Anda di halaman 1dari 20

MODUL 13

SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)

1. KEPENTINGAN STRATEGIS SHORT-TERM SCHEDULING

Yang dimaksud dengan scheduling adalah alokasi sumberdaya (tenaga kerja,


material, dan mesin) secara efisien bagi job–job dalam sistem prioritas.
Fungsi scheduling dalam praktek
1. Alat pengambil keputusan operasional
2. Membentuk table waktu (time table) dari aktivitas–aktivitas job dengan
mematuhi :
a. hubungan antar job
b. urutan–urutan job
c. keterbatasan sumberdaya
Aplikasi scheduling:
• Operasi manufaktur
• Kegiatan projek
• Dan lain-lain
Perusahaan manufaktur membuat schedule yang menyesuaikan produksi
dengan permintaan pelanggan. ! Contoh - Pabrik Lockheed-Martin di Dallas
menjadwalkan mesin, perkakas, dan karyawan untuk membuat komponen
pesawat terbang. Komputer mainframe Lockheed men-download schedule
produksi komponen pada flexible machining system, FMS (sistem permesinan
fleksibel) untuk selanjutnya keputusan scheduling terakhir dibuat oleh manajer.
FMS dapat mengerjakan beragam ukuran dan bentuk komponen yang akan
dibuat, dengan beragam urutan, tanpa perlu menghentikan produksi.
Kecanggihan scheduling ini menghasilkan komponen berdasarkan just-in-time,
dengan waktu setup rendah, sedikit work-in-process, dan utilisasi mesin yang
tinggi. Scheduling yang efisien terjadi pada perusahaan seperti Lockheed-Martin
yang dapat memenuhi batas waktu yang dijanjikan kepada pelanggan dan
menghadapi persaingan berbasis waktu.
Kepentingan strategis scheduling sangat jelas:
1. Dengan membuat scheduling secara efektif, berarti perusahaan

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 1/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
menggunakan aset secara lebih efektif dan menciptakan kapasitas yang lebih
besar untuk setiap dolar yang ditanamkan, yang selanjutnya, menghasilkan
biaya yang lebih rendah.
2. Kapasitas tambahan dan fleksibilitas yang terkait menghasilkan pengiriman
yang lebih cepat, dan karenanya memberikan pelayanan pelanggan yang
lebih baik.
3. Scheduling yang baik merupakan keunggulan bersaing, oleh karena berperan
dalam penyerahan yang terikat.

2. ISU SCHEDULING

Scheduling berkaitan dengan pemilihan waktu operasi.


Scheduling dimulai dengan perencanaan kapasitas, yang mencakup
pengakuisisian peralatan dan fasilitas. Dalam tahapan aggregate planning, dibuat
keputusan mengenai penggunaan fasilitas, persediaan, karyawan, dan kontraktor
dari luar. Kemudian master schedule memecah rencana agregat dan
mengembangkan schedule output keseluruhan. Kemudian short-term schedule
menerjemahkan keputusan kapasitas, perencanaan jangka menengah, dan
master schedule ke dalam urutan job dan penugasan karyawan, material, dan
permesinan secara spesifik.

Forward dan Backward scheduling

Scheduling mencakup penugasan batas waktu pada job tertentu, di mana


terdapat banyak job secara bersamaan bersaing untuk menggunakan
sumberdaya yang sama. Untuk membantu mengatasi berbagai kesulitan dalam
scheduling, maka teknik scheduling dapat digolongkan sebagai berikut (1)
forward scheduling dan (2) backward scheduling.
Forward scheduling memulai schedule segera setelah persyaratan suatu job
diketahui. Forward scheduling digunakan dalam berbagai organisasi seperti
produsen perkakas mesin. Dalam fasilitas seperti ini, job dilakukan sesuai
dengan pesanan pelanggan, dan biasanya diminta untuk dikirim sesegera
mungkin. Forward scheduling pada umumnya dirancang untuk menghasilkan

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 2/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
sebuah schedule yang dapat dipenuhi sekalipun hal ini berarti batas waktunya
tidak dapat dipenuhi. Dalam banyak kejadian, forward scheduling menjadi
penyebab tertumpuknya work-in-process.
Backward scheduling dimulai dari batas waktu, dan menjadwalkan produksi
yang terakhir terlebih dahulu. Kemudian urutan job dijadwalkan satu demi satu,
dengan susunan terbalik. Dengan mengurangi lead time untuk setiap item, maka
diperoleh waktu mulai. Bagaimanapun, sumberdaya yang diperlukan untuk
memenuhi schedule mungkin tidak ada. Backward scheduling digunakan dalam
banyak lingkungan manufaktur. Dalam praktek, sebuah kombinasi dari forward
scheduling dan backward scheduling sering digunakan untuk menemukan titik
temu di antara apa yang dapat dipenuhi dan batas waktu pelanggan.

