Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

“UPAYA PENINGKATAN KEWASPADAAN DI ATAS KAPAL


GUNA MENGHINDARI KECELAKAAN KERJA”

BASRA EDANI
NIT: 21.41.117
NAUTIKA

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PELAYARAN


POLITEKNIK ILMU PELAYARAN MAKASSAR
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Skripsi : UPAYA PENINGKATAN KEWASPADAAN DI


ATAS KAPAL GUNA MENGHINDARI
KECELAKAAN KERJA
Disusun Oleh : Basra Edani
NIT : 21.41.117
Program : Diploma IV Pelayaran
Program Studi : Nautika

Makassar, Februari 2022

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Haerani Asri, S.Si.T., M.T. Raviqa,S.S.,M.Hum

NIP. 198308202010122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Nautika

Capt. Welem Ada’, M.Pd., M.Mar

Pembina Tk. (IV/b)

NIP. 19670517 199703 1 001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Alat Keselamatan dan Keselamatan Kerja Diatas Kapal 7
B. Proses Terjadinya Kecelakaan 12
C. Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja 13
D. Kerangka Pikir 15
E. Hipotesis 16
BAB III METODE PENELITIAN 17
A. Jenis, Desain dan Variabel Penelitian 17
1. Jenis Penelitian 18
2. Variabel Penelitian 18
B. Populasi dan Sampel Penelitian 18
1. Populasi 18
2. Sampel 18
C. Lokasi Penelitian 18
D. Objek Penelitian 18
E. Data dan Sumber Data 19
F. Teknik Pengumpulan Data 19
G. Teknik Analitis Data 21
DAFTAR PUSTAKA 22

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat pelindung kepala (safety helmet) 7


Gambar 2.2 Baju safety (wearpack) 8
Gambar 2.3 Sarung tangan (Safety Gloves) 8
Gambar 2.4 Pelindung telinga (Ear Muff) 9
Gambar 2.5 Perlindung mata (Sefety Glasses) 10

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Peralatan Keselamatan dan Kegunaan 11

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan jiwa di laut sangat diutamakan dalam dunia
kemaritiman. Hal ini terlihat dari begitu besar perhatian negara–negara
dunia maritim untuk secara bersama–sama mengadakan Konvensi
Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut (Safety Of Life At Sea)
pada tahun 1974 yang setelah itu diketahui sebagai SOLAS 1974, di
London–Inggris. Konvensi ini yang kemudian menghasilkan ketentuan
dan peraturan yang digunakan sebagai acuan bagi kapal–kapal atau
perusahaan pelayaran di dalam menjaga dan melindungi jiwa para
pelaut yang bekerja di kapal.
Dalam dunia usaha kemaritiman semua perusahaan pelayaran
selalu mengharapkan agar setiap pegawainya yang bekerja di darat
dan diatas kapal dapat bekerja dengan baik, dan mengetahui resiko
yang kemungkinan terjadi apabila bekerja tidak sesuai dengan aturan
yang berlaku. Upaya standarisasi juga terus digalakkan sebaik mungkin
baik kenaikan sumber dayamaupun dari segi kompetensinya melalui
kursus– kursus keahlian pelaut.
Sistem menejemen keselamatan merupakan salah satu faktor
yang mutlak yang harus dipenuhi, setiap pekerja diharapkan dapat
bekerja dengan safety dan dapat menyelesaikan tugasnya dengan
hasil yang optimal pula.
Dengan sikap yang hati-hati dan tidak ceroboh dalam bertindak
akan membuat pihak lain tidak mengalami kekhawatiran. Banyak ABK
kapal yang bekerja hanya sekedar memenuhi kewajiban sesuai
tanggung jawabnya, tanpa memiliki kepedulian terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Ada yang mementingkan diri sendiri tanpa
menperhatikan keselamatan jiwa serta area sekitarnya.
Tidak sering sesuatu pekerjaan baik di darat ataupun di kapal
dan apapun wujudnya, karena kurang memperhatikan keselamatan
sehingga menimbulkan korban. Akhirnya kemajuan yang dicapai
menjadi kurang berarti dan dapat membahayakan kehidupan
pekerjanya. Kecelakaan selain menjadi hambatan-hambatan
langsung, juga merupakan kerugian- kerugian tidak langsung yakni
kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya pekerjaan dan
proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan
kerja dan sebagainya.
Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap
kecelakaan ada faktor penyebabnya. Sebab-sebab tersebut
bersumber pada alat–alat mekanik dan lingkungan serta kepada
manusianya sendiri. Untuk mencegah kecelakaan, penyebab-
penyebab ini harus dihilangkan. Dari statistik diketahui bahwa 80%
dari semua kecelakaan dikapal disebabkan oleh kesalahan manusia
sehingga ada suatu pendapat bahwa secara langsung atau tidak
langsung semua adalah karena faktor manusia. Pada kenyataannya
menunjukkan bahwa 75-79 % dari kesalahan manusia tadi disebabkan
oleh sistem manajemen yang buruk.
Oleh karena itu pengaruh pemerintah serta organisasi-
organisasi seperti IMO, ILO ikut memberikan tekanan terhadap
perusahaan pelayaran untuk lebih memperhatikan segi keselamatan
dari pada ABK nya. Peraturan-peraturan yang terkait dengan
keselamatan kerja di kapal antara lain:
1. Undang-undang no 1 tahun 1970, tentang keselamatan kerja.
2. SOLAS 1974, yaitu mengenai persyaratan keselamatan kapal.
3. STCW 1978 Amandemen 1995, yaitu mengenai standar pelatihan
bagi para pelaut.
4. Internasioanl Safety Management Code, yaitu mengenai code
manajemen internasional untuk keselamatan pengoperasin kapal
dan pencegahan pencemaran.

