Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

R DENGAN DIAGNOSA
GASTEROENTERITIS DI RUANG PERAWATAN YOSEP 6

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :


Novalin Agnesti Saidin NS2314901094
Novayunda Pratika Latanna NS2314901095
Novitandisa Malur NS2314901096
Novthalia Rista Lolang NS2314901097
Nurliana Impin NS2314901098
Ofrianti Oktavia Emba NS2314901099
Ratu Ferawati NS2314901100
Raya Ma’tan NS2314901101
Resti Sarimandi NS2314901102
Rispiana NS2314901103
Ruth Gimel Randongkir NS2314901104
Salomi Hatulely NS2314901105
Selviana Daud NS2314901106

PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STELLA MARIS MAKASSAR TAHUN AJARAN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Diare adalah buang air besar dengan feses cair lebih dari tiga kali
dalam sehari disertai kehilangan banyak cairan dan elekrolit melalui feses.
Secara epidemologik diare didefinisikan sebagai keluarnya feses lunak atau
cair tiga kali atau lebih dalam sehari.
Diare adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yan
ditandai dengan peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi
buang air lebih dari 3 kali dalam sehari (pada neonates lebih dari 4 kali
dalam sehari) dengan atau tanpa lendir darah.
Jadi, diare adalah keadaan buang air besar dengan frekuensi yang
tidak nomal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair
bahkan berlendir disertai/tanpa darah.

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi
1) Mulut
Mulut adalah bagian awal dari
anatomi sistem pencernaan manusia
yang berfungsi untuk menghaluskan
makanan agar lebih mudah dicerna
oleh organ pencernaan lainnya. Di
dalam mulut, proses pengolahan
makanan juga dibantu oleh air liur
yang mengandung enzim amilase
untuk memecah karbohidrat
menjadi glukosa.
2) Kerongkongan dan Esofagus
Kerongkongan dan esofagus merupakan saluran yang terdiri dari otot
untuk menciptakan gerakan peristaltik agar mampu membawa
makanan yang telah dihaluskan dari mulut menuju lambung. Saluran
ini memiliki panjang 20 sentimeter dan dilapisi oleh mukosa.
3) Lambung
Lambung merupakan anatomi sistem pencernaan manusia yang
berbentuk menyerupai huruf “J” dan terletak di perut bagian kiri atas.
Fungsi lambung dalam sistem pencernaan adalah untuk mengolah
makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan berbentuk
setengah padat (kimus).
4) Usus Halus
Usus halus adalah saluran pencernaan yang bertugas menyerap
berbagai macam nutrisi dari makanan, seperti karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, serta mineral. Saluran ini memiliki panjang hingga
7meter dan terdiri dari tiga bagian, yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), serta usus penyerapan (ileum).
5) Pankreas
Meski tidak dilewati oleh makanan, pankreas memiliki peran yang
penting dalam sistem pencernaan, yaitu untuk menghasilkan enzim
pencernaan guna memecah berbagai macam nutrisi dalam makanan.
Pankreas juga bertanggung jawab untuk memproduksi hormon
insulin yang berfungsi menjaga kadar gula darah normal dalam
tubuh.
6) Hati
Serupa dengan pankreas, hati juga menjadi salah satu anatomi sistem
pencernaan yang tidak dilewati oleh makanan. Organ ini berfungsi
memproduksi cairan empedu untuk melarutkan lemak di dalam usus
halus agar lebih mudah diserap oleh tubuh. Selain itu, hati juga
bertugas menyimpan glikogen yang digunakan sebagai energi
cadangan di dalam tubuh.
7) Kantong Empedu
Kantong empedu adalah anatomi sistem pencernaan yang
bertanggung jawab untuk menyimpan serta mengentalkan cairan
empedu yang telah disekresikan oleh hati.
8) Usus Besar
Usus besar adalah saluran yang memiliki panjang sekitar 1,5 meter
dan terdiri dari tiga bagian, yaitu sekum, kolon, dan rektum. Saluran
ini bekerja dengan menyerap vitamin, air, serta elektrolit dari sisa
makanan sebelum membentuk feses.
9) Rektum dan Anus
Anatomi sistem pencernaan manusia yang terakhir adalah rektum dan
anus. Rektum merupakan bagian terakhir dari usus besar yang
berfungsi menyimpan feses sebelum dikeluarkan dari dalam tubuh.
Jika sudah penuh, otot-otot di sekitar rektum akan berkontraksi untuk
mengeluarkan feses melalui anus.
3. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti
malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit
pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.
Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan
sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya.
Faktor penyebab diare, antara lain:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Polomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti : otitis media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Pada bayi dan anak terpenting dan tersering (intoleransi laktosa), Lemak
dan Protein
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya diare, yaitu
1) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
2) Air minum tercemar dengan bakteri tinja
3) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja, atau sebelum menjamaah makanan.

