Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan diri


sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak diorientasikan
kepada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif.
Bermain berbeda dengan eksplorasi dan bekerja. Eksplorasi
mengantarkan anak ke dalam “alam” bermain, sementara bekerja memiliki
tujuan yang pasti.
Bermain terjadi karena anak-anak mempunyai energi berlebih sehingga
mendorong mereka untuk melakukan aktivitas agar mereka terbebas dari
perasaan tertekan (Herbert Spencer ) karena anak memerlukan penyegaran
kembali atau mengembalikan energi yang habis digunakan untuk kegiatan
rutin sehari-hari (Moritz Lazarus) karena bermain membantu anak
mengembangkan rasa harga diri melalui kemampuan untuk menguasai
tubuh mereka, benda-benda, serta belajar keterampilan sosial (Erikson).
Sementara itu, Sigmund Freud melihat bermain sebagai sarana melepaskan
kenangan dan perasaan yang menyakitkan. Anak bermain karena mereka
butuh melepaskan desakan emosi secara tepat. Bagi Froebel, bermain
adalah cara belajar bagi anak karena anak-anak belajar dengan berbuat dari
pengalaman nyata dan aktif secara fisik. Bermain, menurut Vygotsky,
merupakan sumber perkembangan anak, terutama untuk aspek berpikir
karena melalui bermain anak berinteraksi aktif dengan lingkungannya
sebagai bahan untuk mengonstruksi pengetahuan.
Bermain memiliki ciri (1) menyenangkan dan menggembirakan bagi
anak; (2) dorongan bermain muncul dari anak bukan paksaan orang lain;
(3) anak melakukan karena spontan dan sukarela, tidak diwajibkan;
(4) semua anak ikut serta secara bersama-sama sesuai peran masingmasing; (5) anak berlaku pura-pura, tidak sungguh-sungguh, atau
memerankan sesuatu; (6) anak menetapkan aturan main sendiri yang
dipatuhi oleh semua peserta bermain; (7) anak berlaku aktif; (8) bermain
bersifat fleksibel.
Bermain, menurut Smith and Pellegrini (2008) merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara
menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif.
Hal ini berarti, bermain bukanlah kegiatan yang dilakukan demi menyenangkan
orang lain, tetapi semata-mata karena keinginan dari diri sendiri. Oleh karena
itu, bermain itu menyenangkan dan dilakukan dengan cara-cara yang
menyenangkan bagi pemainnya. Di dalam bermain, anak tidak berpikir tentang
hasil karena proses lebih penting daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat
fleksibel, karenanya anak dapat membuat kombinasi baru atau bertindak dalam
cara-cara baru yang berbeda dari sebelumnya. Bermain bukanlah aktivitas yang
kaku. Bermain juga bersifat aktif karena anak benar-benar terlibat dan tidak
pura-pura aktif. Bermain juga bersifat positif dan membawa efek positif karena
membuat pemainnya tersenyum dan tertawa karena menikmati apa yang mereka
lakukan. Dengan demikian, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan,
bersifat pribadi, berorientasi proses, bersifat fleksibel, dan berefek positif.
Bermain juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan
dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara
suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar (Hurlock, 1997).
Para mahasiswa, Anda sependapat dengan definisi Smith dan Pellegrini,
atau justru sependapat dengan Hurlock? Menurut Anda, apakah bermain selalu
berefek positif, seperti kata Smith and Pellegrini? Apakah bermain sama dengan
eksplorasi? Bagaimana kaitannya dengan bekerja.
Walaupun sama-sama mengandung unsur aktivitas, bermain dibedakan dari
bekerja. Bekerja merupakan kegiatan yang berorientasi pada hasil akhir,
sedangkan bermain tidak. Hasil akhir dalam kegiatan bermain bukanlah sesuatu
hal yang penting. Kegiatan dalam bermain menimbulkan kesenangan bagi
pelakunya, sedangkan dalam bekerja efek tersebut tidak selalu muncul.
Meskipun definisi bermain dan bekerja dapat dibedakan, tetapi
mengklasifikasikan suatu kegiatan ke dalam dua kategori tersebut, bukanlah hal
mudah. Artinya, hampir tidak ada satu kegiatan pun yang dapat diklasifikasikan
secara eksklusif. Apakah suatu kegiatan termasuk dalam satu kategori tertentu,
tidak saja ditentukan oleh kegiatan itu sendiri melainkan juga oleh sikap
individu terhadap aktivitas tersebut. Kegiatan menggambar misalnya, dapat
dikategorikan sebagai bermain dan dapat pula dikategorikan sebagai bekerja.
Apabila anak melakukannya dengan tujuan kesenangan maka anak melakukan
1.6 Bermain Dan Permainan Anak 
kegiatan bermain. Sebaliknya, apabila anak melakukannya dengan tujuan
menyelesaikan tugas maka kegiatan itu tergolong sebagai bekerja.