! Gambar --- Forward scheduling dan backward scheduling

Forward Scheduling Backward Scheduling

B E B E

Today Due Date Today Due Date

Gangguan mesin, ketidakhadiran, permasalahan kualitas, kekurangan, dan faktor


lain lebih membuat scheduling semakin rumit. Sebagai konsekuensinya,
penugasan sebuah job pada suatu tanggal tertentu tidak memastikan bahwa job
tersebut akan dilakukan sesuai schedule yang ditugaskan tersebut. Banyak
teknik khusus yang telah dikembangkan untuk membantu membuat schedule
yang dapat diandalkan.

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 3/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
Kriteria Scheduling

Teknik scheduling yang benar bergantung kepada volume pesanan, sifat alami
produksi, dan kompleksitas job keseluruhan, demikian pula kepentingan yang
ditempatkan pada setiap kriteria sebagai berikut:
1. Minimasi waktu penyelesaian. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan
waktu penyelesaian rata-rata untuk setiap job.
2. Maksimasi utilisasi. Kriteria ini dievaluasi dengan menghitung persentase
waktu digunakannya fasilitas.
3. Minimasi persediaan work-in-process (WIP). Kriteria ini dievaluasi dengan
menentukan jumlah job rata-rata dalam sistem tersebut. Hubungan antara
banyaknya job dalam sistem dan persediaan WIP akan tinggi. Oleh karena
itu, lebih sedikit job dalam sistem, maka lebih rendah persediaan yang ada.
4. Minimasi waktu tunggu pelanggan. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan
jumlah keterlambatan rata-rata.
Kriteria di atas digunakan dalam industri untuk mengevaluasi kinerja scheduling.
Pendekatan scheduling yang baik harus sederhana, jelas, mudah dipahami,
mudah dilakukan, fleksibel, dan realistis. Dengan pertimbangan ini, tujuan
scheduling adalah untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya sedemikian
rupa sehingga tujuan produksi dapat dicapai.

! Contoh – Aplikasi - Scheduling Pekerja Yang Tertidur Saat Bekerja


Tidaklah Mudah
Karena tidak mampu beradaptasi dengan schedule kerja yang terus menerus
berubah, seorang operator pada sebuah perusahaan penyulingan minyak besar
tertidur pada pertengahan malam—dan secara tidak sengaja menumpahkan
beribu-ribu galon bahan kimia ke dalam sebuah sungai.
Cerita yang serupa terjadi pada pilot. Schedule kerja mereka yang tidak tetap
sering memaksa mereka untuk tidur dalam kokpit untuk mendapatkan tidur yang
cukup. "Sering terjadi saya sangat mengantuk, dan tertidur lelap seperti ketika
sedang berada dalam taksi, padahal saat itu adalah waktu untuk lepas landas,"
kata seorang pilot Federal Express. "Saya tertidur di saat membaca daftar
panduan. Saya tertidur selagi membaca sebuah kata."

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 4/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
Diperkirakan 20 juta orang AS bekerja dalam industri yang menggunakan
schedule di sembarang waktu. Dalam wawancara dengan para peneliti,
karyawan dari shift malam melaporkan cerita bahwa mereka melihat para pekerja
yang tertidur di lini perakitan menjatuhkan perkakas mereka, sekian banyak
batch komponen yang cacat melewati pengawas yang mengantuk, dan operator
forklift yang kelelahan menabrak dinding. "Cerita ini sangat buruk. Bagaimana
mungkin anda mengakui bahwa para pekerja di stasiun pembangkit tenaga nuklir
sering tertidur dalam pekerjaannya?" kata seorang peneliti dari Harvard.
Scheduling merupakan sebuah masalah utama dalam perusahaan dengan shift
malam. Beberapa perusahaan, meski tidak semua, mengambil langkah-langkah
untuk mengatasi permasalahan tidur dalam tugas di antara para pekerja. Dow
Chemical, Detroit Edison, Pennzoil, dan Exxon memberikan cuti beberapa hari
sebelum terjadi perubahan shift.
Semakin banyak perubahan schedule yang konstan yang dipelajari dari segi
ekonomis, perusahaan akan mendapati bahwa mereka tidak bisa mengabaikan
masalah tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang peneliti, "Hal ini
melibatkan banyak uang, dan, terkadang, nyawa."
Sumber: OH&S Canada (January-February 2002): 46-47; Nursing Management
(2001): 54; dan Wall Street Journal (August 9,1999): A4.

3. SCHEDULING WORK CENTER YANG PROCESS-FOCUSED

Fasilitas yang process-focused (juga dikenal sebagai fasilitas job-shop atau


intermitten) merupakan fasilitas dengan variasi tinggi dan volume rendah, yang
biasanya didapati pada organisasi manufaktur dan jasa. Pada sistem produksi
tersebut produk dibuat sesuai dengan pesanan. Item yang dibuat dalam sistem
seperti ini pada umumnya sangat berbeda dalam material yang digunakan,
pengolahan pesanan, persyaratan pemrosesan, waktu pengolahan, dan
kebutuhan setup. Karena perbedaan ini, scheduling bisa menjadi sangat
kompleks. Sistem ini seharusnya
1. Menjadwalkan pesanan yang datang tanpa melampaui kendala kapasitas
work center.
2. Memeriksa ketersediaan bahan dan perkakas sebelum pelepasan sebuah

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 5/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
pesanan ke suatu departemen.
3. Menentukan batas waktu untuk setiap job dan memeriksa kemajuan batas
waktu dan lead time pemesanan.
4. Memeriksa bahan setengah jadi selagi job dilakukan.
5. Memberikan feedback pada aktivitas pabrik dan produksi.
6. Memberikan statistik efisiensi job dan mengawasi waktu operator untuk
kepentingan analisis penggajian dan distribusi tenaga kerja.
Sistem scheduling baik manual maupun otomatis, harus akurat dan relevan. Hal
ini berarti bahwa sistem scheduling membutuhkan sebuah database produksi
dengan file perencanaan dan pengendalian.
Terdapat beberapa jenis file perencanaan
1. Sebuah file induk, yang berisi informasi tentang setiap komponen yang
dihasilkan atau dibeli oleh perusahaan.
2. Sebuah file rute, yang menunjukkan aliran setiap komponen dalam
perusahaan.
3. Sebuah file induk work center, yang berisi informasi tentang work center,
seperti efisiensi dan kapasitas.
File pengendalian menelusuri kemajuan yang sebenarnya dibandingkan dengan
perencanaan untuk tiap pesanan kerja.

4. LOADING JOBS PADA WORK CENTER

Loading berarti penugasan job pada work center atau processing center. Job
ditugaskan pada work center sedemikian rupa sehingga biaya, waktu luang, atau
waktu penyelesaian dijaga tetap minimal. Work center mengambil dua bentuk.
Yang pertama berorientasi pada kapasitas; yang kedua berkaitan dengan
penugasan job tertentu bagi pusat-work center.
Pertama, loading akan diuji dari segi kapasitas melalui sebuah teknik yang
dikenal sebagai input-output control. Kemudian, akan disajikan dua pendekatan
yang digunakan dalam loading: Gantt chart dan assignment method dari linear
programming.

Input-output control

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 6/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
Banyak perusahaan memiliki kesulitan dalam scheduling (yaitu, mencapai
throughput yang efektif) karena mereka membebani proses produksi secara
berlebihan. Hal ini sering terjadi karena perusahaan tidak mengetahui kinerja
work center yang sesungguhnya. Scheduling yang efektif bergantung kepada
penyesuaian schedule dengan kinerja. Ketiadaan pengetahuan akan kapasitas
dan kinerja menyebabkan throughput yang berkurang.
Input-output control adalah teknik yang menjadikan karyawan produksi dapat
mengelola fasilitas aliran kerja. Jika job tiba lebih cepat daripada yang sedang
diproses, maka fasilitas dibebani secara berlebihan, dan terjadi backlog. Loading
yang berlebihan menjadi penyebab penuhnya fasilitas, yang mengakibatkan
adanya masalah ketidakefisienan dan kualitas. Jika job tiba lebih lambat
dibandingkan job sedang diproses, maka fasilitas kurang terbebani dan bisa jadi
work center kekurangan job. Fasilitas yang kurang terbebani menghasilkan
kapasitas yang kosong dan pemborosan sumberdaya.
Pilihan yang tersedia bagi karyawan bagian produksi untuk mengatur fasilitas
aliran job mencakup hal berikut:
1. Meningkatkan kinerja.
2. Meningkatkan kapasitas.
3. Meningkatkan atau mengurangi input pada work center dengan cara (a)
mengalihkan job dari atau ke work center lainnya, (b) meningkatkan atau
mengurangi subkontrak, (c) memproduksi lebih sedikit (atau lebih banyak).
Memproduksi lebih sedikit bukanlah merupakan sebuah solusi yang disenangi
bagi para manajer, tetapi keuntungan yang didapatkan sangat berarti. Pertama,
tingkat pelayanan pelanggan bisa meningkat karena barang dapat diproduksi
tepat waktu. Kedua, efisiensi dapat benar-benar meningkat karena terdapat lebih
sedikit WIP yang bertebaran dalam work center yang menambahkan biaya
overhead. Ketiga, kualitas dapat meningkat karena lebih sedikit WIP berarti lebih
sedikit permasalahan yang tersembunyi.

