Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP PADA PASIEN DHF

(DENGUE HEMORRHAGIC FEVER)

Oleh :

KHAIRUL UMAM

DALAM RANGKA MASA ORIENTASI KARYAWAN BARU

RUMAH SAKIT MITRA HUSADA

PRINGSEWU TAHUN 2023


A. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)(Resti, 2014).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, famili
flaviviridae. Penyakit DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, dan aedes
albopictus dimana faktor utama penyakit dari DHF sehingga terjadi sepanjang tahun dan bisa
menyerang seluruh kelompok umur mulai dari anak – anak hingga orang dewasa.
Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes, 2015).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2012).

B. Etiologi
Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti.Nyamuk penular dengue
tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia (Rahayu & Budi, 2017). Penyebab
penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-bornevirus atau virus
yang disebabkan oleh artropoda.Virus ini termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae.
Ada 4 serotipe virus yaitu :
1. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
2. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
3. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
4. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.

Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang
terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3
merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat (Masriadi,
2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap tipe yang
bersangkutan, sedangkan anti body yang terbentuk terhadap tipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap tipe lain
(Wijaya, 2013).

Virus dengue vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi
tidak ada perlindungan terhadap serotype lain. (Smeltzer & Suzanne, 2001)

C. Klasifikasi

Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :


1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan
uji turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan,
3. Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi
menurun manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)

D. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena
viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di
tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada system retikolo
endhothelial seperti pembesaran kelenjar - kelenjar getah bening, hati dan limpa. Reaksi yang
berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang
berlainan. Berdasarkan hal tersebut akan timbul the secondary heterologous infection atau the
sequential infection of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik
antibody sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah
mengakibatkan hal sebagai berikut :

1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen yang diakibatkan


lepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,
suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorphosis.
Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh system
retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan vasoaktif (histmin dan serotonini) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang merangsang
koagulasi intravascular.
3. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) yang mengakibatkan pembekuan
intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi plasminogen akan menjadi plasmin
yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi
fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivas akan merangsang sistim klinin yang
berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah (Wijaya,
2013).

E. Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan laboratories.
Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan laboratories:
1. Diagnose klinis
 Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
 Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik
merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan
konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan
gusi, hematemesis (muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya
darah dalam urin).
 Perdarahan pada hidung
 Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah
 Pembesaran hati (hepatomegali)
 Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan
sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah
 Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu
makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
2. Diagnose laboratories
 Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit
hingga 100.000/mmHg
 Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih (Resti,
2014)

Menurut WHO Tahun 2015 DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:


a. Derajat I
Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan dalam uji
tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II
Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c. Derajat III
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan
darah turun (20 MmHg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
d. Derajat IV
Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak Terukur.

Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal pada penyakit DHF (dengue hemoragic fiver)
setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat.
Terjadi perdarahan dan muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch lebih
besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan perdarahan. Syok
dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai setelah masa
krisis 1- hari.
F. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis.
Pemeriksaan penunjang ini digunakan untuk mengetahui secara pasti strok dan sub-tipenya,
untuk mengidentifikasikan penyebab utamanya dan penyakit penyerta, selain itu juga dapat
untuk menentukan strategi pemilihan terapi dan memantau kemajuan dalam pengobatan
(Bakhtiar, 2016).

1. Pemeriksaan Darah lengkap


2. Hemoglobin
biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang banyak dan hebat Hb biasanya
menurun Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL
3. Hematokrit
Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi kebocoran plasma Nilai
normal: 33- 38%.
4. Trombosit
Trombositnya biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia kurang dari
100.000/ml Nilai normal: 200.000-400.000/ml.
5. Leukosit
Leukosit mengalami penurunan dibawah normal Nilai normal: 9.000-12.000/mm3
6. Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hyponatremia.
7. Pemeriksaan rontgen thorak Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di
rongga pleura yang meyebabkan terjadinya effusi pleura. (Wijayaningsih, 2013)
8. Pemeriksaan analisa gas darah
a. pH darah biasanya meningkat Nilai normal: 7.35-7.45.
b. Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik mengakibatkan pCO2 menurun
dari nilai normal (35 – 40 MmHg) dan HCO3 rendah.

G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan luas.
2. Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit
dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi
vena, petekia dan purpura.
3. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan
nyeri perut yang hebat.
4. Shock atau renjatan.
5. Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan
tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari
tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
6. Effuse pleura
7. Penurunan kesadaran.
(Resti, 2014)

