B. Judul Modul : Perkembangan Peserta Didik C. Kegiatan Belajar : Perkembangan Emosi,Sosial Dan Spiritual Peserta Didik (KB3)
D. Refleksi : Setelah membaca dan mendalami materi kegiatan belajar
(KB3), di modul Perkembangan Peserta Didik. Dengan kegiatan belajar Perkembangan Emosi, Sosial dan Spiritual Peserta Didik, bagaimana seorang guru dan orangtua lebih memahami dari segi perkembangan emosi, bagaimana peserta didik mengalami luapan –luapan perasaan senang atau tidak ketika belajar. Bagaimana lingkungan sosial sangat berpengaruh baik atau tidak , dan lingkungan spiritual yang membawa pengaruh negatif ataupun positif.
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
A. Perkembangan Emosi,sosial dan spiritual
Emosi adalah perasaan yang ada
dalam diri individu, dapat berupa Perkembangan perasaan senang atau tidak senang, emosi perasaan baik atau buruk. Dapat juga didefinisikan “ berbagai perasaan yang kuat” (World Book, 2015:690)
Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikran-pikiran
kasnya, suatu keadaan bilogis dan psikologis serangkaian kecendrungan untuk bertindak (Goleman 1995) Konsep (Beberapa 1 istilah dan definisi) di KB Emosi merupakan bentuk komunikasi,menjadikan anak menyatakan segala kebutuhan Fungsi emosi dan perasaanya terhadap orang Terhadap lain perkembangan anak
Emosi berperan dalam
mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya Perkembangan sosial adalah area yang mencakup perasaan dan mengacu pada prilaku Perkembangan sosial dan respon individu terhadap hubungan mereka dengan individu lain.
Jadi disimpulkan bahwa, perkembangan sosial peserta didik adalah
ukuran jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman sebaya hingga masyarakat luas. Sedangkan perkembangan emoisonal adalah luapan perasaan ketika anak berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain.
Proses yang bersifat kontinum
Perkembangan spiritual dan dinamis, spiritualitas dalam konteks perkembangan anak merupakan proses kesadaran mengenai hakikat dan keberadaan diri orang lain dan lingkungan serta seluruh alam semesta.
B. Karakteristik Perkembangan Emosi, Sosial dan
Spiritual Menurut pendapat Lewis dan rosenblam (stewart dkk 1985), proses terjadinya emosi melalui lima tahapan yaitu : a. Elicitors, adanya dorongan berupa situasi atau kejadian b. Receptors, aktivitas dipusat syistem syaraf c. State, yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi. d. Expression, yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang diamatai, seperti pada wajah, tubuh, suara atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologis e. Experience, persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya. Syamsuddin (2000) menggambarkan mekanisme emosi dalam rumusan yang lebih ringkas, emosi adalah gabungan lima komponen (elicitors, receptors, state, expression, experience) kemudian dibagi dalam tiga variabel yaitu:
Variabel stimulus, merupakan rangsangan yang
menimbulkan emosi Variabel organik, merupakan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalami emosi. Variabel respon, merupakan pola sambutan ekspresif atas terjadinya pengalaman emosi . 1. Perkembangan sosial emosional anak memiliki keterkaitan dengan aspek perkembangan lainnya, baik fisik maupun mental (Nurmalitasari, 2015). Emosi juga mempengaruhi kegiatan mental seperti konsentrasi, pengingatan, apabila emosinya sedang tidak stabil maka akan berpengaruh pada sikap, minat dan dampak psikologis lainnya.
Erikson berpendapat bahwa sepanjang sejarah hidup
manusia, setiap orang mengalami tahapan perkembangan dari bayi sampai dengan usia lanjut (Krismawati, 2014:49)
Perkembangan sepanjang hayat, perkembangan seumur hidup
samapai usia lanjut dan mempunyai tahapan –tahapan yang masing-masing mempunyai nilai kelebihan yang membentuk karakter baik ataupun tidak baik, bila berkembang sisi keburukannya sehingga karakter negatif yang menguasai pertumbuhan seseorang. Erikson menyebut setiap tahapan tersebut sebagai krisis atau konflik yang mempunyai sifat sosial dan psikologis yang sangat berarti bagi kelangsungan perkembangan dimasa depan (Ratnawulan, 2018)
Adapun tahapan perkembangannya sebagai berikut :
Umur 0-1 trust vs mistrust tahap pengembangan rasa percaya diri kepada orang lain, karena mereka memerlukan sentuhan dan pelukan. Umur 2-3 Autonomy vs Shame tahap ini bisa dikatakan sebagai masa dimana anak ingin mencoba segala sesuatu masa diamana anak menjadi pemberontak, kenakalan yang tidak dapat dilarang atau dicegah sehingga yang diperlukan justru untuk mengarahkan dan mengembangkan motorik dan mental. Umur 4-5 Inisiative vs Guilt jiwa kritis, dengan banyak bertanya dalam segala hal rasa ingin tahu yang mendalam membuat mereka selalu ingin bertanya. Umur 6-11 Indussty vs Inferiority pada tahap ini sudah mulai tekun terhadap tugas-tugas yang diberikan disekolah, namun masih lebih ke tidak hati-hati dan selalu meminta perhatian. Umur 12-18/20 Ego-identity vs Role on fusion tahap pencarian jati diri, mulai ingin aktif di masyarakat, namun masih belum bisa memenej tugas secara bersamaan, atau berbeda. Umur 18/19-30 Intimacy vs Isolation pada tahap ini, tahap kematangan dimana manusia sudah siap untuk membentuk suatu keluarga dan ingin mempunyai pasangan. Umur 31-60 generation vs stagnation tahap kedewasaan dan mulai muncul rasa peduli terhadap disekelilingnya. ≥ 60 Ego Integrity vs putus asa masa ini dimulai dimana manusia mulai mengembangkan kelebihan dirinya, rasa kedulian. Adapun perkembangan spiritual keagamaan dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu : Umur Fase Perkembangan Perkembangan Prilaku 3-6 The fairy tale stage Fase ini anak sangat suka dengan cerita dongeng (cerita keagamaan sangat menarik untuk dipahami)