2
5. Internasional Code of practice, yaitu petunjuk-petunjuk prosedur
keselamatan kerja pada suatu peralatan, ABK pengoperasian
kapal dan lain-lain.
Peraturan-peraturan ini secara global bertujuan untuk
mencegah dan mengurangi kecelakaan dan akibatnya serta menjamin
keselamatan kerja diatas kapal.
Dalam pengoperasian kapal ditemukan banyak pekerjaan-
pekerjaan, baik yang ringan maupun berat yang beresiko terhadap
keselamatan ABK. Dalam skripsi ini penulis mengamati aspek
keselamatan kerja kru di atas kapal , dengan mengungkapkan faktor-
faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pada kru
sewaktu bekerja, dan akibat-akibat yang timbul karena kecelakaan
tersebut, serta upaya-upaya yang harus dilakukan untuk
meningkatkan keselamatan kerja bagi ABK.
Penulis mengamati bahwa sering terjadi insiden atau
kecelakaan pada ABK sewaktu bekerja baik di deck maupun di kamar
mesin, seperti tertimpa benda jatuh, terjepit oleh benda, terjatuh,
terkena arus listrik dan sebagainya yang disebabkan karena kurang
memperhatikan dan megutamakan keselamatan. Contoh kecelakaan
“Kerja terjadi di atas kapal MV Milestone berbendera Hongkong di
perairan Palembang di area alur area labuh jangkar Pusri, Minggu
dinihari (11/3/2018).Saat petugas pandu naik ke atas kapal untuk
memandu masuk ke pelabuhan dan lego jangkar serta tangga kapal
mulai naik, kru kapal melaporkan ke nakhoda bahwa Mualim III atas
nama Cao Yuanyuan berkebangsaan Cina jatuh ke sungai.Nakhoda
selanjutnya meminta bantuan kepada TB Teratai dan Pilot Boat Alica
untuk mencari korban. Pada kesempatan tersebut, kapal patrolo KN.P
50045 milik KSOP kelas II Palembang yang mendapat informasi
kejadian tersebut juga langsung mencari korban dimaksud."Hingga
saat ini korban belum ditemukan,” Kecelakaan-kecelakaan tersebut
dapat menyebabkan kerugian bagi semua pihak mulai dari kru itu.

