Anda di halaman 1dari 37

1.

PENYAKIT SIFILIS

Raja singa atau sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh bakteri. Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit
di area kelamin, mulut, atau dubur.

Luka pada area kelamin yang menjadi gejala sifilis (sipilis) sering kali
tidak terlihat dan tidak terasa sakit, sehingga tidak disadari oleh penderitanya.
Meski demikian, pada tahap ini, infeksi sudah bisa ditularkan ke orang lain.

Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, sifilis dapat merusak organ otak,
jantung, dan beberapa organ lain. Pada wanita hamil, infeksi juga berbahaya
karena dapat menyebabkan kondisi janin tidak normal, bahkan kematian bayi.
Oleh karena itu, semakin dini diagnosis dan pengobatannya, semakin mudah
sifilis disembuhkan.
Gejala Sifilis

Gejala sipilis atau sifilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan


penyakitnya. Tiap jenis sifilis memiliki gejala yang berbeda-beda. Berikut adalah
penjelasannya:

Sifilisprimer
Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.

Sifilissekunder
Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.

Sifilislaten
Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tapi bakteri ada di dalam tubuh penderita.

Sifilistersier
Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan organ lainnya otak, saraf, atau jantung.

Penyebab Sifilis

Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri, yang menyebar melalui hubungan


seksual dengan penderita sifilis. Meski demikian, bakteri penyebab sifilis juga
bisa menyebar melalui melalui kontak fisik dengan luka yang ada di penderita.
Melihat penularannya, sifilis rentan tertular pada seseorang yang sering bergonta-
ganti pasangan seksual.

Diagnosis Sifilis

Untuk mengetahui seseorang menderita sifilis, dokter akan melakukan


pemeriksaan berupa tes darah dan pengambilan cairan luka. Tes darah untuk
mengetahui adanya antibodi untuk melawan infeksi, sementara pemeriksaan
cairan luka guna mengetahui keberadaan bakteri penyebab sifilis (sipilis).

Pengobatan Sifilis

Pengobatan siflis atau raja singa ini akan lebih efektif jika dilakukan
ketika tahap awal. Sifilis dapat diatasi dengan antibiotik penisilin Selama masa
pengobatan, penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks, sampai
dokter memastikan infeksi sudah sembuh.

Pencegahan Sifilis

Penularan sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia
pada 1 pasangan seksual atau menggunakan kondom. Selain itu, pemeriksaan atau
skrining terhadap penyakit sifilis atau sifilis ini juga perlu dilakukan secara rutin
pada orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi mengalami penyakit ini.

Gejala sipilis atau sifilis berkembang sesuai dengan tahapan yang dialami. Pada
tahapan tertentu, gejala sifilis sudah tidak muncul, namun penderita masih tetap
bisa menularkannya kepada orang lain. Berikut adalah penjelasan gejala sifilis,
yang juga dikenal dengan penyakit raja singa, berdasarkan tahap perkembangan
penyakitnya:

Sifilis Primer

Gejala muncul antara 10 hingga 90 hari setelah terpapar bakteri penyebab


sifilis. Awalnya, gejala yang muncul berupa luka kecil pada kulit (chancre) yang
tidak terasa sakit. Luka ini timbul pada lokasi bakteri masuk ke dalam tubuh,
biasanya di area sekitar kelamin.

Selain di area kelamin, luka juga dapat muncul di area mulut atau dubur.
Tidak hanya muncul di bagian luar, luka akibat sifilis atau sipilis ini, juga bisa
muncul di bagian dalam vagina, dubur, atau mulut sehingga tidak terlihat. Karena
luka tersebut bisa tidak menimbulkan rasa sakit, penderita bisa tidak menyadari
terkena sifilis.

Luka ini dapat menghilang dalam waktu 3 hingga 6 minggu, namun hal
tersebut bukan berarti penderita telah pulih. Bila tidak diobati, kondisi ini justru
menandakan infeksi telah berkembang dari primer menjadi sekunder.

Pada tahap ini, di area selangkangan juga dapat muncul benjolan yang
menandakan pembengkakan kelenjar getah bening, sebagai reaksi dari pertahanan
tubuh.
Sifilis Sekunder

Beberapa minggu setelah luka menghilang, gejala sifilis sekunder


berbentuk ruam bisa muncul di bagian tubuh mana pun, terutama di telapak
tangan dan kaki. Ruam tersebut dapat disertai kutil pada area kelamin atau mulut,
namun tidak menimbulkan rasa gatal.

Biasanya ruam yang muncul berwarna merah atau merah kecoklatan dan
terasa kasar, tapi ruam tersebut sering terlihat samar sehingga penderita tidak
menyadarinya.

Selain timbul ruam, gejala sipilis (sifilis) tahap sekunder juga dapat
disertai gejala lain, seperti demam, lemas, nyeri otot, sakit tenggorokan, pusing,
pembengkakan kelenjar getah bening, rambut rontok, serta penurunan berat
badan.

Ruam pada tahap ini juga akan menghilang meski penderita tidak
menjalani pengobatan. Namun gejala dapat muncul berulang kali setelahnya.
Tanpa pengobatan yang tepat, infeksi dapat berlanjut ke tahap laten atau tahap
tersier.

Sifilis Laten

Pada sifilis tahap ini, bakteri tetap ada, tapi sifilis tidak menimbulkan
gejala apa pun selama bertahun-tahun. Selama 12 bulan pertama tahap sifilis laten,
infeksi masih bisa ditularkan. Setelah dua tahun, infeksi masih ada di dalam
tubuh, tapi tidak bisa ditularkan kepada orang lain lagi.Jika tidak diobati, infeksi
ini dapat berkembang menjadi tahap tersier yang merupakan tahap sifilis paling
berbahaya.

Sifilis Tersier

Infeksi pada tahap ini dapat muncul antara 10 hingga 30 setelah terjadinya
infeksi pertama. Sifilis pada tahap tersier ditunjukkan dengan kerusakan organ
permanen, sehingga bisa berakibat fatal bagi penderitanya.Pada tahap ini, sifilis
bisa sangat berbahaya dan bahkan menyebabkan kematian. Sifilis tersier bisa
berdampak pada mata, otak, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi-
sendi. Akibatnya, penderita bisa mengalami kebutaan, stroke, atau penyakit
jantung.

Sifilis Kongenital

Bila ibu hamil terkena sifilis atau raja singa, infeksi ini juga dapat
menyebar kepada anaknya, baik sejak dalam kandungan atau saat persalinan.
Sifilis jenis ini disebut sifilis bawaan atau sifilis kongenital. Kondisi ini sering
menimbulkan komplikasi serius saat kehamilan, seperti keguguran, kematian janin
dalam kandungan, atau kematian bayi beberapa saat setelah dilahirkan.Bila
berhasil hidup, bayi yang lahir dengan sifilis atau sipilis kongenital biasanya tidak
menunjukkan gejala tertentu pada awalnya. Namun, beberapa bayi dapat
mengalami ruam di bagian telapak tangan atau telapak kaki, serta pembengkakan
kelanjar getah bening dan organ limpa.

