Salin-Annisa 01 1
Salin-Annisa 01 1
DISUSUN
OLEH :
Annisa Elpida: 112022010
DOSEN PENGAMPUH :
Hendra SH,Spd.I.,M.Ag
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Ushul Fiqh
Ushul Fiqih adalah kumpulan dari beberapa kaidah dan pembahasannya digunakan untuk
menetapkan hukum-hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Pengertian Ushul
Fiqih terdiri dari dua kata "ushul/ashl" dan "fiqh". Kata ashl menurut kidah atau ketentuan yang
berlaku dan fiqh ilmu tentang hukum-hukum syara'.
Ushul fikih mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terperinci
dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumbersumber tersebut. Mekanisme
pengambilan hukum harus berdasarkan sumber-sumber hukum yang telah dipaparkan ulama. Sumber-
sumber hukum terbagi menjadi 2: sumber primer dan sumber sekunder. Al- quran dan sunnah
merupakan sumber primer. Hukum-hukum yang diambil langsung dari Al-quran dan Sunnah sudah
tidak bertambah dan disebut sebagai syariah. Adapun sumber hukum sekunder yaitu ijmak, qiyas, dan
sumber hukum lain. Hukum-hukum yang diambil dari sumber sekunder disebut fikih. Ijmak dan qiyas
merupakan sumber hukum yang disepakati oleh empat mazhab fikih: Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan
Hambali. Sumber hukum lain seperti kebiasaan masyarakat, perkataan sahabat, dan istihsan
diperselisihkan kevalidannya di antara mazhab-mazhab yang ada.
Tujuan ushul fiqih adalah menerapakan kaidah-kaidah dan pembahasannya pada dalil-dalil
yang detail untuk diambil hukum syara'nya. Sehingga, kaidah dan pembahasannya dapat difahami
dengan nash-nash syara' dan dengan hukum-hukum yang dikandungnya, juga dapat diketahui sesuatu
yang dapat memperjelas kesamaran dari nash-nash tersebut dan nash mana yang dimenangkan ketika
terjadi pertentangan antara sebagian nash dengan yang lain.
3
2.2. Objek Fiqh dan Ushul Fiqh
A. Objek Kajian Fiqih
Objek kajian Fikih adalah segala hal terkait perbuatan seseorang yang telah mukalaf.
Misalnya bagaimana ketentuan hukum seorang Mukalaf dalam muamalah seperti jual beli, sewa
menyewa, pegadaian, pembunuhan, tuduhan/menuduh orang lain berzina, pencurian, wakaf, dan lain
sebagainya. Termasuk juga ketentuanketentuan Ibadah seperti shalat, puasa, haji dan zakatnya
seorang mukalaf. Tujuannya supaya ia mengerti tentang hukum dalam menjalankan segala perbuatan
ini.
Objek Ilmu Fiqih Ada 2 hal :
1. Ibadah Yaitu Perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan Allah. Contohnya shalat,
puasa, haji, dan lain sebagainya.
2. Muamalah Yaitu Perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan sesama manusia.
Contohnya jual beli, sewa menyewa, pegadaian, pembunuhan, tuduhan atau menuduh orang
lain berzina, pencurian, wakaf, dan lain sebagainya
Objek kajian Fiqih tentang Muamalah sangat luas. Hal ini karena hubungan manusia dengan
manusia lain mencakup banyak hal. Objek kajian Fiqih tidak luput dari berbagai aspek ini. Misalnya
Fiqh Ahwal as-Syakhsiyah (Hukum Keluarga), Fiqh Muamalah (Hukum Transaksi), Fiqh Mawaris,
Fiqh Munakahat, Fiqh Jinayah (Hukum Kriminal), Fiqh Murafa’at (Hukum Acara), Fiqh Siyasah
(Politik) dan sebagainya. Ilmu Fiqih juga digunakan untuk mengetahui hukum-hukum seperti sunah,
haram, makruh dan lainnya. Teori Fiqih misalnya tentang kriteria bagaimana shalat seorang mukalaf
dianggap sah?. Hal ini juga dibahas dalam Ilmu Fiqih tentang Syarat Sah dan Syarat Wajib Shalat.
4
2.3. Manfaat mempelajari ushul fiqh
Menurut para ahli ushul fiqh, manfaat utama ilmu ini adalah untuk mengetahui kaidah-kaidah
yang bersifat kulli (umum) dan teori-teori yang terkait dengannya untuk diterapkan pada dalil-dalil
tafsili (terperinci) sehingga dapat diistinbathkan hukum syara’ yang ditunjukkannya. Melalui kaidah-
kaidah ushul fiqh diketahui nash-nash syara’ dan hukum-hukum ditunjukkannya. Dengan ushul fiqh
dapat dicarikan jalan keluar menyelesaikan dalil-dalil yang kelihatan bertentangan satu sama lain.
Melalui dalil-dalil yang ada dalam kajian ushul fiqh, seperti qiyas, istihsan, istishab, urf dapat
dijadikan landasan menetapkan persoalan yang hukumnya tidak dijelaskan langsung oleh nash.
Selain itu tujuan yang hendak dicapai dari ilmu ushul fiqh ialah untuk:
1. Menerapkan kaidah-kaidah dalil syara’yang terinci agar sampai kepada hukum-hukum
syara’yang bersifat amali;
2. Dengan kaidah ushul serta bahasannya itu dapat dipahami nash-nash syara’dan hokum yang
terkandung didalamnya.
3. Mampu memahami secara baik dan tepat apa-apa dirumuskan ulama mujtahid dan bagaimana
mereka sampai kepada rumusan itu.
Manfaat ushul figh bagi seorang mujtahid adalah menjadi pedoman dalam
menentukan/menetapkan sesuatu hukum syara’ berdasarkan dalil yang ia dapatkan, sedangkan bagi
seorang muttabi’ karna ia mengetahui dasar hukum dari suatu amal yang ia ikut kerjakan ata yang ia
ikuti maka ia terhindar dari perbuatan taglid.
Ushul fiqh bagi umat yang mendatang, dalam hal ini maksud mengetahui ushul fiqh itu bila kita
sudah mengetahui metode ushul fiqh yang dirumuskan ulama terdahulu maka bila suatu ketika kita
menghadapi masalah baru yang tidak mungkin ditemukan hukumnya dalam kitab fiqh terdahulu,maka
kita dapat mencari jawaban hokum terhadap masalah baru itu dengan cara menerapkan kaidah hasil
rumusan ulama terdahulu.
5
semua itu, seorang ahli syariah (dewan syariah), harus menguasai ilmu ushul fiqh secara mendalam
karena ilmu ini diperlukan untuk berijitihad.
Sebagaimana penjelasan di atas, ilmu Ushul Fiqih berfungsi sebagai sebuah metodologi dalam rangka
memahami al Qur’an dan Sunnah dengan benar. Di samping itu, Ilmu Ushul Fiqih sebagaimana
ditegaskan oleh Abd al Karim an Namlah merupakan ilmu yang juga berfungsi untuk meluruskan
kekeliruan dalam memahami nash-nash wahyu –al Qur’an dan Sunnah– sebagaimana ilmu manthiq
dan logika yang berfungsi meluruskan kekeliruan dalam memaparkan sebuah argumentasi. Ini
merupakan fungsi Ilmu Ushul Fiqih secara umum dalam bangunan ajaran Islam.
Sedangkan secara mendetail, fungsi Ilmu Ushul Fiqih dapat dilihat secara berbeda
berdasarkan kapasitas pembalajarnya. Bagi mujtahid, maka Ushul Fiqih berfungsi layaknya sebuah
metodologi dan kumpulan kaedah-kaedah syar’i dalam rangka melakukan ijtihad dan proses
pemahaman yang argumentatif atas sumbersumber hukum Islam. Hal ini dimaksudkan untuk
menjawab setiap problematika kehidupan manusia berbasiskan wahyu.
Adapun bagi muqallid, maka dengan mempelajari ilmu Ushul Fiqih dapat menghadirkan
sebuah ketenangan jiwa ketika melaksanakan ijtihad dan produk hukum yang dihasilkan mujtahid.
Sebab sang muqallid bukan saja sekedar mengetahui masalah ini hukumnya wajib atau sunnah, tetapi
juga dapat mengetahui latar belakang dan sebab-sebab kelahiran hukum tersebut.
Di samping itu, secara umum dengan mempelajari ilmu Ushul Fiqih selain menambah pahala
dalam mengamalkan produk ijtihad ulama, juga dapat berfungsi dalam rangka membantah setiap
syubhat dan tasykik atas hukum Islam yang dilontarkan musuh-musuh Islam.
6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Fikih (bahasa Arab: ﻓﻘﮫ,translit. fiqh) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang
secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik
kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Allah, Tuhannya. Ushul Fiqih
adalah kumpulan dari beberapa kaidah dan pembahasannya digunakan untuk menetapkan hukum-
hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Ushul fikih mempelajari kaidah-kaidah,
teori-teori dan sumber-sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang
diambil dari sumber-sumber tersebut. Mekanisme pengambilan hukum harus berdasarkan sumber-
sumber hukum yang telah dipaparkan ulama.
7
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta: Pustaka Amani, Cet 1, 2003. Miftahul
Arifin, Ushul Fiqh: Kaidah-Kaidah Penetapan Hukum Islam, Surabaya:Citra Media, 1997.
Abdul
Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Usul Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, Cet 8, 2002.
Ali Jum’ah Muhammad, Ilmu Ushul al Fiqih wa ‘Alaqatuhu bi al Falsafah al
Islamiyyah, (Kairo: al Ma’had al ‘Alami li al Fikr al Islami, 1417/1996), cet. 1, hlm. 7.
Abdul Wahab Abu Sulaiman, Al Fikr al Ushuli, hlm. 71, Muhammad bin Hasan ats Tsa’labi
al Fasi (w. 1376), al Fikr as Sami fi Tarikh al Fiqih al Islami,(Madinah: al Maktabah al
‘Ilmiyyah, 1396), cet. 1, vol. 1, hlm. 403.
https://www.rumahfiqih.com/z.php?id=96 https://id.wikipedia.org/wiki/Fikih
https://www.abusyuja.com/2019/11/urgensi-mempelajari-ilmu-fiqih-dalamkehidupan.html
Abbas, siradjuddin. 2008. Empat Puluh Masalah Agama. Jakarta selatan: Pustaka Tarbiyah Baru
Nata, ubuddin. 2010. Metodelogi studi islam, cet,17, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Syarifuddin, amir. 2008. Ushul fiqh. Jakarta: Kencana Preneda Media Group
Tina Siska hardiansyah, penting belajar figh untuk kehidupan sehari-hari, diakses dari http://www.ummi-
online.com.html, pada tanggal 7 juni 2017 pukul 09:20