3
sampai pada tingkat perusahaan. Kerugian itu berupa
penderitaan dan kerugian yang bersifat ekonomis, dalam bentuk
luka/memar pada anggota tubuh, cacat, terhentinya pekerjaan untuk
beberapa saat, kerusakan pada alat kerja dan sebagainya.
Masalah keselamatan dan kecelakaan pada umumnya sama
dengan kehidupan manusia. Demikian juga keselamatan kerja dimulai
sejak manusia bekerja. Manusia purba mengalami kecelakaan-
kecelakaan dan dari manusia purba itu berkembang pengetahuan
tentang bagaimana kecelakaan agar tidak terulang. Keselamatan kerja
merupakan satu bagian dari keselamatan pada umumnya. Masyarakat
harus dibina penghayatan mengenai keselamatan kearah yang jauh
lebih tinggi. Proses pembinaan ini tidak akan pernah ada habisnya
sepanjang kehidupan manusia. Dengan tingkat keselamatan kerja
yang tinggi akan memberikan ketenangan dan kegairahan kerja yang
dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan produksi maupun
produktifitas serta memberikan iklim yang baik guna menimbulkan
stabilitas sosial terutama di kalangan masyarakat ketenagakerjaan.

B. Rumusan masalah
Mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerja pada ABK di atas kapal, antara lain:
1. Apa yang menyebabkan rendahnya kedisiplinan ABK dalam
menggunakan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal?
2. Mengapa tingkat pengawasan perlu di tingkatkan terhadap ABK
dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui rendahnya kedisiplinan ABK dalam
menggunakan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal.
2. Untuk mengetahui rendahnya tingkat pengawasan terhadap ABK
dalam menggunakan alat-lat keselamatan kerja di atas kapal.

4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara praktis
Mengetahui bagaimana cara upaya peningkatan kewaspadaan di
atas kapal guna menghindari kecelakaan kerja sebagai berikut:
a. Manajemen
Bagi manajemen perusahaan kiranya dapat dijadikan
sebagai masukan untuk memahami faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dikapal dan dapat
digunakan untuk bahan pengambilan keputusan mengenai
upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keselamatan
kerja sehingga tercapai pengoperasian kapal yang efektif dan
efisien.
b. ABK kapal
Bagi ABK kapal hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan untuk meningkatkan hasil kerja dengan
mengutamakan keselamatan serta bisa di terapkan pada saat
melaksanakan pekerjaan harian
c. Akademi
Bagi akademi hasil penelitian ini dapat menjadi
perhatian untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dan
pelatihan agar menghasilkan sumber daya manusia yang
handal dan terampil sehingga dapat bersaing dalam dunia
kerja.
2. Manfaat Secara Teoritis
Memberikan informasi ke pembaca mengenai pentingnya
upaya peningkatan kewaspadaan di atas kapal guna menghindari
kecelakaan kerja.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Alat Keselamatan dan Keselamatan Kerja diatas Kapal


1. Alat-alat Keselamatan
a. Menurut Lewis (1993:292), alat-alat keselamatan yaitu segala
sesuatu yang berguna untuk menyelamatkan hidup, bagian
dari ketentuan, biasanya dilengkapi peralatan yang berada di
atas kapal dalam sebuah pelayaran. Saat sebelum kapal
meninggalkan pelabuhan serta tiap waktu selama dalam
pelayaran, semua alat-alat penolong harus dalam keadaan
baik dan siap untuk digunakan. Jadi definisi alat-alat
keselamatan adalah segala sesuatu yang berguna dan
digunakan sebagai pelindung untuk menyelamatkan hidup
dan memiliki persyaratan-persyaratan umum yang harus
dipenuhi. Jenis- jenis Perlengkapan Keselamatan Kerja
b. Menurut badan diklat perhubungan, 2000, hal 82. Ada dua
macam alat - alat keselamatan:
1) Untuk mesin-mesin.
Perlengkapan telah disediakan oleh pabrik- pabrik yang
membuat serta menghasilkan mesin- mesin itu, misalnya
kap- kap pelindung dari motor listrik, klep- klep keamanan
dari ketel- ketel uap, pompa- pompa dan sebagainya.
2) Buat para pekerja (safety equipment).
Alat- alat pelindung buat para pekerja (safety equipment)
adalah untuk melindungi pekerja dari bahaya-bahaya yang
mungkin menimpanya sewaktu menjalankan tugas. Alat
pelindung/ keselamatan tersebut antara lain sebagai
berikut:
a) Alat untuk pelindung kepala.
Gambar 2.1 Alat pelindung kepala (safety helmet)