Kondisi sifilis kongenital dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti:

1. Batang hidung yang rata.


2. Kelainan bentuk gigi.
3. Anemia berat.
4. Pertumbuhan tulang yang abnormal.
5. Ganguan saraf, seperti buta atau tuli.

Secara umum, pengobatan utama sifilis atau raja singa adalah dengan suntikan
antibiotik penisilin. Dosis penisilin berbeda-beda tiap penderita, tergantung
kondisinya. Untuk mengatasi sifilis yang masih di tahap awal, penyuntikan
penisilin cukup satu kali (dosis tunggal). Sedangkan pada sifilis tahap lanjut,
diperlukan dosis tambahan sesuai petunjuk dokter.

Sifilis (sipilis) termasuk penyakit yang dapat disembuhkan, terutama jika


cepat terdeteksi dan ditangani. Bila sifilis baru diobati saat sudah terjadi
kerusakan organ, pengobatan sifilis tidak bisa memperbaiki kerusakan organ.
Antibiotik penisilin juga diberikan kepada ibu hamil yang mengalami
sifilis dan bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita sifilis. Bagi penderita
sifilis atau raja singa yang alergi terhadap penisilin, diskusikan kembali manfaat
dan risiko penggunaan penisilin. Tanyakan kepada dokter kulit Anda, adakah
pengganti obat penisilin.

Setelah disuntik antibiotik penisilin, beberapa penderita sifilis bisa


merasakan reaksi Jarisch-Herxheimer. Reaksi ini dapat menimbulkan gejala
berupa demam, sakit kepala, dan nyeri otot atau nyeri sendi. Reaksi ini bukan
kondisi yang serius dan biasanya hanya berlangsung selama satu hari.

Selama pengobatan berlangsung, penderita tidak diperbolehkan untuk


melakukan hubungan seksual hingga dinyatakan sembuh. Untuk mencegah
penularan, beri tahu pasangan tentang kondisi yang dilami agar pasangan segera
melakukan tes sifilis dan segera diobati.

Setelah pengobatan, penderita tetap diminta untuk menjalani tes darah


secara berkala guna memastikan bahwa infeksi telah sembuh total. Penderita juga
harus tetap waspada karena masih bisa terinfeksi sifilis kembali, meski sudah
diobati dan dinyatakan sembuh.

Pencegahan penyakit sifilis

Setia pada satu pasangan merupakan cara paling ampuh untuk mencegah
penularan penyakit sipilis atau sifilis, yang menyebar lewat hubungan seksual.
Selain itu, menggunakan kondom saat berhubungan seksual juga merupakan
langkah pencegahan penularan sifilis.Selain melakukan hubungan seksual dengan
aman, sifilis atau raja singa juga bisa dicegah dengan membatasi konsumsi
alkohol dan NAPZA. Sebab, alkohol dan NAPZA dapat menurunkan kesadaran
dan melemahkan akal sehat seseorang, sehingga risiko untuk melakukan
berhubungan seksual dengan cara yang tidak aman akan meningkat.Yang terakhir,
penting bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin. Saat
pemeriksaan rutin kehamilan, dokter kandungan akan melakukan skrining
penyakit sifilis, biasanya saat trimester pertama kehamilan dan trimester akhir
kehamilan.Skrining sifilis juga perlu dilakukan secara rutin pada kelompok yang
memiliki risiko tinggi lainnya, seperti pada kelompok lelaki seks lelaki (LSL) atau
pekerja seks komersial. Pemeriksaan pada kelompok risiko tinggi ini sebaiknya
dilakukan setiap 3 bulan sekali

2. PENYAKIT KEPUTIHAN

Apa Itu Keputihan?

Keputihan adalah cairan atau lendir pekat yang mengalir dari vagina.
Kebanyakan wanita mengalami keputihan sampai batas waktu tertentu, dan sedikit
keputihan adalah refleksi dari proses pembersihan normal tubuh. Jumlah dan jenis
keputihan bervariasi di antara wanita dan dengan siklus menstruasinya.

Penyebab Keputihan

Keputihan normal adalah pertanda tubuh yang sehat. Keluarnya cairan ini
merupakan cara tubuh membersihkan dan melindungi vagina. Hal yang bisa
menjadi penyebab keputihan adalah olahraga, penggunaan pil KB, dan stres.
Namun, keputihan yang abnormal biasanya disebabkan oleh infeksi, berikut di
antaranya:
1. Bakteri vaginosis

Bacterial vaginosis adalah infeksi bakteri yang cukup biasa terjadi.


Kondisi ini penjadi penyebab keputihan meningkat, yang memiliki bau kuat dan
busuk, meskipun tidak menimbulkan gejala dalam beberapa kasus.

2. Infeksi jamur

Infeksi ragi adalah infeksi jamur yang menimbulkan cairan putih seperti
keju cottage, selain sensasi terbakar dan gatal. Munculnya ragi dalam vagina
adalah normal, tetapi pertumbuhannya dapat berlipat ganda dalam situasi tertentu.
Berikut ini kemungkinan yang dapat meningkatkan infeksi jamur:

1. Stres
2. Penggunaan pil KB
3. Diabetes
4. Kehamilan
5. Antibiotik, terutama digunakan dalam waktu 10 hari

3. Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah jenis infeksi lain, yang disebabkan protozoa, atau


organisme bersel tunggal. Infeksi trikomoniasis biasanya menyebar saat hubungan
seksual, tetapi juga dapat ditularkan dengan berbagi handuk atau pakaian renang.

Hal tersebut menjadi penyebab keputihan berwarna kuning atau hijau yang
memiliki bau busuk. Rasa sakit, radang, dan gatal-gatal juga merupakan gejala
keputihan yang umum, meskipun beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun.

4. Gonore

Gonore adalah penyakit menular seksual (PMS) yang dihasilkan dari


infeksi oleh bakteri yang dikenal sebagai Neisseria gonorrhoeae.
5. Chlamydia
Chlamydia adalah infeksi menular seksual (IMS) karena bakteri
Chlamydia trachomatis. Meskipun wanita yang terinfeksi mungkin tidak
memiliki gejalanya, keputihan dapat terjadi.
6. Human papillomavirus (HPV) atau kanker serviks

Infeksi human papillomavirus (HPV) terjadi melalui kontak seksual. Ini


dapat menyebabkan kanker serviks. Meskipun mungkin tidak ada gejala, kanker
jenis ini dapat menghasilkan cairan berdarah, berwarna cokelat, atau berair
dengan aroma yang tidak sedap. Kanker serviks dapat dengan mudah diskrining
dengan Pap Smear tahunan dan pengujian HPV yang terpercaya.

7. Penyakit radang panggul (PID)

Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi yang sering menular melalui
hubungan seksual. Itu terjadi ketika bakteri menyebarke vagina dan ke organ
reproduksi lainnya. Ini dapat menghasilkan cairan yang berbau busuk dan tajam.

8. Setelah menopause

Penyebab keputihan selanjutnya adalah pasca-menopause. Kebanyakan


wanita mengalami keputihan yang tidak normal setalah menopause. Ini terjadi
karena penurunan kadar estrogen yang menyebabkan vagina menipis dan menjadi
lebih kering.

Jenis Keputihan

Berikut ini adalah beberapa jenis keputihan dikategorikan berdasarkan


warna dan konsistensinya:

1. Putih

Mengalami sedikit keputihan, terutama pada awal atau akhir siklus


menstruasi, adalah normal. Jika cairang yang keluar disertai gatal dan memiliki
konsistensi atau tampak seperti keju, itu tidak normal dan perlu perawatan.
2. Jernih dan berair

Aliran cairan yang jernih dan berair sangat normal. Kondisi ini bisa terjadi
kapan saja dalam sebulan. Cairan mungkin akan sangat tebal setelah berolahraga.

3. Jernih dan elastis

Ketika keluarnya cairan bening tetapi elastis dan seperti lendir (tidak
berair), kemungkinan menunjukkan bahwa Anda berovulasi. Kondisi ini tergolong
normal.

4. Cokelat atau berdarah

Keputihan jenis ini ditandai dengan bercak cokelat atau berdarah yang
biasanya normal, terutama saat terjadi selama atau setelah menstruasi. Aliran
cairan yang terlambat pada akhir haid bisa tampak cokelat, bukan merah.
Kemungkinan Anda juga akan mengeluarkan sedikit darah antar-periode yang
disebut bercak.

5. Kuning atau kehijauan

Cairan berwarna kuning atau hijau, terutama ketika tebal, kental, atau
disertai dengan bau yang tidak sedap, ini tidak normal. Jenis keputihan ini
mungkin tanda infeksi trikomoniasis, dan biasanya menyebar melalui hubungan
seksual.

Gejala Keputihan

Keputihan dapat bervariasi dengan berbagai warna, dari bening, abu-abu,


kuning, kehijauan, atau putih susu dan bau yang tidak sedap. Gejala dan sifat
keputihan tergantung pada kondisi spesifik yang menjadi penyebab keputihan.

1. Bakteri vaginosis
Tidak semua wanita yang mengalami bacterial vaginosis akan memiliki
gejala, tetapi bacterial vaginosis biasanya mengeluarkan cairan tipis dan
berwarna putih keabu-abuan. Ini biasanya disertai dengan bau amis yang
busuk.

2. Trichomonas

Infeksi Trichomonas mengeluarkan cairan berwarna kuning-hijau dengan


bau yang kuat. Gejala keputihan ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan selama
berhubungan seksual dan buang air kecil, serta iritasi dan gatal-gatal pada vagina.

3. Gonore

Gonore kemungkinan tidak menimbulkan gejala pada sebagian wanita


yang terinfeksi, tetapi dapat menyebabkan rasa terbakar saat buang air kecil,
keputihan berwarna kekuningan, kemerahan dan pembengkakan pada alat
kelamin, dan gatal di area vagina.

4. Chlamydia

Sama halnya dengan infeksi Chlamydia, yang mungkin tidak menibulkan


gejala pada kebanyakan wanita. Namun orang lain mungkin mengalami
peningkatan keputihan serta gejala infeksi saluran kemih jika uretra terlibat.

5. Infeksi jamur vagina

Infeksi biasanya berhubungan dengan keputihan yang tebal dan putih,


mungkin memiliki tekstur sepertu keju cottage. Cairan yang keluar biasanya tidak
berbau. Sementara gejala lainnya termasuk rasa terbakar, pegal, dan nyeri saat
buang air kecil atau hubungan seksual.

Pengobatan Keputihan yang Alami

Guna mencegah infeksi, cara mengatasi keputihan dengan menjaga


kebersihan dengan baik dan mengenakan celana dalam katun yang bisa bernapas.
Jangan gunakan douche (mencuci vagina), karena dapat memperparah cairan
dengan menghilangkan bakteri yang berguna. Juga, lakukan seks aman dan
menggunakan perlindungan (alat kontrasepsi) untuk menghindari infeksi menular
seksual (IMS).
Mengurangi kemungkinan infeksi jamur ketika mengonsumsi antibiotik,
makan yogurt yang mengandung prebiotik dan probiotik. Jika mengalami infeksi
ragi, Anda dapat mengobatinya menggunakan krim atau supositoria infeksi jamur
yang dijual bebas.

Cara Mengatasi Keputihan secara Medis

Pilihan obat keputihan yang abnormal tergantung pada jenis infeksi.


Pengobatan utama adalah menggunakan antibiotik dan obat antijamur, yang
diberikan dalam bentuk topikal, injeksi, atau oral, tergantung pada infeksi
tertentu.Obat oral, injeksi, dan topikal (dioleskan pada area vagina) digunakan
untuk mengobati berbagai penyebab keputihan.

Pencegahan Keputihan

Pencegahan keputihan :

1. Hindarilah pakaian dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat


2. Pilihlah pakaian dalam yang terbuat dari katun
3. Perhatikan kebersihan daerah intim
4. Jangan duduk pada toilet umum jika tidak sangat terpaksa
5. Gantilah pakaian dalam setiap hari.
3. PENYAKIT EPIDIDIMITIS

Epididimitis adalah peradangan pada epididimis atau saluran yang


berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan penyaluran sperma. Epididimis
terletak di belakang testis dan menyambungkan testis dengan vas deferens, hingga
berlanjut ke saluran ejakulasi, prostat, dan saluran kencing (uretra), saat ejakulasi.
Saat mengalami epididimitis, saluran tersebut menjadi bengkak sehingga
menimbulkan nyeri. Peradangan ini juga dapat menyebar hingga ke testis
(epididymo-orchitis).Epididimitis dapat menyerang pria dalam berbagai usia,
namun paling sering pada usia 19-35 tahun.

Gejala Epididimitis

Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita
epididimitis:

1. Skrotum akan membengkak, terasa hangat, dan nyeri saat disentuh.


2. Nyeri pada testis, biasanya di salah satu satu sisi.
3. Darah pada cairan sperma.
4. Nyeri saat buang air kecil.
5. Sering ingin buang air kecil dan selalu merasa tidak tuntas.
6. Muncul benjolan di sekitar testis yang disebabkan karena penumpukan
cairan.
7. Ujung penis mengeluarkan cairan tidak normal, biasanya terkait dengan
penyakit menular seksual.
8. Nyeri saat ejakulasi atau berhubungan seksual.
9. Rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut bagian bawah atau sekitar panggul.
10. Pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha.

Penyebab Epididimitis

Sebagian besar kasus epididimitis disebabkan oleh infeksi bakteri yang


dimulai dari uretra, prostat, atau kandung kemih. Selain infeksi bakteri,
epididimitis juga dapat disebabkan oleh:

1. Endapan urine di dalam epididimis. Kondisi ini terjadi ketika urine


mengalir kembali ke epididimis.
2. Gondongan (mumps).
3. Efek samping amiodarone.
4. Infeksi menular seksual, seperti gonore dan chlamydia.
5. Penyakit Behḉet.
6. Tuberkulosis.

Pengobatan Epididimitis

Penanganan epididimitis bertujuan untuk mengatasi infeksi dan meredakan


gejala yang timbul. Salah satunya adalah dengan pemberian obat, seperti:

a) Antibiotik.
Antibiotik harus dihabiskan meski gejala sudah membaik, untuk
memastikan infeksi sudah benar-benar hilang. Contoh obat antibiotik yang
dapat diresepkan oleh dokter adalah doxycycline dan ciprofloxacin.
b) Obat pereda nyeri.

Untuk meredakan rasa sakit yang timbul akibat epididimitis, dokter akan
meresepkan obat pereda nyeri. Contohnya adalah paracetamol atau ibuprofen.
Selain dengan obat, pasien dapat melakukan upaya mandiri di rumah untuk
membantu meredakan gejala epididmitis. Di antaranya dengan:

1. Berbaring di ranjang setidaknya selama 2 hari, dengan posisi skrotum


terangkat (dibantu penopang).
2. Mengompres skrotum dengan air dingin.
3. Menghindari mengangkat beban berat.

Pada kasus epididimitis yang tidak berhasil diatasi dengan obat, dokter akan
menyarankan operasi. Prosedur ini dapat dilakukan jika telah timbul nanah di
dalam epididimitis. Pada kasus lain yang lebih parah, pasien terpaksa harus
menjalani epididimektomi atau operasi pengangkatan saluran epididimitis.

apa itu hiv


Human Immunodeficiency Virus adalah virus penyebab melemahnya
sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini berada dalam cairan tubuh manusia
seperti darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Tidak semua cairan
dalam tubuh manusia memiliki HIV. Ada juga yang tidak berpotensial yaitu
cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain.
Penyakit HIV AIDS termasuk penyakit yang sangat membahayakan bagi
manusia. Karena penyakit ini menyerang sistem tubuh manusia. Dalam sistem
tubuh manusia, terdapat sel yang melawan virus yang masuk ke dalam tubuh
manusia, sel tersebut memiliki CD4. CD4 berfungsi untuk melawan berbagai
macam infeksi yang ada. Jadi walau banyak infeksi dari berbagai sumber, kita
tidak setiap saat menjadi sakit, ini dikarenakan CD4 masih bisa berfungsi dengan
semestinya untuk melawan berbagai infeksi ini. Namun jika CD4 berkurang,
mikroorganisme yang patogen di sekitar kita akan dengan mudah masuk dalam
tubuh manusia dan menimbulkan penyakit.
Gejala Penyakit HIV AIDS

Berikut adalah beberapa gejala seseorang positif terkena HIV, antara lain:
1. Demam
Salah satu tanda-tanda pertama adalah demam ringan, sampai sekitar 39
derajat C (102 derajat F).
2. Kelelahan
Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh juga
dapat menyebabkan lelah dan lesu. Kelelahan dapat menjadi tanda awal
dan tanda lanjutan dari HIV.
3. Pegal, nyeri otot dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening

Sering menyerupai gejala flu, mononucleosis, infeksi virus atau yang lain,
bahkan sifilis atau hepatitis. Hal tersebut memang tidak mengherankan. Banyak
gejala penyakit yang mirip bahkan sama, termasuk nyeri pada persendian dan
nyeri otot, serta pembengkakan kelenjar getah bening.

4. Mual, muntah dan diare


Sekitar 30 hingga 60 persen dari orang dengan HIV memiliki gejala jangka
pendek seperti mual, muntah, atau diare pada tahap awal HIV. Gejala tersebut
juga dapat muncul sebagai akibat dari terapi antiretroviral, biasanya sebagai akibat
dari infeksi oportunistik.

5. Penurunan berat badan

Jika penderita HIV sudah kehilangan berat badan, berarti sistem kekebalan
tubuh biasanya sedang menurun.

6. Batuk kering
Batuk kering dapat merupakan tanda pertama seseorang terkena infeksi
HIV. Batuk tersebut dapat berlangsung selama 1 tahun dan terus semakin
parah.
7. Pneumonia

Batuk dan penurunan berat badan juga mungkin pertanda infeksi serius yang
disebabkan oleh kuman yang tidak akan mengganggu jika sistem kekebalan tubuh
bekerja dengan baik. Pneumonia merupakan salah satu infeksi oportunistik,
sedangkan yang lainnya termasuk toksoplasmosis, infeksi parasit yang
mempengaruhi otak, cytomegalovirus, dan infeksi jamur di rongga mulut.

8. Keringat malam

Sekitar setengah dari orang yang terinfeksi HIV akan berkeringat di malam hari
selama tahap awal infeksi HIV. Keringat malam terjadi bahkan saat tidak sedang
melakukan aktivitas fisik apapun.

9. Infeksi Jamur

Infeksi jamur yang umum pada tahap lanjut adalah thrush, infeksi mulut yang
disebabkan oleh Candida, yang merupakan suatu jenis jamur. Candida merupakan
jamur yang sangat umum dan salah satu yang menyebabkan infeksi jamur pada
wanita. Candida cenderung muncul di rongga mulut atau kerongkongan, sehingga
akan sulit untuk menelan.

10. Herpes mulut dan herpes kelamin

Cold sores (herpes mulut) dan herpes kelamin (herpes genital) dapat menjadi
tanda dari stadium infeksi HIV. Herpes tersebut juga dapat menjadi faktor risiko
untuk tertular HIV. Karena herpes kelamin dapat menyebabkan borok yang
memudahkan virus HIV masuk ke dalam tubuh selama hubungan seksual. Orang-
orang yang terinfeksi HIV juga cenderung memiliki risiko tinggi terkena herpes
karena HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh.

11. Ketidakteraturan menstruasi

Infeksi HIV tahap lanjut tampaknya dapat meningkatkan risiko mengalami


ketidakteraturan menstruasi, seperti periode yang lebih sedikit dan lebih jarang.
Perubahan tersebut mungkin lebih berkaitan dengan penurunan berat badan dan
kesehatan yang buruk dari wanita dengan tahap akhir infeksi HIV.
12. Tes Laboratorium Penyakit HIV
Terdapat beberapa jenis tes laboratorium yang digunakan untuk memonitor
HIV. Keempat tes yang paling umum adalah viral load, jumlah CD4, tes darah
lengkap dan tes kimia darah. Keempat jenis tes ini adalah tes darah dan
merupakan tes paling komprehensif yang ada untuk memonitor kesehatan
seeorang dengan HIV.

13. Viral load

Tes ini dilakukan untuk mengukur jumlah HIV dalam darah (kopi/mL). Terdapat
dua jenis tes viral load: polymerase chain reaction (PCR) atau branched DNA (b-
DNA). Dari ringkasan hasil tes anda dapat mengetahui jenis tes yang digunakan.
Walaupun kedua tes ini memberikan kesimpulan yang hampir sama, hasil tes dari
dua jenis tes laboratorium ini tidak sebanding. Karenanya, walaupun hasil kedua
tes tersebut pada dasarnya memberikan informasi yang sama, sangatlah penting
untuk hanya menggunakan salah satu agar memberikan perbandingan yang
konsisten.

14. Jumlah CD4

Tes ini mengukur jumlah sel CD4 (T sel) dalam tubuh anda, berdasarkan
kesehatan sistem kekebalan tubuh anda. Fokus dari tes ini adalah untuk mengukur
jumlah CD4 absolut. Jumlah CD4 absolut adalah jumlah sel CD4 yang ada dalam
sistim kekebalan tubuh anda.

15. Tes darah lengkap

Tes ini mengukur tiap komponen dalam darah diantaranya mengukur jumlah sel
darah putih, hemoglobin, hematocrit dan platelet dalam darah.

16. Skrining kimia darah

Tes ini merupakan skrining umum untuk mengukur apakah organ-organ tubuh
anda (jantung, hati, ginjal, pankreas), otot dan tulang, bekerja dengan benar
dengan mengukur kimia-kimia tertentu dalam darah. Salah satu fokus terpenting
dalam tes ini adalah monitor ensim hati. Hati merupakan organ tubuh penting
karena hati membantu memproses obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien.

5.PENYAKIT PROSTATITIS.

Prostatitis adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada kelenjar


prostat, yaitu kelenjar yang memproduksi cairan mani yang berfungsi untuk
memberi makan dan membawa sperma. Prostatitis bisa terjadi pada semua laki-
laki dari segala usia, namun umumnya terjadi di bawah usia 50 tahun, berbeda
dengan kanker prostat atau pembesaran kelenjar prostat yang cenderung dialami
oleh pria lanjut usia.

Prostatitis dibagi menjadi empat jenis, yaitu prostatitis bakteri akut,


prostatitis bakteri kronis, chronic prostatitis/chronic pelvic pain
syndrome (CP/CPPS), dan asymptomatic inflammatory prostatitis. Penting untuk
mengetahui jenis-jenis prostatitis ini karena penyebab dan gejalanya berbeda-
beda, sehingga pengobatannya pun akan berbeda.

Penyebab Prostatitis

Berikut ini adalah sejumlah penyebab prostatitis yang dikelompokkan


berdasarkan jenis-jenisnya:

 Prostatitis bakteri akut.

Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar naik.


Beberapa jenis bakteri yang dapat memicu terjadinya prostatitis akut
antara lain E. coli dan Pseudomonas.
 Prostatitis bakteri kronis.

Berbeda dengan prostatitis bakteri akut, prostatitis bakteri kronis


Penyebabnya juga merupakan penyebaran infeksi dari saluran kemih,
sehingga jenis bakterinya sama dengan penyebab prostatitis bakteri
akut. Prostatitis bakteri kronis juga dapat dipicu oleh penyakit lain seperti
tuberkulosis ginjal, HIV.

 Chronic prostatitis/chronic pelvic pain


syndrome (CP/CPPS). Merupakan jenis prostatitis yang paling sering
terjadi dan belum diketahui secara pasti penyebabnya. Gejala yang muncul
mirip dengan prostatitis bakteri kronis, namun yang berbeda adalah pada
saat pemeriksaan tidak ditemukan bakteri yang tumbuh.
 Asymptomatic inflammatory prostatitis.

Merupakan kondisi ketika prostat meradang, namun tidak


menimbulkan gejala. Asymptomatic inflammatory prostatitis dapat
diketahui ketika dokter melakukan pemeriksaan kesehatan kelenjar prostat.
Penyebab dari jenis prostatitis ini sama dengan prostatitis bakteri kronis.

Gejala-gejala Prostatitis

Terdapat beragam gejala yang mungkin dialami oleh penderita prostatitis.


Perbedaan tersebut tergantung pada jenis prostatitis yang terjadi. Di antaranya
adalah:

 Prostatitis bakteri akut.

Gejala prostatitis bakteri akut biasanya muncul dengan cepat, seperti:

o Demam, menggigil, nyeri sendi, dan pegal-pegal.


o Aliran urine lemah dan nyeri saat berkemih.
o Nyeri punggung bawah dan nyeri di pangkal penis atau di bagian
belakang skrotum.
o Selalu terasa ingin buang air besar.

 Prostatitis bakteri kronis.

Pasien dengan prostatitis bakteri kronis tidak memiliki gejala sistemik


seperti demam, menggigil, pegal-pegal, dan nyeri sendi. Gejalanya yang
dialami antara lain adalah:

o Selalu ingin buang air kecil (terutama pada malam hari) atau tidak
dapat buang air kecil.
o Nyeri punggung bawah, daerah dubur, dan nyeri pada saat
berkemih.
o Rasa berat di belakang skrotum.
o Nyeri setelah ejakulasi dan terdapat darah pada cairan semen.
 Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS). Gejala
utama dari CP/CPPS adalah nyeri yang dirasakan lebih dari tiga bulan
pada salah satu bagian tubuh, seperti penis (terutama di daerah kepala
penis), bagian perut bawah atau punggung bawah, serta skrotum atau di
antara skrotum dan dubur. Sedangkan untuk Gejala lainnya sama dengan
gejala pada prostatitis bakteri kronis.
 Asymptomatic inflammatory prostatitis. Tidak ada gejala yang dirasakan,
seringkali ditemukan saat pemeriksaan kesehatan pada prostat.

Pengobatan Prostatitis

Prostatitis dapat diobati dengan banyak cara dan bisa berbeda-beda,


tergantung dari bakteri penyebab, gejala yang ditimbulkan, dan tingkat
keparahannya. Karena itu, diagnosis yang tepat sangatlah penting sebelum
menjalani pengobatan.
 Prostatitis bakteri akut. Pengobatan prostatitis bakteri akut biasanya
membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk medapatkan antibiotik yang
diberikan lewat pembuluh darah atau infus. Namun bila gejala yang
dialami ringan dan tidak menimbulkan sepsis, pasien tidak perlu dirawat
dan hanya diberikan antibiotik minum. Obat lain yang digunakan sebagi
pendukung adalah obat penurun demam dan pereda rasa sakit.
Penambahan cairan melalui infus dan pencahar juga terkadang dibutuhkan.
 Prostatitis bakteri kronis dan Chronic prostatitis/chronic pelvic pain
syndrome (CP/CPPS). Pengobatan pendukung seperti anjuran untuk
banyak minum, pemberian obat pencahJika tidak segera ditanganar, obat
antiinflamasi nonsteroid, atau obat alpha blockers (seperti tamsulosin)
dapat diberikan. Pemberian alpha blockers bertujuan untuk mengurangi
penyumbatan dan gangguan saat buang air kecil akibat pembengkakan
kelenjar prostat dengan. Untuk prostatitis kronis, antibiotik diberikan
selama 4 hingga 6 minggu.

Selain obat-obatan, pasien dapat dianjurkan untuk melakukan hal-hal


berikut agar dapat membantu meredakan gejala prostatitis:

 Mengurangi konsumsi makanan pedas atau asam serta minuman berkafein


atau beralkohol.
 Banyak minum air putih untuk membantu membuang bakteri dalam
prostat melalui urine.
 Menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan iritasi pada prostat, seperti
duduk dalam waktu lama atau bersepeda.

Herpes kelamin atau herpes genital adalah penyakit menular


seksual pada pria dan wanita, yang menyebabkan luka melepuh
di area kelamin. Namun, penderita herpes genital juga bisa
tanpa gejala.
Gejala Herpes Genital

Herpes genital sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun jika


muncul, gejala yang terlihat berupa luka lepuh di area kelamin. Luka
tersebut biasanya terasa sakit dan gatal. Gejala ini dapat kambuh
beberapa kali dalam setahun. Namun seiring terbentuknya sistem
kekebalan tubuh terhadap virus herpes, frekuensi kekambuhannya
akan berkurang.

Penyebab Herpes Genital

Virus herpes simpleks (HSV) adalah penyebab dari penyakit herpes


genital atau herpes kelamin. Penyebaran HSV paling sering terjadi
melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi virus ini.
Selain itu, herpes genital dari ibu hamil juga dapat ditularkan kepada
bayi yang dikandungnya.

Pengobatan Herpes Genital

Penderita herpes genital perlu diberikan obat antivirus. Obat antivirus


ini bermanfaat untuk memperpendek durasi kemunculan gejala dan
mencegah penularan penyakit kepada orang lain. Namun, obat
antivirus tidak bertujuan untuk menghilangkan virus herpes dari dalam
tubuh, karena sampai saat ini, belum ada obat yang dapat membunuh
virus herpes.

Penderita yang terinfeksi HSV disarankan untuk memberitahu


pasangannya, agar pasangannya juga memeriksakan diri ke dokter.
Pencegahan Herpes Genital

Upaya untuk mencegah penularan herpes genital adalah senantiasa


melakukan hubungan seksual yang aman dengan tidak bergonta-
pasangan. Jika pernah mengalami herpes genital, sebaiknya bicarakan
kondisi ini kepada pasangan dan sarankan pasangan untuk melakukan
pemeriksaan agar dapat segera diobati jika tertula

6.PENYAKIT KUTIL KELAMIN.

Pengertian Kutil Kelamin

Kutil kelamin merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual yang
paling umum terjadi dan menular melalui hubungan seksual, baik seks melalui
vagina, anal, ataupun secara oral. Kutil kelamin biasa menyerang daerah genital
yang lembap dan berupa benjolan kecil berwarna seperti kulit atau berbentuk
seperti kembang kol. Wanita lebih rentan terserang penyakit ini dibandingkan
dengan pria, dan disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV).

Gejala

Kutil kelamin pada wanita biasanya terdapat pada vulva, dinding vagina, area
antara alat kelamin luar dan anus, lubang anus, dan leher rahim. Pada pria, kutil
kelamin biasanya terdapat pada penis, skrotum, atau anus. Namun, pada beberapa
kasus, kutil kelamin terdapat di mulut atau tenggorokan yang dapat terjadi jika
seseorang melakukan kontak seksual secara oral dengan orang yang terinfeksi.
Beberapa gejala kutil kelamin, yaitu:

 Gatal atau tidak nyaman pada area genital


 Pendarahan ketika melakukan hubungan seksual
 Pembengkakan kecil berwarna seperti kulit atau sedikit lebih gelap atau
abu-abu pada area genital
 Beberapa kutil kecil yang menyatu membentuk seperti kembang kol.
 Kutil kelamin dapat berukuran sangat kecil dan datar sehingga sulit untuk
dapat dilihat dengan mata telanjang.

Penyebab

Kutil kelamin disebabkan oleh HPV (Human Papilloma Virus) yang


ditularkan melalui kontak seksual. Penyakit ini berbahaya terutama pada wanita
karena HPV yang menyebabkan kutil kelamin juga merupakan penyebab kanker
serviks. Kutil kelamin berbeda dengan kutil yang ada di tangan karena walaupun
penyebabnya sama yaitu HPV tetapi mereka mempunyai strain yang berbeda.
Kutil yang berada pada tangan atau kaki tidak dapat menyebar ke daerah kelamin
dan begitu pula sebaliknya.

Setiap orang yang aktif secara seksual mempunyai risiko yang tinggi untuk
terserang infeksi dari HPV. Namun, kutil kelamin biasanya timbul pada orang
yang:

 Dibawah usia 30 tahun, dan aktif secara seksual pada usia muda
 Merokok
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
 Memiliki riwayat pelecehan sewaktu anak – anak
 Mempunyai ibu yang memiliki riwayat menderita infeksi HPV sewaktu
melahirkan
 Melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan dengan banyak
pasangan seksual
 Memiliki riwayat menderita penyakit menular seksual lainnya.

Pengobatan

Kutil kelamin yang tidak menimbulkan gejala tidak memerlukan


pengobatan dan kutil kelamin juga dapat hilang dengan sendirinya tanpa
pengobatan, tetapi virus HPV dapat tetap berada dalam tubuh, yang berarti
seseorang dapat menderita kutil kelamin berulang dan dapat menularkan kepada
orang lain. Jika kutil kelamin menyebabkan gatal, rasa seperti terbakar, dan sakit,
maka pengobatan dapat diberikan berupa obat-obatan seperti asam trikloroasetat
yang dipakai untuk membakar kutil kelamin dan dapat pula diberikan pada kutil
kelamin yang terletak pada bagian dalam tubuh.

Operasi dapat dilakukan apabila kutil kelamin berukuran besar dan tidak
memberikan respon yang baik pada obat-obatan, atau jika sedang hamil. Operasi
yang dapat dilakukan meliputi:

 Metode pembekuan dengan menggunakan nitrogen cair untuk


menghilangkan kutil.
 Metode ini menggunakan arus listrik untuk membakar kutil.
 Kutil akan dipotong dan dibuang menggunakan pisau bedah
 Laser digunakan untuk kutil yang sulit dihilangkan dengan metode lain.

Hindari penggunaan obat bebas yang ditujukan untuk kutil tangan pada kutil
kelamin, sebab obat-obatan ini tidak dimaksudkan untuk dipakai pada daerah
genital (kelamin) yang lembap. Salah penggunaan akan dapat memperparah rasa
sakit dan memperberat iritasi.

Pencegahan

Anda dapat mencegah penyebaran kutil kelamin dengan:

 Tidak berhubungan seks saat sedang menjalani perawatan kutil kelamin.


 Menggunakan kondom ketika berhubungan seks vaginal, anal, atau oral.
Namun, jika terdapat virus pada daerah yang tidak terlindungi oleh
kondom, maka kutil tersebut masih dapat menular.
 Mendapatkan vaksinasi terhadap HPV.

Vaksin HPV paling efektif diberikan pada anak – anak yang belum aktif secara
seksual. Pemberian vaksin disarankan diberikan pada anak laki – laki usia 11
tahun dan anak perempuan berusia 12 tahun. Jika telah melewati masa tersebut,
tetapi belum mendapatkan vaksinasi, maka vaksin masih dapat diberikan sampai
dengan umur 26 tahun pada wanita dan laki – laki sampai dengan umur 21 tahun.
Namun, pada laki-laki masih dapat diberikan sampai dengan usia 26 tahun jika
diinginkan.

Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi


bakteri. Chlamydia yang tidak segera diobati dapat meningkatkan risiko
kemandulan, terutama pada wanita.

Penyakit ini dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada pria, chlamydia dapat
menyerang saluran dalam penis (uretra). Sedangkan pada wanita, chlamydia dapat
terjadi di organ panggul.

Selain organ kelamin, chlamydia dapat menyerang dubur, tenggorokan, dan mata.
Penularan terjadi bila bagian tersebut terkena cairan yang dihasilkan oleh organ
kelamin.

Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi bakteri Chlamydia,
karena penyakit ini sering kali tidak menimbulkan gejala.

Gejala Chlamydia

Chlamydia biasanya tidak menimbulkan gejala. Meski demikian, penderita


chlamydia tetap dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain. Bila terdapat
gejala, biasanya gejala tersebut baru muncul 1-3 minggu setelah penderita
terinfeksi.
Karena organ yang terinfeksi berbeda, gejala chlamydia pada pria dan wanita juga
akan berbeda. Berikut ini adalah gejala yang dapat dialami oleh penderita
chlamydia:

Gejala chlamydia pada wanita

 Keputihan yang sangat bau.


 Rasa terbakar ketika buang air kecil.
 Sakit saat sedang berhubungan seksual, dan dapat mengalami perdarahan
di vagina sesudahnya.
 Bila infeksi sudah menyebar, maka penderita akan merasa mual, demam,
atau merasa sakit pada perut bagian bawah.

Gejala chlamydia pada pria

 Keluar cairan dari penis.


 Luka di penis terasa gatal atau terbakar.
 Rasa terbakar ketika buang air kecil
 Rasa sakit atau bengkak pada salah satu atau kedua buah zakar.
 Baik pada pria maupun wanita, apabila chlamydia menginfeksi dubur,
akan timbul rasa sakit yang dapat disertai keluarnya cairan atau darah dari
dubur.

Penyebab Chlamydia

Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang menyebar


melalui cairan pada organ kelamin. Seseorang dapat tertular penyakit ini bila
berhubungan seksual dengan penderita, terutama bila tidak menggunakan
kondom.
Selain hubungan seksual melalui vagina, chlamydia juga dapat menular melalui
hubungan seksual secara oral atau anal, yang bisa menyebabkan chlamydia pada
dubur maupun tenggorokan.

Bakteri Chlamydia juga dapat menginfeksi organ mata. Infeksi


bakteri Chlamydia pada mata dinamakan penyakit trakhoma, yang bisa
menimbulkan kebutaan.

Trakhoma dapat terjadi pada bayi baru lahir dari ibu penderita chlamydia yang
tidak diobati. Selain pada bayi baru lahir, trakhoma juga sering ditemukan pada
orang yang tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.

Melihat cara penularannya, chlamydia lebih mudah terjadi pada orang-orang yang
memiliki faktor risiko berikut:

 Pernah menderita penyakit menular seksual.


 Sering bergonta-ganti pasangan seksual.

Pengobatan Chlamydia

Chlamydia dapat diobati dengan antibiotik, seperti azithromycin atau doxycycline.


Penderita chlamydia perlu minum antibiotik selama 7 hari, atau cukup minum
antibiotik dosis tunggal, sesuai anjuran dokter. Penderita chlamydia tidak boleh
melakukan hubungan seksual sampai 7 hari setelah pengobatan selesai.

Ibu hamil penderita chlamydia perlu segera diobati dengan antibiotik, agar tidak
menularkan kepada janin dan bisa melahirkan secara normal. Pengobatan
chlamydia pada ibu hamil baru dimulai setelah diagnosanya dipastikan lewat
pemeriksaan laboratorium.

Jika ibu hamil tetap berisiko terkena chlamydia, akan dilakukan pemeriksaan
ulang pada trimester ketiga kehamilan. Bila hasilnya kembali positif, ibu hamil
akan diobati lagi.
Jika ibu hamil masih menderita chlamydia saat mendekati waktu persalinan, maka
dokter akan menyarankan persalinan dengan operasi caesar. Tujuannya adalah
untuk mengurangi risiko penularan chlamydia pada bayi yang dilahirkan.

Pencegahan Chlamydia

Pencegahan chlamydia dapat dilakukan dengan tidak bergonta-ganti pasangan


seksual, menggunakan kondom dengan benar saat berhubungan seksual, serta
rutin mengikuti tes skrining chlamydia.

Penderita chlamydia perlu menghindari hubungan seksual sampai diizinkan oleh


dokter, untuk menghindari penularan penyakit ke pasangannya.

Orang yang berisiko terinfeksi chlamydia perlu rutin menjalani skrining


chlamydia agar penyakit ini dapat dideteksi dan diobati secara dini, sehingga
risiko penularannya ke orang lain juga akan lebih rendah.

Orang-orang yang dikatakan berisiko terinfeksi chlamydia adalah:

 Ibu hamil
Ibu hamil perlu menjalani skrining chlamydia pada awal kehamilan dan
trimester ketiga kehamilan.
 Pekerja seks komersial dan orang yang suka bergonta-ganti pasangan

 Orang yang memiliki beberapa pasangan seksual atau sering bergonta-


ganti pasangan perlu menjalani skrining chlamydia setidaknya setahun
sekali.
 Gay atau biseksual
Kelompok gay dan biseksual perlu menjalani skrining chlamydia
setidaknya sekali dalam setahun. Namun bila memiliki beberapa pasangan
seksual, kaum gay dan biseksual perlu menjalani skrining chlamydia lebih
rutin, yaitu setiap 3 atau 6 bulan sekali.
Definisi
Apa itu gonore?

Gonore adalah penyakit kelamin yang disebabkan karena infeksi bakteri dan dapat
menular dari orang ke orang. Ini biasanya juga ditularkan ketika Anda melakukan
kontak seksual dengan orang yang terinfeksi, atau melakukan kontak dengan
cairan tubuh mereka. Gonore, atau biasa disebut dengan kencing nanah, ini juga
dapat menular dari ibu kepada anak.

Gejalanya pada laki-laki

Sebagian besar laki-laki mungkin tidak akan menyadari gejala bahwa ia telah
mengidap gonore, karena beberapa laki-laki memang tidak mendapatkan
gejalanya.

Gejala yang paling umum dan paling pertama dikenali adalah rasa panas atau
terbakar ketika buang air kecil. Setelah itu akan diikuti oleh gejala lainnya berupa:

 Frekuensi buang air kecil yang cukup sering


 Keluarnya nanah dari penis (tetesan cairan) berwarna putih, kuning, krem atau
kehijau-hijauan)
 Bengkak dan kemerahan pada bukaan atau kulup penis
 Bengkak atau nyeri pada testis
 Sakit tenggorokan yang datang terus-menerus

Ketika telah diobati, infeksi ini mungkin masih akan bertahan di tubuh selama
beberapa hari. Pada kasus yang jarang ditemui, gonore dapat menyebabkan
kerusakan pada tubuh, khususnya urethra dan testis. Rasa nyeri juga dapat
dirasakan hingga ke rektum.

Gejalanya pada perempuan


Beberapa perempuan sulit mengidentifikasi gejala gonore ini, sebab gejala yang
muncul ada kemiripan dengan infeksi lain.

Gejala penyakit seksual menular pada perempuan ini awalnya tidak terbentuk
dengan jelas, seperti infeksi jamur vagina pada umumnya, sehingga beberapa
perempuan salah menebak infeksi yang diidapnya. Berikut ini adalah beberapa
gejala yang muncul pada perempuan:

 Keluar cairan dari vagina (berair, menyerupai krim, sedikit kehijauan)


 Ketika buang air kecil, adanya sensasi nyeri dan rasa panas
 Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
 Munculnya bercak darah atau perdarahan saat tidak sedang menstruasi
 Rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual
 Rasa nyeri juga dirasakan pada perut bagian bawah atau nyeri panggul
 Bengkak pada vulva
 Rasa terbakar atau panas di tenggorokan (ketika sudah melakukan oral seks)
 Demam

Obat & Pengobatan

Berikut beberapa macam obat kencing nanah berupa antibiotik yang digunakan
untuk menyembuhkan gonore.

