Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL

KESEHATAN PUSKESMAS RANTAU SELAMAT DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) NONFISIK BIDANG
KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2023

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;


b. Undang-undang 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
c. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
d. Undang–undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan
Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1479 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
System Survailens Epidemiologi Penyakit Menular dan PTM Terpadu
j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan
k. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan
Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang KesehatanUndang-undang Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan

2. Gambaran Umum
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Berdasarakan Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 46, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat. Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi upaya-
upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, Kesehatan Ibu dan anak, pemberantasan penyakit
menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar,
perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan
zak adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
Adapun indikator dampak pembangunan kesehatan adalah, meningkatnya umur harapan hidup,
menurunnya angka Kematian bayi, Menurunnya angka kematian ibu, Menurunnya prevalensi gizi kurang
pada balita. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, disebutkan bahwa pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan
dan kemampuan untuk hidup sehat. Selanjutnya, misi pembangunan kesehatan nasional adalah 1)
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan, yakni puskesmas menggerakkan sector lain agar
pembangunan yang dilaksanakan mempunyai dampak dan kontribusi positif terhadap kesehatan masyarakat
di wiliyah kerjanya, 2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, yakni puskesmas mendorong
agar setiap individu, masyarakat termasuk swasta mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatannya, 3)
Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, yakni puskesmas
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai standar, etika profesi dan memuaskan masyarakat,
mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efesiensi sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh manusia, 4) Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan, yakni puskesmas dalam
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan mendayakan seluruh potensi sumber daya kesehatan yang ada
secara optimal dan berhasil guna.
Penyakit Tidak Menular ( PTM ) merupakan penyakit yang sering tidak bergejala dan tidak memiliki
tanda klinis secara khusus. Hal ini menyebabkan seseorang tidak menyadari kondisi tersebut sejak awal.
Keterlambatan penanganan akibat tidak adanya gejala tersebut dapat mengakibatkan tingginya biaya yang
harus dikeluarkan untuk pengobatan.
Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama terbesar 36 juta (63%) dari
seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, dimana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara
yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang
diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15 % (44 juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010
dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan prilaku manusia dan lingkungan cendrung tidak sehat
terutama pada negara-negara berkembang.
PTM dapat di cegah dengan mengendalikan faktor resikonya, yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas fisik dan konsumsi minuman beralkhohol. Mencegah dan mengendalikan faktor resiko relatif lebih
murah bila di bandingkan dengan biaya pengobatan PTM. Pengendalian faktor resiko PTM merupakan
upaya untuk mencegah agar tidak terjadi faktor resiko bagi yang belum memiliki faktor resiko,
mengembalikan kondisi faktor resiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM
Bagi yang mempunyai faktor resikodan bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertujuan
untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup. Salah satu
strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta
masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian
faktor resiko PTM dengan di bekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring
faktor resiko PTM serta tindak lanjutnya dengan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) dan Posyandu Lansia.

No Rinciaan Menu/Komponen Uraian


1 Deteksi Dini dan Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular di Masyarakat
1 Deteksi Dini / Skrining Merupakan salah satu kegiatan untuk mencegah dan
Faktor Resiko dan PTM mengendalikan faktor resiko PTM dengan peran serta
Prioritas di Masyarakat masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor
resiko PTM. Untuk mendukung kegiatan ini dibutuhkan
BMHP ( Stik KGD, Stik Kolestrol dan Stik Asam Urat ) dan
KMS Faktor Resiko PTM.

B. PENERIMA MANFAAT

No Nama Kegiatan Jumlah Penerima


Manfaat
1 14 Desa Masyarakat Usia 15
Deteksi Dini / Skrining Faktor Resiko dan PTM Prioritas di Tahun keatas
Masyarakat
C. STRATEGI PECAPAIAN KELUARAN
Output Metode Tahapan
No Rincian Menu/Komponen
Satuan Volume Pelaksanaan Pelaksana
1 Deteksi Dini dan Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular di Masyarakat
1 Deteksi Dini / Skrining Faktor Kegiatan 1 Swakelola 1. Persiapan
Resiko dan PTM Prioritas di Administrasi
Masyarakat 2. Pelaksanaan
Kegiatan
3. Waktu
Pelaksanaan
(Januari
sampai
Desember)

D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama 1 tahun.

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang diperlukan untuk pencapaian keluaran Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas sebesar
Rp. 70.560.00.000,- (Tujuh Puluh Juta Lima Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah) dengan kebutuhan per rincian
menu kegiatan sebagai berikut:

No Rincian Menu Kegiatan Kebutuhan Biaya


1 Deteksi Dini dan Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular
di Masyarakat
1.Deteksi Dini / Skrining Faktor Resiko dan PTM Prioritas di Rp. 70.560.000 , -
Masyarakat

Total Rp. 70.560.000,-

Rincian Anggaran Biaya (RAB) terlampir

Kepala UPTD. Puskesmas


Rantau Selamat
WANTI DASRI, SKM
NIP. 19750531 200003 2 003

Anda mungkin juga menyukai