Laporan - Pendahuluan - DHF Umam
Laporan - Pendahuluan - DHF Umam
Oleh :
KHAIRUL UMAM
B. Etiologi
Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti.Nyamuk penular dengue
tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia (Rahayu & Budi, 2017). Penyebab
penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-bornevirus atau virus
yang disebabkan oleh artropoda.Virus ini termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae.
Ada 4 serotipe virus yaitu :
1. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
2. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
3. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
4. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang
terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3
merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat (Masriadi,
2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap tipe yang
bersangkutan, sedangkan anti body yang terbentuk terhadap tipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap tipe lain
(Wijaya, 2013).
Virus dengue vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi
tidak ada perlindungan terhadap serotype lain. (Smeltzer & Suzanne, 2001)
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena
viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di
tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada system retikolo
endhothelial seperti pembesaran kelenjar - kelenjar getah bening, hati dan limpa. Reaksi yang
berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang
berlainan. Berdasarkan hal tersebut akan timbul the secondary heterologous infection atau the
sequential infection of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik
antibody sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah
mengakibatkan hal sebagai berikut :
E. Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan laboratories.
Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan laboratories:
1. Diagnose klinis
Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik
merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan
konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan
gusi, hematemesis (muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya
darah dalam urin).
Perdarahan pada hidung
Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah
Pembesaran hati (hepatomegali)
Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan
sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah
Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu
makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
2. Diagnose laboratories
Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit
hingga 100.000/mmHg
Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih (Resti,
2014)
Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal pada penyakit DHF (dengue hemoragic fiver)
setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat.
Terjadi perdarahan dan muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch lebih
besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan perdarahan. Syok
dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai setelah masa
krisis 1- hari.
F. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis.
Pemeriksaan penunjang ini digunakan untuk mengetahui secara pasti strok dan sub-tipenya,
untuk mengidentifikasikan penyebab utamanya dan penyakit penyerta, selain itu juga dapat
untuk menentukan strategi pemilihan terapi dan memantau kemajuan dalam pengobatan
(Bakhtiar, 2016).
G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan luas.
2. Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit
dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi
vena, petekia dan purpura.
3. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan
nyeri perut yang hebat.
4. Shock atau renjatan.
5. Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan
tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari
tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
6. Effuse pleura
7. Penurunan kesadaran.
(Resti, 2014)
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. DHF tanpa renjatan Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum pada anak
sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi
dengan obat antipiretik dan kompres hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang
diberi luminal dengan dosis : anak yang berumur 1 tahun 75mg. atau antikonvulsan
lainnya. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien teruss
menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancan terjadinya
dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat.
b. DHF disertai renjatan Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang
infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus
harus diguyur. Apabila renjatan sudah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi
menjadi 10 ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan berulang
perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral
melalui safena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
2. Penatalaksaan kepreawatan
10. Eliminasi
BAK baik kuning, BAB Kehitaman 1 kali
11. Makanan/cairan
Mual,muntah, tidak nafsu makan kurang dari ½ porsi, minum kurang dari 1500cc.
12. Hygiene
Hanya di lap menggunakan wash lap dengan bantuan keluarga
13. Nyeri/kenyamanan
Sakit kepala bila demam, tekan epigastric, Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi
14. Perdarahan
Terdapat petekie di kaki dan tangan, ada melena sedikit.
15. System pernapasan
Tidak sesak, pergeraakan dinding dada simetris, suara nafas wheezing,
16. System cardivaskular
Terdapat trombisitopenia
Trobosit 16000
17. System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, dan persendian.
18. System perkemihan
Produksi urine kuning agak keruh
19. System pencernaan
Selaput mukosa kering, nyeri tekan pada epigastrik, penurunan nafsu makan, mual,
muntah, BAB darah (melena).
20. System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, terjadi bintik merah seluruh
tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie).
