Anda di halaman 1dari 22

DILEMA CAMAT/LURAH :

ANTARA PROFESIOANLIS DAN POLITIK


TAHUN 2024
BAHAN WEBINAR
YANG DISELENGGARAKAN KASN
RABU, 14 JUNI 2023
OLEH :
PROF. DR. SADU WASISTIONO, MSI
A. PENDAHULUAN

• Setelah gerakan reformasi tahun 1998 berhasil menumbangkan rejim Orde Baru yang
sentralistik dan represif, Indonesia kemudian memilih jalan demokrasi (universal).
• Indonesia saat ini dikenal sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah India, Amerika
Serikat. Tetapi demokrasinya masih pada tahap prosedural, belum sampai tahap substansial.
• Secara universal, demokrasi prosedural adalah demokrasi yang mengutamakan berbagai
prosedur dalam berdemokrasi antara lain adanya pemilihan umum yang terbuka dan
dijalankan secara periodik, pengisian jabatan publik secara terbuka, pertanggungjawaban
pejabat publik secara terbuka, dan lain-lainnya. Janda mengemukakan ada empat ciri
demokrasi prosedural yakni : 1) partisipasi universal; 2) kesetaraan politik; 3) pemerintahan
oleh mayoritas; 4) responsivitas wakil atas konstituennya.
-----------------
Janda, Kenneth et.al; 2014. The Challenge of Democracy : American Government in Global Politics; Essentials Edition; 9th Edition;
Boston, Wadsworth Cengage Learning; p. 27.
• Demokrasi substansial adalah demokrasi yang mengutamakan esensi demokrasi yakni
kesetaraan, keterbukaan, kebebasan individu, dan pengakuan hak sipil.
• Pemilihan Umum merupakan salah satu prosedur demokrasi untuk memilih pemimpin
pemerintahan (eksekutif) maupun anggota legislatif (DPR dan DPD) serta anggota DPRD.
• Sejak Indonesia merdeka telah dilakukan pemilihan umum legislatif sebanyak 12 kali.
Pemilu pertama tahun 1955, dan yang terakhir tahun 2019. Pemilu tahun 2024 akan
menjadi Pemilu yang ke-13. Menurut data KPU, pada pemilu 2019 mereka yang
menggunakan hak pilihnya sebanyak 158.012.506 orang.
• Jumlah Partai Politik peserta Pemilu 2019 adalah 16 parpol nasional, ditambah dengan 6
parpol lokal di NAD. Pemilu tahun 2024 akan diikuti 18 parpol nasional dan 6 parpol lokal
di NAD.
• Berbagai bentuk demokrasi sudah pernah dicoba mulai demokrasi terpimpin pada masa
Orde Lama, demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru, dan demokrasi (universal) pada
masa Orde Reformasi.
• Pada era Orde Lama Indonesia pernah menggunakan model demokrasi terpimpin di bawah
kepemimpinan Presiden Soekarno. Dari namanya saja sudah terkandung adanya
contradictio in terminis, dalam istilah yang digunakan saja sudah mengandung kontradiksi
makna antara demokrasi yang bersifat egalitarian dengan terpimpin yang bersifat
hierarkhis.
• Pada era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, dikembangkan konsep
demokrasi Pancasila. Apabila didalami konsepnya sangat bagus karena intinya bagaimana
menjalankan demokrasi dengan berlandaskan Pancasila. Ada tujuh nilai moral yang
terkandung didalamnya yakni : 1) persamaan untuk seluruh rakyat Indonesia; 2)
keseimbangan antara hak dan kewajiban; 3) pelaksanaan kebebasan yang bertanggung
jawab secara moral kepada Tuhan YME, diri sendiri, dan orang lain; 4) mewujudkan rasa
keadilan sosial; 5) pengambilan keputusan dengan musyawarah; 6) menjunjung tinggi
tujuan dan cita-cita nasional; dan 7) mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
• Konsep yang demikian ideal kemudian runtuh karena implementasinya yang dijalankan
oleh penyelenggara negara tidak sejalan bahkan bertentangan dengan konsep idealnya.
Terjadi KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) yang merajalela yang pada akhirnya rejim yang
berkuasa runtuh karena kekuatan rakyat (people power) yang dimotori oleh para
mahasiswa.

SADUWASISTIONO@BPSDM-PROV-JABAR-2022
• Presiden Soeharto yang diagung-agungkan sebagai seorang
Pancasilais sejati karena menggagas P4 (Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila) kemudian tumbang diturunkan oleh
para mahasiswa karena dianggap lalim dan korup.
• Majalah Time Asia edisi 24 Mei 1999 memuat liputan khusus
dengan tajuk “Soeharto Inc.: How Indonesia's Long Time Boss Built
a Family Fortune”. Tak main-main, wajah Soeharto dengan senyum
khasnya terpampang jelas di sampul depan majalah itu.
Time Asia melaporkan bahwa ada pergerakan transfer dana
sebesar 9 miliar dolar AS dari Swiss ke Austria. Uang dalam jumlah
besar tersebut, tulis Time, diduga milik Soeharto dan ditransfer
pada Juli 1998 atau kurang dari sebulan setelah mundur dari kursi
kepresidenan.
• Seiring dengan tumbangnya Soeharto, hancur juga proyek P4, yang
kemudian berimbas pada ideologinya, padahal Pancasila sebagai
ideologi sebenarnya bersifat ideal.

Sumber : https://tirto.id/soeharto-pun-tak-mampu-kejar-
time-sampai-ke-ujung-dunia-cZPW

SADUWASISTIONO@BPSDM-PROV-JABAR-2022
• Para era Orde Reformasi saat ini, konsep yang digunakan adalah model demokrasi
universal, dalam arti merujuk pada nilai-nilai yang digunakan secara mondial. Tetapi tetap
saja ada berbagai kritik dari para ahli yang menganggap demokrasi di Indonesia barulah
pada tahap prosedural, belum mencapai tahap substansial. Slater (2004) menyebut
demokratisasi di Indonesia sebagai “collusive” or ‘delegative,” Weber ( 2006) menyebutnya
sebagai “consolidated but patrimonial,” Mietzner (2009a) menyebutnya “low quality”,
sedangkan Mujani dan Liddle (2009) menyebutnya “secular.”
• Mietzner, Marcus and Edward Aspinall; Problems of Democratization in Indonesia : An Overview; dalam buku Aspinall, Edward and Marcus Mietzner; editors;
2010. Problems of Democratization in Indonesia – Elections, Institutions and Society; Indonesia Update Series; College of Asia and the Pacific- The Australian
National University; ISEAS (Institute of Southeast Asian Studies) Singapore; p.1.

• Berbagai tulisan dari para ahli yang disunting oleh Power dan Warburton bahkan
menggambarkan bahwa demokrasi di Indonesia nampaknya mengalami kemunduran
yakni dari stagnasi menuju pada regresi. Disebut nampaknya karena didalamnya masih
mengandung banyak pertanyaan yang belum terjawab.
• Power, Thomas and Eve Warburton; editors; 2020. Democracy in Indonesia – From Stagnation to Regresion? Indonesia Update Series; College of
Asia and the Pacific- The Australian National University; ISEAS Yusof Ishak Institute; Singapore.

SADUWASISTIONO@BPSDM-PROV-JABAR-2022
• Power and Warburton pada Bab satu buku yang disuntingnya
dengan judul “ The Decline of Indonesian Democracy”
mengemukakan bahwa kemunduran demokrasi di Indonesia
disebabkan kekurangan structural dalam mengkonsolidasikan
demokrasi. Salah satu penyebabnya adalah politik ekonomi
seperti pertumbuhan yang stabil tetapi rendah, ketimpangan
kesejahteraan yang tinggi, politik patronase, korupsi yang
endemic, serta sistem politik dan sosial yang otoritarian. (hal
7).
• Power and Warburton juga mengemukakan bahwa kemuduran
demokrasi dapat disebabkan dari atas dan dari bawah.
• Kemunduran demokrasi dari atas karena sistem partai
politiknya sangat oligarkis. Peran ketua umum parpol sangat
dominan (p.8-10). Nurliah Nurdin (2019) mengemukakan
bahwa ada ketidakjumbuhan antara sistem pemerintahan yang
sudah sangat desentralistik, dengan sistem partai politik yang
justru sentralistik dan oligarkis.
• Kemunduran demokrasi dari bawah karena tingkat pendidikan
dan pendapatan masyarakat yang masih rendah sehingga
mudah dimanipulasi. (p.11-15).
• Pandangan semacam itu diperkuat dengan tulisan Aspinall and
Berenschot dengan judul dan gambar yang sangat provokatif
yang mencitrakan bahwa demokrasi di Indonesia dijual karena
maraknya politik uang dalam pemilu presiden, pemilu legislatif,
maupun pemilihan kepala daerah.
• Aspinall, Edward and Ward Berenschot; 2019. Democracy for Sale – Elections, Clientelism,
and the State in Indonesia; Cornel University Press; Ithaca and London.

• Demokrasi di Indonesia saat ini masih berada pada tahap


prosedural (adanya pemilu secara periodik, pengisian jabatan
pejabat public secara terbuka dsb) tetapi belum sampai ke
tahap demokrasi substansial dengan prinsip egalitarian.
• Konsep Visi Indonesia 2045 menargetkan pada saat negara
Indonesia berulang tahun ke-100, demokrasi Indonesia sudah
mencapai tahapan substansial.

SADUWASISTIONO@BPSDM-PROV-JABAR-2022
* Dalam mencapai Demokrasi substansial, Visi
Indonesia 2045 menetapkan enam langkah strategis
yakni :

1) Penguatan kapasitas parpol dan pranata politik;


2) Revitalisasi Pancasila;
3) Penguatan demokrasi di daerah dan partisipasi
politik;
4) Pemantapan perundang-undangan politik;
5) Lembaga perwakilan yang efektif;
6) Sistem presidensial yang efektif.

* Pemilihan umum bukan tujuan akhir, tetapi


merupakan salah satu sarana atau cara untuk
mencapai tujuan yang lebih besar.
B. NETRALITAS BIROKRASI

• Ada dua pandangan mengenai netralitas birokrasi yakni :


a) birokrasi terlibat dalam proses politik pemilihan pejabat publik;
b) birokrasi bebas dari proses politik pemilihan pejabat publik.
• Dengan prinsip “ The Winner takes all”, birokrasi pada semua jajaran-terutama pada
jajaran pimpinan – diisi oleh orang-orang dari partai politik pemenang. Dengan pola ini
karier seseorang dapat dengan cepat naik tetapi dapat juga turun dengan cepat. Tidak ada
kepastian karier. Resikonya, birokrasi dapat memanfaatkan jabatan dan fasilitas jabatan
yang dimilikinya untuk mendukung program-program partai pemenang.
• Pilihan prinsip “public service neutrality” memposisikan birokrasi sebagai pelayan publik
dalam keadaan netral. Birokrasi siap mendukung secara profesional partai politik
pemenang.
• Dean Knight mengemukakan bahwa netralitas menghadapi masalah pada saat seorang PNS
menduduki jabatan semakin tinggi, karena yang bersangkutan akan banyak berinteraksi
dengan pejabat politik serta pengambilan keputusan yang bersifat politis.
(www.laws179.co.nz/2007/07/public-service-political-neutrality)
• Public service neutrality dapat berjalan dengan baik apabila telah ada standar kompetensi
menurut jenis jabatan dan pengisian jabatannya menggunakan pola karier terbuka secara
penuh. Pada sisi lain pejabat politik mau dan secara sadar menempatkan birokrasi sebagai
alat negara bukan alat partai.
• Pada masa Orde Baru, birokrasi secara aktif terlibat dalam politik praktis. Hampir
dipastikan semua pejabat pemerintah menjadi anggota dan pengurus Golkar. Demikian pula
semua PNS diwajibkan menjadi anggota dan memiliki Kartu Anggota Golkar. Tanpa
berkiprah aktif di Golkar jangan berharap PNS akan memperoleh kepercayaan memegang
jabatan yang penting. (Model ini sekarang digunakan oleh Pemerintah China, Timor Leste
dlsb).
• Setelah reformasi dianut prinsip “public service neutrality”,
artinya mereka yang masuk dalam jajaran pelayan
masyarakat bersikap netral dan nonpartisan.
• Portillo et al (2023) mengatakan bahwa netralitas birokrasi
adalah sebuah mitos. Mereka mendefinisikan netralitas
birokrasi sebagai diskusi dua dimensi. Dimensi pertama bahwa
birokrasi sebagai pelayan publik yang tidak dipengaruhi oleh
politik. Dimensi kedua, dimaknai sebagai birokrasi yang netral
karena pemerintah harus bersifat ideal menyangkut efisiensi,
rasional, dan obyektif. (2023 : 5). Mereka lebih ditekankan
untuk fokus pada standar professional dan kemampuan teknis.
(2023 : 6).

Shannon K. Porillo, Nicole Humphrey, and Domonic A. Bearfield; 2023. The Myth of
Bureaucratic Neutrality – An Examination of Merit and Representation; Routledge
Taylor & Frnacis Group; New York and London.
Netralitas birokrasi seringkali dihambat karena adanya keinginan PNS yang bersangkutan untuk
menjadi “ Tim Sukses Bayangan”, dengan harapan apabila yang didukung menang, yang
bersangkutan akan dipromosikan jabatannya. PNS semacam ini biasanya kompetensinya terbatas,
sehingga ditutupi dengan kekuatan lobby atau katabelece dari atas.
• Hal di atas terjadi karena dua sebab, yakni :
a) Pembina PNS masih dipegang oleh Kepala Daerah yang berkedudukan sebagai pejabat
politik, sehingga terjadi proses politisasi birokrasi secara masif.
b) Belum lengkapnya standar kompetensi menurut jenis jabatan, sehingga jabatan dapat diisi
oleh siapapun terserah kepala daerah.

• Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Pangkat) yang semula diharapkan menjadi
penyaring yang obyektif telah diplesetkan menjadi “Badan Pertimbangan Jauh Dekat.” !
• Bagi birokrasi pemerintah, siapapun yang memenangkan pemilu tidak banyak
berpengaruh pada mereka sepanjang taat pada prinsip “public service neutrality.” Tetapi
sikap netral sepenuhnya akan sulit dijaga karena mereka mempunyai hak memilih.
Dengan memilih salah satu calon presiden atau kepala daerah sebenarnya birokrasi
negara sudah memihak baik secara terbuka maupun secara diam-diam. Yang dapat
diatur secara teknis adalah dukungan secara terbuka, tetapi dukungan secara diam-diam
sulit untuk dikendalikan.
• Prinsip “ Memilih Berarti Memihak.” Masalah akan muncul apabila ada birokrasi yang
menjadi pengikut/simpatisan berat (die hard) dari salah satu calon presiden atau kepala
daerah yang kemudian kalah. Mereka dapat saja memboikot secara halus melalui
berbagai strategi agar program-program presiden atau kepala daerah pemenang pemilu
gagal atau terlambat dilaksanakan. Untuk mengatasinya, maka manajemen
pemerintahannya perlu dibangun secara canggih agar gejala-gejala semacam itu dapat
dicegah sejak dini.
C. POSISI DILEMATIS CAMAT DAN LURAH

• Camat dan Lurah bukanlah OPD yang menjalankan urusan pemerintahan tertentu seperti Dinas
atau Badan. Camat dan Lurah merupakan OPD yang bertanggung jawab terhadap suatu wilayah
kerja dan isinya, dalam arti semua aktivitas masyarakat. Tidak mengherankan apabila camat
dan lurah dekat sekali dengan masyarakat.

KECAMATAN SEBAGAI KECAMATAN SEBAGAI


WILAYAH ADMINISTRASI WILAYAH KERJA DAN
PEMERINTAHAN WILAYAH PELAYANAN

CAMAT SEBAGAI KEPALA CAMAT SEBAGAI


WILAYAH ADMINISTRASI PERANGKAT PEMERINTAH
PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
• Karena kedudukan organisasionalnya seperti itu, camat kemudian Tiga camat di Jember langgar
menjadi “alter-ego” bupati/walikota di wilayah kerjanya.
netralitas ASN belum disanksi
• Sebagai alter ego, hubungan antara bupati/walikota dengan camat Senin, 16 November 2020 18:02
sangatlah dekat, sehingga pengisian jabatan camat seringkali lebih
mempertimbangkan “kecocokan chemistry,” daripada WIB.Sekretaris Kabupaten Jember
kompetensinya. Mirfano. (ANTARA/Zumrotun
• Posisi semacam itu menjadi dilematis manakala bupati/walikota Solichah)
akan habis masa jabatan pertamanya, atau dalam rangka Pemerintah Kabupaten Jember masih
pemilihan presiden. Camat akan diminta membantu belum memberi sanksi kepada tiga
bupati/walikota mendukungnya dalam pilkada atau mencari camat yang terbukti melanggar
dukungan untuk calon presiden dari parpol yang sama dengan
bupati/walikota. netralitas ASN dalam pilkada sesuai
dengan rekomendasi Komisi Aparatur
• Permintaan tersebut dapat dilakukan dengan cara halus atau Sipil Negara (KASN).
terang-terangan.
• Camat dan lurah berada dalam posisi serba salah. Jika membantu Tiga camat yang direkomendasikan
akan salah karena berarti tidak netral, tetapi kalau tidak mendapat sanksi dari KASN masing-
membantu jabatan yang dipegangnya akan hilang diganti oleh masing Camat Tanggul M. Ghozali,
orang yang mau mengikuti keinginan bupati/walikota.
Camat Pakusari Fauzi, dan Camat
• Pada masyarakat pedalaman, keterlibatan camat dalam Sumberjambe Rusdiyanto karena
mendukung kepentingan politik bupati/walikota tidak terlampau terbukti melanggar netralitas ASN
bermasalah. Tetapi pada masyarakat perkotaan atau masyarakat
yang sudah terdidik, hal tersebut akan dengan mudah diviralkan. dengan mendukung calon bupati
petahana Faida.
Oknum camat di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah,
Tiga ASN Bone Dijatuhi Sanksi oleh KASN, berinisial H disanksi Komisi Aparatur Sipil Negara
Karena Pilkada? (KASN). Camat itu disanksi karena pelanggaran
netralitas ASN di Pilkada Purworejo 2020.
Ketiga ASN tersebut masing-masing Camat
Ketua Bawaslu Purworejo, Nur Kholiq, membenarkan
Lamuru Muh. Awaluddin, Camat Cenrana A pihaknya telah menerima tembusan rekomendasi
Adnan, dan Lurah Cenrana Mursalim. KASN untuk Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK)
Pasalnya, tiga ASN itu terbukti melakukan Kabupaten Purworejo dalam hal ini Pjs Bupati
pelanggaran asas netralitas ASN dengan cara Purworejo.
berfoto dengan simbol keberpihakan kepada "Dalam surat rekomendasi tersebut disampaikan jika
calon bupati dan wakil bupati Bone tertentu. oknum ASN tersebut disanksi untuk diumumkan secara
Komisioner Panwas Kabupaten Bone M Alwi terbuka terkait pelanggaran yang telah dilakukan,"
terang Kholiq saat ditemui detikcom di kantornya, Jl
menuturkan sanksi yang diberikan KASN berupa
Jendral Sarwo Edhie Wibowo, Purworejo, Senin
sanksi moral. (23/11/2020).
"Ketiganya diberikan sanksi moral berupa Baca artikel detiknews, "Terbukti Tak Netral, Camat di
pernyataan secara terbuka, yang pelaksanaannya Purworejo Ini Disanksi KASN"
mengacu pada peraturan pemerintah nomor 42 selengkapnya https://news.detik.com/berita-jawa-
tahun 2004 tentang pembinaan jiwa korps dan tengah/d-5266418/terbukti-tak-netral-camat-di-
kode etik PNS,"kata M Alwi yang ditemui purworejo-ini-disanksi-kasn.
tribunbone.com di kantornya, Jl. Jenderal
Sudirman, Kecamatan Tanete Riattang, Kota Download Apps Detikcom Sekarang
Watampone, Rabu (25/4/2018). https://apps.detik.com/detik/
Tangga Partisipasi Warganegara

Berbicara mengenai partisipasi Eight Rungs on the Ladder of Citizen Participation


warganegara, tidak dapat
dilepaskan dari pandangan Sherry
8 CITIZEN CONTROL
R Arnstein, mengenai tipologi
CITIZEN POWER
partisipasi. Menurut Arnstein ada 7 DELEGATED OF POWER
delapan tangga partisipasi yang
6 PARTNERSHIP
berkaitan dengan hubungan antara
yang memiliki kekuasaan dan yang PLACATION
5
tidak memiliki kekuasaan TOKENISM
(powerless) yang disebutnya 4 CONSULTATION

sebagai INFORMING
3
“Eight Rungs on the Ladder of
Citizen Participation” 2 THERAPY
NONPARTICIPATION
1 MANIPULATION

SADUWASISTIONO@2014

SADUWASISTIONO@TEORI DESENTRALISASI-S3-BAG4
• Semakin terdidik suatu masyarakat, maka tangga partisipasinya makin naik ke atas. Saat
ini sebagian besar masyarakat Indonesia masuk ke dalam tahap “delegated power” dalam
arti mendelegasikan kekuasaannya kepada wakil-wakil rakyat yang ada di DPR dan
DPRD, serta kepada pejabat publik yang telah dipilih melalui pemilihan umum.
• Sebagian kecil, terutama di daerah perkotaan masyarakatnya sudah mulai memasuki
tangga “citizen control.” Indikasinya dapat dilihat dari adanya kelompok-kelompok
penekan dalam bentuk “ Government Watch,” atau “ Parliament Watch” yang melakukan
pengawasan langsung terjadap kinerja DPR dan DPRD maupun pemerintah.
• Kritik masyarakat terhadap rusaknya jalan di daerah Lampung dan Jambi sampai
memperoleh perhatian dari presiden, merupakan bentuk lain dari citizen control.
Demikian pula pengecekan kantor pengusaha yang memenangkan tender pembangunan
jalan oleh masyarakat (yang ternyata fiktif) termasuk dalam kategori kontrol oleh warga
negara.
• Pada era serba digital sekarang ini semuanya menjadi terbuka, sehingga sangat sulit
menyembunyikan kebusukan. Cepat atau lambat, kebusukan akan terungkap juga.
• Citizen control dapat juga dimanfaatkan untuk mengawasi pengisian jabatan camat dan
lurah untuk menjaga kepentingan masyarakat.
D. UPAYA MENCEGAH POLITISASI JABATAN CAMAT DAN LURAH

• Agar camat dan lurah tidak menjadi korban politisasi birokrasi, maka diperlukan langkah-
langkah strategis sebagai berikut :
1) Mengisi jabatan camat dan lurah secara terbuka melalui sebuah seleksi oleh tim
independen di bawah pengawasan KASN. Rujukan kompetensinya berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2017 tentang Kompetensi
Pemerintahan.
2) Memonitor mutasi jabatan camat dan lurah yang tidak sesuai ketentuan (misalnya belum
sampai 2 tahun atau sudah lebih dari 5 tahun dalam jabatan tersebut). Monitoring dapat
bekerja sama dengan DPRD setempat.
3) Melibatkan masyarakat dalam mengawasi pengisian dan pemutasian jabatan camat dan
lurah yang tidak sesuai ketentuan.
KOMPETENSI PEMERINTAHAN UNTUK JABATAN CAMAT
(PERMENDAGRI NOMOR 108 TAHUN 2017)/23 Unit
KODE UNIT JUDUL UNIT
0.841120.031.01 Menjalin Hubungan Dengan Pemangku Kepentingan.
0.841120.034.01 Melakukan Diagnosis Organisasi.
0.841120.035.01 Menyusun Rencana Kerja SKPD.
0.841120.037.01 Membuat Analisis Resiko Ketahanan Nasional.
0.841120.038.01 Menganalisis Budaya Lokal.
0.841120.039.01 Mengelola Penanganan Konflik Suku, Agama, Ras, dan
Antargolongan.
0.841120.040.01 Menyusun Dokumen Rencana Teknis Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah.
0.841120.041.01 Mengelola Kualitas Pelayanan Pemerintah.
0.841120.042.01 Menerapkan Etos Kerja Pelayanan Publik.
0.841120.044.01 Mengidentifikasi Potensi Korupsi dalam Organisasi.

SADUWASISTIONO@CAMAT-KEPRI-2018
KODE UNIT JUDUL UNIT
0.841120.045.01 Membuat Konsep Peta Keterkaitan Kewenangan dan Hubungan
Antar Kelembagaan.
0.841120.046.01 Melakukan Penerapan Standar Pelayanan Dalam Proses
Pelayanan Pemerintahan.
0.841120.051.01 Melakukan Program Pencegahan Tindak Pidana Korupsi.
0.841120.052.01 Melakukan Diplomasi Organisasi.
0.841120.053.01 Membuat Strategi Peningkatan Kepercayaan Publik.
0.841120.057.01 Merumuskan Program Pemerintah Berbasis Budaya Lokal.
0.841120.058.01 Menyusun Konsep Kebangsaan dan Ketahanan Nasional.
0.841120.061.01 Mengimplementasikan Strategi Pengembangan Masyarakat.
0.841120.062.01 Mengelola Keberagaman Masyarakat.
0.841120.063.01 Merumuskan Standar Pelayanan Pemerintah.
0.841120.066.01 Mengimplementasikan Kemitraan Dalam Kordinasi Program
Pembangunan Masyarakat.
0.841120.070.01 Merumuskan Strategi Pencegahan Konflik SARA.
0.841120.072.01 Melakukan Diseminasi Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan
Nasional.
SADUWASISTIONO@CAMAT-KEPRI-2018

Anda mungkin juga menyukai