Modul 13 Short-Term Scheduling (1/2) : Perencanaan Dan Pengendalian Produksi
Modul 13 Short-Term Scheduling (1/2) : Perencanaan Dan Pengendalian Produksi
2. ISU SCHEDULING
B E B E
Teknik scheduling yang benar bergantung kepada volume pesanan, sifat alami
produksi, dan kompleksitas job keseluruhan, demikian pula kepentingan yang
ditempatkan pada setiap kriteria sebagai berikut:
1. Minimasi waktu penyelesaian. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan
waktu penyelesaian rata-rata untuk setiap job.
2. Maksimasi utilisasi. Kriteria ini dievaluasi dengan menghitung persentase
waktu digunakannya fasilitas.
3. Minimasi persediaan work-in-process (WIP). Kriteria ini dievaluasi dengan
menentukan jumlah job rata-rata dalam sistem tersebut. Hubungan antara
banyaknya job dalam sistem dan persediaan WIP akan tinggi. Oleh karena
itu, lebih sedikit job dalam sistem, maka lebih rendah persediaan yang ada.
4. Minimasi waktu tunggu pelanggan. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan
jumlah keterlambatan rata-rata.
Kriteria di atas digunakan dalam industri untuk mengevaluasi kinerja scheduling.
Pendekatan scheduling yang baik harus sederhana, jelas, mudah dipahami,
mudah dilakukan, fleksibel, dan realistis. Dengan pertimbangan ini, tujuan
scheduling adalah untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya sedemikian
rupa sehingga tujuan produksi dapat dicapai.
Loading berarti penugasan job pada work center atau processing center. Job
ditugaskan pada work center sedemikian rupa sehingga biaya, waktu luang, atau
waktu penyelesaian dijaga tetap minimal. Work center mengambil dua bentuk.
Yang pertama berorientasi pada kapasitas; yang kedua berkaitan dengan
penugasan job tertentu bagi pusat-work center.
Pertama, loading akan diuji dari segi kapasitas melalui sebuah teknik yang
dikenal sebagai input-output control. Kemudian, akan disajikan dua pendekatan
yang digunakan dalam loading: Gantt chart dan assignment method dari linear
programming.
Input-output control
Gantt Chart
Gantt chart merupakan alat peraga visual yang bermanfaat dalam loading dan
scheduling scheduling. Nama ini didapatkan dari Henry Gantt (akhir 1800-an).
Empat work center memproses beberapa job selama seminggu. Bagan ini
menunjukkan bahwa job logam dan pengecatan sepenuhnya terisi sepanjang
minggu. Pusat mekanik dan elektronik memiliki beberapa waktu luang yang
tersebar di sepanjang minggu. Juga dapat diperhatikan bahwa pusat pengerjaan
Start of an
activity
Da End of an
Jo Day Day Day Day Day Day Day activity
1S 2 3T W4 5T 6F 7S Scheduled
activity time
Job allowed
Actual
work
Job Maintenanc progress
Non-
Job production
time
Point in
Now time when
chart is
i d
! Contoh - jika First Printing memiliki tiga karyawan typesetter yang tersedia (A,
B, dan C) dan tiga job baru yang harus diselesaikan, maka tabelnya mungkin
akan tampak sebagai berikut. Nilai dollar mewakili perkiraan perusahaan akan
biaya untuk menyelesaikan job yang akan diselesaikan oleh setiap karyawan
typesetter.
Typesetter
Job A B C
R-34 $11 $14 $6
S-66 $8 $10 $11
T-50 $9 $12 $7
! Contoh – Merujuk pada tabel biaya yang telah ditunjukkan. Penugasan job
dengan biaya total minimal job typesetter didapatakan dengan cara menerapkan
step 1 hingga 4.
Step 1a: Dengan menggunakan tabel yang sebelumnya, kurangi semua angka
dalam baris dengan angka terkecil yang terdapat dalam baris tersebut. Hasilnya
ditunjukkan di bawah
Typesetter
Job A B C
R-34 5 8 0
S-66 0 2 3
T-50 2 5 0
Scheduling memberikan dasar untuk menugaskan job pada work center. Loading
adalah sebuah teknik pengendalian kapasitas yang menyoroti masalah
pemberian beban yang terlalu berat dan terlalu ringan. Sequencing menentukan
urutan job yang harus dilakukan pada setiap work center. Metoda sequencing
memberikan informasi terinci seperti itu. Metoda ini dikenal sebagai priority rules
untuk mengirimkan job pada work center.