Sumber: https://www.amesbostonhotel.com/alat-
keselamatan-kerja/

Merupakan alat keselamatan kerja dan komponen wajib


yang digunakan oleh pekerja dalam proyek/lapangan
untuk perlindungan terhadap kepala. Fungsi utama helm
adalah melindungi kepala dari runtuhan material yang ada
di atas serta panas akibat sengatan matahari. Topi
pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah
terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak
menghantarkan arus listrik. Untuk meghindari kecelakaan
pekerja seperti gegar otak maka sangat penting ketika
menggunakan helm safety dilengkapi dengan chinstrap.
Chinstrap adalah tali pengikat di dagu yang berguna untuk
pekerja agar tidak mengalami kondisi helm safetynya
jatuh. Chin strap dan nape strap harus terpasang erat dan
pas di sekitar dagu, terbuat dari material non iritasi,
elastis, dilengkapi pengait dan gesper berbahan plastik,
serta ukuran lebar minimal ½ inci atau 1,27 cm.

7
b) Alat keselamatan kerja berbentuk pakaian
Gambar 2.2 Baju safety (wearpack)

Sumber: https://www.amesbostonhotel.com/alat-
keselamatan-kerja/

Wearpack atau coverall merupakan alat keselamatan


kerja untuk melindungi seluruh tubuh dari bahaya kerja.
Jenis wearpack yang digunakan pekerja bisa bermacam-
macam. Jika pekerjaan tidak berhubungan dengan api,
biasanya terbuat dari bahan drill. Berbeda dengan jenis
pekerjaan yang berhubungan dengan api atau pekerja
proyek, biasanya jenis wearpack terbuat dari bahan lebih
tebal. Sebagai pelengkap, wearpack perlu dilengkapi
garis terang atau disebut sebagai reflektor yang
memantulkan cahaya.
c) Alat keselamatan kerja berbentuk pakaian
Gambar 2.3 Sarung tangan (Safety Gloves)

Sumber: https://www.amesbostonhotel.com/alat-
keselamatan-kerja

8
Sarung tangan pelindung sering dipakai oleh
orang-orang yang bekerja di proyek konstruksi dan
proyek-proyek lainnya. Fungsi utama sarung tangan
sebagai alat keselamatan kerja yaitu melindungi tangan
dari benda-benda kasar dan tajam. Contohnya adalah
saat pekerja mengangkat besi atau kayu. Jika dilakukan
terus menerus maka tangan pekerja bisa lecet karena
permukaan benda tersebut kasar. Untuk itu, memakai
sarung tangan akan mengurangi resiko tangan supaya
tidak terluka saat bekerja.
d) Alat untuk pelindung telinga
Gambar 2.4 Pelindung telinga (Ear Muff)

Sumber: https://www.amesbostonhotel.com/alat-
keselamatan-kerja/

Penutup telinga atau ear muff merupakan alat


keselamatan kerja yang berguna untuk menutup area
telinga dari suara dengan frekuensi yang tinggi antara 20
dB – 30 dB. Penutup telinga mirip dengan headset, yang
mana dilengkap dengan headband dan earcup.

