Anda di halaman 1dari 3

1.

T: Apa yang membuatmu tertarik dengan permasalahan psikologis?


M: Menurut saya, sebagai mahasiswa sastra, psikologi dan sastra begitu berhubungan erat.
Psikologi terpotret dalam sastra. Objek yang dikaji dalam psikologi dan sastra itu sama yakni
manusia. Di sisi lain, terdapat banyak jenis gangguan psikologis yang dialami manusia dan
salah satu yang paling banyak terjadi adalah MDD.

Menurut data di situs resmi WHO pada awal 2020 saja, ada lebih dari 264 juta orang di dunia
yang menderita depresi. Bahkan WHO mencatat 76% dan 85% penderita di negara
berpendapatan rendah dan sedang tidak mendapatkan penanganan untuk gangguan depresi
tersebut. Di Indonesia sendiri di tahun 2022, Survei Kesehatan Mental Nasional yang
mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10 – 17 tahun di Indonesia,
menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental
sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam kurun
waktu satu tahun. Angka tersebut setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan mental yang paling banyak diderita oleh
remaja adalah gangguan cemas, dan diikuti oleh gangguan depresi mayor (MDD), gangguan
perilaku, gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan ADHD. Jadi bisa dikatakan bahwa MDD
menjadi “momok” tersendiri di masyarakat, terutama anak muda.

Dalam kasus ini, MDD yang dialami oleh Juliette Ferrars dapat menurunkan kemampuan
bekerja dan beraktivitas sehari-hari. Melalui studi ini, penulis berharap lebih bisa memahami
karakteristik manusia dan problem psikologis yang dialami di sejumlah individu.

2.
T: Apakah kamu merasa relate dengan Julliete, tokoh yang memiliki sentuhan beracun?
M: Secara pribadi, karakter Juliette sebenarnya tidak terlalu relate dengan saya. Akan tetapi
berhubungan dengan MDD, saya merasa sedikit relate karena saya pernah memiliki teman
yang sempat didiagnosa menderita depresi di waktu SMA. Dia berusaha kuat melawan
dirinya sendiri agar bisa membaik setiap harinya. (Nanti cerita singkat tentang ini).
Atas pengalaman itu lah saya merasa bahwa pendekatan psikologis di novel ini tepat sasaran
karena saya bisa lebih memahami MDD dan karakter individu yang mengalami MDD
tersebut.

3.
T: Apa yang membuat kamu menjatuhkan pilihan terhadap buku ini secara spesifik?
Sedangkan terdapat series atau serangkaian judul buku dari pengarang tersebut?
M: Shatter Me adalah pembuka dari “Me Series” yang ditulis oleh Tahereh Mafi. Novel ini
memperkenalkan karakter utama cerita tersebut dan permasalahan utama yang dialaminya. Di
novel ini, pembaca akan diajak untuk bisa lebih memahami perasaan Juliette, baik itu
ketakutan, kecemasan, amarah yang terpendam, rasa curiga, dan emosi lainnya. Sementara
itu, di rangkaian “Me Series” lain, cerita lebih berfokus pada kekuatan superpower yang
dimiliki oleh sejumlah karakter (tidak hanya Juliette). Karakter-karakter lain yang memiliki
kekuatan dikumpulkan di suatu tempat tersendiri untuk diasah kemampuannya.

Sisi psikologis Juliette lebih ditekankan di novel pertama, berbeda dengan novel lanjutannya
yang lebih berfokus pada genre sci-fi. Itu sebabnya saya memilih novel ini untuk dikaji lebih
mendalam.

4.
T: Menurut pendapat pribadimu, apakah kamu setuju atau tidak setuju dengan teori yang
kamu pakai sebagai kacamata untuk menilai karakter tersebut?
M: Saya setuju dengan pendekatan dan teori yang saya gunakan dalam studi ini. Novel ini
memiliki genre sci-fi. Tentu saja aspek sains menjadi salah satu yang paling ditekankan
dalam Shatter Me. Namun Shatter Me juge memberikan gambaran jelas atas kondisi
psikologis Juliette, selain membahas mengenai kekuatan super yang dimiliki Juliette. Alih-
alih membahas tentang sains atau kekuatan yang dimiliki oleh Juliette, saya ingin mencoba
meneliti melalui sudut pandang yang lain yakni psikologi.

5.
T: Berapa banyak tokoh di dalam novel?
M: 1 tokoh utama, 3 tokoh pendukung (yang banyak muncul di novel).
T: Dari sekian banyak tokoh yang ada, apa yang membuatmu membatasi analisis hanya dari
konflik 2 tokoh ini?
M: Saya membatasi analisis konflik “Juliette dengan Orang” hanya antara Juliette dan
Warner karena di Shatter Me Warner adalah tokoh yang paling banyak mengalami
konfrontasi dengan Juliette. Warner berperan penting dan menjadi alasan Juliette mengalami
berbagai kesulitan di penjara. Ia yang menginisiasi pemeriksaan kekuatan Juliette dengan
memaksa Juliette untuk menyentuh orang (untuk mengetes kekuatan Juliette yang
sentuhannya mematikan). Karena paksaan “pemeriksaan” Warner itu lah, konflik antara
Juliette dan Warner paling banyak terjadi di Shatter Me.

Anda mungkin juga menyukai