Anda di halaman 1dari 8

Makalah

PENGANTAR USHUL FIQH

DISUSUN
OLEH :
Annisa Elpida: 112022010

PROGRAM STUDI PAI

DOSEN PENGAMPUH :
Hendra SH,Spd.I.,M.Ag

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
TENGKU DIRUNDENG MEULABOH
TAHUN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Islam merupakan agama yang mampu mengatur kehidupan umat manusia secara
sempurna dalam semua segi kehidupan. Walaupun agama ini sudah melalui sejarah panjang,
sejak mulai diturunkannya oleh Allah swt. kepada nabi Muhammad saw., lebih kurang dari
14 abad yang lalu, hal ini tidaklah menjadikan Islam kaku dalam menghadapi sejarah yang
dilaluinya, melainkan sebaliknya, mengakibatkan Islam semakin “dewasa” untuk beraflikasi
di tengah-tengah kehidupan umat manusia
Sebagai hamba Allah yang beriman, sudah selayaknya kita mengerti dan
melaksanakan apa yang Allah kehendaki, sekaligus menjauhi apa yang tidak diridhoi Allah.
Untuk mengetahui dan melaksanakan kehendak Allah kita harus mengetahui hukum Islam
yang telah ada. Namun, hukum Islam menghadapi tantangan lebih serius, terutama pada abad
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menjawab berbagai permasalahan baru
yang berhubungan dengan hukum Islam, para ahli yang sudah tidak bisa lagi sepenuhnya
mengandalkan ilmu tentang fiqih, hasil ijtihad di masa lampau. Alasannya, karena ternyata
warisan fiqih yang terdapat dalam buku-buku klasik, bukan saja terbatas kemampuannya
dalam menjangkau masalah-masalah baru yang belum ada sebelumnya. Oleh karena itu, umat
Islam perlu mengadakan penyegaran kembali terhadap warisan fiqih. Dalam konteks ini,
ijtihad menjadi sebuah kemestian dan metode ijtihad mutlak harus dikuasai oleh mereka yang
akan melakukannya. Metode ijtihad itulah yang dikenal dengan ushul fiqih.
Ilmu Ushul Fiqh adalah suatu ilmu yang menguraikan tentang metode yang dipakai
oleh para imam mujtahid dalam menggali dan menetapkan hukum syar’i dari nashyaitudari
Al Qur’an dan Sunnah Nabi. Kandungan Ushul Fiqh menguraikan dasar-dasar serta metode
penetapan hukum taklif yang bersifat praktis yang menjadi pedoman bagi para faqih dan
mujtahid untuk dapat beristinbat (mengambil hukum) dengan tepat. Pertumbuhan Ushul Fiqh
tidak lepas dari perkembangan hukum islam sejak zaman Rasulullah SAW. Sampai pada
zaman tersusunnya Ushul Fiqh sebagai salah satu bidang ilmu pada abad ke-2 Hijriyah. Di
zaman Rasulullah SAW. Menunggu turunnya wahyu yang menjelaskan hukum kasus tersebut
melalui sabda-Nya, yang kemudian dikenal dengan hadist atau sunnah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Dari Ushul Fiqh?
2. Apa saja objek kajian Fiqh dan Ilmu Ushul Fiqh?
3. Apa Saja Manfaat belajar Ushul fiqh?
4. Apa Urgensi Mempelajari Ushul Fiqh?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Ushul Fiqh.
2. Untuk Mengetahui objek kajian Dari Fiqh dan Ilmu Ushul Fiqh.
3. Untuk Mengetahui manfaat belajar Ushul Fiqh.
4. Untuk Mengetahui Urgensi Mempelajari Ushul Fiqh