7-12 Teh realistic stage Fase ini anak-anak mampu
berpikir hal-hal yang nyata memahami ketuhanan yang realistik dan konkrit Usia The individual stage Fase remaja, diaman pada remaja usia ini jiwanya mampu berpikir abstrak dan kesensitifan emosi
Rumusan theory of faith didasarkan pada teori perkembangan
psikososial Erikson yaitu ada tahapan James Flower (Desmita,2010) Umur Fase Perkembangan Perkembangan Prilaku 0-2 Prima faith Fase ini tumbuh dari pengalaman realsi mutual 2-7 Intuitive projective Fase, ini dimana anak lebih suka menirukan contoh signifikan dari orang dewasa. 7-11 Mythic – literal faith Fase sistematis,mulai mengambil makna dari tradisi masyarakat 12 Synthetic-conventional Akhir masa remaja awal faith masa dewasa, keprcayaan terhadap simbolisme dan memiliki berbagai cara untuk menemukan kebenaran 19 Individuative – reflective Masa dewasa awal, muncul faith sintetis kepercayaaan dan tanggung jawab. Tahap ini ditandai dengan : adanya kepercayaan terhadap relativitas, mengabaikan kepercayaan terhadap otoritas eksternal 30 Conjunctive faith Perasaan terintegrasi dengan simbol-simbol ritual- ritual keyakinan agama. Usia Universalizing faith Munculnya kepercayaan lanjut transendental untuk mencapai perasaan ketuhanan. C.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi, Sosial dan Spiritual Pesrta Didik. Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi Terdapat bebrapa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak yakni : a. Pengaruh Keadaan Individu itu sendiri Keadaan individu seperti usia, keadaan fisik, intelegensi, peran seks. Ada lima jenis kegiatan belajar yang turut menunjang pola perkembangan emosi anak yaitu : 1. Belajar coba dan ralat (trial and error learning) 2. Belajar dengan cara meniru (learning by imitation) 3. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification) 4. Belajar melalui pengkondisian (conditioning) 5. Pelatihan (training) b.konflik-konflik dalam proses perkembangan , pada tahap fase-fase tiap anak melalui berbagai perkembangan. Faktor yang menyebabkan perubahan perkembangan emosi anak yaitu : 1. Kesadaran kognitif 2. Imajinasi atau daya khayal yang lebih berkembang 3. Berkembangnya wawasan sosial anak c.Faktor lingkungan , emosi anak akan positif kalau lingkunan juga positif, begitu juga sebaliknya. Faktor lingkungan terbagi menjadi tiga yaitu : 1. Lingkungan keluarga 2. Lingkungan masyarakat rumah 3. Lingkungan sekolah Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Sosial 1. Faktor individu, termasuk kematangan, bersosoalisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. 2. Faktor lingkungan keluarga 3. Faktor dari luar rumah 4. Faktor pengaruh pengalaman sosial anak Faktor yang mempengaruhi perkembangan spiritual 1. Lingkungan keluarga 2. Lingkungan sekolah 3. Lingkungan pergaulan 4. Lingkungan masyarakat 5. Faktor genetis atau pengaruh sifat bawaan 6. Tingkat penalaran 7. Teknologi D.Implikasi Perkembangan Emosi, Sosial dan Spiritual Peserta Didik dalam pembelajaran Cara-cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan emosi, yakni belajar menegmbangkan kesadaran diri, mengambil keputusan, mengelola perasaan dll. (golmen 1995)karenanya ada beberapa strategi untuk menangani perkembangan peserta didik yaitu : tidak ada jarak sosial antara guru dan orang tua, guru dan ourang tua harus terampil dalam mengobservasi emosi karakter anak, harus memiliki kemampuan dalam perbuatan yang akan menyertai anak. Dan sekolah dituntut untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan moral spiritual, sehingga menjadi manusia yang beradab. Materi bidang studi yang sulit di pahamai pada modul yaitu : lima jenis kegiatan belajar yang turut menunjang pola perkembangan emosi anak yaitu : 1. Belajar coba dan ralat (trial and error learning) Daftar materi pada KB 2. Belajar dengan cara meniru (learning by imitation) 2 yang sulit dipahami 3. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification) 4. Belajar melalui pengkondisian (conditioning) 5. Pelatihan (training)
Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi, sosial dan
spiritual peserta didik yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan sekolah, yang ketiga faktor tersebut tidak bisa dihindari dan baik buruknya ketiga faktor tersebut, yaitu yang pertama keluaraga , peserta didik terlahir dari suatu keluarga Daftar materi yang dimana pendidikannya ada yang baik dan kurang. Yang kedua sering mengalami 3 lingkungan tempat tinggal bagaiman peserta didik bersosialisa miskonsepsi dalam dilingkungannya apabila lingkungan tersebut positif maka akan pembelajaran berepengaruh baik juga terhadap perkembangan peserta didik, dan yang ke tiga lingkungan sekolah bagaimana program sekolah dan lingkungan sekolah serta tetam-teman tempat berinteraksi anak baik apa kurang baik.