Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STUDI ISLAM ANTARA BUDAYA DAN AGAMA


DALAM SEBUAH PERJUMPAAN
Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu: Dr. Wasehudin, M.SI.

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Nurhadi (211240089)
2. Naila Najla Surbakti (211240095)
3. Ai Elia Martatiningsih Arum (211240096)
4. Diah Nuraffiatul Jannah (211240105)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2023
STUDI ISLAM ANTARA BUDAYA DAN AGAMA DALAM
SEBUAH PERJUMPAAN

Nurhadi1, Naila Najla Surbakti2, Ai Elia Martatiningsih Arum3


Diah Nuraffiatul Jannah4
1
Email: nurhadisgrt12@gmail.com
2
Email: Najlanaila749@gmail.com
3
Email: aeliama150@gmail.com
4
Email: diahnuraffiatulj@gmail.com

ABSTRAK
Persebaran agama dengan pesat itu juga terjadi karena budaya, dan budaya
juga memerlukan agama untuk menjaga dan mempertahankannya budaya dan
agama merupakan dua elemen unsur yang dapat diperbedakan, tetapi keduanya
tidak dapat terpisahkan. Ada beberapa aktivis keagamaan yang menyiarkan agama
dengan sangat kasar, mereka sangat memisahkan antara agama dengan budaya,
mereka menyiarkan ajaran agama yang murni, yakni terbebas dari pengaruh
kebudayaan, tujuan makalah ini agar para pembaca mendapat pemahaman yang
baik terhadap perjumpaan antara budaya dan agama, dan berperilaku yang bijak
terhadap budaya yang sudah semakin berkembang, serta mengetahui respon
masyarakat dengan adanya agama dan budaya dalam sebuah perjumpaan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan yaitu membaca buku-buku,
mengumpulkan serta mencatat literatur buku dengan sumber data yang terdapat di
perpustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perjumpaan antara Islam dan
budaya melahirkan pemikiran yang berbeda-beda, sehingga pada hal ini
melahirkan dua kelompok yang saling bertentangan.

Kata Kunci: Studi Islam, Agama dan Budaya, Perjumpaan

2
ABSTRACT
The rapid spread of religion also occurs because of culture, and culture
also requires religion to maintain and maintain it. Culture and religion are two
elements that can be distinguished, but the two cannot be separated. There are
some religious activists who broadcast religion very harshly, they separate
religion from culture very much, they broadcast pure religious teachings, namely
free from cultural influences, the purpose of this paper is for readers to get a good
understanding of the encounter between culture and religion, and behave wisely
towards a culture that is already growing, and know the response of the
community to the presence of religion and culture in an encounter. The research
method used is the library method, namely reading books, collecting and
recording book literature with data sources found in the library. The results of the
research show that the encounter between Islam and culture gave birth to
different thoughts, so that in this case gave birth to two conflicting groups.

Keywords: Islamic Studies, Religion and Culture, Encounter

LATAR BELAKANG MASALAH


Suprapto menjelaskan bahwa pada masa kini, agama-agama yang besar di
Indonesia mengalami masa kebangkitan1, salah satunya adalah Agama Islam,
banyak para aktivis-aktivis yang menyiarkan agama dengan begitu semangat nya,
mereka mengajak umat manusia untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada
Tuhannya. Kebudayaan di Indonesia pun sangat beragam, dapat dilihat dari
pakaian adat istiadat yang berbeda di setiap daerahnya, rumah adat yang macam-
macam bentuknya sesuai dengan budaya daerahnya, banyak juga tradisi-tradisi
yang memang sudah lama berkembang sejak beberapa tahun lamanya dan sangat
dilestarikan keberadaannya oleh masyarakat.
Hubungan antara keduanya, agama dan budaya dapat dilihat dari tradisi-tadisi
yang melekat pada masyarakat bangsa Indonesia, seperti perayaan memperingati
maulid Nabi, disetiap daerah tentunya memiliki cara yang berbeda dalam