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fiqh dan Ushul Fiqh


A. Fiqih
Fiqih) ‫ )ﻓﻘﮫ‬secara bahasa artinya pemahaman yang benar tentang apa yang diharapkan. Hadis
berikut menggunakan kata fikih sesuai makna bahasanya “Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi
baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah
yang memberi. Dan senantiasa umat ini akan tegak di atas perintah Allah, mereka tidak akan celaka
karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah.”( HR Bukhari ).
Fiqh adalah mashdar dari bab ‫ ھَﯿﻔﻖَ ﻗﮭِﻒ‬faqiha - yafqahu, yang berarti "paham". faquha
(dengan qaf berharakat dhammah) artinya fiqh menjadi sifat alaminya. faqaha (dengan fathah) artinya
lebih dulu paham dari yang lain. Secara pengetahuan “‫ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺑﺎأﻟﺤﻜﺎم اﻟﺸﺮﻋﯿﺔ اﻟﻌﻤﻠﯿﺔ ﺑﺄدﻟﺘﮭﺎ اﻟﺘﻔﺼﯿﻠﯿﺔ‬artinya
fikih, istilah tentang hukum-hukum syariat praktis berdasarkan dalil-dalil rincinya.” Yang dimaksud
‫ ”ﻣﻌﺮﻓﺔ‬pengetahuan” mencakup ilmu pasti dan dugaan. Hukum-hukum syariat ada yang diketahui
secara pasti dari dalil yang meyakinkan dan ada yang diketahui secara dugaan. Masalah-masalah
ijtihad yang menjadi bahan perbedaan pendapat di kalangan ulama adalah masalah dugaan karena jika
diketahui secara yakin, maka pasti tidak ada perbedaan pendapat.

B. Ushul Fiqh
Ushul Fiqih adalah kumpulan dari beberapa kaidah dan pembahasannya digunakan untuk
menetapkan hukum-hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Pengertian Ushul
Fiqih terdiri dari dua kata "ushul/ashl" dan "fiqh". Kata ashl menurut kidah atau ketentuan yang
berlaku dan fiqh ilmu tentang hukum-hukum syara'.
Ushul fikih mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terperinci
dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumbersumber tersebut. Mekanisme
pengambilan hukum harus berdasarkan sumber-sumber hukum yang telah dipaparkan ulama. Sumber-
sumber hukum terbagi menjadi 2: sumber primer dan sumber sekunder. Al- quran dan sunnah
merupakan sumber primer. Hukum-hukum yang diambil langsung dari Al-quran dan Sunnah sudah
tidak bertambah dan disebut sebagai syariah. Adapun sumber hukum sekunder yaitu ijmak, qiyas, dan
sumber hukum lain. Hukum-hukum yang diambil dari sumber sekunder disebut fikih. Ijmak dan qiyas
merupakan sumber hukum yang disepakati oleh empat mazhab fikih: Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan
Hambali. Sumber hukum lain seperti kebiasaan masyarakat, perkataan sahabat, dan istihsan
diperselisihkan kevalidannya di antara mazhab-mazhab yang ada.
Tujuan ushul fiqih adalah menerapakan kaidah-kaidah dan pembahasannya pada dalil-dalil
yang detail untuk diambil hukum syara'nya. Sehingga, kaidah dan pembahasannya dapat difahami
dengan nash-nash syara' dan dengan hukum-hukum yang dikandungnya, juga dapat diketahui sesuatu
yang dapat memperjelas kesamaran dari nash-nash tersebut dan nash mana yang dimenangkan ketika
terjadi pertentangan antara sebagian nash dengan yang lain.

3
2.2. Objek Fiqh dan Ushul Fiqh
A. Objek Kajian Fiqih
Objek kajian Fikih adalah segala hal terkait perbuatan seseorang yang telah mukalaf.
Misalnya bagaimana ketentuan hukum seorang Mukalaf dalam muamalah seperti jual beli, sewa
menyewa, pegadaian, pembunuhan, tuduhan/menuduh orang lain berzina, pencurian, wakaf, dan lain
sebagainya. Termasuk juga ketentuanketentuan Ibadah seperti shalat, puasa, haji dan zakatnya
seorang mukalaf. Tujuannya supaya ia mengerti tentang hukum dalam menjalankan segala perbuatan
ini.
Objek Ilmu Fiqih Ada 2 hal :
1. Ibadah Yaitu Perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan Allah. Contohnya shalat,
puasa, haji, dan lain sebagainya.
2. Muamalah Yaitu Perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan sesama manusia.
Contohnya jual beli, sewa menyewa, pegadaian, pembunuhan, tuduhan atau menuduh orang
lain berzina, pencurian, wakaf, dan lain sebagainya
Objek kajian Fiqih tentang Muamalah sangat luas. Hal ini karena hubungan manusia dengan
manusia lain mencakup banyak hal. Objek kajian Fiqih tidak luput dari berbagai aspek ini. Misalnya
Fiqh Ahwal as-Syakhsiyah (Hukum Keluarga), Fiqh Muamalah (Hukum Transaksi), Fiqh Mawaris,
Fiqh Munakahat, Fiqh Jinayah (Hukum Kriminal), Fiqh Murafa’at (Hukum Acara), Fiqh Siyasah
(Politik) dan sebagainya. Ilmu Fiqih juga digunakan untuk mengetahui hukum-hukum seperti sunah,
haram, makruh dan lainnya. Teori Fiqih misalnya tentang kriteria bagaimana shalat seorang mukalaf
dianggap sah?. Hal ini juga dibahas dalam Ilmu Fiqih tentang Syarat Sah dan Syarat Wajib Shalat.

B. Objek Kajian Ushul Fiqih


Objek Ushul Fiqih adalah dalil-dalil Syariat, baik dalil tentang akidah, ibadah, muamalah,
akhlak, maupun sanksi (hukum yang berkaitan dengan masalah pelanggaran atau kejahatan). Ushul
Fiqih mempelajari dalil Syari’at karena berfungsi sebagai sarana untuk menganalisi hukum Syariat
tersebut untuk merumuskan hukum terhadap suatu peristiwa yang memerlukan kejelasan hukum.
Produk hukum yang telah jelas itulah yang kemudian dinamakan Fiqih.
Didalam Ilmu Ushul Fiqih kita mempelajari berbagai metode Ijtihad, seperti Istihsan,
Mashlahah Mursalah, Istishab, ‘Urf, Syar’u Man Qablana, Mazhab Sahabi, dan Dzari’ah. Juga
berbagi Metode Penetapan Hukum, seperti Maqasid Sari’ah, Ta’arud dan Tarjih, atau melalui analisis
kebahasaan, seperti Amr dan Nahi, ‘Am dan Khas, Mutlaq dan Muqayyad, Mantuq dan Mafhum,
Ta’wil, dan sebagainya.
Berkembangnya masyarakat berkembang pula permasalahannya. Muncul beragam peristiwa
yang belum ada hukumnya. Misalnya bagaimana hukum pernikahan dengan video call, hukum
berjualan sebagai dropshipper, dan sebagainya. Problem tersebut membutuhkan kejelasan hukum
dengan dalil yang jelas. Sebagai metodologi, Ilmu Ushul Fiqih berfungsi menjaga agama agar
terpelihara dari penyalahgunaan dalil, bahwa ada aturan dan kaidah yang harus digunakan dan tidak
serta merta asal mengambil dalil dari Qur’an maupun Sunnah.

4
2.3. Manfaat mempelajari ushul fiqh

Menurut para ahli ushul fiqh, manfaat utama ilmu ini adalah untuk mengetahui kaidah-kaidah
yang bersifat kulli (umum) dan teori-teori yang terkait dengannya untuk diterapkan pada dalil-dalil
tafsili (terperinci) sehingga dapat diistinbathkan hukum syara’ yang ditunjukkannya. Melalui kaidah-
kaidah ushul fiqh diketahui nash-nash syara’ dan hukum-hukum ditunjukkannya. Dengan ushul fiqh
dapat dicarikan jalan keluar menyelesaikan dalil-dalil yang kelihatan bertentangan satu sama lain.
Melalui dalil-dalil yang ada dalam kajian ushul fiqh, seperti qiyas, istihsan, istishab, urf dapat
dijadikan landasan menetapkan persoalan yang hukumnya tidak dijelaskan langsung oleh nash.
Selain itu tujuan yang hendak dicapai dari ilmu ushul fiqh ialah untuk:
1. Menerapkan kaidah-kaidah dalil syara’yang terinci agar sampai kepada hukum-hukum
syara’yang bersifat amali;

2. Dengan kaidah ushul serta bahasannya itu dapat dipahami nash-nash syara’dan hokum yang
terkandung didalamnya.
3. Mampu memahami secara baik dan tepat apa-apa dirumuskan ulama mujtahid dan bagaimana
mereka sampai kepada rumusan itu.
Manfaat ushul figh bagi seorang mujtahid adalah menjadi pedoman dalam
menentukan/menetapkan sesuatu hukum syara’ berdasarkan dalil yang ia dapatkan, sedangkan bagi
seorang muttabi’ karna ia mengetahui dasar hukum dari suatu amal yang ia ikut kerjakan ata yang ia
ikuti maka ia terhindar dari perbuatan taglid.
Ushul fiqh bagi umat yang mendatang, dalam hal ini maksud mengetahui ushul fiqh itu bila kita
sudah mengetahui metode ushul fiqh yang dirumuskan ulama terdahulu maka bila suatu ketika kita
menghadapi masalah baru yang tidak mungkin ditemukan hukumnya dalam kitab fiqh terdahulu,maka
kita dapat mencari jawaban hokum terhadap masalah baru itu dengan cara menerapkan kaidah hasil
rumusan ulama terdahulu.

2.4. Urgensi Mempelajari Ushul Fiqh


A. Urgensi Ilmu ushul fiqh
Semua ulama sepakat bahwa ushul fiqh menduduki posisi yang sangat penting dalam ilmu-
ilmu syariah. Imam Asy-Syatibi (w.790 H), dalam AlMuwafaqat, mengatakan, mempelajari ilmu
ushul fiqh merupakan sesuatu yang dharuri (sangat penting dan mutlak diperlukan), karena melalui
ilmu inilah dapat diketahui kandungan dan maksud setiap (Al-quran dan hadits) sekaligus bagaimana
menerapkannya. Menurut Al-Amidy dalam kitab Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam, Siapa yang tidak
menguasai ilmu ushul fiqh, maka diragukan ilmunya, karena tidak ada cara untuk mengetahui hukum
Allah kecuali dengan ilmu ushul Fiqh.
Senada dengan itu, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa ilmu ushul fiqh merupakan satu di
antara tiga ilmu yang harus dikuasai setiap ulama mujtahid, dua lainya adalah hadits dan bahasa Arab.
Prof. Salam Madkur (Mesir), mengutip pendapat Al-Razy yang mengatakan bahwa ilmu ushul fiqh
adalah ilmu yang paling penting yang mesti dimiliki setiap ulama mujtahid. Ulama ekonomi syariah
sesungguhnya (seharusnya) adalah adalah bagian dari ulama mujtahid, karena ulama ekonom syariah
harus berijtihad memecahkan berbagai persoalan ekonomi, menjawab pertanyaan-pertanyaan boleh
tidaknya berbagai transaksi bisnis modern, halal haramnya bentuk bisnis tertentu. Memberikan solusi
pemikiran ekonomi, memikirkan akad-akad yang relevan bagi lembaga keuangan syariah.
Memberikan fatwa ekonomi syariah, jika diminta oleh masyarakat ekonomi syariah. Untuk mengatasi

5
semua itu, seorang ahli syariah (dewan syariah), harus menguasai ilmu ushul fiqh secara mendalam
karena ilmu ini diperlukan untuk berijitihad.
Sebagaimana penjelasan di atas, ilmu Ushul Fiqih berfungsi sebagai sebuah metodologi dalam rangka
memahami al Qur’an dan Sunnah dengan benar. Di samping itu, Ilmu Ushul Fiqih sebagaimana
ditegaskan oleh Abd al Karim an Namlah merupakan ilmu yang juga berfungsi untuk meluruskan
kekeliruan dalam memahami nash-nash wahyu –al Qur’an dan Sunnah– sebagaimana ilmu manthiq
dan logika yang berfungsi meluruskan kekeliruan dalam memaparkan sebuah argumentasi. Ini
merupakan fungsi Ilmu Ushul Fiqih secara umum dalam bangunan ajaran Islam.
Sedangkan secara mendetail, fungsi Ilmu Ushul Fiqih dapat dilihat secara berbeda
berdasarkan kapasitas pembalajarnya. Bagi mujtahid, maka Ushul Fiqih berfungsi layaknya sebuah
metodologi dan kumpulan kaedah-kaedah syar’i dalam rangka melakukan ijtihad dan proses
pemahaman yang argumentatif atas sumbersumber hukum Islam. Hal ini dimaksudkan untuk
menjawab setiap problematika kehidupan manusia berbasiskan wahyu.
Adapun bagi muqallid, maka dengan mempelajari ilmu Ushul Fiqih dapat menghadirkan
sebuah ketenangan jiwa ketika melaksanakan ijtihad dan produk hukum yang dihasilkan mujtahid.
Sebab sang muqallid bukan saja sekedar mengetahui masalah ini hukumnya wajib atau sunnah, tetapi
juga dapat mengetahui latar belakang dan sebab-sebab kelahiran hukum tersebut.
Di samping itu, secara umum dengan mempelajari ilmu Ushul Fiqih selain menambah pahala
dalam mengamalkan produk ijtihad ulama, juga dapat berfungsi dalam rangka membantah setiap
syubhat dan tasykik atas hukum Islam yang dilontarkan musuh-musuh Islam.

6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Fikih (bahasa Arab: ‫ ﻓﻘﮫ‬,translit. fiqh) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang
secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik
kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Allah, Tuhannya. Ushul Fiqih
adalah kumpulan dari beberapa kaidah dan pembahasannya digunakan untuk menetapkan hukum-
hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Ushul fikih mempelajari kaidah-kaidah,
teori-teori dan sumber-sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang
diambil dari sumber-sumber tersebut. Mekanisme pengambilan hukum harus berdasarkan sumber-
sumber hukum yang telah dipaparkan ulama.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta: Pustaka Amani, Cet 1, 2003. Miftahul
Arifin, Ushul Fiqh: Kaidah-Kaidah Penetapan Hukum Islam, Surabaya:Citra Media, 1997.
Abdul
Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Usul Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, Cet 8, 2002.
Ali Jum’ah Muhammad, Ilmu Ushul al Fiqih wa ‘Alaqatuhu bi al Falsafah al
Islamiyyah, (Kairo: al Ma’had al ‘Alami li al Fikr al Islami, 1417/1996), cet. 1, hlm. 7.
Abdul Wahab Abu Sulaiman, Al Fikr al Ushuli, hlm. 71, Muhammad bin Hasan ats Tsa’labi
al Fasi (w. 1376), al Fikr as Sami fi Tarikh al Fiqih al Islami,(Madinah: al Maktabah al
‘Ilmiyyah, 1396), cet. 1, vol. 1, hlm. 403.
https://www.rumahfiqih.com/z.php?id=96 https://id.wikipedia.org/wiki/Fikih
https://www.abusyuja.com/2019/11/urgensi-mempelajari-ilmu-fiqih-dalamkehidupan.html

Abbas, siradjuddin. 2008. Empat Puluh Masalah Agama. Jakarta selatan: Pustaka Tarbiyah Baru

Amiruddin, zen. 2009. Ushul fiqh , cet I. Yogyakarta: Teras

Firdaus. 2004. Ushul fiqh. Jakarta timur: Zikrul Hakim

Nata, ubuddin. 2010. Metodelogi studi islam, cet,17, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Syarifuddin, amir. 2008. Ushul fiqh. Jakarta: Kencana Preneda Media Group
Tina Siska hardiansyah, penting belajar figh untuk kehidupan sehari-hari, diakses dari http://www.ummi-
online.com.html, pada tanggal 7 juni 2017 pukul 09:20

Anda mungkin juga menyukai