Bermain bagi anak berkaitan dengan peristiwa, situasi, interaksi, dan aksi.
Bermain mengacu pada aktivitas, seperti berlaku pura-pura dengan benda,
sosiodrama, dan permainan yang beraturan. Bermain berkaitan dengan tiga hal,
yakni keikutsertaan dalam kegiatan, aspek afektif, dan orientasi tujuan. Lebih
lanjut, anak-anak mengatakan bahwa bermain bersifat mana suka, sedangkan
bekerja tidak demikian. Bermain dilakukan karena ingin dan bekerja dilakukan
karena harus. Bermain berkaitan dengan kata “dapat” dan bekerja berkaitan
dengan kata “harus”. Bagi anak-anak, bermain adalah aktivitas yang dilakukan
karena ingin, bukan karena harus memenuhi tujuan atau keinginan orang lain.
Bermain tidak memerlukan konsentrasi penuh, tidak memerlukan pemikiran
yang rumit. Sebaliknya, bekerja menuntut konsentrasi penuh, harus belajar, dan
menggunakan pikiran secara tercurah. Anak juga memandang bermain sebagai
kegiatan yang tidak memiliki target. Mereka dapat saja meninggalkan kegiatan
bermain kapan pun mereka mau; dan sebaliknya, bekerja memiliki target, harus
diselesaikan, dan tidak dapat berbuat sekehendak hati. Bagi mereka, bermain
adalah kebutuhan, sedangkan bekerja adalah sebuah keharusan (Wing, 1996).

B. TEORI BERMAIN MENURUT PARA AHLI


Banyak ahli yang membahas bermain menurut riset dan pandangan mereka
masing-masing. Para ahli sepakat, anak-anak perlu bermain agar mereka dapat
mencapai perkembangan yang optimal. Tanpa bermain, anak akan bermasalah di
 PAUD4201/MODUL 1 1.9
kemudian hari. Berikut ini, akan Anda baca pandangan singkat para ahli tentang
bermain. Sambil membaca, Anda catat poin-poin yang penting.
1. Herbert Spencer
Menurut Herbert Spencer (Catron & Allen, 1999) anak bermain karena
mereka punya energi berlebih. Energi ini mendorong mereka untuk
melakukan aktivitas sehingga mereka terbebas dari perasaan tertekan. Hal
ini berarti, tanpa bermain, anak akan mengalami masalah serius karena
energi mereka tidak tersalurkan.
2. Moritz Lazarus
Menurut Moritz Lazarus, anak bermain karena mereka memerlukan
penyegaran kembali atau mengembalikan energi yang habis digunakan
untuk kegiatan rutin sehari-hari. Hal ini mengandung pengertian bahwa
apabila tidak bermain anak akan menderita kelesuan akibat ketiadaan
penyegaran.
3. Erikson
Menurut Erikson (1963), bermain membantu anak mengembangkan rasa
harga diri. Alasannya adalah karena dengan bermain anak memperoleh
kemampuan untuk menguasai tubuh mereka, menguasai, dan memahami
benda-benda, serta belajar keterampilan sosial. Anak bermain karena
mereka berinteraksi guna belajar mengkreasikan pengetahuan. Bermain
merupakan cara dan jalan anak berpikir dan menyelesaikan masalah. Anak
bermain karena mereka membutuhkan pengalaman langsung dalam
interaksi sosial agar mereka memperoleh dasar kehidupan sosial.
4. Sigmund Freud
Sigmund Freud (1920) melihat bermain dari kaca mata psikoanalitis.
Dengan demikian, teorinya disebut teori bermain psikoanalisis.
Menurutnya, bermain bagi anak merupakan suatu mekanisme untuk
mengulang kembali peristiwa traumatik yang dialami sebelumnya sebagai
upaya untuk memperbaiki atau menguasai pengalaman tersebut demi
kepuasan anak. Dengan demikian, Freud melihat bermain sebagai sarana
melepaskan kenangan dan perasaan yang menyakitkan. Hal ini berarti anak
bermain karena mereka butuh melepaskan desakan emosi secara tepat
(Freud, 1958; Isenberg & Jalongo, 1993). Para mahasiswa juga perlu tahu
bahwa Freud lah yang mengembangkan teori perspektif psikoanalisis untuk
1.10 Bermain Dan Permainan Anak 
bermain. Gagasan Freud (1958) ini telah mempengaruhi perkembangan
terapi bermain, dan wilayah ini cukup diminati sebagai topik-topik
penelitian dewasa ini.
5. Froebel
Froebel terkenal dengan pendekatan dan ide-idenya yang berpusat pada
anak yang kita kenal sekarang sebagai bermain bebas. Froebel percaya
bahwa anak-anak membutuhkan pengalaman nyata dan aktif secara fisik. Di
sini lah terdapat kaitan antara bermain dan belajar. Lagu dan ritme
diperkenalkan dan menjadi stimulasi lanjutan. Froebel juga menunjukkan
pentingnya permainan out-door dan alat main natural yang diperoleh dari
lingkungan sekitar. Froebel lalu mendirikan Taman Kanak-kanak yang
kemudian banyak berpengaruh terhadap teori-teorinya di kemudian hari.
6. Tahukah Anda, bahwa Froebel mendirikan TK karena ada maksud tertentu,
bukan dimaksudkan sebagai sekolah untuk anak. Pada tahun 1837, di
Keilhau, Froebel membuka sebuah lembaga yang ia namakan, ”Sekolah
Latihan Psikologis bagi Anak-anak melalui Permainan dan Kegiatan”.
(Catatan: Kata “sekolah” sendiri tidak begitu disukai Froebel karena tersirat
kegiatan yang sistematis dan diatur secara ketat (Downs, 1978). Froebel
ingin agar anak-anak tumbuh lebih leluasa, seperti tanaman bunga. Oleh
karena itu, saat Foebel bersama teman-temannya berjalan kaki di lembah
penuh bunga, ia berhenti sejenak, dan dengan mata berbinar-binar ia
berseru, “Wah, saya menemukannya! Die Kindergarten. Itulah nama yang
sesuai! Taman Kanak-Kanak (Snider, 1900). Sejak itu, Froebel
mempropagandakan gagasan Taman Kanak-kanaknya itu, mulai Dresden
dan Leipzig.
7. Perlu juga Anda ketahui bahwa bermain menurut Froebel adalah “cara anak
untuk belajar” atau “anak belajar dengan berbuat.” Anak didik bukanlah
bejana pasif yang menerima begitu saja apa yang diberikan kepadanya,
melainkan ikut ambil bagian dalam pendidikannya. Peran itu tampak dalam
beberapa hal, antara lain (a) bermain, (b) bernyanyi, (c) menggambar, dan
(d) memelihara tanaman atau binatang kecil. Dengan demikian, bermain
menjadi metode andalan di Taman Kanak-kanak.
 PAUD4201/MODUL 1 1.11
8. Lev Vygotsky
Bermain, menurut Vygotsky (1969), merupakan sumber perkembangan
anak, terutama untuk aspek berpikir. Menurut Vygotsky, anak tidak serta
merta menguasai pengetahuan karena faktor kematangan, tetapi lebih
karena adanya interaksi aktif dengan lingkungannya. Bermain, dalam
perspektif ini, menyediakan ruang bagi anak untuk mengonstruksi
pengetahuan melalui interaksi aktif dengan berbagai aspek yang terlibat,
seperti peran dan fungsi. Anak adalah individu aktif, yang di dalam proses
bermain melibatkan diri untuk membangun konsep-konsep yang
dibutuhkan, seperti memahami bentuk benda, fungsi benda, karakteristik
benda. Anak juga membangun konsep-konsep abstrak, seperti aturanaturan, nilai-nilai tertentu, dan kultur.
C. KARAKTERISTIK BERMAIN
Para mahasiswa, coba Anda perhatikan gambar di bawah ini! Tampak anakanak yang sedang bermain bola di lokasi berair. Semua tampak
senang dan
ceria. Dengan gaya masing-masing, semua menuju pada satu aktivitas, yakni
bermain bersama. Semua memiliki peran yang berbeda-beda, tetapi tetap dalam
satu koridor, yaitu bermain.
Sumber: Asyifa 85.
Sekarang, marilah kita diskusikan apa saja yang merupakan karakteristik
bermain. Anda mungkin setuju bahwa karakteristik pokok bermain mudah
1.12 Bermain Dan Permainan Anak 
diidentifikasi, tetapi tidak semua ciri dapat diuraikan. Berikut ini kita bahas
kekhasan bermain berdasarkan ciri-ciri atau karakteristiknya.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa bermain memiliki ciri-ciri khas yang
perlu diketahui oleh guru dan orang tua. Kekhasan itu ditunjukkan oleh perilaku
anak. Kegiatan disebut bermain apabila
1. menyenangkan dan menggembirakan bagi anak; anak menikmati kegiatan
bermain tersebut; mereka tampak riang dan senang (seperti pada gambar di
atas);
2. dorongan bermain muncul dari anak bukan paksaan orang lain; anak
melakukan kegiatan karena memang mereka ingin. (perhatikan bagaimana
anak yang lebih kecil memilih bermain air, anak yang mahir memilih
menguasai bola, anak yang lain berusaha merebut bola dari anak lain;
3. anak melakukan karena spontan dan sukarela; anak tidak merasa
diwajibkan; (anak begitu saja berlari, mengejar, mengincar, merebut, dan
menendang bola tanpa ada rencana sebelumnya. Tidak ada seorang pun
yang menskenario perilaku anak dalam bermain, seperti tampak pada
contoh di atas);
4. semua anak ikut serta secara bersama-sama sesuai peran masing-masing;
(tampak pada gambar, anak memiliki peran masing-masing yang membuat
mereka disebut bermain bola, seperti mengejar, merebut, memberi umpan,
berusaha menguasai bola, bahkan ada yang asyik dengan air karena tidak
mendapatkan bola. Anak menciptakan sendiri “ulah” mereka untuk
mendukung kegiatan bermain mereka dan peran yang diambil);
5. anak berlaku pura-pura, tidak sungguhan, atau memerankan sesuatu; anak
pura-pura marah atau pura-pura menangis;
6. anak menetapkan aturan main sendiri, baik aturan yang diadopsi dari orang
lain maupun aturan yang baru; aturan main itu dipatuhi oleh semua peserta
bermain; (pada gambar tampak bahwa anak bermain bola di area berair,
dengan luas wilayah semau mereka, dengan bola seadanya, dengan aturan
yang mereka sepakati sendiri);
7. anak berlaku aktif; mereka melompat atau menggerakkan tubuh, tangan,
dan tidak sekedar melihat; (tampak pada gambar tidak ada seorang anak
pun pasif, diam. Semua anak bergerak dengan pose masing-masing);
8. anak bebas memilih mau bermain apa dan beralih ke kegiatan bermain lain;
bermain bersifat fleksibel. (tampak pada gambar anak boleh pause sejenak
dengan bermain air, boleh sambil bergurau, boleh sambil bergaya).
 PAUD4201/MODUL 1 1.13
Berikut ini merupakan ciri-ciri bermain yang ditampilkan secara visual.
KARAKTERISTIK
BERMAIN
Berpura-pura,
tidak betulan
Motivasi dari
dalam diri anak
Fleksibel (anak
bebas memilih &
beralih bermain)
Anak-anak terlibat
aktif bersamasama Spontan
dan sukarela
Menyenangkan &
menggembirakan
Aturan sesuai
kebutuhan anak
Anak harus aktif
bergerak/berpikir
Gambar 1.3
Karakteristik Bermain
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) melalui Direktorat Pendidikan
Anak Usia Dini mengungkapkan pentingnya tahap bermain anak dalam perkembangan sosialnya.

