Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERADABAN ISLAM DAN ISLAM NUSANTARA

SUNAN KALIJAGA : LATAR BELAKANG DAN STRATEGI


KEBUDAYAAN
Dosen Pengampu : Dr. Moh. Salman Hamdani, M.A.

Disusun Oleh :

Muhammad Irfani ( 222104010005 )


Nabila Thufail Azzahra (221104010010)
Rahma Widya Lita Dwi Agustin (221104010004)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

KIAI HAJI ACHMAD SHIDDIQ JEMBER

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR 2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq,

rahmat, serta hidayahnya kepada kita semua, sehingga makalah kami dapat terselesaikan

dengan tema “Sunan Kalijaga: Latar Belakang dan Strategi Kebudayaan .” Dan tidak lupa

kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen selaku dosen pengampu Peradaban Islam dan

Islam Nusantara yang telah membimbing kami.

Makalah ini di tujukan untuk memenuhi tugas kelompok. Kami hanya manusia biasa

tempat di mana ada kesalahan-kesalahan, maka kami mohon maaf apabila ada kesalahan dan

kekurangan dalam makalah yang kami buat ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat

bermanfaat untuk pengetahuan kita semua.

Penulis

Jember, 14-09-2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. 3
BAB I........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 4
BAB II....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 5
BAB III……………………………………………………………………………………………………………………………………………..10

KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………….…………………….…10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………. 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama islam merupakan satu nama agama yang ajarannya yang diwahyukan oleh

Allah SWT diberikan kepada manusia melalui seorang Rasull yaitu Nabi Muhammad SAW.

Agama islamlah yang mendominasi agama yang ada diseluruh penjuru dunia. Dengan

demikian, adanya penyebaran agama yang merata biasanya disebut dengan dakwah. Agama

Islam tidak mungkin maju sama sampai sekarang jika dibarengi dengan mensyi’arkan nilai-

nilai agama islam. Maka dari itu dakwah sebagai salah satu metode untuk mensyi’arkan agama

islam. Akan tetapi masuknya islam ke Indonesia tak lepas dari keterlibatan budaya setempat.

Agama selalu diidentikan dengan kebudayaaan, karena itulah keduanya saling

berkesinambungan sebagai pedoman atau petunjuk kehidupan. Adanya akulturasi budaya

sebagai metode dalam mendakwahkan agama islam. Para pendakwah islam yang ada di

Indonesia disebut dengan syekh atau wali. Dari sekian banyak syekh atau wali biasanya disebut

dengan Wali Songo / wali sembilan. Para wali songo ini tersebar diseluruh pulau Jawa. Salah

satunya yaitu Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama islam. Strategi Sunan Kalijaga dalam

menyebarkan islam dengan cara menyusupi nilai-nilai keislaman kedalam dan tradisi dan

kebudayaan khas Pulau jawa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang dan asal-usul sejarah Sunan Kalijaga?


2. Bagaimana strategi dakwah kebudayaan Sunan Kalijaga?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui latar belakang dan asal-usul sejarah Sunan Kalijaga


2. Untuk mengetahui startegi dakwah kebudayaan Sunan Kalijaga

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang dan Asal-Usul Sejarah Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga adalah salah satu wali yang terkenal di kalangan Masyarakat Jawa. Sunan

Kalijaga merupakan ulama yang sakti dan cerdas, beliau merupakan seorang politikus yang menjadi

pengasuh raja raja di beberapa Kerajaan Islam. Selain memiliki pribadi yang cerdas Sunan Kalijaga

juga terkenal sebagai seniman wayang yang hebat. Nama Kalijaga memiliki arti “menjaga aliran

sungai”, sebagian orang mengartikan orang yang menjaga aliran kepercayaan Masyarakat pada masa

itu. Sunan Kalijaga sangat halus dalam berdakwah beliau tidak menunjukkan sikap anti pada

kepercayaan Masyarakat pada masa itu, tetapi Sunan Kalijaga mendekati semua aliran dan pelan-pelan

diarahkan kepada ajaran Islam.