4. Manifestasi Klinis
Menurut mediscatore.com, gejala diare adalah tinja encer dengan
frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang terkadang disertai beberapa
hal berikut :
a. Muntah
b. Badan lesu atau lemah
c. Tidak nafsu makan
d. Darah dan lendir dalam kotoran
e. Gelisah
f. Suhu meningkat
g. Tinja cair, dan lendir terkadang bercampur darah. Lama kelamaan, tinja
berwarna hijau.
h. Anus lecet
i. Dehidrasi. Jika menjadi dehidrasi berat, akan menjadi volume darah
berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah
turun, kesadaran menurun, dan diakhiri dengan syok.
j. Berat badan turun
k. Turgor kulit menurun
l. Mata dan ubun-ubun cekung
m. Selaput lendir, serta mulut dan kulit menjadi kering

5. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalm rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus, isi rongga usus yang
berlebih ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga
gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkanbakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.Selain itu
diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup kedalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar melakukan
absorbsi air yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan adanya
gangguan dari gastroenteritis akan menyebabkan absorbsi nutrisi dan
elektrolit oleh usus halus, serta absorbsi air menjadi terganggu. Selain itu,
diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Pada manifestasi
lanjut dari diare dan hilangnya cairan dan elektrolit memberikan manifestasi
pada ketidakseimbnagan asam basa dan gangguan sirkulasi yaitu terjadinya
gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis).hal ini terjadi
karena kehilangan Na bikarbonat bersama feses.
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah
dehidrasi. Diare dengan dehidrasi berat dapat mengakibatkan renjatan syok
hipovolemik. Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh defisiensi
sirkulasi akibat disparitas (ketidakseimbangan) antara volume darah dan
ruang vaskular.

6. Klasifikasi
Berdasarkan waktunya, diare dikategorikan menjadi akut dan kronis.
Sedangkan berdasarkan durasi dan jenis gejala, dikategorikan menular dan
tidak menular. Diare akut didefinisikan sebagai episode yang berlangsung
kurang dari 2 minggu. Infeksi paling sering menyebabkan diare akut.
Sebagian besar kasus adalah akibat dari infeksi. Diare kronis didefinisikan
sebagai durasi yang berlangsung lebih dari 4 minggu dan cenderung tidak
menular. Penyebab umum termasuk malabsorpsi, penyakit radang usus, dan
efek samping obat.
Selain karena waktunya, diare juga diklasifikasikan berdasarkan
inflamasi dan non inflamasi, sebagai berikut.

Faktor Non-Inflamasi Inflamasi


Etiologi Biasanya disebabkan oleh Bakteri yang umunya
virus, akan tetapi bisa invasif atau penghasil
juga disebabkan oleh toksin
bakteri atau parasite
Patofisiologi Tidak menyebabkan Biasanya mengganggu
kerusakan mukosa usus mukosa yang invasif
yang signifikan dan menyebabkan
kerusakan jaringan
Temuan klinis Mual, muntah: Demam, sakit perut,
normotermia, kram perut, tenesmus, volume tinja
volume tinja yang lebih lebih kecil, tinja
besar, feses berair dan berdarah
tidak berdarah
Laboratorium Leukosit fekalis (-) Leukosit fekalis (+)
Pathogen penyebab Enterotoxigenic Salmonella (non-typhi
Escherichia coli, species), shigella,
clostridium perfringens, campylobacter, shiga
bacillus cereus, toxin-producing E. coli,
staphylococcus aureus, enteroinvasive E. coli,
rotavirus, norovirus, clostridium, difficile,
giardia, cryptosporidium, entamoeba,histolytica,
vibrio cholera Yersinia
Lain-lain Penyakit umunya lebih Penyakit umunya lebih
ringan, kehilangan cairan parah
yang parah masih bisa
terjadi terutama pada
pasien kurang gizi