9
a) Alat pelindung mata
Gambar 2.5 perlindung mata (Sefety Glasses)

Sumber: https://www.amesbostonhotel.com/alat-
keselamatan-kerja/

Kacamata pengaman adalah alat keselamatan kerja yang


digunakan untuk melindungi mata dari percikan material
kerja. Kacamata pengaman memiliki 2 jenis untuk suatu
pekerjaan, diantaranya adalah safety spectacles dan
safety goggles dengan fungsi:
(a) Safety Spectacles berguna untuk melindungi mata
dari partikel kecil, debu ataupun sinat yang dapat
membahayakan mata.
(b) Safety Goggles berguna untuk pelindung mata dari
aktivitas produksi agar terhindar dari percikan kimia,
uap dan asap.

10
TABEL 2.1 Peralatan Keselamatan Dan Kegunaan

NAMA ALAT KESELAMATAN KEGUNAAN


Pelindung batok kepala dari tertumbuk dan
Safety Helmet
dari benda-benda jatuh.

Pelindung muka dan mata sewaktu mengelas


Welding Helmet
listrik.

Safety Goggles Kerja mengecat, menetak beton dsb.


a. Mengelas karbit dan listrik.
Leather Apron b. Menempa, menuang dan kerja hangat-
hangat lainnya.
Kerja panas, tuang-menuang,
Abrasive Hand Gloves membengkokan pipa, buka tutup kerangan
uap yang panas dsb.
Kerja kotor ringan seperti mematri, mengecat,
Chemial Resistant Gloves
menyemprot cat.
a. Bekerja pengangkut berat, buka tutup
keran-keran yang panas.
Heat Resistant Gloves
b. Bekerja dengan berani dan juga untuk
tukang api.
Sarung tangan las untuk maengelas karbit
Leather Gloves
dan listrik.
Bekerja dengan ramuan kimia dan gemuk-
Latex Disposable Gloves
gemuk kotor.
Bahan-bahan kima, komponen minyak kasar
Anti-Slip Hand Gloves
dan lain-lain.
Pelindung jari-jari kaki dari tertumpuknya atau
Safety Shoes
tertimpa benda-benda jatuh/berat.
Bekerja di instalasi TEL dan membersihkan
Protective Footwear
tangki bensin yang mengandung TEL.
Safety Belt Dipakai pada pekerjaan yang tinggi 2.5 m ke

11
atas.
Dipakai untuk mengurangi suara yang masuk
Ear plug (sumbat telinga)
ke telinga.
Dipakai untuk mengurangi suara yang
Ear muff (tutup telinga)
bernada tinggi atau keras.
Dipakai oleh pekerja yang bekerja diatas
Life jacket perairan, dimana penggunaan tali pinggang
keselamatan tidak mungkin dipakai,
Dipakai oleh pekerja yang bekerja di atas
Safety Harness
perairan.

B. Proses Terjadinya Kecelakaan


Kecelakaan di tempat kerja dapat dikelompokan secara garis
besar menjadi 3 penyebab, yaitu sebagai berikut:
1. Tindakan yang tidak aman dari manusia (unsafe human acts), seperti:
a) Bekerja tanpa mengikuti aturan
b) Gagal dalam memberi peringatan
c) Bekerja dengan kecepatan
d) Menyebabkan alat pelindung tidak berfungsi
e) Tetap menggunakan alat yang sudah tidak layak
f) Bekerja tanpa memperhatikan prosedur yang aman
g) Tidak mengenakan alat-alat keselamatan kerja.
h) menggunakan alat tidak sesuai prosedur
i) Melanggar dan memperhatikan peraturan keselamatan kerja.
j) Bercanda ditempat kerja
k) Kerja dalam keadaan mabuk, ngantuk dan lain-lain.
2. Seseorang melakukan tindakan tidak aman atau keselamatan yang
mengakibatkan kecelakaan disebabkan karena:
a) Tidak tahu.
Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan
pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahayanya

12
sehingga terjadi kecelakaan.
b) Tidak mampu/ tidak biasa.
Yang bersangkutan telah mengetahui cara yang aman, bahaya-
bahayanya, tapi karena belum mampu/ kurang ahli, akhirnya
melakukan kesalahan dan gagal
c) Tidak mau.
Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja/ peraturan
dan bahaya-bahaya yang ada serta yang bersangkutan mampu/
biasa melakukannya, tapi karena kemauan tidak ada, akhirnya
melakukan kesalahan dan mengakibatkan kecelakaan.
3. Keadaan tidak aman (unsafe condition), misalnya:
a) Peralatan pengamanan yang tidak memenuhi syarat.
b) Bahan/ peralatan yang rusak atau tidak dapat dipakai.
c) Ventilasi dan penerangan kurang.
d) Lingkungan yang terlalu sesak, lembab dan bising.
e) Bahaya ledakan/ terbakar.
f) Kurang sarana pemberi tanda.
g) Keadaan udara beracun: gas, debu, uap.

C. Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menurut Badan
Diklat Perhubungan (2000: 64), Undang- Undang No.1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja terdiri dari 11 Bab dan 18 pasal, walaupun
Undang- undang ini disebut Undang- undang Keselamatan Kerja,
namun materi yang diatur di dalamnya juga mencakup kesehatan kerja
Undang-undang ini mempunyai sasaran dan tujuan sebagai berikut:
Tujuan secara umum:
1. Memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat dalam melaksanakan
pekerjaan, untuk meningkatkan kesejahteraan, produksi dan
produktivitas nasional.

13
2. Memberikan perlindungan terhadap orang lain yang ada ditempat
kerja, agar selalu selamat dan sehat.
3. Memberikan perlindungan terhadap setiap sumber produksi agar
selalu dapat dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.
Tujuan secara khusus:
1. Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan dan akibatnya
2. Mengamankan mesin, pesawat, instalasi, alat peralatan kerja,
bahan dan hasil produksi.
Menurut ILO dan WHO Joint Commitee on Occuptional health
1950, dikatakan usaha kesehatan kerja haruslah ditujukan untuk:
1. Mengingatkan dan memelihara kesehatan karyawan laut pada
kondisi yang sebaik-baiknya.
2. Menghindarkan para karyawan dari gangguan kesehatannya yang
mungkin timbul akibat kecelakaan kerja.
3. Melindungi karyawan laut dari pekerjaan-pekerjaan yang mungkin
dapat mempengaruhi Kesehatan.
4. Menempatkan karyawan laut pada tempat yang sesuai dengan
kondisi sosiologis masing-masing.
Menurut Sulistijo, 2006, hal 1. IMO mengeluarkan peraturan
baru ISM CODE sebagai alat untuk menstandarkan “Safe
Management for Operation of Ship and Pollution Prevention” dan
menjadi bab IX SOLAS 74 / 78, yaitu “Management for the Safe
Operation of Ships”.
Menurut Badan diklat perhubungan (2000: 41), suatu hal baru
yang dikembangkan dalam STCW 1978 amandemen 1995 adalah
bahwa keselamatan pelayaran adalah tanggung jawab 3 (tiga pihak)
yaitu:
1. Pemerintah sebagai institusi resmi yang mengawasi pelaksanaan
aturan- aturan berkaitan dengan keselamatan dilaut.
2. Pendidikan dan latihan, yaitu institusi yang mendidik, melatih
personil yang akan bekerja dikapal.

14
3. Perusahaan pelayaran, yaitu yang mengoperasikan kapal dengan
tenaga kerja terlatih. Sebagaimana diterangkan diatas bahwa
perusahaan pelayaran harus menjamin bahwa tiap kapal diawaki
oleh pelaut-pelaut berkualitas, bersertifikat dan sehat secara
medis, menunjukan bahwa implementasi STCW sangat vital
terhadap pelaksanaan ISM CODE.
Kompensasi dan tingkat kesehatannya tidak ditentukan oleh
suatu aturan internasional yang mengikat, maka dapat dipastikan
bahwa pelaut yang satu dengan yang lain akan memiliki kompetensi
dan pemahaman tentang keselamatan yang berbeda.