Beberapa Istilah
Elemen Scheduling
1. Operation : Job
2. Processing Time : Waktu job
3. Job : Kumpulan job
4. Machine : Fasilitas untuk menyelesaikan suatu job
! Contoh - Lima job yang berkaitan menunggu untuk ditugaskan pada suatu
perusahaan manufaktur ATB. Waktu pengerjaan mereka dan batas waktunya
diberikan dalam tabel berikut. Urutan pengerjaan sesuai dengan aturan (1)
Perencanaan dan Pengendalian Produksi MODUL 13 – 14/ 20
(Manufacturing Planning and Control [MPC]) SHORT-TERM SCHEDULING (1/2)
Indra Almahdy Ir MSc
FCFS, (2) SPT, (3) EDD, dan (4) LPT akan ditetapkan. Job ditandai dengan huruf
sesuai dengan urutan kedatangan mereka.
1. Urutan FCFS diperlihatkan dalam tabel yang berikut secara sederhana, yaitu
A-B-C-D-E. "Aliran waktu" dalam sistem untuk urutan ini menghitung waktu
yang dihabiskan oleh setiap job untuk menunggu ditambah dengan waktu
pengerjaannya. Sebagai contoh, job B, menunggu selama 6 hari, selagi job B
sedang diproses, dan kemudian mengambil waktu dua hari lagi sebagai
waktu pemrosesannya; sehingga job B akan selesai dalam 8 hari—yaitu
terlambat 2 hari setelah batas waktunya.
Job Work
Job (Processing)
Sequence Time Flow Time Job Due Date Job Lateness
A 6 6 8 0
B 2 8 6 2
C 8 16 18 0
D 3 19 15 4
E 9 28 23 5
28 77 11
Job Work
Job (Processing)
Sequence Time Flow Time Job Due Date Job Lateness
B 2 2 6 0
D 3 5 15 0
A 6 11 87 3
C 8 19 18 1
E 9 28 23 5
28 65 9
Job Work
Job (Processing)
Sequence Time Flow Time Job Due Date Job Lateness
B 2 2 6 0
A 6 8 8 0
D 3 11 15 0
C 8 19 18 1
E 9 28 23 5
28 68 6
Job Work
Job (Processing)
Sequence Time Flow Time Job Due Date Job Lateness
E 9 9 23 0
C 8 17 18 0
A 6 23 8 15
D 3 26 15 11
B 2 28 6 22
28 103 48
Seperti yang dapat terlihat, LPT merupakan urutan yang paling tidak efektif bagi
perusahaan. SPT unggul dalam tiga pengukuran, sementara EDD unggul dalam
Critical Ratio
Tipe aturan sequencing yang lain adalah critical ratio. Critical ratio (CR, Rasio
kritis) merupakan sebuah angka indeks yang dihitung dengan membagi waktu
yang tersisa hingga batas waktu job dengan waktu pengerjaan yang tersisa.
Berlawanan dengan priority rules, critical ratio sangat dinamis dan mudah
diperbaharui. CR cenderung memiliki kinerja yang lebih baik daripada FCFS,
SPT, EDD atau LPT pada kriteria keterlambatan job rata-rata.
Critical ratio memberikan prioritas pada job yang harus dilakukan agar tetap
menepati schedule. Sebuah job dengan critical ratio yang rendah (kurang dari
1.0) berarti terlambat dari schedule. Jika CR tepat 1.0, berarti job sesuai dengan
schedule. CR yang lebih besar dari 1.0 berarti job mendahului schedule dan
memiliki waktu luang.
Rumus critical ratio adalah
Waktu yang tersisa Batas waktu - tanggal sekarang
CR = =
Hari kerja yang tersisa Waktu pekerjaan yang tersisa
Job B memiliki CR yang kurang dari 1, artinya, job B akan terlambat jika tidak
dipercepat. Sehingga job B memiliki prioritas tertinggi. Job C tepat waktu dan job
memiliki waktu luang. Setelah job B telah selesai dikerjakan, maka CR untuk job
A dan C akan dihitung kembali, untuk menentukan apakah prioritas mereka
berubah.
Pada kebanyakan sistem scheduling produksi, aturan CR dapat membantu untuk
melaksanakan hal berikut:
1. Menentukan status job tertentu.
2. Menerapkan prioritas relatif di antara job dengan dasar kesamaan.
3. Menghubungkan persediaan dan job pesanan dengan dasar kesamaan.
4. Menyesuaikan prioritas (dan memperbaiki jadwal secara otomatis atas
adanya perubahan permintaan dan status kemajuan job.
5. Menelusuri kemajuan job secara dinamis.