1
Suprapto, Diaektika Islam Dan Budaya Nusantara, ed. oleh Moh.asyiq amrullah, pertama
(jakarta: Kencana A, 2020).

3
memperingati hari besar tersebut, seperti tradisi di daerah banten cara
memperingati maulid Nabi adalah dengan panjang mulud, maka daerah-daerah
lain pun sama saja, hanya mungkin caranya yang berbeda.
Akan tetapi ada beberapa aktivis keagamaan yang menyiarkan agama dengan
sangat kasar, mereka sangat memisahkan antara agama dengan budaya, mereka
menyiarkan ajaran agama yang murni, yakni terbebas dari pengaruh kebudayaan
yang telah ada sejak dahulu kala. Tentunya dengan kejadian ini banyak memicu
polemik di masyarakat, ada yang setuju dengan pendapat para aktivis keagamaan
ini dan juga ada yang tidak setuju dengan pendapat nya, karena menurut mereka
agama sangat memerlukan budaya, persebaran agama dengan pesat itu juga terjadi
karena budaya, dan budaya juga memerlukan agama untuk menjaga dan
mempertahankannya, begitu menurut mereka.
Untuk itu makalah ini kami buat untuk mengupas studi islam antara budaya
dan agama dalam sebuah perjumpaan, agar para pembaca mendapat pemahaman
yang baik terhadap perjumpaan antara budaya dan agama, sekaligus dapat
betindak atau berperilaku yang bijak terhadap budaya-budaya yang sudah semakin
berkembang.

KAJIAN TEORITIS
Kajian teoritis ini kami buat untuk dapat memberikan penjelasan,
mengenai studi islam antara budaya dan agama dalam sebuah perjumpaan.
Definisi Studi Islam
Kata studi secara bahasa berasal dari bahasa inggris “studi” yang memiliki
arti tempat belajar, belajar, mempelajari sesuatu, dan sebuah pelajaran, jadi kata
studi secara istilah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mempelajari,
menyelidiki, pengajaran, tempo, dan cara berfikir untuk mendapatkan dan
mencapai suatu pengetahuan yang ada2.
Kata Islam secara bahasa berasal dari bahasa Arab “aslama-yuslimu” yang
berarti keselamatan, kepatuhan, tunduk, kesucian, aman, ketenangan, dan damai.
Dari arti secara bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam adalah suatu

2
Mansur Syafiin Poerwadaminta, Metodologi Studi Islam, pertama (Serang Banten: FUDD
PRESS, 2009).

4
ajaran agama yang dapat memberikan keselamatan, kedamaian, keamananan,
ketenangan kepada umatnya di dunia dan di akhirat3. Islam merupakan agama
yang benar, banyak agama-agama lain yang baik tetapi yang benar hanyalah
agama Islam, seperti yang tertera pada firman Allah SAW dalam Q.s Ali-Imran
ayat ke-19 yang berbunyi “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam”.
Dari pengertian studi dan Islam/1diatas, dapat dikatakan bahwa studi islam
yaitu suatu istilah yang digunakan dalam pengamatan, penelitian, dan analisis
untuk mendalami tentang suatu hal apapun yang berkaitan dengan agama Islam4.
Definisi Agama dan Budaya
Agama secara bahasa berasal dari bahasa Arab “Din” yang memiliki arti
kebiasaan, menunjukan, balasan, utang, patuh5, dengan kata lain agama membuat
manusia patuh dan tunduk terhadap Tuhannya untuk menjalankan atau
melaksanakan ajaran-ajaran serta peraturan-peraturan yang ada di dalam
agamanya, pada hakikatnya agama sangat menguasai pribadi seseorang.
Budaya atau kebudayaan adalah segala hasil karya, rasa, dan ciptaan
manusia, yaitu seluruh cara hidup atau pedoman hidup yang kompleks, yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, budi pekerti, budi pekerti dan segala
keterampilan serta kebiasaan lain yang dimiliki orang sebagai anggota
masyarakat6.
Perjumpaan Budaya dan Agama
Dapat dilihat dari proses penyebaran agama Islam yang dibawa oleh para
pedagang dan pendakwah, mereka menyiarkan agama islam dengan bantuan suatu
budaya, tetapi disamping itu ada pula yang tidak setuju dengan pencampuran
budaya dan agama, mereka cenderung fundamentalis, yang ingin memisahkan
antara agama dan budaya.

3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014).
4
Yayan rahmat Hidayah, Amrullah Hayatuddin, dan Neneng Nurhasanah, Metodologi Studi Islam
(Jakarta: AMIZAH, 2018).
5
Supiana, Metodologi Studi Islam, ed. oleh Engkus Kuswandi, Pertama (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2017).
6
Abdul Wahab Syakhrani dan Muhammad Luthfi Kamil, “Budaya Dan Kebudayaan: Tinjauan
Dari Berbagai Pakar, Wujud-Wujud Kebudayaan, 7 Unsur Kebudayaan Yang Bersifat Universal,”
Cross-border, 5.1 (2022), 782–91.

5
Keterkaitan antara Budaya dan Agama
Keduanya merupakan dua elemen unsur yang dapat diperbedakan, tetapi
keduanya tidak dapat terpisahkan, kedunya saling berhubungan dengan komplek.
kecenderungan dan keinginan bawaan manusia untuk berkeyakinan atau beragama
tumbuh dan berkembang secara alami seiring dengan sistem dan lingkungan
budaya masyarakat. dan berkembang bersama dalam sistem budaya manusia.
Begitupun hubungan antara agama islam dan kebudayaan islam, keduanya
saling terpaut dan terkait tetapi dapat dibedakan dengan tegas dan jelas. Sebagai
contoh sholat adalah ajaran agama islam, yakni beribadah kepada Allah SAW
untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta langit dan bumi, agar sholat dapat
lebih khusyuk dan nyaman, dibangunlah masjid yang memiliki arsitektur yang
luas dan indah, bangunan inilah contoh dari suatu kebudayaan7.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan yaitu
membaca buku-buku, mengumpulkan serta mencatat literatur buku dengan
sumber-sumber data yang lainnya di dalam perpustakaan, untuk memiliki serta
mendapatkan pemahaman yang baik dan benar terhadap materi studi islam antara
budaya dan agama dalam sebuah perjumpaan serta respon dari masyarakat
terhadap pencampuran antara agama dan budaya, Sumber data sekunder yang
berupa jurnal ilmiah, dan buku-buku terkait budaya dan agama.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yakni sebuah penelitian yang tidak
mempergunakan simbol statistik, angka-angka atau rumus-rumus. Demikian pula,
tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau mencari sejarah kejadian atau
fenomena-fenomena yang ada dengan sedalam mungkin.
Instrumen pengumpulan data-data yang kami lakukan adalah studi
dokumentasi yakni mengumpulkan segala macam dokumen yang dibutuhkan
untuk data informasi memiliki kesesuaian dengan masalah penelitian.

7
M. Arif Khoiruddin, “Agama Dan Kebudayaan Tinjauan Studi Islam,” Jurnal Pemikiran
Keislaman, 26.1 (2016), 118–34 <https://doi.org/10.33367/tribakti.v26i1.206>.

6
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan membahas data yang telah ditemukan dari hasil
penelitian tersebut, dan kajian teori yang menjadi dasar dari adanya pembahasan
ini, dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang peneliti baca, amati, dan analisis
peneliti menemukan bahwa:
Sejarah Masuknya Agama Islam di Nusantara
Masuknya budaya dan agama di Nusantara di pengaruhi atau didasari oleh
adanya suatu perdagangan, dalam hal ini Abd. Ghofur menjelaskan empat teori
masuknya islam di Nusantara8, teori Gujarat, teori Persia, teori China, dan teori
Makkah. Berikut adalah penjelasannya:
1. Teori Gujarat
Teori ini menjelaskan bahwasanya kedatangan islam ke Nusantara terjadi pada
abad ke-13 M, melalui para pedagang yang berasal dari Gujarat, yang terletak
pada sebelah barat India, tujuan para pedagang ini adalah menyebarkan agama
islam, dengan hal demikian membuat kebudayaan islam dan penyebaran islam
berkembang dengan pesat.
2. Teori Persia
Teori selanjutnya kedatangan Islam ke Nusantara adalah dari bangsa
Persia, mereka menyebutkan awal kedatangan Islam ke Nusantara pada abad
ke-13 M, yang di dukung oleh Husein Djajadiningrat dan Umar Amir Husein.
Djajadiningrat mengatakan bahwasanya tradisi serta kebudayaan islam di
Persia memiliki persamaan dengan Nusantara.
3. Teori Mekkah (Arab)
Teori ini di pelopori oleh Buya Hamka,/1meyakini bahwa awal
kedatangan Islam ke Nusantara pada abad ke-7 M, yang berasal dari Arab
yakni di Hanzhi, banyak sarjana yang telah mendukung teori ini yaitu,
Niemann, Naquib Al-attas, dan Crawfurd9. Mengapa bangsa Arab begitu
percaya sebab Nabi Muhammad SAW, menerima wahyu, tumbuh, besar, dan

8
Abd Ghofur, “Tela’ah kritis masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara,” Jurnal Ushuluddin,
17.2 (2011), 159–69.
9
Masruroh Lubis et al., “ANALISIS TEORI KEDATANGAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM
DI INDONESIA,” Jurnal Asy-Syukriyyah, 23.1 (2022), 1–13.

7
lahir, di Hanzhi. Pada saat estafet kepemimpinan di pegang oleh khalifah Islam
mulai menyebar luas dengan cepat.
4. Teori Cina
Pada teori ini mengatakan bahwa penyebaran masuknya Islam ke
Nusantara berasal dari Cina, puncak kejayaan Islam adalah pada masa Dinasti
Tang, dari tahun 618 hingga 905 M10. Kedatangan Islam di Cina disebabkan
oleh seorang panglima muslim bernama Saad bin Waqash. Panglima Saad bin
Waqash datang dari kota Madinah pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Saat
itu, salah satu kota paling terkenal di Tiongkok, yakni Guangzhou, menjadi
pusat dakwah Islam di negeri ini.
Perjumpaan Agama Islam dan Budaya Lokal Nusantara
Proses perjumpaan antara budaya dan agama menjadi hal yang sangat
menarik dalam banyaknya penyebaran agama, contohnya adalah Islam, Arab
menjadi tempat pertama kali islam dilahirkan dengan kata lain Arab adalah tempat
kelahiran Islam11. Seperti yang sudah dijelaskan pada teori-teori diatas,
bahwasanya penyebaran agama Islam memiliki proses secara bertahap yang
sangat panjang hingga kini. Dari catatan para ahli bahwasanya proses
mengislamisasikan umat di Nusantara dilakukan oleh para pedagang muslim atau
beragama Islam, pedagang-pedagang Gujarat, Persia, Arab, dan cina, datang
menuju Nusantara melakukan peniagaan dan perdagangan, lalu menetap dan ada
pula yang menikah dengan gadis dalam negeri.
Perjumpaan antara Islam dan budaya Nusantara dapat juga dilihat dari
proses penyebaran agama Islam oleh para sembilan wali yang sering kita sebut
sebagai Walisongo, mereka adalah tokoh Islam yang terkenal, dalam tujuan nya
adalah menyebarkan Islam di Wilayah Jawa, wilayah Jawa dapat diislamisasikan
oleh walisongo, Sembilan wali tersebut ialah Sunan Malik Ibrahim, Sunan Ampel,
Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Derajat,

10
Faizal Amin dan Rifki Abror Ananda, “Kedatangan dan Penyebaran Islam di Asia Tenggara:
Telaah Teoritik tentang Proses Islamisasi Nusantara,” Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 18.2
(2018), 67–100.
11
Yuangga Kurnia Yahya, “Pengaruh Penyebaran Islam di Timur dan Afrika Utara,” Al-Tsaqafa,
16.1 (2019), 45.

8
Sunan Kudus, dan Sunan Muria12. Pada Jawa bagian timur terdapat lima wali
yaitu Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat,
Jawa bagian tengah terdapat tiga wali yaitu Sunan Kalijaga, Sunan Kudu, Sunan
Muria, Jawa bagian barat hanya ada satu wali yaitu Sunan Gunung Jati13.
Strategi atau metode berdakwah para wali pada saat menyebarkan Islam di
Jawa dilakukan dengan memakai serta memanfaatkan kebudayaan masyarakat
lokal yang ada di sana, contohnya adalah lagu-lagu yang berisikan pujian-pujian
atau nila-nilai keagamaan yang diciptakan walisongo, dan dan juga ada lagu-lagu
permainan untuk anak-anak, yang dimainkannya di sekitar masjid yang bertujuan
untuk mendekatkan anak-anak dengan peribadahan di masjid14. Persebaran Islam
oleh walisongo dapat diterima dengan sangat baik oleh penduduk lokal tepatnya di
pulau Jawa, karena penyampaiannya yang ramah dan tidak memaksa, itu adalah
bentuk dari pelaksanaan keagamaan yang bercampur dengan tradisi lokal
Nusantara, terdapat banyak tradisi Islam lokal Nusantara yang masih berjalan
hingga kini yaitu: Tradisi Kosidah, Tradisi Hadroh, Tradisi Takbiran, Tradisi
Tahlilan, Tradisi Maulid Nabi15 dan lain-lain.
Adanya Hubungan Antara Budaya dan Agama
Keduanya merupakan dua elemen unsur yang dapat diperbedakan, tetapi
keduanya tidak dapat terpisahkan, kedunya saling berhubungan dengan komplek.
kecenderungan dan keinginan bawaan manusia untuk berkeyakinan atau beragama
tumbuh dan berkembang secara alami seiring dengan sistem dan lingkungan
budaya masyarakat. dan berkembang bersama dalam sistem budaya manusia.
Hubungan antara keduanya, agama dan budaya dapat dilihat dari tradisi-
tadisi yang melekat pada masyarakat bangsa Indonesia, atau dapat dikatakan
kebiasaan umat untuk beragama, contohnya seringkali umat islam atau

12
Susmihara Walisongo dan Pendidikan Islam, “Susmihara Walisongo dan Pendidikan Islam,”
Jurnal Rihlah, 5.2 (2017), 151.
13
Siti Maziyah dan Rabith Jihan Amaruli, “Walisanga: Asal, Wilayah dan Budaya Dakwahnya di
Jawa,” Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 03.Walisanga: Asal, Wilayah dan Budaya
Dakwahnya di Jawa (2020), 235.
14
Suparjo, “Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Masyarakat
Muslim Indonesia,” KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 2.2 (1970), hal 5.
15
Islam Nusantara, “NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI NUSANTARA,” 5.1
(2017), 73-74.

9
masyarakat Indonesia mengadakan tasyakuran atau selamatan ketika megalami
peristwa-peristiwa seperti kelahiran bayi (aqiqah), pindah tempat tinggal (rumah),
perkawinan dan lain-lain, isi daripada tasyakuran ini adalah doa-doa itu
merupakan suatu bentuk dari rasa syukur kita sebagai hamba-Nya kepada Allah
SWT. Ada pula contoh lainnya seperti perayaan memperingati maulid Nabi,
disetiap daerah tentunya memiliki cara yang berbeda dalam memperingati hari
besar tersebut, seperti tradisi di daerah banten cara memperingati maulid Nabi
adalah dengan panjang mulud, maka daerah-daerah lain pun sama saja, hanya
mungkin caranya yang berbeda.
Terdapat Akulturasi Budaya
Dari proses sejarah penyebaran agama Islam terdapat percampuran antara
kedua budaya yang dapat menghasilkan budaya yang baru atau belum ada
sebelumnya, akulturasi yang masih dirasakan hingga sekarang adalah adanya
bangunan masjid yang memiliki arsitektur budaya lain, contohnya adalah masjid
cheng ho yang ada di palembang, bentuk arsitektur masjid tersebut perpaduan
antara kebudayaan Tionghoa dengan kebudayaan Nusantara, terlihat dari
bangunan yang menyerupai klenteng akan tetapi tidak menghilangkan unsur-unsur
keagamaan dan kebudayaan Islam.
Adanya Pro dan Kontra Dalam Perjumpaan Budaya dan Agama
Pada tahun 1988 menjadi tahun gerakan reformasi yaitu era atau zaman
yang baru bagi Indonesia untuk mengawali fase kehidupan bernegara dan
berbangsa, dimana pada era ini semua orang bebas untuk berpendapat dan
mengekpresikan apa yang dirasakan, dimana gelora politik yang semakin
membara, menurut Kunawi Basyir perpecahan yang dikarenakan perbedaan
ideologi dalam konteks perjumpaan antara budaya dan agama dapat diihat dari
adanya kaum eksklusif dan kaum inklusif16.
Kaum eksklusif atau kelompok eksklusif memiliki watak kurang bisa
menerima perkembangan kebudayaan serta kurang menerima bahwasanya budaya
dan agama dapat di satukan, dengan kata lain kelompok atau kaum eksklusif ini

16
Kunawi Basyir, “Melacak Konsep dan Ideologi Gerakan Keagamaan di Indonesia,” Kalam, 11.2
(2017), 299–328 <http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/1731>.

10
memiliki bentuk gerakan yang fundamentalis (suatu gerakan umat muslim yang
ingin mengembalikan gaya hidup seperti zaman Nabi Muhammad SAW) yang
berkecenderungan bersifat radikalisme, organisasinya diantaranya adalah
MMI(Majelis Mujahidin Indonesia), HTI(Hizbud Tahrir Indonesia) dan lain-lain.
Kaum eksklusif ini sering disebut sebagai muslim politik.
Berbeda dengan kelompok atau kaum Inklusif, mereka memiliki watak
yang siap untuk bisa menerima perkembangan suatu budaya yang sudah modern,
maka dalam memahami keagamaan mereka mengarah dan cenderung memiliki
sifat menengah atau moderat, dan gerakannya berbentuk pluralis, akan tetapi
pemahaman pluralis yang beranggapan semua agama adalah sama itu yang tidak
diperbolehkan dan dapat menyesatkan. Diantaranya adalah organisasi yang
diwakilkan oleh NU(Nahdatul Ulama), Muhamadiyyah.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa, budaya dan agama memiliki keterkaitan keduanya merupakan dua elemen
unsur yang dapat diperbedakan, tetapi keduanya tidak dapat terpisahkan, kedunya
saling berhubungan dengan komplek, sebagai contoh adanya tradisi-tadisi islam
yang berkembang karena percampuran antara budaya dan agama, misalnya adalah
tahlilan, maulid Nabi, kesenian hadroh, sholawat dan masih banyak lagi.
Studi Islam antara budaya dan agama dalam sebuah perjumpaan dapat
dilihat dari proses penyebaran agama Islam yang dibawa oleh para pedagang dan
pendakwah, mereka menyiarkan agama islam dengan bantuan suatu budaya. Awal
mula islam masuk ke dalam Nusantara memiliki versi atau teori yang bermacam-
macam seperti Teori Gujarat, Teori Persia, Teori Mekkah, Teori Cina. Penyebaran
agama islam di Jawa juga di lakukan walisongo melalui metode dakwah yg
menggunakan budaya sebagai strategi berdakwahnya.
Proses perjumpaan antara budaya dan agama tentunya akan melahirkan
ideologi serta pemikiran-pemikiran yang berbeda dari masyarakat,yang dapat
menimbulkan suatu perpecahan didalam agama, dapat dilihat dari adanya
kelompok inklusif (menerima percampuran antara budaya dan agama), dan
kelompok eksklusif (mententang adanya percampuran antara budaya dan agama).

11
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Faizal, dan Rifki Abror Ananda, “Kedatangan dan Penyebaran Islam di
Asia Tenggara: Telaah Teoritik tentang Proses Islamisasi Nusantara,”
Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 18.2 (2018), 67–100

Basyir, Kunawi, “Melacak Konsep dan Ideologi Gerakan Keagamaan di


Indonesia,” Kalam, 11.2 (2017), 299–328
<http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/1731>

Ghofur, Abd, “Tela’ah kritis masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara,”


Jurnal Ushuluddin, 17.2 (2011), 159–69

Hidayah, Yayan rahmat, Amrullah Hayatuddin, dan Neneng Nurhasanah,


Metodologi Studi Islam (Jakarta: AMIZAH, 2018)

Khoiruddin, M. Arif, “Agama Dan Kebudayaan Tinjauan Studi Islam,” Jurnal


Pemikiran Keislaman, 26.1 (2016), 118–34
<https://doi.org/10.33367/tribakti.v26i1.206>

Lubis, Masruroh, Muslim, Irwanto Irwanto, Rasyid Anwar Dalimunthe, dan


Ruslan Efendi, “ANALISIS TEORI KEDATANGAN DAN
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA,” Jurnal Asy-Syukriyyah,
23.1 (2022), 1–13

Maziyah, Siti, dan Rabith Jihan Amaruli, “Walisanga: Asal, Wilayah dan Budaya
Dakwahnya di Jawa,” Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi,
03.Walisanga: Asal, Wilayah dan Budaya Dakwahnya di Jawa (2020),
232–39

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2014)

12
Nusantara, Islam, “NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI
NUSANTARA,” 5.1 (2017), 67–86

Poerwadaminta, Mansur Syafiin, Metodologi Studi Islam, pertama (Serang


Banten: FUDD PRESS, 2009)

Suparjo, “Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun


Masyarakat Muslim Indonesia,” KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, 2.2 (1970), 178–93
<https://doi.org/10.24090/komunika.v2i2.100>

Supiana, Metodologi Studi Islam, ed. oleh Engkus Kuswandi, Pertama (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2017)

Suprapto, Diaektika Islam Dan Budaya Nusantara, ed. oleh Moh.asyiq amrullah,
pertama (jakarta: Kencana A, 2020)

Syakhrani, Abdul Wahab, dan Muhammad Luthfi Kamil, “Budaya Dan


Kebudayaan: Tinjauan Dari Berbagai Pakar, Wujud-Wujud Kebudayaan, 7
Unsur Kebudayaan Yang Bersifat Universal,” Cross-border, 5.1 (2022),
782–91

Walisongo, Susmihara, dan Pendidikan Islam, “Susmihara Walisongo dan


Pendidikan Islam,” Jurnal Rihlah, 5.2 (2017), 151–69

Yahya, Yuangga Kurnia, “Pengaruh Penyebaran Islam di Timur dan Afrika


Utara,” Al-Tsaqafa, 16.1 (2019), 45

13

Anda mungkin juga menyukai