Anda di halaman 1dari 12

Metode Pembelajaran Anak Usia Dini

(makalah)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Belajar dan Pembelajaran PAUD

Dosen Pengampu:
Nia Nuraida, M.Pd

Disusun Oleh:
Krida Salsabila

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Pembelajaran Anak Usia Dini memiliki 2 jenis model yaitu pembelajaran


yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Metode
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran memberikan kesempatan dan
kebebasan pada anak untuk mengemukakan pemikirannya, mereka
mengemukakan pemikirannya sendiri dan mengidetifikasikan kegiatannya.
Pembelajaran yang berpusat pada anak memandang kebutuhan anak adalah
kebutuhan unik dan bernilai.
Metode pembelajaran yang berpusat pada guru atau dikenal dengan istilah
pengajaran langsung merupakan sifat di mana guru atau fasilitator memberikan
petunjuk dan pengarahan langsung pada anak tentang apa yang harus dilakukan
oleh anak kemudian guru mengevaluasi kegiatan anak berdasarkan perilaku atau
tindakan yang muncul dalam diri anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pembelajaran


Metode (method), secara harfiah, berasal dari dua kata, yaitu meta dan
hodos. Meta berarti “Melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.
Metode, kemudian diartikan sebagai cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan
sebagai cara melakukan seuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan
dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.
Bila dihubungkan dengan pembelajaran, maka istilah metode
pembelajaran menunjuk pada pengertian “berbagai cara, jalan, atau kegiatan
yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
”Iskandarwassid dan Sunendar (2011, hlm. 56) yang mengatakan
bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis untuk
memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang diinginkan atau ditentukan.

B. Pengertian metode Pembelajaran menurut Para Ahli:


Komalasari
Komalasari (2017, hlm. 56) mengemukakan bahwa metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai salah satu cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan metode secara spesifik.
Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetya
Metode pembelajaran adalah teknik yang dikuasai pendidik atau guru untuk
menyajikan materi pelajaran kepada peserta didik di kelas, baik secara individu
maupun kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan
dimanfaatkan oleh peserta didik dengan baik (Ahmadi & Prasetya, 2015, hlm. 52).
Nur Hamiyah & Muhammad Jauhar
Sedangkan Hamiyah dan Jauhar, mengartikan metode sebagai cara untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamiyah & Jauhar, 2014, hlm.
49)
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja sistematis
yang memudahkan pelaksanaan pembelajaran berupa implementasi spesifik
langkah-langkah konkret agar terjadi proses pembelajaran yang efektif mencapai
suatu tujuan tertentu seperti perubahan positif pada peserta didik.

C. Perbedaan Model Pembelajaran dan Metode Pembelajaran


Perbedaan utama dari model dan metode pembelajaran adalah metode
pembelajaran telah memiliki langkah konkret untuk melaksanakannya. Sementara
itu model pembelajaran hanya gambaran umum atau kerangka kerjanya saja.
Artinya, Guru harus membuat langkah-langkah (sintaks) sendiri.
Boleh dibilang juga bahwa metode pembelajaran adalah model
pembelajaran yang telah memiliki aplikasi langkah-langkah spesifik.

D. Macam-macam metode Pembelajaran:


Menurut Mursid, S.Ag Secara khusus Proses belajar dan pembelajaran AUD
haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan AUD sbb:
1. Proses kegiatan belajar pada AUD harus dilaksanakan berdasarkan prinsip
belajar melalui bermain.
2. Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dalam lingkungan yang
kondusif dan inovatif, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
3. Proses kegiatan belajar AUD dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan
terpadu.
4. Proses kegiatan belajar AUD harus diarahkan pada pengembangan potensi
kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu.