D. KERANGKA BERPIKIR
MASALAH
Kurang Disiplinnya ABK dalam Menggunakan Alat Keselamatan dan
Rendahnya Pengawasan Terhadap ABK

Kualitas dari alat-alat Para perwira kurang


keselamatan Kurang cermat dalam membagi
bagus, sehingga ABK waktu, sehingga peran
enggan untuk memakainya pengawasan terbengkalai

Sering terjadi kecelakaan kerja di kapal yang disebabkan oleh human


error serta instrument error. Pekerjaan menjadi asal-asalan karena
kurangnya pengawasan sehingga akan membahayakan keselamatan
jiwa ABK saat benar-benar terjadi keadaan darurat di kapal

15
E. Hipotesis
1. Diduga rendahnya kedisiplinan ABK dalam menggunakan alat alat
keselamatan kerja karena kurangnya pengawasan terhadap ABK.
2. Diduga pengawasan terhadap penggunaan alat keselamatan kerja di
atas kapal belum optimal.

16
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu proses atau cara ilmiah untuk


mendapatkan data yang akan digunakan sebagai keperluan penelitian.
Serta merupakan analisis teoritis mengenai suatu metode. Penelitian
merupakan suatu penyelidikan yang sistematis dan terorganisasi untuk
menyelidiki setiap masalah yang memerlukan jawaban. Pada hakikatnya
penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek agar dapat
mendorong penelitian untuk melakukan penelitian.
A. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis ialah penelitian kualitatif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualtitatif. Sugiyono (2009) mengungkapkan definisi
penelitian pendekatan kualitatif didasarkan pada filosofi post-
positivis yang digunakan oleh peneliti untuk mempelajari keadaan
objek-objek alam utama (bukan eksperimen). Sarana meliputi
pengambilan sampel data yang ditargetkan dari sumber data.
Metode survei menggunakan triangulasi (kombinasi), analisis data
bersifat induktif atau kualitatif, dan temuan kualitatif berarti bukan
generalisasi. Alasan peneliti melakukan pendekatan kualitatif adalah
untuk menganalisis pemilihan pipa sesuai dengan system pemipaan
air laut di kapal. Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah
jenis deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang
ada serta tata cara kerja yang berlaku.
1. Variabel Penelitian
Variabel Kualitatif terdapat variabel yang tidak bisa
dikatifikasikan. Nilai variabel kualitatif bukan berupa angka, tetapi
bentuk kategori mutually exclusive. Indikator variabel adalah gejala
yang tampak dan dapat diamati yang menunjukkan bahwa variabel
itu terjadi. Sesuai dengan jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif,
maka peneliti mengambil variabel penelitian yaitu penerapan
kewaspadaan di atas kapal dalam menunjang keselamatan crew.

B. Populasi dan sampel penelitian


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan elemen yang hendak dijelaskan
oleh taruna yang menjadi sasaran generalisasi penelitian. Populasi
yang digunukan saat praktek laut nanti seluruh ABK yang berada di
kapal,
2. Sampel
Sampel adalah perwakilan dari populasi. Sampel yang akan di
gunakan saat praktek laut ialah orang ABK yang pernah terlibat
dalam kecelakaan kerja di kapal.

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kapal, yaitu tempat penulis
melakukan Praktek Laut (PRALA).

D. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang mejadi perhatian dalam
sebuah penelitian karena objek penelitian merupakan sasaran yang
hendak dicapai untuk mendapatkan jawaban maupun solusi dari
permasalahan yang terjadi. Menurut Sugiyono (2016:144) pengertian
objek penelitian adalah sebagi berikut: “Objek penelitian adalah sasaran

18
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu
tentang suatu hal objektif, valid, dan realiable tentang suatu hal (variabel
tertentu)”. Objek dalam penelitian ini adalah kedisiplinan ABK dalam
menggunakan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal.

E. Data dan Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari data yang
diperoleh oleh peneliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
sumber data primer dan sekunder, sebagai berikut:
1. Data primer merupakan sumber data penelitiah yang diperoleh
secara langusng dari sumber data asli. Data primer dapat berupa
opini subyek (orang) secara individual atau kelompok. Data primer ini
dapat dikumpulkan dengan dua metode, yaitu: metode interview
(wawancara) dan metode observasi. Adapun pihak yang dijadikan
sebagai informan adalah seluruh ABK di kapal tempat penulis
melakukan penelitian.
2. Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara
tidak langsung melalui media perantara. Pada umumnya, data
sekunder diperoleh dari riset perpustakaan yaitu dengan
mengumpulkan, membaca dan memahami teori-teori dari buku
artikel, jurnal, majalah, atau data dari teori internet yang berkaitan
dengan penelitian ini yaitu kedisiplinan ABK dalam menggunakan
alat-alat keselamatan kerja di atas kapal.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen
terhadap metode analisis dan atau bahkan menjadi alat utama metode
dan teknik analisis data. Untuk mendukung penulisan proposal ini, ada
beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan, yakni sebagai
berikut:

19
1. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data yag dilakukan melalui suatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku obyek sasaran. Metode observasi yaitu
melakukan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan ABK dalam menggunakan alat
keselamatan kerja. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasi partisipan. Yaitu observasi yang melibatkan
peneliti/ pengamat untuk mengambil bagian dalam penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan
oleh sumber data, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap.
2. Wawancara Semi Terstruktur
Wawancara yaitu sebuah proses untuk memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan orang orang yang diwawancarai
dan jawaban responden di catat atau direkam dengan alat perekam.
Dalam hal ini peneliti menggunakan model wawancara semi
terstruktur. Wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban altenatif namun
dalam pelaksanaannya lebih bebas dan terbuka dimana pihak
informan dimintai pendapat dan ide-ide dan pewawancara mencatat
apa yang disampaikan informan. Dalam teknik pemilihan informan,
peneliti memilih untuk mewancarai seseorang yang menjadi kunci
dari penelitian dan stakeholder yang terkait.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu digunakan untuk memperoleh data-data sekunder
yang berupa keterangan keterangan, catatan-catatan, laporan dan
sebagainya yang ada kaitanya dengan masalah yang kan diteliti.
Sementara itu Arikunto (2000) menyatakan dalam melakukan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku–
buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian

20
dan sebagainya. Sesuai dengan pendapat tersebut, penulis
menggunakan metode dokumentasi sebagai alat pengumpul data
dari bahan-bahan tertulis yang pelaksanaannya penulis mencari
sumber-sumber tertulis di lokasi penelitian.

G. Teknik Analisis Data


Pada bagian ini peneliti harus menjelaskan proses pengolahan
dan analisis data menggunakan metode analasis deskriptif yang
digunakan dalam penelitiannya. Didalam penelitian ini peliti
mengumpulkan data melalui hasil observasi dan telaah dokumen yang
mendukung penelitian serta tulisan yang berisikan paparan uraian yang
di dapatkan dari studi kepustakaan dan hasil pengamatan.
Setelah seluruh hasil data terkumpul yang diperoleh dari hasil
observasi dan telaah dokumen selanjutnya membuat rangkuman dan
memilih hal-hal yang penting dari hasil data yang terkumpul tersebut.
Langkah selanjutnya dengan membuat penyajian data. Penyajian
data adalah penyampaian informasi berdasarkan data yang dimiliki dan
disusun secara baik sehingga mudah dalam membuat kesimpulan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Diklat Perhubungan, 2000, Model International Safety Management


Code (Kode Manajemen Keselamatan Internasional), Cetakan
Pertama, Jakarta.

Badan Diklat Perhubungan, 2000, BST Modul – 4: Personil Safety and


Social Responsibility (Keselamatan Individu dan Tanggung Jawab
Sosial), Cetakan Pertama, Jakarta.

Lewis, 1993, Alat-alat Keselamatan Kerja, Jakarta.

Narbuko, Cholid. 2005, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan


Skripsi. Jakarta: Balai Penerbit IPWI.

Soehardi Sigit, 1999, Pengantar Metodologi Pendekatan Praktek. PT.


Rineka: Cipta. Jakarta.

Steven, dalam Gempur Santoso, 2000, Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:


Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai