Bermain
Bermain
Bermain bagi anak berkaitan dengan peristiwa, situasi, interaksi, dan aksi.
Bermain mengacu pada aktivitas, seperti berlaku pura-pura dengan benda,
sosiodrama, dan permainan yang beraturan. Bermain berkaitan dengan tiga hal,
yakni keikutsertaan dalam kegiatan, aspek afektif, dan orientasi tujuan. Lebih
lanjut, anak-anak mengatakan bahwa bermain bersifat mana suka, sedangkan
bekerja tidak demikian. Bermain dilakukan karena ingin dan bekerja dilakukan
karena harus. Bermain berkaitan dengan kata “dapat” dan bekerja berkaitan
dengan kata “harus”. Bagi anak-anak, bermain adalah aktivitas yang dilakukan
karena ingin, bukan karena harus memenuhi tujuan atau keinginan orang lain.
Bermain tidak memerlukan konsentrasi penuh, tidak memerlukan pemikiran
yang rumit. Sebaliknya, bekerja menuntut konsentrasi penuh, harus belajar, dan
menggunakan pikiran secara tercurah. Anak juga memandang bermain sebagai
kegiatan yang tidak memiliki target. Mereka dapat saja meninggalkan kegiatan
bermain kapan pun mereka mau; dan sebaliknya, bekerja memiliki target, harus
diselesaikan, dan tidak dapat berbuat sekehendak hati. Bagi mereka, bermain
adalah kebutuhan, sedangkan bekerja adalah sebuah keharusan (Wing, 1996).
Bermain merupakan aktivitas yang tak bisa dilepaskan dari dunia anak. Melalui bermain, anak berpikir, berinteraksi,
dan terlibat secara aktif dengan lingkungannya. Hal ini sangat penting untuk diketahui orang tua setiap anak.
"Bermain juga dapat membantu berbagai aspek perkembangan anak tumbuh secara optimal, termasuk aspek
perkembangan sosialnya," tulis keterangan di akun resmi Direktorat PAUD Kemdikbud (14/7).
Baca artikel detikedu, "Mengenal 6 Tahapan Bermain Menurut Perkembangan Sosial Anak" selengkapnya
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5643768/mengenal-6-tahapan-bermain-menurut-perkembangan-sosial-anak.
Pada tahap ini anak belum terlibat langsung dalam kegiatan bermain, tapi lebih banyak mengamati segala sesuatu
yang menarik perhatian. Baik berupa kegiatan anak lain maupun kejadian-kejadian di sekitarnya.
Jika anak tak menemukan hal menarik perhatiannya, ia akan bermain dan menyibukkan dirinya sendiri. Misalnya
dengan menyentuh-nyentuh bagian tubuhnya, bergerak tak beraturan, dan sebagainya.
2. Bermain Solitary
Pada tahap ini anak mulai bisa bermain secara aktif, namun hanya asyik sendiri. Anak cenderung tidak
memperhatikan kehadiran anak-anak lain di sekitarnya.
Pada tahap ini sifat egosentris masih dominan, di mana anak memusatkan perhatiannya pada diri sendiri dan belum
ingin berinteraksi dengan anak di sekitarnya.
Anak baru akan menerima dan menyadari kehadiran orang lain apabila merasa diganggu. Misalnya anak sedang
bermain sebuah benda, lalu seseorang mengambil benda tersebut.
3. Bermain Onlooker
Pada tahap ini anak mulai senang memperhatikan lingkungan sekitarnya dan melihat anak-anak lain bermain. Hal
yang membedakan tahap ini dengan tahap unoccupied adalah adanya minat anak yang besar terhadap kegiatan yang
diamatinya.
Anak mulai menyadari bahwa ia adalah bagian dari lingkungannya. Walaupun anak sudah tertarik, namun ia belum
bergabung ke dalam kegiatan tersebut.
Sehingga pada tahap ini, ia biasanya berada di pusat aktivitas hanya untuk melihat, mengamati, dan mendengarkan
anak lain asyik bermain.
4. Bermain Paralel
Pada tahap ini anak sudah bisa bermain secara berdampingan atau berdekatan dengan anak-anak yang lain.
Meski begitu, tahap ini anak masih tidak mempedulikan satu dengan yang lain, mereka hanya fokus pada permainan
dan peralatan bermain mereka sendiri atau memainkan permainan yang sama namun tidak terjadi kontak nyata
diantara mereka.
Pada tahap ini anak-anak bermain di waktu dan tempat yang sama namun belum menunjukkan interaksi sosial.
Misalnya tiga orang anak bermain mobil-mobilan di tempat yang sama namun tidak bermain bersama.