7. Komplikasi
Akibat diare yang utama adalah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
mendadak sehingga dapat terjadi komplikasi sebagai berikut :
a. Dehidrasi (Ringan ≤5% BB , Sedang ≤5%-10% BB , Berat ≤10%-15%
BB)
b. Renjatan hipovolemik (bila terjadi maka denyut cepat lebih dari 120
kali/menit).
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektrokardiogam).
d. Hipoglikemia.
e. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
f. Nafas cepat (pernafasan kusmaul).
g. Gagal ginjal akut.
h. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik). Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan
medis yang adekuat dapat mengakibatkan kematian

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting
yang perlu diperhatikan.
a) Jenis cairan (Oral : Pedialyte atau oralit, Ricelyte, Parenteral :
NaCl, Isotonic, infuse
b) Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan
yang dikeluarkan.
c) Jalan masuk atau cairan pemeberian : Cairan per oral, pada pasien
dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL, dan glukosa,
cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat
ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
d) Jadwal pemberian cairan Diberikan 2 jam pertama,selajutnya
dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk menghitung
keburtuhan cairan : Identifikasi penyebab diare, terapi sistemik
seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi
usus, antimetik.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pasien yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan
pencegahan termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan penderita
2) Pasien dan keluarganya di edukasi mengenal cara mengurangi
penularan.
3) Pasien diberikan cairan oral sesuai kebutuhan

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
b. Pemeriksaan intubasi duodenum.
c. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
d. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
e. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula
juga ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab
dan uji retensi terhadap berbagai antibiotic.
f. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD),
elektrolit ( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang).
g. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
h. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Unit : Yosep 6 Autoanamnese :-
Kamar : 6010 Alloanamnese : Keluarga

Tanggal masuk RS : 18 Juli 2023


Tanggal pengkajian : 18 Juli 2023
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Tn.R
Umur : 82 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak :5
Agama/ suku : Kristen/Toraja
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat rumah : Limbong Buntu Tana Toraja
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Alamat : BTP Makassar
Hubungan dengan pasien : Anak

II. DATA MEDIK


Diagnosa medik
Saat masuk : Diare akut inflammotorik
Saat pengkajian : Diare

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit ringan
Alasan: Tampak terpasang IVFD Nacl 0.9% 28 tpm
B. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran (kualitatif): Compos Mentis
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a. Respon motorik :6
b. Respon bicara :5
c. Respon membuka mata :4
Jumlah : 15
Kesimpulan: Tidak coma
2. Tekanan darah : 141/77 mmHg
MAP : 98.3 mmHg
Kesimpulan : Tidak coma
3. Suhu : 370C di Oral Axila Rectal
4. Pernapasan : 18x/menit
Irama : Teratur Bradipnea Takipnea
Kusmaul Cheynes-stoke
Jenis : Dada Perut
5. Nadi : 85x/menit
Irama : Teratur Bradikardia Takikardia
Kuat Lemah
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : Tidak dikaji
2. Tinggi badan : 170 cm
3. Berat badan : 60 kg
4. IMT (Indeks Massa Tubuh): 20.8
Kesimpulan: IMT normal
D. GENOGRAM

Keterangan :
= Laki- laki
= Perempuan
= Sudah meninggal
= Pasien
= Sudah menikah
= Tinggal serumah

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan pasien selalu menjaga pola makan dan
mengonsumsi vitamin pharmaton untuk meningkatkan napsu makan.
Keluarga juga mengatakan pasien rutin mengontrol kesehatan di klinik.
2. Riwayat penyakit saat ini:
a) Keluhan utama:
BAB encer
b) Riwayat keluhan utama:
Keluarga pasien mengatakan pasien BAB encer dengan
sedikit ampas sejak 1 hari yang lalu sebanyak 5 kali. Keluarga
pasien juga mengatakan pagi ini pasien BAB encer dengan sedikit
ampas sebanyak 4 kali dan terdengar bunyi perut serta pasien lemas
sehingga pasien di bawa ke rumah sakit.

Riwayat penyakit yang pernah dialami:


Keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai riwayat hipertensi
dan pernah mengalami stroke.

Riwayat kesehatan keluarga:


Keluarga pasien mengatakan anak ke 2 memiliki riwayat hipertensi.

Pemeriksaan fisik:
c) Kebersihan rambut : Tampak bersih, tipis dan berwarna putih
d) Kulit kepala : Tampak kulit kepala pasien bersih
e) Kebersihan kulit : Tampak kulit pasien bersih dan kering
f) Higiene rongga mulut : Tampak mulit pasien bersih
g) Kebersihan genetalia : Tidak dikaji
h) Kebersihan anus : Tampak bersih
B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK
1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan frekuensi makan pasien 3x1 dalam
porsi sedang. Jenis makanan bubur dan semua makanan yang
dikonsumsi harus lunak. Keluarga pasien mengatakan pasien pernah
mengonsumsi vitamin pharmaton dan pasien tidak mengonsumsi
makanan yang mengandung kuning telur, terigu, santan dan gorengan.
Jenis cairan yang diminum pasien air putih dengan jumlah 5 gelas/hari.
Berat badan pasien BB 60 kg. Keluarga pasien mengatakan cara
keluarga mengelolah makanan yang diberikan dimasak menggunakan air
pdam dan disimpan diatas meja makan lalu ditutup dengan tudung saji
sedangkan untuk air minum keluarga menggunakan air kemasan galon
isi ulang.
2. Keadaan sejak sakit:
Keluarga pasien mengatakan napsu makan pasien baik, jenis
makanan bubur. Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9% 500 ml, tampak bibir
kering, turgor kulit menurun. BB: 60 kg, TB: 170 cm. IMT: 20.8.
3. Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan rambut : Tampak bersih, tipis dan berwarna putih
b) Hidrasi kulit : Tampak kering, turgor kulit menurun
c) Palpebra/conjungtiva : Tampak tidak anemis pada mata kanan, mata
kiri tidak dikaji karena pasien tidak dapat
membuka mata
d) Scelera : Tampak tidak ikterik pada mata kanan, pada
mata kiri tidak dikaji karena pasien tidak
dapat membuka mata
e) Hidung : Tampak bersih
f) Rongga mulut : Tampak bersih, bibir tampak kering
g) Gusi : Tampak bersih
h) Gigi : Tampak gigi tidak utuh/ompong pada rahang
bawah
i) Gigi palsu : Tidak ada
j) Kemampuan mengunyah keras: Pasien tidak mampu mengunyah
keras
k) Lidah : Tampak bersih
l) Pharing : Tampak tidak ada peradangan
m) Kelenjar getah bening : Tampak tidak ada pembesaran
n) Kelenjar parotis : Tampak tidak ada pembesaran
o) Abdomen
Inspeksi : Tampak datar dan tidak ada lesi
Auskltasi : 40x/m
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : Timpani

p) Kulit :
 Edema : Positif Negatif
 Icterik : Positif Negatif
 Tanda-tanda radang: Tidak ada tanda-tanda radang
q) Lesi : Tidak terdapat adanya lesi

C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan BAB 1x sehari konsistensi lunak,
warna kuning, tidak terdapat darah dan BAK lebih dari 4 kali sehari
dengan warna agak kekuningan.
2. Keadaan sejak sakit:
Keluarga pasien mengatakan pasien BAB encer dengan sedikit
ampas berwarna kuning sejak 1 hari yang lalu sebanyak 5 kali dan pagi
ini sebanyak 4 kali. BAK sudah 3 kali sejak masuk rumah sakit.
3. Observasi:
Tampak pasien menggunakan pempers
4. Pemeriksaan fisik:
a) Peristaltik usus : 40 x/menit
b) Palpasi kandung kemih : Penuh Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Positif Negatif
d) Mulut uretra : Tidak dikaji
e) Anus:
 Peradangan : Tampak berwarna kemerahan disekitar anus
 Hemoroid : Tampak tidak ada
 Fistula : Tampak tidak ada

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan semua aktivitas pasien seperti berjalan,
makan, mandi, berpakaian di bantu anak.
2. Keadaan sejak sakit:
Keluarga pasien mengatakan pasien hanya terbaring di tempat tidur dan
semua aktivitasnya dibantu oleh keluarga. Pasien tampak lemas.
3. Observasi:
Tampak pasien terbaring dan aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
a) Aktivitas harian :
0 : mandiri
 Makan :2 1 : bantuan dengan alat
 Mandi :2 2 : bantuan orang
3 : bantuan alat dan orang
 Pakaian :2 4 : bantuan penuh
 Kerapihan :2
 Buang air besar : 1
 Buang air kecil : 1
 Mobilisasi di tempat tidur: 2
b) Postur tubuh : tegap
c) Gaya jalan : Bedrest Penuh
d) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
e) Fiksasi : Tidak ada
f) Tracheostomi : Tidak ada
4. Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah
Berbaring : 141/77 mmHg
Duduk : 140/74 mmHg
Berdiri : Tidak dilakukan karena pasien bedrest
Kesimpulan : Hipotensi ortostatik : Positif Negatif
b) HR : 85x/menit
c) Kulit:
Keringat dingin: Tidak ada
Basah : Tidak ada
d) JVP: Tidak dikaji
e) Perfusi pembuluh kapiler kuku : < 2 detik
f) Thorax dan Pernapasan
 Inspeksi:
Bentuk thorax : Tampak simetris
Retraksi Interkostal : Tampak simetris
Sianosis : Tampak tidak ada
Stridor : Tampak tidak ada
 Palpasi:
Krepitasi : Tampak tidak ada
 Perkusi :
Sonor Redup Pekak
 Auskultasi:
Suara napas : Vesikuler
Suara tambahan : Terdengar tidak ada
g) Jantung
 Inspeksi:
Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi:
Teraba ictus cordis di ICS 5 midclavikula sinistra

 Perkusi:
Pekak
 Auskultasi:
Bunyi jantung II A: Tunggal, ICS II linea sternalis dextra
Bunyi jantung II P: Tunggal, ICS II linea sternalis sinistra
Bunyi jantung I T: Tunggal, ICS IV linea sternalis sinistra
Bunyi jantung I M: Tunggal, ICS V midclavicularis sinistra
Bunyi jantung III irama gallop: Tidak terdengar
Murmur : Tidak terdengar
h) Lengan dan tungkai
 Atrofi otot: Positif Negatif
 Rentang gerak:
Kaku sendi : Tidak ada kaku sendi
Nyeri sendi : Tidak teraba nyeri sendi
Fraktur : Tampak tidak ada
Parese : Tampak tidak ada
Paralisis : Tampak tidak ada
 Uji kekuatan otot
Kanan Kiri
Tangan 5 4

Kaki 5 4
 Refleks fisiologis: Positif
 Refleks patologis:
 Babinski
kiri : Positif Negati
kanan : Positif Negatif
 Clubing jari-jari: Tampak tidak ada
 Varises tungkai: Tampak tidak ada
i) Columna vertebralis
 Inspeksi : Kelainan bentuk tampak tidak ada
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Kaku kuduk : Tidak ada
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan pasien biasanya tidur siang selama 1-2 jam
dan pada malam hari tidur dari jam 21.00-06.00 namun pasien sering
terbangun pada malam hari untuk BAK. Keluarga juga mengatakan
pasien selalu menggunakan selimut untuk tidur saat siang maupun
malam.
2. Keadaan sejak sakit:
Keluarga pasien mengatakan pasien dapat beristirahat dengan baik pada
siang hari di RS namun kadang pasien gelisah dan terbangun karena
tidak nyaman menggunaan pempers.
Ekspresi mengantuk : Positif Negatif
Banyak menguap : Positif Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif Negatif

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan mata kiri pasien tidak bisa terbuka dan
tidak dapat melihat sejak lama karena tertusuk kayu. Keluarga pasien
juga mengatakan lensa mata kanan pasien bergeser sehingga pasien
hanya dapat melihat bayangan. Keluarga juga mengatakan jika berbicara
dengan pasien, pasien akan lambat berespon namun pasien dapat
mendengar pembicaraan dengan baik.
2. Keadaan sejak sakit:
Keluarga mengatakan kondisi pasien masih sama. Mata kiri pasien tidak
bisa terbuka dan tidak dapat melihat sejak lama karena tertusuk kayu.
Keluarga pasien juga mengatakan lensa mata kanan pasien bergeser
sehingga pasien hanya dapat melihat bayangan. Keluarga juga
mengatakan jika berbicara dengan pasien, pasien akan lambat berespon
namun pasien dapat mendengar pembicaraan dengan baik.
3. Observasi
Tampak pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
4. Pemeriksaan fisik:
a) Penglihatan
 Kornea : Tampak jernih pada mata kanan. pada mata
kiri tidak dikaji karena pasien tidak dapat
membuka mata
 Pupil : Isokor pada mata kanan
 Lensa mata : Tampak lensa mata bagian kanan tidak pada
Posisinya
 Tekanan intra okuler (TIO) : Tidak ada
b) Pendengaran
 Pina : Tampak bersih
 Kanalis : Tampak tidak ada serumen
 Membran timpani : Tampak utuh
 Test pendengaran : Pasien mampu mendengar

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan pasien merupakan pensiunan pegawai
negri. Setelah pensiunan pasien hanya tinggal dirumah menjaga cucu-
cucunya.
2. Keadaan sejak sakit:
Keluarga pasien mengatakan pasien lebih banyak beristirahat sejak
masuk rumah sakit.
3. Observasi:
a) Kontak mata : Tertuju pada perawat
b) Rentang perhatian : Sesekali pasien memalingkan wajahnya
c) Suara dan cara bicara : Paisen dapat berbicara dengan jelas
d) Postur tubuh : Tegap
4. Pemeriksaan fisik
a) Kelainan bawaan yang nyata : Tampak tidak ada
b) Bentuk/postur tubuh : Tegap
c) Kulit : Tampak kering, turgor kulit menurun

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dengan sesama baik
keluarga maupun tetangga baik.
2. Keadaan sejak sakit:
Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga tetap
baik.
3. Observasi
Tidak ada gangguan komunikasi dengan orang lain, namun pasien
lambat dalam berespon. Siang ini ada keluarga pasien datang
menjenguk, dan videocall dengan cucunya.

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


Tidak dikaji
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan jika ada masalah diselesaikan secara
bersama-sama.

2. Keadaan sejak sakit:


Pengambilan keputusan saat ada masalah ialah anak.
3. Observasi
Ekspresi wajah tampak biasa, mata tidak merah, tidak ada aktivitas
motorik yang tidak mempunyai tujuan.

K. POLA SISTEM KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit:
Pasien beragama Kristen, pasien rajin mengikuti ibadah. Jika sakit
pasien hanya berdoa di rumah.
2. Keadaan saat sakit:
Keluarga pasien mengatakan pasien hanya berdoa di tempat tidur dan
mendengar lagu rohani. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan
bertemu cucunya.
3. Observasi:
Terdapat Alkitab di samping tempat tidur pasien

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
Darah rutin Hasil Satuan Nilai rujukan
WBC (H) 14.22 g/dl 5.07-11.1
RBC (L) 4.44 g/dl 4.70-6.10
HGB 13.7 g/dl 13.40-17
HCT (L) 37.4 % 39.9-91.0
MCH 30.9 Pg 24.2-31.2
MCHC (H) 36.6 g/dl 31.9-36.0
PLT 299 103/ul 150-450
PDW 10.7 Fl 9.0-13.0
NEUTROFIL# (H) 12.12 2.72-7.53
NEUTROFIL% (H) 85.3 % 42.5-71.0
VI. TERAPI
A. IVFD Nacl 0.9% 500 ml 28 tpm
B. Anbacin 1 gr/12 jam
C. Moxifloxacin 1 botol/24 jam
D. New diatabs 3x1

ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi
1 DS : Inflamasi Diare
Gastrointestinal
 Keluarga pasien mengatakan
pasien BAB encer dengan sedikit
ampas sejak 1 hari yang lalu
sebanyak 5 kali
 Keluarga pasien juga mengatakan
pagi ini pasien BAB encer dengan
sedikit ampas sebanyak 4 kali
 BAK sudah 3 kali sejak masuk
rumah sakit
 Keluarga pasien mengatakan cara
mengelolah makanann yang
diberikan dimasak menggunakan
air pdam dan disimpan diatas
meja makan lalu ditutup dengan
tudung saji sedangkan untuk air
minum keluarga menggunakan air
galon isi ulang
DO :
 Peristaltik usus : 40 x/menit
 Tampak pasien lemas & pasien
hanya berbaring ditempat tidur
 Tampak terpasang pampres
 Hasil Lab : WBC (H) 14.22
( Normal : 5.07-11.1),
NEUTROFIL# (H) 12.12
( Normal 2.72- 7.53),
NEUTROFIL% (H) 85.3 (Normal
: 42.5 – 71.0)
2 DS: Kehilangan Risiko
Cairan Secara Hipovolemia
 Keluarga pasien mengatakan
Aktif
pasien BAB encer dengan sedikit
ampas sejak 1 hari yang lalu
sebanyak 5 kali
 Keluarga pasien juga mengatakan
pagi ini pasien BAB encer dengan
sedikit ampas sebanyak 4 kali
 BAK sudah 3 kali sejak masuk
rumah sakit
DO:
 Tampak pasien lemas
 Tampak terpasang IVFD Nacl
0.9% 500 ml 28 tpm
 Tampak bibir kering
 Tampak turgor kulit menurun
3 DS : Gangguan Risiko Jatuh
Penglihatan
 Keluarga pasien mengatakan mata
kiri pasien tidak bisa terbuka dan
tidak dapat melihat sejak lama
karena tertusuk kayu.
 Keluarga pasien juga mengatakan
lensa mata kanan pasien bergeser
sehingga pasien hanya dapat
melihat bayangan.
DO:
 Tampak lensa mata bagian kanan
tidak pada posisinya
 Uji kekuatan otot

Kanan Kiri
Tangan 5 4

Kaki 5 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal ditandai dengan
defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, feses cair dengan sedikit ampas,
frekuensi peristaltik usus meningkat (D.0020)
B. Risiko hipovolemia dibuktikan dengan kehilangan cairan aktif (D.0023)
C. Risiko jatuh dibuktikan dengan gangguan penglihatan (D.0143)

INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1. Diare berhubungan Setelah dilakukan Manajeman diare
dengan inflamasi tindakan keperawatan (I. 03101)
gastrointestinal selama …x... jam maka Observasi :
ditandai dengan Eliminasi Fekal  Identifikasi
defekasi lebih dari (L.04033) diharapkan penyebab diare
tiga kali dalam 24 membaik dengan ( infalmasi
jam, feses cair kriteria hasil : gastrointestinal)
dengan sedikit  Konsistensi  Identifikasi
ampas, frekuensi feses (4) cukup riwayat
peristaltik usus membaik pemberian
meningkat  Frekuensi makanan
defekasi (4)  Monitor jumlah
cukup membaik pengeluaran
 Peristaltik usus diare
(4) cukup Terapeutik :
membaik  Berikan asupan
cairan oral
(oralit)
 Berikan cairan
cairan
intravena
( Nacl 0.9%)
 Ambil sampel
darah untuk
pemeriksaan
darah lengkap
dan elektrolit
Edukasi :
 Anjurkan
menghindari
makanan
pembentuk gas,
pedas dan
mengandung
laktosa
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas
(mis.
Loperamide,
difenoksilat)
 Kolaborasi
pemberian obat
pengeras feses
(misl.
Atapulgit)
2. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan Manejemen
dibuktikan dengan tindakan keperawatan hipovolemia (I.03116)
kehilangan cairan selama ….x….jam Observasi:
aktif maka Status Cairan  Periksa tanda
(L.03028) diharapkan dan gejalah
membaik dengan hasil: hipovolemia
 Intake cairan (4) (turgor kulit
cukup membaik menurun,
 Turgor kulit (4) membran
cukup membaik mukosa kering,
 Membran lemah)
mukosa (4)  Monitor intake
dan output
cairan
Terapeutik:
 Hitung
kebutuhan
cairan
 Berikan asupan
cairan oral
Edukasi :
 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan
oral
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
cairan IV
isotonis (Nacl
0.9%)
3 Risiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh
dibuktikan dengan tindakan keperawatan (I.14540)
gangguan selama ….x….jam Observasi:
penglihatan maka Tingkat Jatuh  Indetifikasi
(L.14138) diharapkan resiko jatuh
menurun : (usia >65thn,
 Jatuh dari gangguan
tempat tidur (1) penglihatan)
menurun Terapeutik:
 Jatuh saat  Orentasikan
berdiri (1) ruangan pada
menurun pasien dan
 Jatuh saat duduk keluarga
(1) menurun  Pastikan roda
 Jatuh saat tempat tidur dan
berjalan (1) kursi roda
menurun selalu dalam
 Jatuh saat kondisi terkunci
dikamar madi  Pasang handrail
(1) menurun tempat tidur
Edukasi:
 Ajurkan
memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah

Anda mungkin juga menyukai