Gantt Chart

Gantt chart merupakan alat peraga visual yang bermanfaat dalam loading dan
scheduling scheduling. Nama ini didapatkan dari Henry Gantt (akhir 1800-an).

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 7/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
Gantt chart menunjukkan penggunaan sumberdaya, seperti work center dan
tenaga kerja.
Ketika digunakan dalam loading, Gantt chart menunjukkan loading dan waktu
luang pada beberapa departemen, mesin, atau fasilitas. Gantt chart
menunjukkan beban kerja dalam sistem sedemikian rupa sehingga manajer
mengetahui penyesuaian apa yang sesuai. Sebagai contoh, ketika sebuah work
center dibebani secara berlebihan, maka karyawan dari work center yang
memiliki beban rendah dapat dipindahkan untuk sementara untuk dapat
meningkatkan jumlah tenaga kerja. Atau jika job yang sedang menunggu dapat
diproses pada work center yang berbeda, maka beberapa job pada work center
dengan beban tinggi dapat dipindahkan kepada work center yang memiliki beban
rendah. Peralatan serbaguna juga dapat dipindahkan di antara work center.

! Contoh - Sebuah produsen mesin cuci di New Orleans menerima pesanan


khusus untuk mesin yang digunakan pada fasilitas yang unik seperti kapal selam,
rumah sakit, dan industri binatu yang besar. Produksi setiap mesin membutuhkan
tugas dan jangka waktu yang berbeda-beda.

! Gambar - Gantt Chart Loading untuk pekan 6 Maret

Day Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday


Work Center
Metalworks Job 349 Job 350
Mechanical Job 349 Job 406
Electronics Job 408 Job 349
Painting Job 295 Job 408 Job 349

Center not available (for


example, maintenance time,
Processing Unscheduled repairs, shortages)

Empat work center memproses beberapa job selama seminggu. Bagan ini
menunjukkan bahwa job logam dan pengecatan sepenuhnya terisi sepanjang
minggu. Pusat mekanik dan elektronik memiliki beberapa waktu luang yang
tersebar di sepanjang minggu. Juga dapat diperhatikan bahwa pusat pengerjaan

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 8/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
logam tidak bekerja pada hari Selasa, dan pusat pengecatan tidak bekerja pada
hari Kamis, barangkali untuk pemeliharaan pencegahan.
Gantt chart loading memiliki keterbatasan utama: Gantt chart loading tidak
memperhitungkan variabilitas produksi seperti gangguan mesin yang tidak
diharapkan atau kesalahan manusia yang memerlukan pengerjaan ulang.
Sebagai konsekuensinya, Gantt chart harus diperbaharui secara berkala untuk
memperhitungkan job dan perkiraan waktu baru yang ditinjau kembali.
Sebuah Gantt chart digunakan untuk mengawasi job yang sedang berlangsung.
Gantt chart menandai job yang sesuai schedule atau yang terlalu cepat atau
terlambat. Dalam praktek, banyak versi Gantt chart yang ditemukan.

! Contoh - First Printing di Winter Park, Florida, menggunakan Gantt Chart


dalam untuk menunjukkan scheduling tiga pesanan, yaitu A, B, dan C.

! Gambar - Gantt chart Scheduling untuk Job A, B, dan C pada sebuah


Perusahaan Percetakan

Start of an
activity
Da End of an
Jo Day Day Day Day Day Day Day activity
1S 2 3T W4 5T 6F 7S Scheduled
activity time
Job allowed
Actual
work
Job Maintenanc progress
Non-
Job production
time
Point in
Now time when
chart is
i d

Setiap pasangan tanda-kurung pada sumbu waktu menandakan yang waktu


untuk memulai dan mengakhiri job. Batangan padat menggambarkan status
nyata atau kelangsungan job. ! Contoh - Job A, kurang lebih terlambat sekitar
satu-setengah hari pada akhir hari ke-5. Job B telah selesai setelah melakukan
pemeliharaan peralatan. Job C selesai sebelum waktunya.