Baca artikel detikedu, "Mengenal 6 Tahapan Bermain Menurut Perkembangan Sosial Anak" selengkapnya
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5643768/mengenal-6-tahapan-bermain-menurut-perkembangan-sosial-anak.
Tahap ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan bermain yang dilakukan di tempat, waktu, dan jenis permainan yang
sama namun tidak terjadi bentuk kerja sama.
Interaksi yang dilakukan anak biasanya sebatas percakapan sederhana atau saling meminjam alat bermain. Tahap
bermain ini belum menunjukkan adanya pembagian peran atau kegiatan yang mengarah ke tujuan yang sama.
Misalnya anak sedang mewarnai bersama, interaksi yang dilakukan sebatas meminjam pensil warna dari teman
bermainnya namun belum sampai bekerja sama untuk mewarnai objek yang sama.
6. Bermain Kooperatif
Tahap ini, anak sudah mulai bisa memutuskan sendiri cara bermainnya dan mulai bisa bekerja sama. Misalnya anak
mulai bermain sepak bola secara sederhana dengan memilih dua tim yang saling berlawanan dan dipimpin oleh dua
kapten tim.
Dalam permainan tersebut anak sudah menampakkan kemampuan bekerja sama dan pembagian peran.
Baca artikel detikedu, "Mengenal 6 Tahapan Bermain Menurut Perkembangan Sosial Anak" selengkapnya
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5643768/mengenal-6-tahapan-bermain-menurut-perkembangan-sosial-anak.
1. Bermain Aktif : bermain aktif ini melibatkan seluruh anggota tubuh, biasanya dalam bermain bebas ini terdapat
aspek motorik baik motorik kasar ataupun halus. Contohnya, bermain peran, bermain sepak bola, dan masih banyak
lagi.
2. Bermain Pasif : bermain pasif ini hanya sedikit melibatkan anggota tubuhnya, berbeda dengan bermain aktif.
Bermain pasif ini cenderung pada aspek motorik halusnya saja. Contohnya, anak sedang bermain Gadget (HP),
menonton televisi atau video, dan masih banyak lagi.
Dari penjelasan diatas ada juga yang menyebutkan jenis bermain bebas dan bermain terpimpin. mungkin untuk
bermain bebas itu anak bebas untuk memilih permainan yang akan dimainkannya sendiri, untuk bermain terpimpin
mungkin ada sedikit aturan - aturan yang sudah dibuat dahulu. Memang banyak sekali jenis bermain atau permainan
untuk anak usia dini baik yang tradisional maupun modern. Jenis bermain ini perlu sekali dikenali agar mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak sudah sesuai atau belum. Itulah sedikit penjelasan dari jenis bermain anak usia
dini.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengenal Jenis Bermain dan Permainan Anak Usia Dini",
Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/rokhiyatul60165/625177a53794d16d7859a225/mengenal-jenis-bermain-dan-
permainan-anak-usia-dini
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi
Kompas.
A. Bermain Aktif
Dalam kegiatan bermain aktif,anak melakukan aktivitas gerakan yang melibatkan seluruh indera dan anggota
tubuhnya. Diantara jenis kegiatan bermain aktif adalah :
1. Tactile Play
Merupakan kegiatan bermain yang meningkatkan keterampilan jari jemari anak serta membantu anak memahami
dunia sekitarnya melalui alat perabaan dan penglihatnnya.
2. Functional Play
Bermain Fungsional/Functional Play adalah kegiatan bermain yang melibatkan panca indera dan kemampuan gerakan
motorik dalam rangka mengembangkan aspek motorik anak. (Charlotte Buhler)
3. Constructive Play
Permainan yang mengutamakan anak untukmembangun atau membentuk bangunan dengan media balok, lego dan
sebagainya.
4. Creative Play
Permainan yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari imajinasinya sendiri.
6. Play Games
Permainan yang dilakukan menurut aturan tertentu dan bersifat kompetisi/ persaingan.
b. Bermain Pasif
Kegiatan bermain pasif tidak melibatkan banyak gerakan tubuh anak, tetapi hanya melibatkan sebagian indera saja
terutama pendengaran dan penglihatan.
Kegiatan bermain pasif diantaranya adalah Receptive Play, yaitu permainan dimana anak menerima kesan-kesan
yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif (bukan fisik yang aktif) melalui mendengarkan dan memahami apa yang
dia dengar dan ia lihat.
Artikel ini merupakan satu kesatuan dari bahasan yang sudah disajikan sebelumnya. Lihat indeks artikel tentang
perkembangan bermain anak disini Bermain dan Permainan Untuk Anak Usia Dini (PAUD)