Ada beberapa pendapat mengenai asal usul nama sunan kalijaga tetapi tredapat pendapat yang

paling masuk akal, bahwa sebenarnya nama “kalijaga” berasal dari Bahasa arab “Qadli”. dan nama

aslinya “Joko said” jadi asalnya adalah “Qadli joko said” artinya Hakim Joko Said. Sejarah mencatat

bahwa saat Wilayah (perwalian) Demak didirikan tahun 1478, oleh Sunan Giri sebagai wali dan Sunan

Kalijaga sebagai Qadli (Hakim)1

Sunan Kalijaga atau Raden Sahid merupakan putra dari Tumenggung Wilaktikta Bupati Tuban.

Selain Raden Sahid, sunan kalijaga dikenal dengan berbagai nama lain, yaitu Syaikh Melaya, Raden

Abdurrahman, Ki Dalang Sida Brangti, Lokajaya, dan Pangeran Tuban. Sunan Kalijaga lahir pada tahun

1450. Ada yang berpendapat bahwa Sunan Kalijaga merupakan orang pribumi jawa asli dan ada pula

yang berpendapat bahwa beliau merupakan keturunan orang Arab yang memiliki silsilah sampai ke

Nabi Muhammad.

1
Jhony Hadi Saputra, Mengungkap perjalanan sunan kalijaga (Pustaka Media, 2010) hlm 54

5
Raden Sahid kerap dijuluki dengan panggilan “maling Budiman”, karena pada masa Kerajaan

majapahit beliau melakukan perampokan terhadap orang yang kaya namun melakukan korupsi dan

kemudian hasilnya dibagikan kepada orang-orang yang kurang mampu. Atas perlakuannya yang baik,

sopan santun, dan selalu melakukan kebaikan beliau mendapatkan gelar Raden2.

Menurut Sejarah Raden Sahid mempunyai tiga orang istri, yaitu Dewi Sarah, Siti Zaenab, Siti

Khafsah. Pernikahannya dengan Dewi Saroh memiliki 3 orang anak yakni Raden Umar Said (Sunan

Muria), Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah. Sementara itu Penikahannya dengan Siti Zaenab (anak dari

sunan Gunung Jati) memiliki lima orang anak yakni, Ratu pembayun, Nyai Ageng Panegak, Sunan

Hadi, Raden Abdurrahman, Nyai Ageng Ngerang. Lalu pernikahannya dengan Siti Khafsah (putri dari

Sunan Ampel) belum diketahui siapa putra nya.

2.2 Strategi Dakwah Sunan Kalijaga

• Sunan Kalijaga
Salah satu tokoh dari Wali Songo yang juga memberikan andil besar terkait bagaimana

perkembangan Islam di Jawa dan kemudian bisa dikatakan berhasil dalam membawa perpaduan antara

seni dan agama sebagai salah satu jalan yang bisa diambil dalam penyebaran Islam, beliau bernama

Raden Sahid atau biasa dikenal dengan Sunan Kalijaga. Raden Sahid dikenal dengan sebutan “maling

budiman”, karena pada masa Kerajaan Majapahit beliau melakukan aksi perampokan terhadap orang-

orang kaya yang namun melakukan korupsi, dimana aksi yang dia lakukan adalah dengan merampok

mereka ketika berada di tengah hutan dan hasilnya dibagikan kepada warga-warga yang kurang mampu.

Sehingga kemudian Raden Sahid mendapatkan gelar Sunan atas perilakunya yang baik, sopan santun,

dan hidupnya yang banyak membuat kebaikan seperti dalam ajaran Agama Islam. Sosok Sunan Kalijaga

telah membawa banyak perkembangan Islam masuk ke dalam banyak kelas dan juga aspek kehidupan

masyarakat. Dalam tatanan masyarakat Jawa, Sunan Kalijaga bisa membuat orang-orang dengan

2
Yusuf Bakti Nugraha, Lutfiah Ayundasari, Sunan Kalijaga dan Strategi Dakwah melalui tembang Lir-ilir, 1(4),
Jurnal integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, 2021, 528-532.

6
berbabagai kalangan dating untuk bisa belajar. Namun beliau tetap memberikan poin penting tentang

Wulangan, wejangan, dan wedhangan, supaya keselarasan yang sudah dibangun sejak lama terkait

jalannya budaya dan agama yang bisa beriringan menjadi hal yang susah untuk dipisahkan dan

kemudian membawa pengaruh besar dalam penyebaran Islam. Pentingnya Sunan Kalijaga dalam

memberikan terkait tiga pemahaman tersebut adalah mencegah supaya orang-orang yang belajar tidak

salah dalam memahami dan apabila ingin memberikan suatu hal baru dari adanya keselarasan budaya

dan agama, mereka tidak mengambil langkah yang salah. Karena keterkaitannya yang begitu erat,

membuat orang terkadang tidak bisa membedakan antara bagaimana pemaknaan budaya dan agama

secara individu. Perjalanan panjang antara budaya dan agama yang terus dijaga dan dibangun telah

banyak menghasilkan adanya bentuk tradisi ataupun kearifan lokal yang memiliki nuansa perpaduan

antara agama dan buaya. Hal-hal semacam ini yang memang seharusnya dijaga, karena dengan adanya

kearifan lokal yang memiliki nilai keagamaan dan kebudayaan semakin memberikan pondasi kuat

supaya perkembangan Islam terus berjalan harmonis dan tetap berjalan secara aman dan damai.

Dalam munculnya isu-isu di masa sekarang terkait dengan pemberian label ”haram” terhadap

musik, tidak jarang timbul kesalahpahaman antar sesame umat Islam. Musik yang notabene merupakan

bagian dari sebuah kesenian tentu tidak bisa kita kemudian memberikan label “haram”, karena sejarah

dan perjalanan panjang yang telah dijalani oleh Sunan Kalijaga telah membuktikan bahwa sebuah seni

yang bisa memberikan nilai keindahan juga bisa menjadi wadah untuk bisa membantu penyebaran Islam

sampai diterima oleh banyak kalangan dan kemudian memeluk agama Islam pada masa Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga atau Raden Sahid yang membawa dakwah untuk melakukan penyebaran Islam dengan

membawa kesenian merupakan pilihan yang tepat. Tentu selain musik juga terdapat seni wayang, seni

gamelan, dan banyak lagi seni-seni lainnya yang bisa memberikan nilai keindahan, hiburan bahkan

kenyamanan, sangat selaras bila disandingkan dengan upaya menyebarkan Islam secara damai. Karena

memang apa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga begitu sesuai dengan kebudayaan yang ada di Jawa

dan ajaran Islam bahwasannya sebagai manusia harus selalu mengutamakan kebaikan, sopan santun,

dan kedamaian.

7
• Filosofi Tembang Lir-Ilir

Seperti yang ada pada pembahasan sebelumnya, mengenai ketertarikan Sunan Kalijaga dalam

menggunakan kesenian untuk melakukan dakwah dalam tujuan penyebaran Islam, salah satu karya yang

terkenal adalah tembang khas yang menggunakan bahasa Jawa, namun juga memiliki makna penting

dalam penyebaran Islam di Jawa, tembang ini berjudul Lir-ilir. Tembang ini begitu popular bagi

kalangan anak-anak sampai orang-orang dewasa. Ketika tembang ini sudah banyak diketahui dan

dipahami oleh banyak kalangan membuat orangorang pada umunya sering menyanyikan tembang

tersebut dalam meramaikan aktivitas sehari-hari ataupun sekedar disenandungkan oleh anak-anak kecil

yang sedang bermain dan berkumpul bersama. Sampai saat ini tembang ini masih tetap menjadi ciri

khas Jawa, karena dengan berkembangnya zaman, tentu kesenian juga ikut merasakan dampak

positifnya, maka dari itu tembang lir-ilir ini banyak di aransemen untuk dibuat lebih menarik lagi

dengan bermacama-macam nada supaya nyaman di dengar dan tidak dilupakan khusunya bagi generasi

muda masa kini.

Kembali ke cerita sejarah, bahwasannya tembang Lir-ilir ini dipilih dan digunakan oleh Sunan

Kalijaga untuk membantunya dalam proses dakwah Islam. Proses ini terjadi sekitar abad ke-15 di

tengah perkembangan agama Hindu dan Budha yang juga begitu pesat, khususnya di Pulau Jawa.