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 9/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
Assignment method

Assignment method mencakup proses penugasan tugas atau job pada


sumberdaya. ! Contoh - penugasan job pada mesin. Tujuan yang paling sering
adalah untuk meminimasi biaya total atau waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas yang ada. Satu karakteristik permasalahan penugasan yang
penting adalah bahwa terdapat hanya satu job (atau pekerja) yang ditugaskan
untuk satu mesin (atau projek).
Setiap masalah penugasan menggunakan sebuah tabel. Angka-angka dalam
tabel adalah waktu atau biaya yang berkaitan dengan tugas tertentu.

! Contoh - jika First Printing memiliki tiga karyawan typesetter yang tersedia (A,
B, dan C) dan tiga job baru yang harus diselesaikan, maka tabelnya mungkin
akan tampak sebagai berikut. Nilai dollar mewakili perkiraan perusahaan akan
biaya untuk menyelesaikan job yang akan diselesaikan oleh setiap karyawan
typesetter.
Typesetter
Job A B C
R-34 $11 $14 $6
S-66 $8 $10 $11
T-50 $9 $12 $7

Assignment method mencakup penambahan dan pengurangan angka-angka


yang sesuai dalam tabel untuk menemukan biaya peluang yang paling rendah
untuk setiap tugas. Terdapat empat step yang ditempuh:
1. Kurangi semua angka pada baris dengan angka terkecil yang terdapat pada
baris tersebut dan kemudian, dari matriks yang dihasilkan, kurangi angka
yang paling kecil dalam kolom tersebut. Step ini memiliki tujuan untuk
mengurangi angka dalam tabel sehingga tampak serangkaian angka nol,
yang berarti biaya peluang sama dengan nol. Walaupun angka-angka
berubah, soal pengurangan ini sama dengan yang sebelumnya, dan solusi
yang sama akan optimal.
2. Gambarkan garis lurus horisontal dan vertikal seminimal mungkin untuk

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 10/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
mencoret semua angka nol dalam tabel. Jika jumlah garis sama dengan
jumlah baris atau jumlah kolom yang dimiliki oleh tabel, maka penugasan
yang optimal telah ditemukan (lihat step 4). Jika jumlah garis kurang dari
jumlah baris atau kolom, maka lanjutkanlah pada step ke tiga.
3. Kurangi setiap angka yang tidak tercoret dalam tabel dengan angka terkecil
yang ditemukan yang juga tidak tercoret oleh garis. Tambahkan angka yang
sama kepada angka yang ditutupi oleh dua garis. Jangan mengubah angka
yang hanya tercoret oleh satu garis. Kembali ke step 2 dan teruskan hingga
penugasan yang optimal ditemukan.
4. Penugasan yang optimal akan selalu berada pada nilai nol pada tabel. Salah
satu cara yang sistematis untuk membuat sebuah penugasan yang sah
adalah memilih sebuah kolom atau baris yang berisi hanya satu kotak nol.
Penugasan dapat dilakukan pada kotak tersebut, dan kemudian gambarkan
garis melalui kolom dan baris tersebut. Penugasan telah dibuat, dan lanjutkan
prosedur hingga setiap orang atau mesin sudah ditugaskan pada satu job.

! Contoh – Merujuk pada tabel biaya yang telah ditunjukkan. Penugasan job
dengan biaya total minimal job typesetter didapatakan dengan cara menerapkan
step 1 hingga 4.
Step 1a: Dengan menggunakan tabel yang sebelumnya, kurangi semua angka
dalam baris dengan angka terkecil yang terdapat dalam baris tersebut. Hasilnya
ditunjukkan di bawah
Typesetter
Job A B C
R-34 5 8 0
S-66 0 2 3
T-50 2 5 0

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 11/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
Step 1 b: Dengan menggunakan tabel sebelumnya, kurangi semua angka dalam
kolom dengan angka terkecil yang terdapat dalam kolom tersebut. Hasilnya
ditunjukkan pada tabel di bawah.
Typesetter
Job A B C
R-34 5 6 0
S-66 0 0 3
T-50 2 3 0
Step 2: Gambarkan garis lurus horisontal dan vertikal seminimal mungkin yang
diperlukan untuk menutupi semua angka nol. Karena dua garis sudah cukup
untuk menutupi semua angka nol yang ada, maka solusi belum optimal.
Typesetter
Job A B C
R-34 5 6 0
S-66 0 0 3
T-50 2" 3 0
" Angka terkecil yang tidak tertutupi
Step 3: Kurangi semua angka dalam tabel dengan angka terkecil dari angka
yang tidak tertutup garis (dalam tabel ini bernilai 2) dan menambahkannya ke
angka yang ditutupi oleh dua garis.
Typesetter
Job A B C
R-34 3 4 0
S-66 0 0 5
T-50 0 1 0

Kembali ke step 2. Coret lagi nilai nol dengan garis lurus.