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. DHF tanpa renjatan Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum pada anak
sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi
dengan obat antipiretik dan kompres hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang
diberi luminal dengan dosis : anak yang berumur 1 tahun 75mg. atau antikonvulsan
lainnya. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien teruss
menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancan terjadinya
dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat.
b. DHF disertai renjatan Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang
infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus
harus diguyur. Apabila renjatan sudah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi
menjadi 10 ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan berulang
perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral
melalui safena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
2. Penatalaksaan kepreawatan

a. Perawatan pasien DHF derajat I


Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza biasa dengan
gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala
perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak, observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa
Ht, Hb dan trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam
24 jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping kompres hangat jika
pasien demam.
b. Perawatan pasien DHF derajat II
Umumnya pasien dengan DHF derajat II, ketika datang dirawat sudah dalam
keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah dalam perawatan baru
beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika
pasien segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik
dipasang pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit dan
hemoglobin serta trombosit.
c. Perawatan pasien DHF derajat III Dengue Shock Sindrome (DSS)
Pasien Dengue Shock Sindrome (DSS) adalah pasien gawat maka jika tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga
memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah kebocoran plasma yang
pada pasien DSS ini mencapai puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien sembab,
aliran darah sangat lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya kebocoran
plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam rongga pleura dan
menyebabkan pasien agak dispnea, untuk meringankan pasien dibaringkan semi-
fowler dan diberikan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama
tekanan darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap
dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan dicatat dalam
catatan khusus.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas
Nama : An. M
RM : 299564
Usia : 14th ( 03/ 04/ 2008)
Tempat tinggal : Bulok tanggamus
2. Riwayat kesehatan
Tidak ada
3. Keluhan utama
Os mengeluh demam
4. Riwayat kesehatan sekarang
Demam 4 hari, batuk 1 hari berdahak, nyeri ulu hati, linu di araea persendian, BAB
berdarah sedikit kehitaman.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada
6. Riwayat kesehatan keluarga
Hipertensi
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara umum :
a. Kesadaran E4 M6 V5 (composmentis)
b. K/u : Lemas
c. TTV: TD: 90/60mmHg HR: 88x/m RR: 20x/m C: 37,8C
d. Kepala : bersih, bentuk simetris, tidak ada perdarahan
e. Mata : Konjungtiva anemis,
f. Hidung : tidak ada epistaksis, penciuman normal
g. Telinga : tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada serumen,
tidak ada gangguan pendengaran.
h. Mulut Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, tidak terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia pharing.
i. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
j. Dada / thorak
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ksesak.
Palpasi : fremitus kiri dan sama
Auskultasi : Adanya bunyi ronchi
k. Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak simetris dan tidak ada asites.
Palpasi : Mengalami nyeri tekan
Perkusi : Terdengar redup
Auskultasi : Adanya penurunan bising usus
l. Sistem integument adanya petekia pada kulit spontan dan dengan
melakukan uji tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin,
m. Genitalia Biasanya tidak ada masalah
n. Ekstremitas Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidak
8. Aktivitas/ istirahat tidur
Aktivitas/istirahat terganggu bilda demam, badan terasa lemas, kadang sulit untuk tidur.
9. Sirkulasi
Teraba dingin dan lembab terutama pada ujung, jari dan kaki CRT< 3 detik
TTV
Td: 90/60mmHg RR: 20x/m N: 88x/m S: 37,6°C.

10. Eliminasi
BAK baik kuning, BAB Kehitaman 1 kali
11. Makanan/cairan
Mual,muntah, tidak nafsu makan kurang dari ½ porsi, minum kurang dari 1500cc.
12. Hygiene
Hanya di lap menggunakan wash lap dengan bantuan keluarga
13. Nyeri/kenyamanan
Sakit kepala bila demam, tekan epigastric, Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi
14. Perdarahan
Terdapat petekie di kaki dan tangan, ada melena sedikit.
15. System pernapasan
Tidak sesak, pergeraakan dinding dada simetris, suara nafas wheezing,
16. System cardivaskular
Terdapat trombisitopenia
Trobosit 16000
17. System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, dan persendian.
18. System perkemihan
Produksi urine kuning agak keruh
19. System pencernaan
Selaput mukosa kering, nyeri tekan pada epigastrik, penurunan nafsu makan, mual,
muntah, BAB darah (melena).
20. System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, terjadi bintik merah seluruh
tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie).

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium = 20/12/2022
Hb 13.1
Leukosit 2.200
Trombosit 33.000
Hematokrit 41
GDS 92
Antigen SARS Cov-2 negatif
Pemeriksaan laboratorium 21/12/2022
Trombosit 16.000
Hematokrit 43

Diagnosa Keperawatan
 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
 Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia , mual dan muntah.
 Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
Intervensi keperawatan

No Diagnose keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


{ NOC } { NIC }
1. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukanFever Treatment :
dengan proses infeksi virus. tindakan keperawatan  Observasi tanda-  Tanda-tanda vital
S: selama ... x 24 jam, tanda vital tiap 3 jam. merupakan acuan untuk
 os mengatakan demam pasien akan :  Beri kompres mengetahui keadaan
naik turun  Menunjukkan suhu hangat pada bagian umum pasien.
O: tubuh dalam rentang lipatan tubuh ( Paha  Kompres hangat
S: 37,6 C normal. dan aksila ). dapat mengembalikan
Akral hangat,  TTV normal.  Monitor intake suhu normal
N:88x/m, TD:90/60mmHg dan output memperlancar sirkulasi.
Rr: 20x/m,  Berikan obat anti Untuk mengetahui
piretik. adanya
ketidakseimbangan
cairan tubuh.
 Dapat menurunkan
demam