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium = 20/12/2022
Hb 13.1
Leukosit 2.200
Trombosit 33.000
Hematokrit 41
GDS 92
Antigen SARS Cov-2 negatif
Pemeriksaan laboratorium 21/12/2022
Trombosit 16.000
Hematokrit 43
Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia , mual dan muntah.
Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
Intervensi keperawatan
Temperature
Regulation Peningkatan suhu
Beri banyak tubuh akan
minum ( ± 1-1,5 menyebabkan
liter/hari) sedikit tapi penguapan tubuh
sering meningkat sehingga
Ganti pakaian perlu diimbangi dengan
klien dengan bahan asupan cairan yang
tipis menyerap banyak.
keringat. Pakaian yang tipis
menyerap keringat dan
membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat
dari peningkatan suhu
dan dapat terjadi
konduksi.
2. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan Fluid Managemen
berhubungan dengan tindakan keperawatan Kaji keadaan Mengetahui dengan
kehilangan volume cairan selama ... x 24 jam, umum klien dan cepat penyimpangan
aktif. pasien akan : tanda-tanda vital. dari keadaan normalnya.
Menunjukkan Kaji input dan Mengetahui balance
keseimbangan elektrolit output cairan. cairan dan elektrolit
dan asam basa Observasi adanya dalam
Menunjukkan tanda-tanda syok tubuh/homeostatis.
keseimbangan cairan Anjurkan klien
Agar dapat segera
Turgor kulit baik untuk banyak minum. dilakukan tindakan jika
Tanda-tanda vital Kolaborasi dengan terjadi syok.
dalam batas normal dokter dalam Asupan cairan
pemberian cairan I.V. sangat diperlukan untuk
menambah volume
cairan tubuh
Pemberian cairan
I.V sangat penting bagi
klien yang mengalami
deficit volume cairan
untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Pain management
dengan proses patologis tindakan keperawatan Lakukan Mengetahui nyeri
penyakit. selama ... x 24 jam, pengkajian nyeri yang dialami pasien
S: os mengatakan nyeri pasien akan : secara kompherensif. sehingga perawat dapat
perut dan sendi Dapat mengontrol Kaji faktor-faktor menentukan cara
O: nyeri tekan pada nyeri yang mempengaruhi mengatasinya.
epigaster, nyeri skala 3, os Mengetahui tingkat reaksi pasien terhadap
Dengan mengetahui
tampak lemas dan merintih nyeri nyeri. faktor-faktor tersebut
kesakitan pada perut Ekspresi wajah rileks.
Berikan posisi maka perawat dapat
yang nyaman dan melakukan intervensi
ciptakan suasana yang sesuai dengan
ruangan yang tenang. masalah klien.
Berikan suasana Posisi yang nyaman
gembira bagi pasien dan situasi yang tenang
dapat membuat perasaan
yang nyaman pada
pasien.
Dengan suasana
gembira pasien dapat
sedikit mengalihkan
perhatiannya terhadap
nyeri.
Analgetic
administration
Berikan analgesik Obat analgesik
sesuai tipe dan dapat menekankan rasa
beratnya nyeri . nyeri.
4. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan Nutrition
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan managemen
tubuh berhubungan dengan selama ... x 24 jam, Kaji keadaan
Memudahkan untuk
anoreksia , mual dan pasien akan : umum klien intervensi selanjutnya
muntah. Menunjukkan Beri makanan Merangsang nafsu
kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan makan klien sehingga
terpenuhi. tubuh klien. klien mau makan.
Memperlihatkan Anjurkan orang
Makanan dalam
adanya selera makan tua klien untuk porsi kecil tapi sering
memberi makanan memudahkan organ
sedikit tapi sering. pencernaan dalam
Anjurkan orang metabolisme.
tua klien memberi Makanan dengan
makanan TKTP dalam komposisi TKTP
bentuk lunak berfungsi membantu
mempercepat proses
penyembuhan.
untuk acuan
Syok managemen melakukan tindak lanjut
Cek hemoglobin, terhadap perdarahan.
hematokrit, trombosit Untuk mengetahui
Monitor gas darah adanya asodosis
dan oksigenasi metabolik.