Karena dibutuhkan tiga garis, maka penugasan yang optimal sudah ditemukan
(lihat step 4). Tugaskan R-34 ke C, S-66 ke B, dan T-50 ke A. Dengan mengacu
pada tabel biaya awal, maka terlihat bahwa:
Biaya minimal = $6+ $10+ $9= $25
Catatan: Jika S-66 telah ditugaskan ke A, T-50 tidak dapat ditugaskan lagi pada
lokasi yang bernilai nol.

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 12/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
Permasalahan penugasan berisi maksimasi laba, efektivitas, atau pemberian
imbalan dari penugasan orang kepada tugas tertentu atau job kepada mesin.
Sangat mudah untuk menjadikan masalah ini menjadi soal minimasi dengan cara
mengubah setiap angka dalam tabel menjadi sebuah peluang kerugian. Untuk
mengubah sebuah masalah maksimasi menjadi masalah minimasi yang sama,
setiap angka dalam tabel dikurangi dengan angka yang terbesar dalam tabel
tersebut. Kemudian step 1 dari assignment method empat step dilanjutkan. Hal
ini menunjukkan bahwa meminimasi peluang kerugian menghasilkan solusi
penugasan yang sama dengan permasalahan maksimasi sebelumnya.

5. SEQUENCING JOB PADA WORK CENTER

Scheduling memberikan dasar untuk menugaskan job pada work center. Loading
adalah sebuah teknik pengendalian kapasitas yang menyoroti masalah
pemberian beban yang terlalu berat dan terlalu ringan. Sequencing menentukan
urutan job yang harus dilakukan pada setiap work center. Metoda sequencing
memberikan informasi terinci seperti itu. Metoda ini dikenal sebagai priority rules
untuk mengirimkan job pada work center.

Beberapa Istilah

1. Processing time (waktu proses, tij). Waktu yang diperlukan untuk


menyelesaikan suatu operasi atau proses ke-I dari job ke-j. Dalam proses
tersebut telah tercakup waktu untuk persiapan dan perngaturan proses.
2. Ready time (Rj). Menunjukan saat job ke-j dapat dikerjakan (siap
dijadwalkan).
3. Flow time (Fj). Waktu antara job ke-j siap dikerjakan sampai job tersebut
diselesaikan.
4. Completion time (Cj). Menunjukan rentang waktu sejak job pertama mulai
dikerjakan sampai proses tersebut selesai.
Cj = F j + R j
5. Due date (d j). Batas akhir waktu suatu job ke-j boleh diselesaikan.
6. Lateness (L j). Keterlambatan waktu penyelesaian hingga saat due date :

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 13/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
L j = C j - d j < 0, saat penyelesaian memenuhi batas akhir
L j = C j - d j > 0, saat penyelesaian melewati batas akhir.
7. Tardiness (T j). Penyimpangan waktu penyelesaian suatu job hingga saat due
date.
T j = maks {0, L j} i <j<n

Elemen Scheduling

1. Operation : Job
2. Processing Time : Waktu job
3. Job : Kumpulan job
4. Machine : Fasilitas untuk menyelesaikan suatu job

Priority Rules Untuk Membagikan Job

Priority rules (aturan prioritas) memberikan panduan untuk mengurutkan job


yang harus dilakukan. Aturan ini terutama diterapkan untuk fasilitas process-
focused ! contoh – bengkel job shop. Priority rules mencoba untuk meminimasi
waktu penyelesaian, jumlah job dalam sitem, keterlambatan job, selagi
memaksimasi utilisasi fasilitas.
Priority rules yang paling populer adalah
• FCFS (first come, first served): yang pertama datang, yang pertama dilayani.
Job pertama yang datang di sebuah work center diproses terlebih dahulu.
• SPT (shortest processing time): waktu pemrosesan terpendek. Job yang
memiliki waktu pemrosesan terpendek diselesaikan terlebih dahulu.
• EDD (earliest due date): Batas waktu paling awal. Job dengan batas waktu
yang paling awal dikerjakan terlebih dahulu.
• LPT (longest processing time): waktu pemrosesan terpanjang. Job yang
memiliki waktu pemrosesan lebih panjang, lebih besar biasanya sangat
penting dan diutamakan terlebih dahulu.