Langkah yang telah diambil oleh Sunan Kalijaga dalam menggunakan media dakwah dengan tembang

Lir-ilir sudah tepat, sebab melihat sebelumnya agama Hindhu dan Budha yang telah lama berkembang,

maka Sunan Kalijaga menggunakan tembang ini untuk bisa menyesuaikan dengan adat yang sudah

berlaku sebelumnya. Strategi dakwah ini sudah sesuai dengan prinsip yang dipegang oleh para Wali

Songo yang berbunyi “Kenek iwake gak buthek banyune”. Yang memiliki arti menangkap ikan harus

dilakukan tanpa membuat air menjadi keruh. Tentu mengenai prinsip atau filosofi yang dipegang oleh

para Wali Songo ini begitu sesuai dengan kebudayaan dan bagaimana sebuah tradisi yang telah berjalan

sebelumnya. Begitupun dengan apa yang sudah dilakukan oleh Sunan Kalijaga pada masa itu begitu

benar menghargai adanya sebuah perbedaan dan budaya.

8
Tembang Lir-ilir ini sendiri juga memiliki makna dan filosofi yang begitu kuat sebenarnya

apabila bisa benar-benar memahaminya dengan baik. Tentunya tembang ini tidak serta merta diciptakan

hanya untuk kesenangan atau soal seni, tapi juga tentang arti penting yang terkandung dalam tembang

ini. Tentu terdapat makna yang mendalam dalam tembang ini, dikarenakan digunakan sebagai saran

dakwah oleh Sunan Kalijaga. Dalam Lir-ilir terkandung makna tentang keimanan tentang Islam seperti,

rukun Islam, hal pertobatan, muhasabah (memahami diri sendiri mengenai kebaikan ataupun keburukan

yang sudah pernah dilakukan), serta memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan sebelum datangnya

ajal. Setiap lirik yang terdiri dari tembang ini memiliki pesan filosofi yang dalam. Sehingga sudah

sepatunya memang apabila tembang ini terus dilantunkan dan diramaikan, supaya pengajaran Islam

seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan menggunakan seni bisa terus berjalan dan membuat

orang yang belajar menjadi mudah untuk menangkap dan memahami makna ajaran Islam. Memang

pemaknaan filosofi ini begitu luas, pemaknaan yang terkandung di dalamnya juga mengandung makna

budaya. Secara struktural dan simbolis memang tembang ini begitu kuat.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari paparan diatas, Sunan Kalijaga merupakan bagian tokoh dari sebutan
para wali atau sykeh yakni walisongo. Nama asli sunan kalijaga ialah “Qadli joko said” dengan artian
“Hakim Joko Said”. Sunan Kalijaga sebagai putra dari Tumenggung Wilaktika Bupati Tuban yang
meupakan bupati Tuban pada zaman itu. Lahir di Tuban pada tahun 1540 pada saat keadaan Majapahit
waktu itu sedang surut. Sosok Sunan Kalijaga memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan
Islam khususnya di Jawa.

Salah satu strategi dakwah yang yang dibawa oleh Sunan Kalijaga yakni melalui wayang,
wayang sangat familiar dan salah satu kerajinan khas dari Jawa. Sunan Kalijaga memberikan kisah-
kisah Islami saat pertunjukan wayang dan itupun dapat diterima oleh Masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga
tidak pernah memaksa Masyarakat Jawa langsung masuk islam tetapi Sunan Kalijaga mendekati semua
aliran dan pelan pelan diarahkan kepada ajaran Islam.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chodjim, Achmad. Mistik Dan Makrifat Sunan Kalijaga. Jakarta: PT SERAMBI ILMU
SEMESTA, 2003.

Jhony Hadi Saputra, Mengungkap perjalanan sunan kalijaga Pustaka Media, 2010

Nugraha, Bakti Yusuf. Ayundasari, Lutfiah. “Sunan Kalijaga dan strategi dakwah tembang Lir-
Ilir”, Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-ilmu Sosial, vol.1 no.4 (2021), 528-532

Naufaldi, Alif. Laily Mafthukhatul. Dan Majidatun Ahmala. “AKULTURASI BUDAYA


JAWA DAN ISLAM MELALUI DAKWAH WALI SONGO”, Al’Adalah, Vol 23 No 2 (2020) 143-
162 P-ISSN 1410-7406,E-ISSN:2684-8368

Sunyoto, Agus. ”Strategi Dakwah Sunan Kalijaga dalam Buku Atlas Wali Songo”,
DA’WA:Jurnal Bimbingan Penyuluhan & Konseling Islam, Vol.1 No. 2 (2022) 47-53

11

Anda mungkin juga menyukai