Macam-macam metode pembelajaran AUD:


1. Metode Bermain
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari
karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan
(Mayesty, 1990:196-197) Anak usia dini tidak membedakan antara
bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati
permainan dan akan terus melakukannya di mana pun mereka memiliki
kesempatan. Bermain bagi anak usia dini merupakan kebutuhan, sama
seperti kebutuhan makan, minum, kasih sayang pakaian, kenyamanan
dll, sehingga ada sinyalemen yang menyatakan bahwa dunia anak
adalah dunia bermain, anak belajar melalui bermain dan bermain sambil
belajar.
Manfaat Bermain bagi anak: a. anak memperoleh rasa senang, b.
anak berlatih menggunakan seluruh indranya, c. Anak aktif melakukan
kegiatan, d. Anak belajar bekerjasama, Belajar berkomunikasi, dan
belajar memecahkan permasalahan, e. Anak mengembangkan rasa ingin
tahu, mengembangkan harga diri dan rasa percaya diri, serta
mengembangkan nilai-nilai, f. Anak memperoleh pengalaman cukup
nyata, g. Meningkatkan keterampilan motorik, h. Meningkatkan
kemandirian anak
Contoh: menyusun kata dari kartu bergambar.
2. Metode Bernyanyi
Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh
anak-anak. Hampir setiap anak sangat menikmati lagu-lagu atau
nyanyian yang didengarkan, lebih- lebih jika nyanyian tersebut
dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diiringi gerakan tubuh yang
sederhana.
Melalui kegiatan bernyanyi, suasana pembelajaran akan lebih
menyenangkan, menggairahkan, membuat anak bahagia, menghilangkan
rasa sedih, sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih mudah
dan lebih cepat diterima serta diserap anak.
Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan,
sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih lama mengendap di
memori anak.
Contoh: menyayikan lagu Balonku yang sya’irnya sudah diubah sesuai
keinginan, misalnya menjadi Rukun Islam.
3. Metode bercerita (mendongeng)
Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang sudah lama
kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau tradisi bagi para
orang tua untuk menidurkan anak-anaknya.
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita antara lain: a.
Mengembangkan imajinasi anak, b. Menambah pengalaman, c. Melatih
daya konsentrasi, d. Menambah perbendaharaan kata, e. Menciptakan
suasana akrab, f. Melatih daya tangkap, g. Mengembangkan perasaan
sosial, h. Mengembangkan perasaan sosial, i. Mengembangkan emosi
anak, j. Berlatih mendengarkan, k. Mengenal nilai-nilai positif dan
negatif, l. Menambah pengetahuan, dan lain-lain.
Dalam metode bercerita ada hal yang perlu diperhatikan agar cerita
dapat diserap anak maka sebaiknya tema yang diangkat adalah tema
yang berkaitan erat dengan kehidupan anak atau yang disukai anak-anak.
Pentingnya mengetahui karakter favorit anak.
4. Metode Karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati atau mengobservasi,
memperoleh informasi, dan mengkaji dunia secara langsung, seperti
binatang, tanaman, dan benda-benda lain di sekitar anak.
Melalui kegiatan karyawisata diharapkan dapat: a. Merangsang minat
anak terhadap sesuatu, b. Memperluas informasi yang diperoleh di kelas,
c. Memberi pengalaman belajar secara langsung, d. Menumbuhkan
minat terhadap sesuatu, e. Menambah wawasan anak, f. Menjadi sarana
rekreasi, g. Memberi perasaan yang menyenangkan, h. Sarana
mempererat hubungan antara antara orang tua dan pamong paud, orang
tua dengan orang tua, dan anak dengan anak.
Kegiatan Karyawisata dapat dilakukan di luar lembaga sesuai dengan
tema yang sedang dibicarakan dalam bentuk “puncak tema”. Contoh
tema binatang, anak diajak ke kebun binatang, tema tanaman anak diajak
ke kebun raya, pasar bunga, taman kota, dll, tema profesi, anak diajak
berkunjung ke kantor polisi, rumah sakit dll.
5. Metode Demonstrasi
Metode ini menekankan pada cara-cara mengerjakan sesuatu dengan
penjelasan, petunjuk, dan peragaan secara langsung dari guru. Melalui
metode ini diharapkan anak dapat mengenal dan mencermati langkah-
langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu kegiatan, yang pada
gilirannya anak-anak diharapkan dapat meniru dan melakukan apa yang
didemonstrasikan oleh guru dengan baik dan benar. Misalnya
keterampilan melipat kertas, menggambar suatu pola, menggulung,
menggunting dan sebagainya
6. Metode Bercakap-cakap (berdialog)
Bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling
mengkomunikasikan satu sama lain dalam hal pikiran, perasaan dan
kebutuhan secara verbal untuk mewujudkan bahasa reseptif yang
meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan orang
lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan
pendapat, gagasan, perasaan, dan kebutuhan kepada orang lain.
Melalui kegiatan bercakap-cakap diharapkan dapat: a. Meningkatkan
keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan
kemampuan berbahasa secara ekspresif, misalnya menyatakan pendapat,
perasaan, keinginan, bertanya dsb.
b. meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa
yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain, c. Meningkatkan
keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, baik
sesama teman atau pamong, d. Memberi kesempatan kepada anak untuk
membangun jati dirinya melalui kesempatan untuk berdialog, e.
Memperluas pengetahuan, wawasan, dan perbendaharaan kata, f.
Meningkatkan kemampuan bahasa reseftif anak, seperti mendengarkan
dan memahami pembicaraan orang lain.
Upayakan bercakap-cakap menggunakan bahasa positif, penuh dengan
penghargaan dan pujian, serta kata-kata santun dan lembut. Ucapan
adalah do’a dan jangan memberi label buruk kepada anak.
Kata positif seperti: terimakasih, alhamdulillah, luar biasa, maaf,
permisi, pintar, jempol dua, subhanallah, hebat dll.
Kata negatif: jangan, tidak, bodoh, nakal, malas dsb.
7. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak semata-mata hanya
untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan kemampuan bahasa
reseftif anak, memusatkan perhatian dan membangun motivasi anak,
bukan untuk melihat hasilnya. Oleh karena itu, sebaiknya dihindari
pemberian tugas yang bersifat memaksa, mendikte, membatasi
kreatifitas anak, terus-menerus, dalam bentuk pekerjaan rumah, atau
tugas-tugas lain yang membuat anak justru merasa tertekan, terpaksa,
membuat anak bosan bahkan mungkin sampai pada tingkat frustasi.
Berikan tugas yang dapat meningkatkan kreatifitas anak, meningkatkan
imajinasi anak, melatih motorik, membuat anak lebih bergairah, lebih
bersemangat, merasa senang, nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri,
meningkatkan motivasi belajar dan tugas-tugas lain yang membuat anak
merasa nyaman dan aman ketika belajar di lembaga PAUD.