! Contoh - Lima job yang berkaitan menunggu untuk ditugaskan pada suatu
perusahaan manufaktur ATB. Waktu pengerjaan mereka dan batas waktunya
diberikan dalam tabel berikut. Urutan pengerjaan sesuai dengan aturan (1)
Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 14/ 20
(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
FCFS, (2) SPT, (3) EDD, dan (4) LPT akan ditetapkan. Job ditandai dengan huruf
sesuai dengan urutan kedatangan mereka.

Job Work( Processing)


Job Time Job Due Date
(days) (days)
A 6 8
B 2 6
C 8 18
D 3 15
E 9 23

1. Urutan FCFS diperlihatkan dalam tabel yang berikut secara sederhana, yaitu
A-B-C-D-E. "Aliran waktu" dalam sistem untuk urutan ini menghitung waktu
yang dihabiskan oleh setiap job untuk menunggu ditambah dengan waktu
pengerjaannya. Sebagai contoh, job B, menunggu selama 6 hari, selagi job B
sedang diproses, dan kemudian mengambil waktu dua hari lagi sebagai
waktu pemrosesannya; sehingga job B akan selesai dalam 8 hari—yaitu
terlambat 2 hari setelah batas waktunya.

Job Work
Job (Processing)
Sequence Time Flow Time Job Due Date Job Lateness
A 6 6 8 0
B 2 8 6 2
C 8 16 18 0
D 3 19 15 4
E 9 28 23 5
28 77 11

Aturan FCFS menghasilkan ukuran efektivitas sebagai berikut:


Jumlah aliran waktu total 77 hari
a. Waktu penyelesaian rata-rata = = = 15.4 hari
Jumlah pekerjaan 5

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 15/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
Jumlah waktu proses total 28
b. Utilisasi = = = 36.4% .
Jumlah aliran waktu total 77
c. Jumlah job rata-rata dalam sistem =
Jumlah aliran waktu total 77 hari
= = 2.75 job.
Waktu proses pekerjaan total 28 hari
Jumlah hari keterlambatan 11
d. Keterlambatan job rata-rata = = = 2.2 hari.
Jumlah pekerjaan 5
2. Aturan SPT yang diperlihatkan dalam tabel berikut menghasilkan urutan B-D-
A-C-E. Urutan dibuat berdasarkan waktu pemrosesan, dengan prioritas tertinggi
diberikan kepada job yang paling pendek.

Job Work
Job (Processing)
Sequence Time Flow Time Job Due Date Job Lateness
B 2 2 6 0
D 3 5 15 0
A 6 11 87 3
C 8 19 18 1
E 9 28 23 5
28 65 9

Aturan SPT menghasilkan ukuran efektivitas sebagai berikut:


65
a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 13 hari.
5
28
b. Utilisasi = = 43.1% .
65
65
c. Jumlah job rata-rata dalam sistem = = 2.32 job.
28
9
d. Keterlambatan job rata-rata = = 1.8 hari.
5

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 16/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
3. Aturan EDD yang ditunjukkan dalam tabel berikut memberi urutan B-A-D-C-E.
Perhatikan bahwa job diurutkan berdasarkan batas waktu yang paling awal
terlebih dahulu.

Job Work
Job (Processing)
Sequence Time Flow Time Job Due Date Job Lateness
B 2 2 6 0
A 6 8 8 0
D 3 11 15 0
C 8 19 18 1
E 9 28 23 5
28 68 6

Aturan EDD menghasilkan ukuran efektivitas sebagai berikut:


68
a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 13.6 hari.
5
28
b. Utilisasi = = 41.2% .
68
68
c. Jumlah job rata-rata dalam sistem = = 2.43 job.
28
6
d. Keterlambatan job rata-rata = = 1.2 hari.
5

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 17/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
4. Aturan SPT yang diperlihatkan dalam tabel berikut menghasilkan urutan E-C-
A-D-B.

Job Work
Job (Processing)
Sequence Time Flow Time Job Due Date Job Lateness
E 9 9 23 0
C 8 17 18 0
A 6 23 8 15
D 3 26 15 11
B 2 28 6 22
28 103 48

Perhitungan efektivitas LPT adalah sebagai berikut:


103
a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 20.6 hari.
5
28
b. Utilisasi = = 27.2% .
103
103
c. Jumlah job rata-rata dalam sistem = = 3.68 job.
28
48
d. Keterlambatan job rata-rata = = 9.6 hari.
5
Hasil dari keempat aturan ini dirangkum dalam tabel berikut:

Aturan Waktu Utilisasi Jumlah job Keterlambata


penyelesaian (%) rata-rata n rata-rata
rata-rata (hari) dalam sistem (hari)
FCFS 15.4 36.4 2.75 2.2
SPT 13.0 43.1 2.32 1.8
EDD 13.6 41.2 2.43 1.2
LPT 20.6 27.2 3.68 9.6

Seperti yang dapat terlihat, LPT merupakan urutan yang paling tidak efektif bagi
perusahaan. SPT unggul dalam tiga pengukuran, sementara EDD unggul dalam

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 18/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
keterlambatan rata-rata. Hal ini merupakan kenyataan yang sesungguhnya
dalam dunia nyata. Tidak ada satu aturan sequencing pun yang selalu unggul
dalam semua kriteria. Pengalaman menunjukkan hal berikut:
1. SPT biasanya merupakan teknik yang terbaik untuk meminimasi aliran job
dan meminimasi jumlah job rata-rata dalam sistem. Kelemahan utamanya
adalah job yang memiliki waktu pemrosesan panjang dapat secara terus-
menerus tidak dikerjakan, karena job yang memiliki waktu pemrosesan
pendek selalu didahulukan. Pelanggan dapat melihat hal ini secara samar,
dan penyesuaian berkala untuk job yang panjang harus dilakukan.
2. FCFS tidak menghasilkan kinerja yang baik pada hampir semua kriteria
(tetapi juga tidak begitu buruk). Bagaimanapun, FCFS memiliki kelebihan
karena terlihat adil oleh pelanggan, suatu hal yang sangat penting dalam
sistem jasa.
3. EDD meminimasi keterlambatan maksimal, yang mungkin perlu untuk job
yang memiliki penalti setelah tanggal tertentu. Secara umum, EDD bekerja
baik ketika keterlambatan menjadi sebuah isu.

Critical Ratio

Tipe aturan sequencing yang lain adalah critical ratio. Critical ratio (CR, Rasio
kritis) merupakan sebuah angka indeks yang dihitung dengan membagi waktu
yang tersisa hingga batas waktu job dengan waktu pengerjaan yang tersisa.
Berlawanan dengan priority rules, critical ratio sangat dinamis dan mudah
diperbaharui. CR cenderung memiliki kinerja yang lebih baik daripada FCFS,
SPT, EDD atau LPT pada kriteria keterlambatan job rata-rata.
Critical ratio memberikan prioritas pada job yang harus dilakukan agar tetap
menepati schedule. Sebuah job dengan critical ratio yang rendah (kurang dari
1.0) berarti terlambat dari schedule. Jika CR tepat 1.0, berarti job sesuai dengan
schedule. CR yang lebih besar dari 1.0 berarti job mendahului schedule dan
memiliki waktu luang.
Rumus critical ratio adalah
Waktu yang tersisa Batas waktu - tanggal sekarang
CR = =
Hari kerja yang tersisa Waktu pekerjaan yang tersisa

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 19/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
! Contoh - Hari ini adalah hari ke-25 pada schedule produksi Zyco Medical
Testing Laboratories. Tiga job berada dalam urutan, sebagai berikut:

Job Due Date Workdays Remaining


A 30 4
B 28 5
C 27 2
CR dihitung, dengan menggunakan rumus CR
Job Critical Ratio Priority Order
A (30-25)/4=1.25 3
B (28-25)/5= 0.60 1
C (27-25)/2=1.00 2

Job B memiliki CR yang kurang dari 1, artinya, job B akan terlambat jika tidak
dipercepat. Sehingga job B memiliki prioritas tertinggi. Job C tepat waktu dan job
memiliki waktu luang. Setelah job B telah selesai dikerjakan, maka CR untuk job
A dan C akan dihitung kembali, untuk menentukan apakah prioritas mereka
berubah.
Pada kebanyakan sistem scheduling produksi, aturan CR dapat membantu untuk
melaksanakan hal berikut:
1. Menentukan status job tertentu.
2. Menerapkan prioritas relatif di antara job dengan dasar kesamaan.
3. Menghubungkan persediaan dan job pesanan dengan dasar kesamaan.
4. Menyesuaikan prioritas (dan memperbaiki jadwal secara otomatis atas
adanya perubahan permintaan dan status kemajuan job.
5. Menelusuri kemajuan job secara dinamis.

Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 20/ 20


(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc

Anda mungkin juga menyukai