Temperature
Regulation  Peningkatan suhu
 Beri banyak tubuh akan
minum ( ± 1-1,5 menyebabkan
liter/hari) sedikit tapi penguapan tubuh
sering meningkat sehingga
 Ganti pakaian perlu diimbangi dengan
klien dengan bahan asupan cairan yang
tipis menyerap banyak.
keringat.  Pakaian yang tipis
menyerap keringat dan
membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat
dari peningkatan suhu
dan dapat terjadi
konduksi.
2. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan Fluid Managemen
berhubungan dengan tindakan keperawatan  Kaji keadaan Mengetahui dengan
kehilangan volume cairan selama ... x 24 jam, umum klien dan cepat penyimpangan
aktif. pasien akan : tanda-tanda vital. dari keadaan normalnya.
 Menunjukkan  Kaji input dan  Mengetahui balance
keseimbangan elektrolit output cairan. cairan dan elektrolit
dan asam basa  Observasi adanya dalam
 Menunjukkan tanda-tanda syok tubuh/homeostatis.
keseimbangan cairan  Anjurkan klien
 Agar dapat segera
 Turgor kulit baik untuk banyak minum. dilakukan tindakan jika
 Tanda-tanda vital  Kolaborasi dengan terjadi syok.
dalam batas normal dokter dalam Asupan cairan
pemberian cairan I.V. sangat diperlukan untuk
menambah volume
cairan tubuh
 Pemberian cairan
I.V sangat penting bagi
klien yang mengalami
deficit volume cairan
untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Pain management
dengan proses patologis tindakan keperawatan  Lakukan  Mengetahui nyeri
penyakit. selama ... x 24 jam, pengkajian nyeri yang dialami pasien
S: os mengatakan nyeri pasien akan : secara kompherensif. sehingga perawat dapat
perut dan sendi  Dapat mengontrol Kaji faktor-faktor menentukan cara
O: nyeri tekan pada nyeri yang mempengaruhi mengatasinya.
epigaster, nyeri skala 3, os Mengetahui tingkat reaksi pasien terhadap
 Dengan mengetahui
tampak lemas dan merintih nyeri nyeri. faktor-faktor tersebut
kesakitan pada perut  Ekspresi wajah rileks.
 Berikan posisi maka perawat dapat
yang nyaman dan melakukan intervensi
ciptakan suasana yang sesuai dengan
ruangan yang tenang. masalah klien.
 Berikan suasana Posisi yang nyaman
gembira bagi pasien dan situasi yang tenang
dapat membuat perasaan
yang nyaman pada
pasien.
 Dengan suasana
gembira pasien dapat
sedikit mengalihkan
perhatiannya terhadap
nyeri.
Analgetic
administration
 Berikan analgesik  Obat analgesik
sesuai tipe dan dapat menekankan rasa
beratnya nyeri . nyeri.
4. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan Nutrition
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan managemen
tubuh berhubungan dengan selama ... x 24 jam,  Kaji keadaan
 Memudahkan untuk
anoreksia , mual dan pasien akan : umum klien intervensi selanjutnya
muntah.  Menunjukkan  Beri makanan  Merangsang nafsu
kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan makan klien sehingga
terpenuhi. tubuh klien. klien mau makan.
 Memperlihatkan  Anjurkan orang
 Makanan dalam
adanya selera makan tua klien untuk porsi kecil tapi sering
memberi makanan memudahkan organ
sedikit tapi sering. pencernaan dalam
 Anjurkan orang metabolisme.
tua klien memberi  Makanan dengan
makanan TKTP dalam komposisi TKTP
bentuk lunak berfungsi membantu
mempercepat proses
penyembuhan.

Nutrition Monitoring  Berat badan


 Timbang berat merupakan salah satu
badan klien tiap hari. indicator pemenuhan
 Monitor mual dan nutrisi berhasil.
muntah pasien  Untuk mengetahui
status nutrisi pasien.
6. Resiko syok berhubungan Setelah dilakukan Syok prevention
dengan hipovilemik tindakan keperawatan  Monitor keadaan  Memantau kondisi
selama ... x 24 jam, umum klien. klien selama masa
pasien akan :  Observasi tanda- perawatan terutama saat
 TTV dalam batas tanda vital terjadi perdarahan
normal  Monitor input dan sehingga tanda pra syok,
 Natrium serum, output pasien syok dapat ditangani.
kalium serum, kalsium  Anjurkan pada
 Tanda vital dalam
serum, magnesium pasien/ keluarga untuk batas normal
serum dalam batas segera melapor jika menandakan keadaan
normal. ada tanda-tandaumum klien baik
 Hematokrit dalam perdarahan.  Mengetahui balance
batas normal cairan dan elektrolit
dalam
 Keterlibatan
keluarga untuk segera
melaporkan jika terjadi
perdarahan terhadap
pasien sangat membantu
tim perawatan untuk
segera melakukan
tindakan yang tepat

 untuk acuan
Syok managemen melakukan tindak lanjut
 Cek hemoglobin, terhadap perdarahan.
hematokrit, trombosit Untuk mengetahui
 Monitor gas darah adanya asodosis
dan oksigenasi metabolik.

Anda mungkin juga menyukai