A. Menurut buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan pada Kelompok Bermain


keluaran Departemen Pendidikan Nasional, Metode pembelajaran dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Metode Pembelajaran Pokok, Yaitu:
a. Metode Pembelajaran Bermain sambil belajar,
1) Bermain seorang diri : anak bermain tanpa menghiraukan apa yang
dilakukan anak lain di sekitarnya. Contohnya: Menyusun balok
menjadi menara.
2) Bermain paralel : Bermain dilakukan sekelompok anak dengan
menggunakan alat permainan yang sama, tetapi anak bermain
sendiri-sendiri. Apa yang dilakukan anak tidak tergantung anak
lain. Mereka biasanya bicara satu sama lain. Apabila salah satu
anak meninggalkan tempat, yang lain tetap melanjutkan kegiatan
bermain.
3) Bermain Asosiatif: Beberapa anak bermain bersama tetapi tidak
ada aturan. Beberapa anak mungkin memilih bermain peran
sebagai penjahat dan lari mengitari halaman, sedang anak yang lain
mengejar penjahat secara bersama-sama. Apabila satu anak
berhenti mengejar yang lain tetap lari dan mengejar.
4) Bermain Kooperatif: Masing-masing anak memiliki peran tertentu
guna mencapai tujuan kegiatan bermain seperti bermain toko-
tokoan ada yang menjadi penjual dan ada yang menjadi pembeli
5) Bermain Peran (Role Play): Anak diberikan kesempatan seluas-
luasnya untuk bermain peran guna mengembangkan imajinasinya.
Anak dapat memerankan diri sebagai ayah, ibu, polisi, dokter, guru
dan lain-lain. Sebelum anak bermain peran, perlu diberikan ulasan-
ulasan mengenai sifat masing-masing tokoh yang akan diperankan
anak, agar anak dapat menghayati sifat-sifat tokoh yang
diperankan. Teknik ini akan lebih baik jika dilengkapi dengan alat-
alat yang biasa digunakan oleh sang tokoh, sehingga anak lebih
terbantu dalam menghayalkan dan memerankan tokoh yang
diperankan.
6) Sosiodrama: Pada bermain peran, aspek yang ditonjolkan adalah
memerankan tokoh guna mengembangkan imajinasi anak, dalam
sosiodarama lebih menekankan pada pengembangan kerjasama dan
kemampuan berkomunikasi dengan melakukan kegiatan sesuai
cerita atau kejadian yang sering dijumpai anak. Misalnya tentang
semut yang rajin bekerja, anak-anak ada yang diminta untuk
memerankan semut dan roti yang akan dibawa ke sarang semut.
Pada akhir cerita, diberikan ulasan mengenai cerita, agar anak
dapat membedakan antara sikap yang baik dan jelek dari tokoh
dalam cerita.