 Ceftriaxone (rocephin), adalah obat Antibiotik ini digunakan secara bersamaan


dengan azithromycin untuk menghambat pertumbuhan dinding sel bakteri yang
sudah mencapai darah.
 Azithromycin (zithromax, zmax) adalah antibiotik yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri
 Cefixime dan sefalosporin adalah antibiotik ini digunakan sebagai pengganti bila
ceftriaxone tidak tersedia. Obat ini menghambat sintesis dinding sel bakteri dan
digunakan bersamaan dengan azithromycin. Keduanya digunakan bila pasien
tidak memiliki komplikasi.
 Doxycycline adalah obat antibiotik ini menghambat sintesis protein yang dapat
memicu pertumbuhan bakteri. Doxycycline digunakan selama 10 sampai 14 hari
dengan dosis 100 mg sebagai tambahan dosis tunggal ceftriaxone untuk
mengobati radang panggul (PID).
 Erythromycin adalah obat salep tetes antibiotik yang direkomendasikan untuk
digunakan pada bayi yang baru lahir untuk mencegah penyakit konjungtivitis
(radang konjungtiva mata).

Pencegahan

Untuk mengurangi risiko infeksi penyakit kelamin ini, silakan lakukan


pencegahan berikut ini:

 Gunakan kondom dengan benar setiap kali Anda berhubungan seks


 Jangan ganti-ganti pasangan seks
 Batasi kontak seksual dengan pasangan yang tidak terinfeksi
 Cegah dengan melakukan vaksin HPV sebelum berusia 26 tahun
 Bila Anda merasa terinfeksi, hindari kontak seksual dan periksa ke dokterGejala
pada organ kelamin seperti keputihan atau rasa panas selama buang air kecil serta
nyeri atau ruam sebaiknya menjadi tanda untuk berhenti melakukan seks dan
konsultasi dengan dokter segera.

Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang ditandai dengan rasa


gatal di vagina dan keputihan. Keputihan yang dialami penderita vaginitis ini
berbau tidak sedap.

Vagina terus menerus memproduksi cairan secara alami. Jumlah dan tekstur
cairan vagina tersebut bisa berubah-ubah sepanjang siklus menstruasi. Oleh
karena itu, normal jika seorang wanita mengalami keputihan, namun keputihan
yang normal seharusnya tidak berbau.
Vaginitis dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual. Kondisi ini perlu
segera ditangani, terutama pada ibu hamil, karena berisiko menyebabkan bayi
terlahir prematur atau lahir dengan berat badan yang rendah.

Gejala Vaginitis

Gejala vaginitis sangat beragam, namun yang sering kali muncul adalah:

 Keputihan berwarna putih atau kuning kehijauan yang berbau tidak sedap
 Gatal di area vagina.
 Kemerahan di sekitar vagina.
 Flek atau perdarahan dari vagina.
 Nyeri saat buang air kecil dan berhubungan seks.

Kapan harus ke dokter

Segera periksakan diri ke dokter bila muncul gejala-gejala di atas, terutama bila:

 Gejala yang dialami terasa mengganggu.


 Gejala disertai demam, menggigil, dan nyeri panggul.
 Bergonta-ganti pasangan seksual.

Penyebab Vaginitis

Banyak faktor yang bisa menyebabkan vaginitis. Tetapi pada sebagian besar
kasus, vaginitis disebabkan oleh infeksi bakteri.

Keberadaan bakteri di vagina sebenarnya adalah hal yang normal, selama


jumlahnya seimbang. Vaginitis terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara
jumlah bakteri ‘baik’ dan bakteri ‘jahat’ di vagina.

Selain karena infeksi bakteri, penyebab lain vaginitis adalah:


 Infeksi jamur, akibat perkembangan jamur yang berlebihan di vagina.
 Iritasi atau reaksi alergi pada vagina, misalnya akibat penggunaan
pembersih kewanitaan.
 Penyakit menular seksual, seperti trikomoniasis, klamidia, dan herpes
genital.
 Penipisan dinding vagina akibat penurunan kadar estrogen, misalnya
setelah menopause atau setelah operasi pengangkatan rahim
(histerektomi).

Faktor Risiko Vaginitis

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita


menderita vaginitis, yaitu:

 Bergonta-ganti pasangan seksual.


 Menderita diabetes yang tidak terkontrol.
 Melakukan vaginal douching atau membersihkan bagian dalam vagina.
 Sering mengenakan celana yang lembab atau ketat.
 Menggunakan KB spiral atau spermisida.
 Menggunakan produk pembersih kewanitaan.
 Efek samping obat-obatan, seperti antibiotik atau kortikosteroid.
 Perubahan hormon akibat kehamilan atau konsumsi pil KB.

Diagnosis Vaginitis

Guna memastikan vaginitis, dokter akan terlebih dulu menanyakan gejala yang
dialami pasien dan apakah pasien pernah menderita keluhan yang sama
sebelumnya. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:

 Pemeriksaan kadar asam dan basa vagina, atau disebut juga pH vagina.
 Pemeriksaan bagian dalam vagina, untuk melihat tanda peradangan.
 Pemeriksaan sampel cairan vagina di laboratorium, untuk mengetahui
penyebab vaginitis.
 Pemeriksaan sampel jaringan.

Pengobatan Vaginitis

Pengobatan vaginitis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Secara


umum, pengobatan tersebut meliputi:

Pemberian obat antibiotik

Metronidazole dan clindamycin adalah antibiotik yang paling sering digunakan


pada vaginitis yang disebabkan oleh bakteri.

Pemberian obat antijamur

Vaginitis akibat infeksi jamur dapat diatasi dengan obat antijamur,


seperti miconazole, clotrimazole, atau fluconazole.

Terapi pengganti hormon

Terapi pengganti hormon digunakan untuk mengatasi vaginitis yang dipicu oleh
penurunan hormon estrogen.

Sedangkan untuk mengatasi vaginitis yang disebabkan oleh iritasi atau alergi,
dokter akan menganjurkan pasien untuk menghindari pemicunya, misalnya sabun
pembersih vagina atau kondom berbahan dasar lateks. Selain itu, dokter juga
dapat memberikan obat-obatan untuk meredakan peradangan dan gatal.

Pencegahan Vaginitis

Vaginitis dapat dicegah dengan melakukan sejumlah langkah sederhana di bawah


ini:

 Bersihkan vagina dengan air tanpa menggunakan sabun, dan hindari


membasuh bagian dalam vagina.
 Selalu bersihkan vagina dari arah depan ke belakang setiap kali selesai
buang air, dan pastikan menyeka vagina hingga benar-benar kering.
 Hindari penggunaan benda yang bisa menyebabkan iritasi atau alergi pada
vagina, seperti pembalut yang mengandung pewangi atau sabun pembersih
vagina.
 Lakukan hubungan seks yang aman dengan menggunakan kondom dan
tidak bergonta-ganti pasangan.
 Gunakan air hangat bila ingin berendam, jangan air yang terlalu panas.
 Pilih celana dalam yang tidak ketat dan berbahan katun.
 Kontrol kadar gula darah bila menderita diabetes.

Anda mungkin juga menyukai