Bermain merupakan aktivitas yang tak bisa dilepaskan dari dunia anak. Melalui bermain, anak berpikir, berinteraksi,
dan terlibat secara aktif dengan lingkungannya. Hal ini sangat penting untuk diketahui orang tua setiap anak.

"Bermain juga dapat membantu berbagai aspek perkembangan anak tumbuh secara optimal, termasuk aspek
perkembangan sosialnya," tulis keterangan di akun resmi Direktorat PAUD Kemdikbud (14/7).

Baca artikel detikedu, "Mengenal 6 Tahapan Bermain Menurut Perkembangan Sosial Anak" selengkapnya
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5643768/mengenal-6-tahapan-bermain-menurut-perkembangan-sosial-anak.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/


Berdasarkan bentuk interaksi anak, tahapan bermain anak usia dini dikategorikan menjadi 6 jenis oleh Mildred
Parten. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Bermain Unoccupied

Pada tahap ini anak belum terlibat langsung dalam kegiatan bermain, tapi lebih banyak mengamati segala sesuatu
yang menarik perhatian. Baik berupa kegiatan anak lain maupun kejadian-kejadian di sekitarnya.

Jika anak tak menemukan hal menarik perhatiannya, ia akan bermain dan menyibukkan dirinya sendiri. Misalnya
dengan menyentuh-nyentuh bagian tubuhnya, bergerak tak beraturan, dan sebagainya.
2. Bermain Solitary

Pada tahap ini anak mulai bisa bermain secara aktif, namun hanya asyik sendiri. Anak cenderung tidak
memperhatikan kehadiran anak-anak lain di sekitarnya.

Pada tahap ini sifat egosentris masih dominan, di mana anak memusatkan perhatiannya pada diri sendiri dan belum
ingin berinteraksi dengan anak di sekitarnya.

Anak baru akan menerima dan menyadari kehadiran orang lain apabila merasa diganggu. Misalnya anak sedang
bermain sebuah benda, lalu seseorang mengambil benda tersebut.
3. Bermain Onlooker

Pada tahap ini anak mulai senang memperhatikan lingkungan sekitarnya dan melihat anak-anak lain bermain. Hal
yang membedakan tahap ini dengan tahap unoccupied adalah adanya minat anak yang besar terhadap kegiatan yang
diamatinya.

Anak mulai menyadari bahwa ia adalah bagian dari lingkungannya. Walaupun anak sudah tertarik, namun ia belum
bergabung ke dalam kegiatan tersebut.

Sehingga pada tahap ini, ia biasanya berada di pusat aktivitas hanya untuk melihat, mengamati, dan mendengarkan
anak lain asyik bermain.
4. Bermain Paralel

Pada tahap ini anak sudah bisa bermain secara berdampingan atau berdekatan dengan anak-anak yang lain.

Meski begitu, tahap ini anak masih tidak mempedulikan satu dengan yang lain, mereka hanya fokus pada permainan
dan peralatan bermain mereka sendiri atau memainkan permainan yang sama namun tidak terjadi kontak nyata
diantara mereka.

Pada tahap ini anak-anak bermain di waktu dan tempat yang sama namun belum menunjukkan interaksi sosial.
Misalnya tiga orang anak bermain mobil-mobilan di tempat yang sama namun tidak bermain bersama.

Baca artikel detikedu, "Mengenal 6 Tahapan Bermain Menurut Perkembangan Sosial Anak" selengkapnya
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5643768/mengenal-6-tahapan-bermain-menurut-perkembangan-sosial-anak.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/


5. Bermain Asosiatif

Tahap ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan bermain yang dilakukan di tempat, waktu, dan jenis permainan yang
sama namun tidak terjadi bentuk kerja sama.

Interaksi yang dilakukan anak biasanya sebatas percakapan sederhana atau saling meminjam alat bermain. Tahap
bermain ini belum menunjukkan adanya pembagian peran atau kegiatan yang mengarah ke tujuan yang sama.

Misalnya anak sedang mewarnai bersama, interaksi yang dilakukan sebatas meminjam pensil warna dari teman
bermainnya namun belum sampai bekerja sama untuk mewarnai objek yang sama.
6. Bermain Kooperatif

Tahap ini, anak sudah mulai bisa memutuskan sendiri cara bermainnya dan mulai bisa bekerja sama. Misalnya anak
mulai bermain sepak bola secara sederhana dengan memilih dua tim yang saling berlawanan dan dipimpin oleh dua
kapten tim.

Dalam permainan tersebut anak sudah menampakkan kemampuan bekerja sama dan pembagian peran.

Itulah 6 tahapan bermain pada anak menurut perkembangan sosialnya.

Baca artikel detikedu, "Mengenal 6 Tahapan Bermain Menurut Perkembangan Sosial Anak" selengkapnya
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5643768/mengenal-6-tahapan-bermain-menurut-perkembangan-sosial-anak.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/


Jenis Bermain
Bermain adalah kegiatan atau aktivitas yang dapat membuat hati merasa senang, gembira dan tidak akan membuat
bosan bagi anak. Dengan bermain anak dapat mengeksplor, berimajinasi, dan meningkatkan keterampilannya.
Bermainataupun permainan ini memiliki bebrapa jenis. Ternyata bermain dan permainan itu beda, perbedaannya
adalah bermain itu tidak ada aturannya atau dapat diartikan bebas untuk melakukan hal apapun. Sedangkan,
permainan itu ada aturan main yang sudah diatur atau disepakati bersama - sama. Untuk lebih jelasnya, yuk simak
jenis - jenis bermain anak usia dini :

1. Bermain Aktif : bermain aktif ini melibatkan seluruh anggota tubuh, biasanya dalam bermain bebas ini terdapat
aspek motorik baik motorik kasar ataupun halus. Contohnya, bermain peran, bermain sepak bola, dan masih banyak
lagi.

2. Bermain Pasif : bermain pasif ini hanya sedikit melibatkan anggota tubuhnya, berbeda dengan bermain aktif.
Bermain pasif ini cenderung pada aspek motorik halusnya saja. Contohnya, anak sedang bermain Gadget (HP),
menonton televisi atau video, dan masih banyak lagi.

Dari penjelasan diatas ada juga yang menyebutkan jenis bermain bebas dan bermain terpimpin. mungkin untuk
bermain bebas itu anak bebas untuk memilih permainan yang akan dimainkannya sendiri, untuk bermain terpimpin
mungkin ada sedikit aturan - aturan yang sudah dibuat dahulu. Memang banyak sekali jenis bermain atau permainan
untuk anak usia dini baik yang tradisional maupun modern. Jenis bermain ini perlu sekali dikenali agar mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak sudah sesuai atau belum. Itulah sedikit penjelasan dari jenis bermain anak usia
dini.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengenal Jenis Bermain dan Permainan Anak Usia Dini",
Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/rokhiyatul60165/625177a53794d16d7859a225/mengenal-jenis-bermain-dan-
permainan-anak-usia-dini

Kreator: Rokhiyatul Amania

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi
Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

2 Tipe dan Jenis Kegiatan Bermain Anak Usia Dini

Berbagai jenis kegiatan bermain anak adalah sebagai berikut:

A. Bermain Aktif

Dalam kegiatan bermain aktif,anak melakukan aktivitas gerakan yang melibatkan seluruh indera dan anggota
tubuhnya. Diantara jenis kegiatan bermain aktif adalah :

1. Tactile Play
Merupakan kegiatan bermain yang meningkatkan keterampilan jari jemari anak serta membantu anak memahami
dunia sekitarnya melalui alat perabaan dan penglihatnnya.
2. Functional Play
Bermain Fungsional/Functional Play adalah kegiatan bermain yang melibatkan panca indera dan kemampuan gerakan
motorik dalam rangka mengembangkan aspek motorik anak. (Charlotte Buhler)

3. Constructive Play
Permainan yang mengutamakan anak untukmembangun atau membentuk bangunan dengan media balok, lego dan
sebagainya.

4. Creative Play
Permainan yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari imajinasinya sendiri.

5. Symbolic /Dramatic Play


Permainan dimana anak memegang sustu peran tertentu.

6. Play Games
Permainan yang dilakukan menurut aturan tertentu dan bersifat kompetisi/ persaingan.

b. Bermain Pasif
Kegiatan bermain pasif tidak melibatkan banyak gerakan tubuh anak, tetapi hanya melibatkan sebagian indera saja
terutama pendengaran dan penglihatan.

Kegiatan bermain pasif diantaranya adalah Receptive Play, yaitu permainan dimana anak menerima kesan-kesan
yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif (bukan fisik yang aktif) melalui mendengarkan dan memahami apa yang
dia dengar dan ia lihat.

Artikel ini merupakan satu kesatuan dari bahasan yang sudah disajikan sebelumnya. Lihat indeks artikel tentang
perkembangan bermain anak disini Bermain dan Permainan Untuk Anak Usia Dini (PAUD)

Anda mungkin juga menyukai