pembayaran dalam kontrak untuk biaya docking merupakan kompensasi terhadap realisasi biaya docking yang dikeluarkan oleh badan usaha dengan batas maksimal pembayaran sebesar nilai yang tertera dalam kontrak dan dibuktikan dengan perjanjian antara badan usaha dengan penyedia jasa perawatan kapal. C. Pendapatan 1 Pendapatan Penumpang Rumus metode perhitungan anggaran, sebagai berikut: (jumlah muatan penumpang per trip) x (frekuensi atau jumlah trip) x (tarif penumpang per orang). Pendapatan Kendaraan Rumus metode perhitungan anggaran, sebagai berikut: (jumlah muatan kendaraan per trip) x (frekuensi atau jumlah trip) x (tarif kendaraan per golongan). Pendapatan Barang Rumus metode perhitungan anggaran, sebagai berikut: (jumlah muatan barang lepas per trip) x (frekuensi atau jumlah trip) x {tarif muatan barang lepas per T/M3). DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, ttd. Drs. HENDRO SUGIATNO, M.M Salinan sesuai dengan aslinya Sepals Regian Hulu NIP. 198204, 200502 1 001

Anda mungkin juga menyukai