2. Metode Pembelajaran Pelengkap, yaitu:


a. Bercerita, mendongeng, atau membacakan buku
Mendengarkan cerita atau dongeng merupakan kegiatan yang cukup
mengasyikkan bagi anak-anak. Karenanya pada kelompok bermain
teknik ini banyak digunakan oleh tenaga pendidik. Dengan bercerita
dapat menyampaikan bahan pendidikan kepada anak-anak, dimana
materi yang disampaikan atau disajikan tanpa terasa akan
mempengaruhi jalan pikiran dan imajinasi anak. Untuk melengkapi
tehnik ini sebaiknya digunakan pula alat peraga berupa boneka,
gambar-gambar atau alat peraga lain yang masih ada hubungannya
dengan bahan yang sedang diceritakan. Pada akhir cerita sebaiknya
tenaga pendidik memberikan pertanyaan pada anak, atau sebaliknya,
menjawab celoteh/pertanyaan anak.
b. Bercakap-cakap
Bercakap-cakap dapat membantu anak mengembangkan bermacam
kosakata dalam berbagai tema yang akan memacu pengembangan
berbagai aspek perkembangan anak. Semakin banyak anak kosakata
yang diperoleh dari bermacam tema yang ditetapkan, semakin luas
perbendaharaan pengetahuan anak tentang diri sendiri, keluarga, dunia
tanaman, hewan, orang, pekerjaan dan sebagainya.
c. Bernyanyi
Bernyanyi atau menyanyi digemari oleh anak-anak. Menyanyi akan
membawa anak pada suasana emosional, baik gembira atau sedih.
Tehnik ini dipandang sesuai untuk mengembangkan penghayatan anak
terhadap suatu peristiwa, disamping juga melatih kemampuan dasar
anak.
d. Karyawisata
Dengan karyawisata anak dibawa pada suasana dan lingkungan yang
berbeda dengan hari-hari biasa. Dengan karya wisata anak akan
belajar lebih banyak dengan cara mengamati dunia sesuai kenyataan
yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan dan benda-benda lain. Dengan mengamati secara langsung
melaui panca indra yakni mata/penglihatan, telinga/pendengaran,
lidah/pengecapan, hidung/pembauan akan memperoleh kesan yang
sesuai dengan pengamatannya.
e. Latihan Pembiasaan
Merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan untuk melatih anak agar memiliki kebiasaan-
kebiasaan tertentu, yang umumnya berhubungan dengan
pengembangan kepribadian anak, seperti emosi, disiplin, budi pekerti,
kemandirian, penyesuaian diri, hidup bermasyarakat dll.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A., Prasetya, J.T. (2015). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan pada Kelompok Bermain.Bandung: CV. Bengawan.
Hamiyah, N., Jauhar, M. (2014). Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya.
Iskandarwassid dan Sunendar, D. (2011). Strategi pembelajaran bahasa.
Bandung: Rosdakarya
Komalasari, Kokom. (2017). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi.
Bandung: Refika Aditama.
Mursid. (2015). Belajar dan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Ungguh, Muliawan., Jasa. (2009). Manajemen Play Group & Taman Kanak-
kanak. Jogjakarta: Diva Press.

Anda mungkin juga menyukai