Anda di halaman 1dari 4

Peran Hewan Tanah

Dasar-dasar Ilmu Tanah

Kelompok 16 kelas A
Nama Anggota kelompok : - Sitti Aura Putri (G061231025)
- Aulia Asti Putri (G061231036)
-Muhamma Alif Putra fauzi (G061231064)

Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan


Prodi Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2023
Materi : Peran Hewan Tanah.
Penyaji Materi : Pak. Dr. Ir. Baharuddin Rasyid. MSC.
Disini kami secara khusus akan memaparkan tentang salah satu
bahasan materi yaitu tentang sifat “Peran Hewan Tanah”

* Peran Hewan Tanah

1.1 Menunjukkan adanya ‘jaringan makanan’ dengan beberapa tingkat


trofuk (pemakanan), serta interaksi yang kompleks antara organisme
dalam suatu tingkat trofik. Dibagian bawah jaringan serasah tanaman,
akar, dan sisa-sisa organisme yang mencari makanan di tingjat yang
lebih tinggi (Termasuk di atas perukaan tanah). Secara berurutan,
dalam jaringan ini terdapat:

1. Bakteri, jamur saprofit, dan nematoda yang memakan akar.


2. Protozoa, nematoda yang memakan bakteri dan jamur, serta tungau
yang memakan jamur.
3. Nematoda yang memakan nematoda lain dan nematoda omnivora.
4. Predator puncak, yaitu tungau dan collembola yang memakan
organisme di tingkat yang lebih rendah.

- Penjelasan
Dalam Jaringan makanan ini, terdapat beragam organisme yang saling
bergantung satu sama lain berbagai tingkat trofik, dimulai dari
pemakanan serasah tanaman hingga predator puncak di puncak jaring
makanan.

1.2 Deskripsi kuantitatif mengenai aliran dan nutrisi (seperti N, P, dan


S) melalui jaring makanan merupakan akat penting untuk menjelaskan
perbedaan dalam produktivitas sergta kondisi fisik dan biologis di
anatara berbagai ekosistem, termasuk padang rumput, tanah dan
daratan tinggi.

1.3 Dalam konteks organik, penting untuk mempertimbangkan


berkelanjutan jangka panjang. Meskipun model simulasi jaringan
makanan telah dicoba, kompleksitas informasi yang di butuhkan saat
ini belum memungkinkan untuk menguji validitas banyak variabek
masukan dan prameter model dengan pengukuran langsung. Oleh
karena itu, pergantian karbon (C) dan mineralisasi nutrisi biasanya
dijelaskan menggunakan model yang lebih pragmatis berdasarkan
sifat subtrat dan laju dekomposisi, sebagaimana dibahas dalam bagian
3,5. Ini penting untuk mengambangkan pendekatan yang lebih realistis
dalam memahami ekosistem dan pertanian organik yang
berkelanjutan.

1.4 Rayap memiliki keunikan karena mereka mampu mencerna


selulosa dan lignin melalui mikroflora ususnya atau kebun jamur yang
mereka budidayakan di dalam sarang mereka. Sementara itu, cacing
tanah melakukan dekomposisi mikroba pada serasah sebelum dapat
mencernanya. Setelah serasah tertelan, aktivitas pencernaan utama
cacing tanah adalah mengurai sisa-sisa tanaman, yang pada gilirannya
meningkatkan luas permukaan yang lebih mudah diserang oleh
mikroba.

Kemungkinan ada penguraian kimia yang kurang dari 10%, yang


dapat disebabkan oleh bakteri dalam usus cacing tanah atau pengaruh
enzim kitinase dan selulase yang dihasilkan oleh cacing tersebut. Hasil
dari berbagai proses ini adalah bahwa cacing tanah memiliki pH yang
lebih tinggi, ketersediaan Ca2+, serta kandungan P dan mineral N
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah di sekitarnya

Residu yang mengalami humifikasi sebagian terjadi pada lapisan L


dan F mor humus, yang tetap mempertahankan struktur tanaman yang
dapat dikenali selama beberapa tahun. Sementara itu, residu serupa
yang telah melewati usus cacing tanah beberapa kali akan mengalami
reduksi menjadi humus hitam amorf yang erat terkait dengan partikel
mineral.

Gambaran ini memberikan wawasan tentang peran unik rayap dan


cacing tanah dalam proses dekomposisi dan perubahan sifat-sifat
tanah yang penting dalam ekosistem.

1.5 Kesimpulan
Dalam ekosistem, terdapat jaring makanan yang melibatkan berbagai
tingkat trofik (pemakanan), dan interaksi kompleks antara organisme
dalam setiap tingkat tersebut. Jaring makanan dimulai dari serasah
tanaman di bagian paling bawah dan mencakup organisme seperti
bakteri, jamur saprofit, nematoda, protozoa, dan berbagai predator,
termasuk cacing tanah, tungau, dan collembola di puncak jaringan
makanan.

Deskripsi kuantitatif mengenai aliran energi dan nutrisi (seperti N, P,


dan S) melalui jaring makanan menjadi penting untuk menjelaskan
perbedaan produktivitas serta kondisi fisik dan biologis di berbagai
ekosistem, seperti padang rumput, tanah subur, atau dataran tinggi.

Pertanian organik perlu mempertimbangkan keberlanjutan jangka


panjang. Meskipun model simulasi jaring makanan telah mencoba
menjelaskan dinamika nutrisi, kompleksitas informasi yang
dibutuhkan saat ini belum memungkinkan pengujian validitas model
tersebut dengan pengukuran langsung. Oleh karena itu, penguraian
karbon dan mineralisasi nutrisi biasanya dijelaskan menggunakan
model yang lebih sederhana berdasarkan sifat substrat dan laju
dekomposisi.

Rayap memiliki kemampuan unik dalam mencerna selulosa dan lignin


melalui mikroflora dalam usus mereka atau kebun jamur yang mereka
budidayakan di sarang mereka. Sementara itu, cacing tanah
melakukan dekomposisi mikroba pada serasah sebelum dapat
mencernanya. Aktivitas pencernaan cacing tanah meningkatkan
ketersediaan nutrisi dalam tanah, terutama kandungan Ca2+, P, dan
mineral N. Hasil dari proses ini adalah perubahan pH tanah dan
transformasi residu tanaman menjadi humus yang berperan penting
dalam ekosistem.

Materi ini memberikan pemahaman tentang kompleksitas jaring


makanan dan peran penting invertebrata seperti rayap dan cacing
tanah dalam menjaga produktivitas dan keseimbangan ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai